Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KETERAMPILAN BERBICARA

Mata Kuliah : Keterampilan Dasar Berbahasa


Dosen Pengampu : Dra. Nani Yuliantini, M.Pd.

Disusun Oleh
Kelompok 6
Dadang Ronaldo A1G020065
Mardenti Salsabila A1G020067
Melisa A1G020070
Shelomitha Sulistyani A1G020108
Tazkia Lahsen Lyusi A1G020154
Kelas 3A
Semester 3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Keterampilan Dasar
Berbahasa dengan judul "Keterampilan Berbicara”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Ibu
Dra. Nani Yuliantini, M.Pd. yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bengkulu, 06 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Berbicara ................................................................................................................. 3

2.2 Peranan Berbicara ..................................................................................................................... 4

2.3 Tujuan Berbicara ....................................................................................................................... 5

2.4 Konsep Dasar Berbicara ........................................................................................................... 6

2.5 Jenis Jenis Berbicara ................................................................................................................. 9

2.6 Efektivitas Berbicara ............................................................................................................... 13

BAB III. PENUTUP ..................................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................. 15

3.1 Saran ....................................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi dalam rangka memenuhi sifat
dasar manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia.
Seseorang yang mempunyai keterampilan berbahasa yang memadai akan lebih mudah
menyampaikan dan memahami informasi baik secara lisan maupun tulisan. Menurut
Harris (dalam Tarigan, 2008: 1).
Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita
semua dapat berhubungan satu sama lain. Seseorang yang mempunyai kemampuan
berkomunikasi yang baik akan lebih mudah bergaul terutama dengan lingkungan
masyarakat. Komunikasi pula tidak lepas dari kegatan berbicara, maka dari itu
keterampila berbicara dapat menunjang dalam berkomunikasi.
Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara,
sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 2008: 86).
Akan tetapi masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa mempunyai
kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara
harus dilakukan sedini mungkin. Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh setiap
siswa karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar
siswa di sekolah. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara siswa. Siswa yang tidak
mampu berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran di semua mata pelajaran.
Bahan yang bersifat teori dibicarakan agar dapat memiliki wawasan yang luas
tentang seluk-beluk berbicara, kemanfaatan berbicara dalam kehidupan, faktor yang
berpengaruh terhadap keterampilan berbicara, dan berbagai bentuk keterampilan
berbicara, termasuk penilaian dari orang lain lebih ditekankan pada pemberian motivasi
agar kemampuan dasar yang Anda miliki dapat berkembang dengan baik. Penilaian
tersebut bisa berupa tanggapan, kritik, dan saran. Demi kebaikan, diharapkan Anda

1
dapat menerima kritik tersebut dengan lapang dada. Jadi, pada bab makalah akan
dibicarakan tentang (1) pengertian berbicara, (2) peranan berbicara, (3) tujuan
berbicara, (4) konsep dasar berbicara, (5) jenis-jenis berbicara, dan (6) Efektifitas
berbicara

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian berbicara?


2. Bagaimana peranan berbicara?
3. Apa tujuan berbicara?
4. Bagaimana konsep dasar berbicara?
5. Apa saja yang termasuk jenis-jenis berbicara?
6. Bagaimana efektifitas berbicara?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian berbicara.


2. Untuk mengetahui bagaimana peranan berbicara.
3. Untuk mengetahui tujuan berbicara.
4. Untuk mengetahui konsep dasar berbicara.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis berbicara.
6. Untuk efektifitas berbicara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berbicara

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kridalaksana, ed. 1996:144) tertulis


bahwa berbicara adalah "berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat
(dengan perkataan, tulisan. dan sebagainya.) atau berunding".

Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud bisa


berupa gagasan, pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain. Pengertian secara khusus
banyak dikemukakan oleh para pakar. Djago Tarigan (1990 : 149) menyatakan bahwa
berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan
antara bahasa lisan dan pesan sangat erat. Pesan yang diterima pendengar tidaklah
dalam wujud asli, tetapi dalam bentuk lain, yaitu bunyi bahasa. Bunyi bahasa yang
didengar oleh pendengar tersebut kemudian diubah menjadi bentuk semula, yaitu
pesan. Senada dengan pendapat tersebut, H.G. Tarigan (1983:15) mengemukakan
bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-
kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu
alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

Sejalan dengan Tarigan, Mulgrave (1954:3-4) mengemukakan pendapat bahwa


berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk
mengekspresikan pikiran. Berbicara merupakan sistem tanda yang dapat didengar dan
dilihat yang memanfaatkan otot-otot dan jaringan otot manusia untuk mengkomu-
nikasikan ide-ide. Selanjutnya, dikatakan bahwa berbicara merupakan bentuk perilaku
manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikis, neurologis, semantik, dan linguistik
secara ekstensif sehingga dapat dianggap sebagai alat yang sangat penting untuk
melakukan kontrol sosial.

3
Berbicara lebih daripada sekadar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata.
Berbicara adalah sarana untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.
Berbicara merupakan instrumen (alat) yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-
hampir secara langsung apakah si pembicara memahami atau tidak, baik bahan
pembicaraannya maupun pendengarnya: apakah dia bersikap tenang serta dapat
menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya;
dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak.

2.2 Peranan Berbicara

Interaksi antar manusia ditopang dan didukung oleh alat komunikasi vital yang
mereka miliki dan pahami bersama, yakni bahasa. Setiap ada kelompok manusia, pasti
digunakan bahasa. Kenyataan ini berlaku baik pada masyarakat tradisional maupun
masyarakat modern. Jelas dalam masyarakat dibutuhkan keterampilan berkomunikasi
lisan dan tulisan. Komunikasi tulisan banyak dilakukan oleh masyarakat modern.

Komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai cara. Secara garis besar dikenal
dua cara, yakni komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal
menggunakan bahasa sebagai sarana. Komunikasi nonverbal menggunakan sarana
gerak dan sandi, seperti bunyi, morse, warna, dan bendera. Komunikasi verbal
dianggap bentuk komunikasi paling sempurna, efisien, dan efektif. Bentuk komunikasi
verbal ini sendiri dibedakan atas komunikasi lisan dan tulisan.

Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita


semua dapat berhubungan satu sama lain. Seseorang yang mempunyai kemampuan
berkomunikasi yang baik akan lebih mudah bergaul terutama dengan lingkungan
masyarakat. Komunikasi pula tidak lepas dari kegatan berbicara, maka dari itu peranan
berbicara yaitu dapat membantu kita dalam berkomunikasi. Salah satu aspek berbahasa
yang harus dikuasai oleh sisa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara
menunjang ketearampilan lainnya (Tarigan 1986:86).

4
2.3 Tujuan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan


pikiran, gagasan, perasaan, dan kemauan secara efektif, seyogyanya pembicara
memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan: dia harus mampu
mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya.; dan lain sebagainya dapat
dimanfaatkan untuk mengontrol diri, apakah sudah mempunyai kesanggupan
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dengan tepat, mengungkapkan fakta-fakta dengan
spontan, dan menerapkan kaidah-kaidah bahasa yang benar secara otomatis.

Apakah sebagai alat sosial (social tool) ataupun sebagai alat perusahaan
maupun profesional (bussines or professional tool). Pada dasarnya berbicara
mempunyai tiga maksud umum, yaitu memberitahukan, melaporkan (to inform),
menjamu, menghibur (to entertain), dan membujuk, mendesak, mengajak, mendesak,
meyakinkan (to persuade). Gabungan atau campuran dari maksud-maksud itu pun
mungkin saja terjadi. Suatu pembicaraan misalnya, mungkin saja merupakan
gabungan dari melaporkan dan menjamu, begitu pula mungkin sekaligus menghibur
atau meyakinkan (Ochs dan Winkler, 1979: 9).

Gorys Keraf (1980:189-191), menyatakan bahwa tujuan berbicara (pidato)


sebagai berikut:

a. Mendorong pembicara untuk memberi semangat, membangkitkan


kegairahan, serta menunjukkan rasa hormat, dan pengabdian.
b. Meyakinkan: pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan atau sikap
mental/intelektual kepada para pendengarnya.
c. Berbuat/bertindak: pembicara menghendaki tindakan atau reaksi fisik dari
para pendengar dengan terbangkitkannya emosi.
d. Memberitahukan: pembicara berusaha menguraikan atau menyampaikan
sesuatu kepada pendengar, dengan harapan agar pendengar mengetahui
tentang sesuatu hal, pengetahuan dan sebagainya.
e. Menyenangkan: pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur para
pendengar agar terlepas dari kerutinan yang dialami oleh pendengar.

5
Sejalan dengan pendapat di atas, Djago Tarigan (1990:151-153) menyatakan
bahwa tujuan berbicara meliputi: (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3)
menstimuli, (4) meyakinkan, dan (5) menggerakkan.

2.4 Konsep Dasar Berbicara

Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal


(Logan et al., 1972:104-105). Kesembilan hal tersebut sebagai berikut.

1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal.


Berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan,
seperti bercakap, berdiskusi, Tanya jawab, wawancara, dan sebagainya. Dalam
komunikasi tersebut manusia saling mempertukarkan pengalaman, mengemukakan
dan menerima pikiran, perasaan, serta menyetujui pendirian, atau keyakinan.
Pembicara dan penyimak berpadu dalam suatu kegiatan yang resiporoklaj, berganti
peransecara spontan, mudah, dan lancer, dari pembicara menjadi penyimak dan
sebaliknya.

2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi.


Berbicara adalah salah satu alat komunikasi penting untuk dapat menyatakan diri
sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, untuk menghubungkan sesama
anggota masyarakat diperlukan komunikasi. Berbicara dimanfaatkan sebagai alat
komunikasi dengan sesama atau lingkungan. Dalam kaitan dengan fungsi bahasa,
berbicara digunakan sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan mengadaptasi,
mempelajari, dan mengontrol lingkungan. Sebaliknya, pada saat lingkungan
mempengaruhi terhadap seseorang lewat sarana bahasa.

3. Berbicara adalah ekspresi kreatif.


Melalui berbicara kreatif, manusia melakukan tidak sekedar menyatakan ide, tetapi
juga memanifestasikan kepribadiannya. Tidak hanya dia menggunakan pesona
ucapan kata dan dalam menyatakan apa yang hendak dikatakannya tetapi dia
menyatakan secara murni, fasih, ceria dan spontan. Perkembangan persepsi dan

6
kepekaan terhadap perkembangan keterampilan berkomunikasi menstimulasi yang
bersangkutan untuk mencapai taraf kreatifitas tertinggi dan ekspresi intelektual.
Bergantung pada si pembicaralah apakah dia mampu menjadikan berbicara
(komunikasi lisan) itu menjadi ekpresi kreatif atau hanya pendekatan belaka.
Karena itu dikatakan berbicara tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka,
tetapi juga alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru.

4. Berbicara adalah tingkah laku.


Berbicara adalah ekspresi diri; bila si pembicara memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang kaya, maka dengan mudah yang bersangkutan dapat
menguraikan pengetahuan dan pengalamannya. Sebaliknya, bila si pembicara
miskin pengetahuan dan pengalaman, maka ia akan mengalami ketersendatan dan
kesukaran dalam berbicara. Dalam dunia pendidikan, guru hendaknya dapat
menyusun strategi memberikan pengalaman yang luas dan kaya kepada anak
didiknya. Semakin banyak pengalaman dan pengetahuan, seseorang semakin
terdorong untuk berbicara.

5. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari.


Berbicara adalah tingkah laku yang harus dipelajari dahulu, kemudian baru bisa
dikuasai. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis.
Semakin banyak berlatih, semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam
berbicara. Tidak ada orang yang langsung terampil berbicara tanpa melalui proses
berlatih. Dalam belajar dan berlatih berbicara, seseorang perlu dilatih: pelafalan,
pengucapan, pengontrolan suara, pengendalian diri, pengontrolan gerak-gerik
tubuh, pemilihan kata, kalimat dan intonasinya, penggunaan bahasa yang baik dan
benar, dan pengaturan atau pengorganisasian ide.

6. Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman.


Berbicara adalah ekspresi diri. Bila diri si pembicara terisi oleh pengetahuan dan
pengalaman yang kaya, maka dengan mudah yang bersangkutan menguraikan
pengetahuan dan pengalaman itu.

7
7. Berbicara adalah sarana memperlancar cakrawala.
Berbicara paling sedikit, dapat dimanfaatkan untuk dua hal. Pertama, untuk
mengkomunikasikan ide, perasaan, dan kemauan. Kedua, berbicara dapat juga
dimanfaatkan untuk lebih menambah pengetahuan dan cakrawala pengalaman. Bila
anak bertanya: apa, siapa, mengapa, bagaimana, di mana, berapa, dan sebagainya,
maka dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut anak mengamati, memahami, dan
mencari lingkungannya. Demikian pula orang dewasa, dengan bertanya seseorang
termotivasi untuk berpikir keras untuk menemukan apa yang diinginkannya.
Dengan bertanya jawab, berdiskusi, bertukar pikiran dengan lingkungan dan
sesamanya, seseorang memahami lingkungan dan dirinya sendiri.

8. Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat.


Anak adalah produk lingkungan. Bila lingkungan sering mengajak bicara, dan
segala pertanyaan anak dijawab dan diperhatikan, serta lingkungan menyediakan
kesempatan untuk belajar dan berlatih berbicara, tidak memberi kesempatan
perkembangan anak, anak tersebut akan terampil berbicara. Sebaliknya, bila orang
tua, anggota keluarga, dan masyarakat tidak memberi kesempatan perkembangan
anak, maka anak akan mengalami kesulitan belajar berbicara.

9. Berbicara adalah pancaran pribadi.


Gambaran kepribadian seseorang dapat diidentifikasi dengan berbagai cara, antara
lain: gerak-gerik, tingkah laku, kecenderungan, kesukaran, dan cara berbicaranya.
Berbicara adalah melukiskan apa yang terjadi di hati, pikiran, dan kemauan
seseorang. Oleh karena itu, berbicara adalah pancaran kepribadian. Kualitas suara,
tinggi suara, nada, dan kecepatan berbicara merupakan indikator keadaan emosi
seseorang. Orang yang tegang, cemas, dan sebagainya, orang sebut nada bicaranya
tinggi, bergetar, dan keras/melengking, sedangkan orang yang stabil emosinya,
berbicaranya penuh dengan percaya diri, enak, teratur, dan bersuara normal.

8
2.5 Jenis Jenis Berbicara

Dalam pembahasan mengenai jenis-jenis berbicara, ada 5 (lima) landasan


tumpu yang dapat digunakan dalam mengklasifikasikan berbicara (Tarigan, dkk.:
1997/1998), yaitu:

a. situasi;

b. tujuan;

c. jumlah pendengar;

d. peristiwa khusus;

e. metode penyampaian.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengklasifikasian tersebut.

a. Jenis Berbicara Berdasarkan Situasi Pembicaraan


Berdasarkan situasi pembicaraan, berbicara dibedakan atas berbicara formal dan
berbicara informal.
1. Berbicara informal meliputi bertukar pengalaman, percakapan, penyampaian
berita, pengumuman bertelepon. dan memberi petunjuk.

2. Berbicara formal meliputi ceramah. perencanaan dan penilaian. wawancara,


debat, diskusi, dan bercerita dalam situasi formal.

b. Jenis Berbicara Berdasarkan Tujuan Pembicara


Tujuan pembicara pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis yaitu
1. Berbicara untuk menghibur
Bila Anda menyaksikan pelawak beraksi, Anda akan tahu bahwa para pemain
mempunyai tujuan untuk menghibur. Berbicara untuk menghibur biasanya
bersuasana santai. Di sini pembicara berusaha membuat pendengarnya senang
dan gembira.

9
2. Berbicara untuk menginformasikan
Bila Anda menerangkan cara kerja komputer kepada siswa atau Anda
menjelaskan kaitan antara pendidikan, lingkungan, dan bahasa dalam suatu
senunar, berarti Anda bertujuan menginformasikan sesuatu kepada khalayak.
Di sini pembicara berusaha berbicara secara jelas, sistematis, dan tepat agar isi
informasi terjaga keakuratannya. Jenis berbicara ini banyak dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, Anda dapat meminta setiap siswa Anda
melakukan kegiatan berbicara untuk menginformasikan dengan berbagai cara.

3. Berbicara untuk menstimuli


Jenis berbicara menstimuli jauh lebih kompleks dari pada berbicara menghibur
dan menginformasikan. Di sini pembicara harus pandai mempengaruhi
pendengar sehingga akhirnya pendengar tergerak untuk mengerjakan hal-hal
yang dikehendaki pembicara. Pembicara biasanya secara sosial berstatus lebih
tinggi daripada pendengarnya. Pembicara biasanya berusaha membangkitkan
semangat pendengarnya sehingga ia bekerja lebih tekun atau belajar lebih baik.
Jika Anda pernah menasihati siswa Anda yang malas dan melalaikan tugasnya,
berarti Anda telah melakukan jenis berbicara menstimuli.

4. Berbicara untuk meyakinkan


Jenis berbicara untuk meyakinkan merupakan tahap yang lebih jauh dari
berbicara untuk menstimuli. Di sini pembicara bertujuan meyakinkan
pendengar lewat pembicaraan yang meyakinkan, sikap pendengar akan diubah,
misalnya dari menolak menjadi menerima. Dalam hal ini. pembicara biasanya
menyertakan bukti, fakta, contoh, dan ilustrasi yang tepat

5. Berbicara untuk menggerakkan


Adapun jenis berbicara menggerakkan merupakan kelanjutan dari jenis
berbicara meyakinkan Jenis berbicara menggerakkan bertujuan menggerakkan
pendengar/khalayak agar bertujuan menggerakkan pendengar/khalayak agar
mereka berbuat dan bertindak, seperti yang dikehendaki pembicara. Di sini

10
diperlukan keterampilan berbicara yang tinggi, kelihaian membakar emosi,
kepintarannya memanfaatkan situasi. dan penguasaan terhadap massa. Akhir-
akhir ini, jenis berbicara ini sering digunakan oleh orang-orang tertentu untuk
melakukan tindakan kurang terpuji. Walaupun demikian, berbicara untuk
menggerakkan dapat juga melahirkan sesuatu yang dahsyat dan positif,
misalnya pidato Bung Tomo yang membakar semangat para pemuda Surabaya
sehingga mereka berani mati mempertahankan Surabaya dan menyerang
penjajah pada tanggal 10 November 1945.

c. Jenis Berbicara Berdasarkan Jumlah Pendengar


Berdasarkan jumlah pendengar. jenis berbicara dapat dibedakan atas berbicara
antarpribadi, berbicara dalam kelompok kecil, dan berbicara dalam kelompok
besar.
1. Berbicara antarpribadi terjadi bila seseorang berbicara dengan satu pendengar
(empat mata). Suasana pembicaraan yang melatari sangat bergantung dua
pribadi yang terlibat serta isi pembicaraan.

2. Berbicara dalam kelompok kecil terjadi apabila ada sekelompok kecil (3 -5


orang) dalam pembicaraan itu. Berbicara dalam kelompok kecil ini sangat
bagus untuk pembelajaran bahasa atau untuk siswa yang malu berbicara.
Kelompok kecil akan memungkinkan siswa yang pemalu menjadi mau
berbicara.

3. Berbicara dalam kelompok besar terjadi apabila pembicara berhadapan dengan


pendengar dalam jumlah yang besar. Misalnya, mengajar dengan jumlah siswa
yang cenderung banyak atau ketika Anda menjadi pemandu acara.

d. Jenis Berbicara Berdasarkan Peristiwa Khusus Pembicaraan


Jenis berbicara ini dapat diklasifikasikan menjadi 6 (enam) macam. yaitu pidato
presentasi, penyambutan, perpisahan, jamuan. perkenalan, dan nominasi.

11
1. Contoh, pidato presentasi adalah pidato yang dilakukan saat pembagian hadiah.
2. Contoh pidato penyambutan adalah pidato yang berisi sambutan umum yang
menjadi inti acara.
3. Contoh pidato perpisahan adalah pidato yang berisi kata-kata perpisahan pada saat
acara perpisahan atau pada saat penutupan, suatu acara.
4. Contoh pidato jamuan adalah pidato yang berisi ucapan selamat, doa kesehatan buat
tamu, dsb.
5. Contoh pidato perkenalan adalah pidato yang berisi penjelasan pihak yang
memperkenalkan diri kepada khalayak.
6. Contoh pidato nominasi adalah pidato yang berisi pujian dan alasan mengapa sesuai
sesuatu itu dinominasikan (diunggulkan).

e. Jenis Berbicara Berdasarkan Metode Penyampaian Berbicara Berdasarkan


metode penyampaian
Ada 4 (empat) jenis berbicara, yaitu metode mendadak (imprompre), metode tanpa
persiapan (ekstemporan), metode membaca naskah, dan metode menghafal (Keral,
1980:316, Dipodjono, 1982-38-39. Tarigan, 1983:24-25).
1. Penyajian dengan metode mendadak (impromptu), terjadi bila secara tiba-tiba
seseorang diminta berbicara di depan khalayak (tidak ada persiapan sama
sekali). Dalam hal ini sebaiknya pembicaraan dikaitkan dengan situasi dan
kondisi yang melatari pertemuan pada saat itu. Seseorang yang terbiasa
berpidato akan mudah menyampaikan gagasan berdasarkan pengetahuan dan
kemampuannya. Akan tetapi, khalayak juga tidak boleh menuntut uraian yang
mantap dan berbobot dari pembicara.

2. Metode tanpa persiapan adalah tanpa adanya persiapan naskah. Jadi, pembicara
masih mempunyai waktu yang cukup untuk membuat persiapan-persiapan
khusus yang berupa kerangka pembicaraan atau catatan-catatan penting tentang
urutan uraian dan katakata khusus yang harus disampaikan. Metode tanpa

12
persiapan merupakan metode yang sering digunakan oleh pembicara yang
berpengalaman karena metode ini membutuhkan pembicara yang mampu
mengembangkan pembicaraan dengan bebas. Pembicaraan menjadi lebih hidup
karena komunikasi yang akrab (pembicara mempunyai kesempatan yang
banyak untuk tatap muka dengan khalayak). Pembicara yang mahir akan
menggunakan banyak variasi dalam hal pemilihan kata, gaya bicara, intonasi,
dan sebagainya sehingga tidak membosankan. Pembicara yang belum
berpengalaman tidak akan dapat memanfaatkan metode ini secara maksimal.

3. Metode membaca naskah. Apabila pembicara akan menyampaikan suatu


pernyataan kebijakan atau keterangan secara tertib dalam pidato-pidato resmi,
pidato kenegaraan, pidato radio, dan sebagainya. metode membaca naskahlah
yang banyak dipakai. Bagi pembicara yang kurang pengalaman, metode ini
dapat membantu, tetapi dapat pula menghambat karena semua sudah terdapat
dalam naskah sehingga kurang tampak adanya spontanitas yang segar serta
kurang adanya hubungan (kontak mata) antara pembicara dengan pendengar.

4. Adapun metode menghafal menunjukkan bahwa pembicara sudah mengadakan


perencanaan, membuat naskah, dan menghafal naskah. Apabila pembicara
hanya sekadar mengucapkan apa yang ia hafalkan tanpa menghayati dan
menjiwai apa yang diucapkan serta tidak berusaha untuk menyesuaikan diri
dengan istilah dan kondisi yang melatari pembicaraan itu, dapat dipastikan
bahwa pembicaraan menjadi tidak menarik, membosankan, dan meletihkan
pendengar. Sebaliknya, ada juga pembicara yang berhasil dengan metode ini.
Hal ini terjadi karena pembicara tanggap terhadap situasi dan kondisi yang
melatari pembicaraan.

2.6 Efektivitas Berbicara

Hal-hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi bisa efektif adalah sebagai berikut.

1. Adanya kesamaan kepentingan antara pembicara dan pendengar.


2. Adanya sikap saling mendukung dari kedua belah pihak.

13
3. Adanya sikap positif, artinya pikiran atau ide yang diutarakan dapat diterima
4. Sebagai sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi keduanya.
5. Adanya sikap keterbukaan yang disampaikan kedua belah pihak.
6. Adanya usaha dari masing-masing pihak untuk menempatkan diri dengan sebaik-
baiknya (ada unsur empati) pada mitra bicara.

Seorang pembicara yang baik pada umumnya akan menghasilkan suatu pembicaraan
yang efektif. Pembicara yang baik akan meninggalkan kesan yang baik pada diri
pendengarnya. Oleh sebab itu, pembicara yang baik seyogianya selalu menjaga dan
meningkatkan kemampuannya. Faktor fisik. psikis. dan pengalaman seseorang
pembicara akan sangat berpengaruh terhadap efektivitas suatu pembicaraan. Tarigan
(1990:218) mengemukakan ciri-ciri pembicara yang baik, antara lain:

1. pandai menemukan topik yang tepat dan up to date (terkini);


2. menguasai materi;
3. memahami pendengar:
4. memahami situasi:
5. merumuskan tujuan dengan jelas;
6. memiliki kemampuan linguistik yang memadai;
7. menjalin kontak dengan pendengar;
8. menguasai pendengar;
9. memanfaatkan alat bantu;
10. berpenampilan meyakinkan;
11. mempunyai rencana.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan pikiran


seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Kemampuan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Komunikasi lisan (berbicara) lebih sering terjadi dalam kehidupan manusia.


Misalnya percakapan sehari-hari dalam lingkungan keluarga; percakapan antar anggota
rukun warga; percakapan yang terjadi di pasar, debat publik pemilu, dialog melalui
telepon, adu argumentasi antar mahasiswa, dan sebagainya.

Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal


(1) Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal, (2) Berbicara adalah proses
individu berkomunikasi, (3) Berbicara adalah ekspresi yang kreatif, (4) Berbicara adalah
tingkah laku, (5) Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari, (6) Berbicara distimulasi
oleh pengalaman, (7) Berbicara untuk memperluas cakrawala, (8) Keterampilan
linguistik dan lingkungan, (9) Berbicara adalah pancaran kepribadian.

Jenis berbicara dapat diklasifikasikan berdasarkan situasi, tujuan, jumlah


pendengar, peristiwa khusus yang melatari, dan metode penyampaian. Berdasarkan
situasi pembicaraan, jenis berbicara terdiri atas berbicara formal dan berbicara informal.
Berdasarkan situasi yang formal, berbicara dapat diklasifikasikan dalam jenis diskusi
kelompok, panel, simposium, seminar, konferensi, dan brainstorming. Adapun
berdasarkan metode penyampaiannya, dikenal metode mendadak, tanpa persiapan,
membaca naskah, dan menghafal.

Efektivitas berbicara akan terpenuhi bila ada kesamaan antara pembicara


dengan pendengar, ada sikap saling mendukung dari kedua belah pihak, ada sikap
positif, artinya pikiran atau ide yang diutarakan dapat diterima sebagai sesuatu yang
mendatangkan manfaat bagi keduanya, ada sikap keterbukaan yang ditampilkan oleh

15
kedua belah pihak. masing-masing pihak mencoba menempatkan diri (ada unsur empati)
pada lawan bicaranya. Selain itu, faktor fisik, psikis, dan pengalaman pembicara juga
akan berpengaruh terhadap efektivitas suatu pembicaraan.

3.1 Saran

Dalam kesempatan ini penulis bermaksud ingin menyampaikan saran yang


sekiranya dapat memberikan manfaat. Karena berbicara sangat penting dalam
berkomunikasi, jadi kita perlu memahami bahwa dalam berbicara kita dapat
kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan dengan
baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

SY, Slamet, K Saddhono. (2012). Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia


(Teori Dan Aplikasi). Bandung: Karya Putra Darwati.
TW, Solchan. (2014). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Mulyati, Yeti. (2015). Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

17

Anda mungkin juga menyukai