Disusun Oleh
Kelompok 6
Dadang Ronaldo A1G020065
Mardenti Salsabila A1G020067
Melisa A1G020070
Shelomitha Sulistyani A1G020108
Tazkia Lahsen Lyusi A1G020154
Kelas 3A
Semester 3
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Keterampilan Dasar
Berbahasa dengan judul "Keterampilan Berbicara”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Ibu
Dra. Nani Yuliantini, M.Pd. yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi dalam rangka memenuhi sifat
dasar manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia.
Seseorang yang mempunyai keterampilan berbahasa yang memadai akan lebih mudah
menyampaikan dan memahami informasi baik secara lisan maupun tulisan. Menurut
Harris (dalam Tarigan, 2008: 1).
Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita
semua dapat berhubungan satu sama lain. Seseorang yang mempunyai kemampuan
berkomunikasi yang baik akan lebih mudah bergaul terutama dengan lingkungan
masyarakat. Komunikasi pula tidak lepas dari kegatan berbicara, maka dari itu
keterampila berbicara dapat menunjang dalam berkomunikasi.
Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara,
sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 2008: 86).
Akan tetapi masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa mempunyai
kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara
harus dilakukan sedini mungkin. Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh setiap
siswa karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar
siswa di sekolah. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara siswa. Siswa yang tidak
mampu berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran di semua mata pelajaran.
Bahan yang bersifat teori dibicarakan agar dapat memiliki wawasan yang luas
tentang seluk-beluk berbicara, kemanfaatan berbicara dalam kehidupan, faktor yang
berpengaruh terhadap keterampilan berbicara, dan berbagai bentuk keterampilan
berbicara, termasuk penilaian dari orang lain lebih ditekankan pada pemberian motivasi
agar kemampuan dasar yang Anda miliki dapat berkembang dengan baik. Penilaian
tersebut bisa berupa tanggapan, kritik, dan saran. Demi kebaikan, diharapkan Anda
1
dapat menerima kritik tersebut dengan lapang dada. Jadi, pada bab makalah akan
dibicarakan tentang (1) pengertian berbicara, (2) peranan berbicara, (3) tujuan
berbicara, (4) konsep dasar berbicara, (5) jenis-jenis berbicara, dan (6) Efektifitas
berbicara
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Berbicara lebih daripada sekadar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata.
Berbicara adalah sarana untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.
Berbicara merupakan instrumen (alat) yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-
hampir secara langsung apakah si pembicara memahami atau tidak, baik bahan
pembicaraannya maupun pendengarnya: apakah dia bersikap tenang serta dapat
menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya;
dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak.
Interaksi antar manusia ditopang dan didukung oleh alat komunikasi vital yang
mereka miliki dan pahami bersama, yakni bahasa. Setiap ada kelompok manusia, pasti
digunakan bahasa. Kenyataan ini berlaku baik pada masyarakat tradisional maupun
masyarakat modern. Jelas dalam masyarakat dibutuhkan keterampilan berkomunikasi
lisan dan tulisan. Komunikasi tulisan banyak dilakukan oleh masyarakat modern.
Komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai cara. Secara garis besar dikenal
dua cara, yakni komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal
menggunakan bahasa sebagai sarana. Komunikasi nonverbal menggunakan sarana
gerak dan sandi, seperti bunyi, morse, warna, dan bendera. Komunikasi verbal
dianggap bentuk komunikasi paling sempurna, efisien, dan efektif. Bentuk komunikasi
verbal ini sendiri dibedakan atas komunikasi lisan dan tulisan.
4
2.3 Tujuan Berbicara
Apakah sebagai alat sosial (social tool) ataupun sebagai alat perusahaan
maupun profesional (bussines or professional tool). Pada dasarnya berbicara
mempunyai tiga maksud umum, yaitu memberitahukan, melaporkan (to inform),
menjamu, menghibur (to entertain), dan membujuk, mendesak, mengajak, mendesak,
meyakinkan (to persuade). Gabungan atau campuran dari maksud-maksud itu pun
mungkin saja terjadi. Suatu pembicaraan misalnya, mungkin saja merupakan
gabungan dari melaporkan dan menjamu, begitu pula mungkin sekaligus menghibur
atau meyakinkan (Ochs dan Winkler, 1979: 9).
5
Sejalan dengan pendapat di atas, Djago Tarigan (1990:151-153) menyatakan
bahwa tujuan berbicara meliputi: (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3)
menstimuli, (4) meyakinkan, dan (5) menggerakkan.
6
kepekaan terhadap perkembangan keterampilan berkomunikasi menstimulasi yang
bersangkutan untuk mencapai taraf kreatifitas tertinggi dan ekspresi intelektual.
Bergantung pada si pembicaralah apakah dia mampu menjadikan berbicara
(komunikasi lisan) itu menjadi ekpresi kreatif atau hanya pendekatan belaka.
Karena itu dikatakan berbicara tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka,
tetapi juga alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru.
7
7. Berbicara adalah sarana memperlancar cakrawala.
Berbicara paling sedikit, dapat dimanfaatkan untuk dua hal. Pertama, untuk
mengkomunikasikan ide, perasaan, dan kemauan. Kedua, berbicara dapat juga
dimanfaatkan untuk lebih menambah pengetahuan dan cakrawala pengalaman. Bila
anak bertanya: apa, siapa, mengapa, bagaimana, di mana, berapa, dan sebagainya,
maka dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut anak mengamati, memahami, dan
mencari lingkungannya. Demikian pula orang dewasa, dengan bertanya seseorang
termotivasi untuk berpikir keras untuk menemukan apa yang diinginkannya.
Dengan bertanya jawab, berdiskusi, bertukar pikiran dengan lingkungan dan
sesamanya, seseorang memahami lingkungan dan dirinya sendiri.
8
2.5 Jenis Jenis Berbicara
a. situasi;
b. tujuan;
c. jumlah pendengar;
d. peristiwa khusus;
e. metode penyampaian.
9
2. Berbicara untuk menginformasikan
Bila Anda menerangkan cara kerja komputer kepada siswa atau Anda
menjelaskan kaitan antara pendidikan, lingkungan, dan bahasa dalam suatu
senunar, berarti Anda bertujuan menginformasikan sesuatu kepada khalayak.
Di sini pembicara berusaha berbicara secara jelas, sistematis, dan tepat agar isi
informasi terjaga keakuratannya. Jenis berbicara ini banyak dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, Anda dapat meminta setiap siswa Anda
melakukan kegiatan berbicara untuk menginformasikan dengan berbagai cara.
10
diperlukan keterampilan berbicara yang tinggi, kelihaian membakar emosi,
kepintarannya memanfaatkan situasi. dan penguasaan terhadap massa. Akhir-
akhir ini, jenis berbicara ini sering digunakan oleh orang-orang tertentu untuk
melakukan tindakan kurang terpuji. Walaupun demikian, berbicara untuk
menggerakkan dapat juga melahirkan sesuatu yang dahsyat dan positif,
misalnya pidato Bung Tomo yang membakar semangat para pemuda Surabaya
sehingga mereka berani mati mempertahankan Surabaya dan menyerang
penjajah pada tanggal 10 November 1945.
11
1. Contoh, pidato presentasi adalah pidato yang dilakukan saat pembagian hadiah.
2. Contoh pidato penyambutan adalah pidato yang berisi sambutan umum yang
menjadi inti acara.
3. Contoh pidato perpisahan adalah pidato yang berisi kata-kata perpisahan pada saat
acara perpisahan atau pada saat penutupan, suatu acara.
4. Contoh pidato jamuan adalah pidato yang berisi ucapan selamat, doa kesehatan buat
tamu, dsb.
5. Contoh pidato perkenalan adalah pidato yang berisi penjelasan pihak yang
memperkenalkan diri kepada khalayak.
6. Contoh pidato nominasi adalah pidato yang berisi pujian dan alasan mengapa sesuai
sesuatu itu dinominasikan (diunggulkan).
2. Metode tanpa persiapan adalah tanpa adanya persiapan naskah. Jadi, pembicara
masih mempunyai waktu yang cukup untuk membuat persiapan-persiapan
khusus yang berupa kerangka pembicaraan atau catatan-catatan penting tentang
urutan uraian dan katakata khusus yang harus disampaikan. Metode tanpa
12
persiapan merupakan metode yang sering digunakan oleh pembicara yang
berpengalaman karena metode ini membutuhkan pembicara yang mampu
mengembangkan pembicaraan dengan bebas. Pembicaraan menjadi lebih hidup
karena komunikasi yang akrab (pembicara mempunyai kesempatan yang
banyak untuk tatap muka dengan khalayak). Pembicara yang mahir akan
menggunakan banyak variasi dalam hal pemilihan kata, gaya bicara, intonasi,
dan sebagainya sehingga tidak membosankan. Pembicara yang belum
berpengalaman tidak akan dapat memanfaatkan metode ini secara maksimal.
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi bisa efektif adalah sebagai berikut.
13
3. Adanya sikap positif, artinya pikiran atau ide yang diutarakan dapat diterima
4. Sebagai sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi keduanya.
5. Adanya sikap keterbukaan yang disampaikan kedua belah pihak.
6. Adanya usaha dari masing-masing pihak untuk menempatkan diri dengan sebaik-
baiknya (ada unsur empati) pada mitra bicara.
Seorang pembicara yang baik pada umumnya akan menghasilkan suatu pembicaraan
yang efektif. Pembicara yang baik akan meninggalkan kesan yang baik pada diri
pendengarnya. Oleh sebab itu, pembicara yang baik seyogianya selalu menjaga dan
meningkatkan kemampuannya. Faktor fisik. psikis. dan pengalaman seseorang
pembicara akan sangat berpengaruh terhadap efektivitas suatu pembicaraan. Tarigan
(1990:218) mengemukakan ciri-ciri pembicara yang baik, antara lain:
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
kedua belah pihak. masing-masing pihak mencoba menempatkan diri (ada unsur empati)
pada lawan bicaranya. Selain itu, faktor fisik, psikis, dan pengalaman pembicara juga
akan berpengaruh terhadap efektivitas suatu pembicaraan.
3.1 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17