Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BERBICARA/BERPIDATO
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Heri Darmawan, M.Pd

Disusun Oleh :
Vina Khafiyatul Khayani (20212014)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH
BOGOR
2020 M/1442 H.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi Robbil ‘Alamin. Puji serta syukur kehadirat Allah swt. Atas
karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini telah terselesaikan.
Makalah yang berjudul “Berbicara/berpidato”. Dalam kehidupan sehari-
hari, sebagian besar waktu dihabiskan untuk kegiatan komunikasi, terutama
bicara. Pada saat-saat tertentu, ternyata diperlukan kemampuan khusus untuk
berbicara. Kemampuan bicara ini penting salah satunya pada saat kitamelakukan
pidato atau berbicara di depan orang banyak.Oleh karena itu kemampuanberbicara
harus diolah dan dipelajari sehingga pesan yang ingin disampaikan dalam
pidatodapat diterima dengan jelas oleh pendengar.
Pada saat berpidato sudah dapat dipastikan bahwa akan terjadi hubungan
antara yang berpidato dengan yang diberi pidato/khalayak. Oleh sebab itu maka
yang berpidato (pembicara) hendaknya mempersiapkan dirinya sebaik-baiknya,
agar tercapai apa yang diharapkannya. Pidato yang baik dapat memberikan suatu
kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Maka dari itu
sebelum berpidato kita perlu mengetahui proses dan tahapan berpidato agar pidato
yang kita sampaikan berjalan dengan baik dan lancar.

Bogor, 27 November 2020


Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORETIS........................................................................................4
A. Pengertian Berbicara............................................................................................4
B. Pengertian Berpidato............................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................5
A. Pengertian Berbicara............................................................................................5
B. Batas dan Tujuan Berbicara.................................................................................7
C. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa..............................................8
D. Keefektifan Berbicara.........................................................................................10
E. Hambatan-hambatan Dalam Berbicara..............................................................12
F. Sikap Mental Dalam Berbicara..........................................................................13
G. Pembicara Yang Ideal........................................................................................14
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang
pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan berbahasa yang
berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan
menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara dipelajari.
Berbicara sangat erat hubungannya dengan perkembangan kosa kata yang
diperoleh anak dengan kegiatan menyimak dan membaca. (Linguis dalam
Guntur Tarigan: 3)
Berbicara juga merupakan pengetahuan yang sangat fungsional dalam
memahami seluk beluk berbicara. Manusia hidup selalu berkelompok mulai
dari kelompok kecil, misalnya keluarga, sampai kelompok yang besar seperti
organisasi sosial. Dalam kelompok itu mereka berinteraksi satu dengan yang
lainnya. Dimana ada kelompok baru manusia disitu pasti ada bahasa.
Kenyataan ini berlaku baik pada masyarakat tradisional maupun masyarakat
moderen. Dalam setiap masyarakat diperlukan komunikasi lisan dan tulisan.
Permainan bahasa merupakan suatu strategi atau pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa memahami materi pelajaran lebih
menarik, lebih menyenangkan, lebih bermakna dan lebih berkesan. Ciri khusus
dari permainan bahasa adalah mengembangkan kemampuan mendengarkan,
berbicara, membaca dan menulis yang ditempuh dengan langkah yang
menyenangkan dan menggembirakan. Suatu permainan bahasa yang yang tidak
menimbulkan kegembiraan, tidaklah bisa dikatakan permainan bahasa.
Demikian sebaliknya, suatu permainan yang menggembirakan namun tidak
mengembangkan keterampilan berbahasa, tidaklah bisa juga dikatakan
permainan bahasa. Melalui bermain siswa, dapat belajar berbagai kemampuan
dasar, mengembangkan keterampilan motorik, daya pikir, kemasyarakatan dan
keterampilan berbahasa. Pendidik hendaknya memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada anak untuk melakukan semua keterampilan itu
Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal

1
menggunakan bahasaa sebagai sarana, sedangkan komunikasi non verbal
menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan
sebagainya. Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan efektif.
Komunikasi lisan sering terjadi dalam kehidupan manusia, misalnya dialog
dalam lingkungan keluarga, percakapan antara tetangga, percakapan antara
pembeli dan penjual di pasar dan sebagainya
Bahasa Indonesia dalam dunia pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting. Hal ini dapat dirasakan pada waktu proses pembelajaran,
karena Bahasa Indonesia adalah Bahasa yang digunakan dalam penyampaian
materi pembelajaran. Pembinaan kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia
meliputi aspek keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Salah satu aspek yang harus dikuasai siswa adalah berbicara, sebab
keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya. Keterampilan ini
bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun
walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara.
Namun, keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan
pengarahan yang intensif.
Berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi, manusia sebagai makhluk
sosial dan tindakan utama dan paling penting adalah tindakan sosial, suatu
tindakan tepat saling menukar pengalaman, saling mengemukakan dan
menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan atau saling mengekspresikan,
serta menyetujui suatu pendirian atau keyakinan. Oleh karena itu, maka
didalam tindakan sosial haruslah terdapat elemen-elemen umum yang sama-
sama disetujui dan dipahami oleh sejumlah orang yang merupakan suatu
masyarakat. Untuk menghubungkan sesama anggota masyarakat maka
diperlukanlah komunikasi.
Komunikasi mempersatukan individu kedalam kelompok-kelompok
dengan jalan menggolongkan konsep-konsep umum. Selain itu, menciptakan
serta mengawetkan ikatan-ikatan kepentingan umum, menciptakan suatu
kesatuan lambang-lambang yang membedakannya dari kelompok-kelompok
lain, dan menerapkan suatu tindakan, serta tidak akan bertahan lama tanpa

2
adanya masyarakat-masyarakat bahasa. Dengan perkataan lain: masyarakat
berada dalam komunikasi linguistik.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian berbicara?
2. Apa saja batas dan tujuan berbicara?
3. Apa berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa?
4. Apa keefektifan berbicara?
5. Apa hambatan-hambatan dalam berbicara?
6. Bagaimana sikap mental dalam berbicara?
7. Bagaimana pembicara yang ideal?
C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan pengertian berbicara.
2. Mendeskripsikan batas dan tujuan berbicara.
3. Mendeskripsikan berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa.
4. Mendeskripsikan keefektifan berbicara.
5. Mendeskripsikanhambatan-hambatan dalam berbicara.
6. Mendeskripsikan sikap mental dalam berbicara.
7. Mendeskripsikan pembicara yang ideal.
8.

1
http://eprints.ums.ac.id Diakses pada 27 November 2020 Pukul 22.05 WIB.

3
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Pengertian Berbicara
Berbicara merupakan suatu konsep yang mempunyai batasan sendiri.
Banyak ahli telah mengemukakan pendapatnya tentang batasan berbicara.
Pendapat-pendapat tersebut ditinjau dari berbagai sudut sehingga tidak heran
jika di antara pendapat tersebut berbeda. Akan tetapi, ada satu hal yang
mendasari dari pendapat tersebut, yaitu berbicara merupakan bentuk
komunikasi dan bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat praktis.
B. Pengertian Berpidato
Pidato adalah suatu kegiatan berbicara di depan khalayak ramai untuk
menyampaikan pernyataan, gagasan, ide, petunjuk, atau nasehat, dengan
susunan kata yang baik.
Pidato umumnya dilakukan oleh seseorang yang dianggap penting untuk
menyampaikan pernyataan atau pandangan mengenai suatu hal dengan cara
berorasi.

4
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Berbicara
Berbicara merupakan kepandaian manusia untuk mengeluarkan suara dan
menyampaikan pendapat dari pikirannya.
Berbicara dapat merujuk ke:
a. Pidato
b. Pembicaraan umum, proses berbicara pada sekelompok orang
c. Gaya pengucapan, bagaimana bagian tubuh yang terlibat dalam
menghasilkan suara berjalan
d. Peniruan berbicara, peniruan pembicaraan manusia oleh hewan
berbicara terlatih
e. Bahasa hewan, suara seperti nyanyian burung yang kadang-kadang
disebut "berbicara"
f. Perpaduan berbicara, produksi buatan atas pembicaraan manusia.2
Para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai pengertian
berbicara. Tarigan (1985) menyebutkan bahwa berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Lebih luas
lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan
faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik secara
ekstensif dan luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling
penting bagi kontrol sosial. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dala m
kegiatan berbicara terjadi proses perubahan wujud pikiran atau perasaan
menjadi wujud ujaran atau bunyi bahasa yang bermakna. Berbicara bukan
hanya mengucap yang tanpa makna, tetapi menyampaikan pikiran atau
perasaan kepada orang lain melalui ujaran atau dengan bahasa lisan.
Batasan berbicara yang hampir sama dengan Tarigan dikemukakan oleh
Kartini (1985:7) yang mengungkapkan bahwa berbicara merupakan suatu
peristiwa penyampaian maksud, gagasan, pikiran, perasaan seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga maksud tersebut
dipahami oleh orang lain.
2
https://id.wikipedia.org/ Diakses pada 28 November 2020 Pukul 06.40 WIB.

5
Memperkaya ungkapan di atas, Laksana (1982:25) mengemukakan
bahwa berbicara adalah perbuatan yang menghasilkan bahasa untuk
berkomunikasi, sebagai salah satu keterampilan dasar dalam berbahasa.
Sementara Akhmadi (1984: 9) memberikan pengertian berbicara sebagai
suatu keterampilan memproduksikan arus sistem bunyi artikulasi untuk
menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan dan keingingan kepada orang
lain.
Selanjutnya Badudu-Zain (1994: 180) mengartikan berbicara dengan
kata-kata, berpidato, dan bercakap-cakap. Batasan berbicara yang dikemukakan
Badudu,- Zain ini lebih mengarah kepada jenis berbicara.
Moris dan Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat
komunikasi yang alami antar anggota masyarakat untuk mengungkapkan
pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial.
Sedangkan menurut Nuraeni (2002) berbicara adalah proses
penyampaian informasi dari pembicara kepada pendengar dengan tujuan terjadi
perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan pendengar sebagai akibat dari
informasi yang diterimanya.
Sementara itu, Tarigan, 1993: 15) mengatakan bahwa berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekpresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan.
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap batasan dan pengertian
berbicara yang dikemukakan para ahli penulis cenderung menjadikan pendapat
Kartini dan Badudu-Zain sebagai kerangka konsep berpikir.
Berbicara merupakan peristiwa penyampaian maksud, gagasan, pikiran,
perasaan seseorang kepada orang lain secara jernih, logis, terarah dan
sistematis dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga maksud tersebut
dipahami orang lain. Sementara itu, pendapat Badudu-Zain berkaitan dengan
jenis berbicara yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu kata-kata. Dalam
pembicara secara lisan sehingga kawan bicara bisa menerima dan mamahami

6
isinya. Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa lisan yang bersifat
produktif.3
B. Batas dan Tujuan Berbicara
Batas dan tujuan berbicara. Pembicara dan penyimak menjadi nyaman,
tenang, dan tidak tergesa-gesa untuk menyelesaikan topik pembicaraan. Maka
dari itu, tujuan berbicara terdapat beberapa aspek diantaranya :
a. Mengespresikan pikiran, perasaan imajinasi, gagasan, ide dan
pendapat.
b. Memberikan respon atau makna.
c. Menghibur orang lain.
d. Menyampaikan informasi kepada orang lain.
e. Membujuk atau mempengaruhi orang lain
Pertama, mengespresikan pikiran, ide atau pendapat merupakan bentuk
berbicara yang disebabkan oleh dorongan individu pembicara. Hal ini
dipengaruhi oleh latar belakang dan apa yang dirasakan atau dialami pembicara
saat berkomunikasi.dari aspek tersebut sehingga mendorong pembicara untuk
menyampaikan mengenai apa yang ada di dalam pikirannya yang bersumber
dari apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan sendiri untuk dikomunikasikan
dengan orang lain.
Kedua, memberikan respon atau makna. Respon atau makna dalam
berbicara sangat penting sebagai tanggapan balasan mengenai apa yang
disampaikan oleh pembicara. Tanpa ada respon yang bermakna maka apa yang
ingin diperbincangkan tidak mungkin berjalan sesuai harapan.4
Ketiga, menghibur orang lain. Berbicara dengan tujuan menghibur
biasanya bersuasana santai, rileks, dan kocak. Soal pesan yang di sampaikan
bukanlah tujuan utama. Contoh berbicara menghibur : Lawaka., Srimulat
Cerita Kabayan, dan Cerita Abu nawas.
Berbicara dengan tujuan ini, biasanya bersuasana serius, kadang-kadang
terasa kaku, karena pembicara mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari
pendengarnya. Si pembicara biasanya memberikan masukan atau motivasi
3
Nuraeni, Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Dan Apresiasi Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2002,
Yogyakarta: BPG.
4
Subhaini, Sa'adiyah, Armiya, Keterampilan Berbicara, 2017, Syiah Kuala University Press. Hlm.
7.

7
kepada pendengar dengan dilandasi kasih sayang, kebutuhan, harapan, serta
memberikan inspirasi agar pendengar mampu melakukan segala apa yang
disampaikan pembicara. Contohnya yaitu: Nasehat seorang Pemimmpin
perusahaan kepada Karyawan-karyawannya, agar mereka mampu
meningkatkan pendapatan Perusahaan lebih tinggi. Serta nasehat seorang Guru
kepada Siswanya yang malas mengerjakan tugas.5
Keempat, meyampaikan informasi.ketika berkomunikasi dengan orang
lain, tentu saja seseorang memiliki berbagai tujuan dan harapan. Salah satu
diantaranya adalah untuk menyampaikan informasi kepada orang lain, agar
orang tersebut mengetahui sesuatu. Sebagai contoh, seseorang menyampaikan
informasi kepada temannya bahwa akan diselenggarakan pemeran elektronik
pada tanggal 2 hingga 14 Mei 2005 di Gedung Wisata Duta Surakarta.
Mengapa pesan tersebut disampaikan kepada orang lain atau temannya? Salah
satu alasannya adalah bahwa temannya tersebut adalah salah satu penggear
dunia elektronik, sehingga sangatlah sayang kalau kesempatan langka tersebut
tidak disampaikan kepadanya.6
Berbicara dengan tujuan ini, biasanya bersuasana serius, kadang-kadang
terasa kaku, karena pembicara mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari
pendengarnya. Si pembicara biasanya memberikan masukan atau motivasi
kepada pendengar dengan dilandasi kasih sayang, kebutuhan, harapan, serta
memberikan inspirasi agar pendengar mampu melakukan segala apa yang
disampaikan pembicara. Contohnya yaitu: Nasehat seorang Pemimmpin
perusahaan Siswanya yang malas mengerjakan tugas.7
C. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
Keterampilan kepada Karyawan-karyawannya, agar mereka mampu
meningkatkan pendapatan Perusahaan lebih tinggi. Serta nasehat seorang Guru
kepada
Berbicara merupakan suatu keterampilan menyampaikan pesansecara
lisan kepada orang lain. Penggunaan bahasa secara lisan dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang secara praktis langsung bisa kita simak: (a) pelafalan; (b)
5
https://dwimunawar.blogspot.com Diakses pada 28 November 2020 Pukul 08.02 WIB.
6
Djoko Purwanto, M.B.A, Komunikasi Bisnis Edisi 3, Erlangga.
7
https://dwimunawar.blogspot.com Diakses pada 28 November 2020 Pukul 08.02 WIB.

8
intonasi; (c) pilihan kata; (d) struktur kata dan kalimat; (e)
sistematikapembicaraan; (f) isi pembicaraan; (g) cara memulai dan mengakhiri
pembicaraan; dan (h) penampilan.
Segi pelafalan amat erat kaitannya dengan kemampuan fonologi, segi
intonasi bersinggungan dengan sisi sintaksis, segi pilihan kata berkaitan dengan
sisi semantik bahasa, sisi struktur kata berhubungan dengan linguistik dan
sintaksis. Dari segi sistematika dan isi pembicaraan berkaitan dengan
kompetensi wacana. Keterampilan berbicara juga berkaitan dengan
keterampilan analisis.Kesalahanhal tersebut sering membuat kita melakukan
kesalahan pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur kata, dan kalimat.
Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial
antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu
menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan
fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan
berbahasa lisan tersebut memudahkan peserta didik berkomunikasi dan
mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.
1. Korelasi Keterampilan Berbicara dengan Menyimak
Kegiatan berbicara dan menyimak merupakan dua kegiatan yang
secara praktis berbeda, namun saling terkait erat dan tak terpisahkan.
Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara sehingga kegiatan
berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi
komunikasi lisan. Di sisi lain kegiatan berbicara dan menyimak saling
melengkapi. Orang berbicara membutuhkan orang yang menyimak.
Begitu juga sebaliknya, orang bisa menyimak ada orang yang berbicara.
Melalui kegiatan menyimak kita mengenal ucapan kata, struktur kata,
dan struktur kalimat, dan bahkan logika seseorang.
2. Korelasi Keterampilan Berbicara dengan Membaca
Keterampilan berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana,
dan fungsi. Kegiatan berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui
sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi, sedangkan
kegiatan membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan
berfungsi sebagai penerima informasi.

9
Namun, kita Mendeskripsikan bila mayoritas bahan pembicaraan
sebagian besar diperoleh melalui kegiatan membaca. Semakin banyak
membaca semakin banyak informasi yang diperoleh seseorang hingga
akhirnya bisa menjadi bekal utama bagi yang bersangkutan untuk
mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain
melalui berbicara.
3. Korelasi Keterampilan Berbicara dengan Menulis
Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat aktif
produktif-ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai
informasi, pikiran-gagasan, maupun konsep/ide. Keduanya hanya
berbeda dalam media yang digunakan. Penyampaian informasi melalui
kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan
penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui
bahasa tulis.
Sebagaimana kita ketahui, informasi yang digunakan dalam
berbicara dan menulis diperoleh melalui kegiatan menyimak ataupun
membaca. Dalam praktiknya, kedua keterampilan tersebut tetap
mengindahkan kaidah berbahasa. Kesalahan atau keteledoran dalam
menerapkan kaidah berbahasa kadang bisa berakibat fatal. Wakil putri
Indonesia dalam pemilihan Miss Universe gagal ke babak berikutnya
karena kesalahannya dalam penggunaan bahasa lisannya. Banyak contoh
lain yang dapat kita lihat dalam konteks masyarakat kita, baik melalui
media maupun tatap muka.
D. Keefektifan Berbicara
1. Ketepatan pengucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-
bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat
dapat mengalihkan perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan
artikulasi yang digunakan tidak selalu sama. Setiap orang mempunyai
gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai
dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi, kalau

10
perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, dan menyimpang, maka
keefektifan komunikasi akan terganggu.
Setiap penutur tentu sangat dipengaruhi oleh bahasa ibunya. Misal-
nya, pengucapan kan untuk akhiran -kan yang kurang tepat,
memasukkan. Memang kita belum memiliki lafal baku, namun sebaiknya
ucapan kita jangan terlalu diwarnai oleh bahasa daerah, sehingga dapat
mengalihkan perhatian pendengar. Demikian juga halnya dengan
pengucapan tiap suku kata. Tidak jarang kita dengar orang mengucapkan
kata-kata yang tidak jelas suku katanya.
Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan
menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik
sehingga dapat mengalihkan perhatian pendengar, mengganggu
komunikasi, atau pemakainya dianggap aneh (Maidar dan Mukti, 1991).
2. Ketepatan intonasi
Kesesuaian intonasi merupakan daya tarik tersendiri dalam
berbicara dan merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang
dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan intonasi yang sesuai
dengan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya, jika penyampaiannya
datar saja, hampir dapat dipastikan menimbulkan kejemuan dan
keefektifan berbicara berkurang.
Demikian juga halnya dalam pemberian intonasi pada kata atau
suku kata. Tekanan suara yang biasanya jatuh pada suku kata terakhir
atau suku kata kedua dari belakang, kemudian ditempatkan pada suku
kata pertama. Misalnya kata peyanggah, pemberani, kesempatan, diberi
tekanan pada pe-, pem-, ke-, tentu kedengarannya janggal.
3. Pilihan kata (diksi)
Pilihan kata (diksi) hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas
maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran.
Pendengar akan lebih terangsang dan lebih paham, kalau kata-kata yang
digunakan sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer
tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk dan kata-
kata yang berasal dari bahasa asing. Kata-kata yang belum dikenal

11
memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun menghambat kelancaran
komunikasi. Pilihan kata itu tentu harus disesuaikan dengan pokok
pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara (pendengar).
4. Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar berbicara memudahkan pendengar
menangkap isi pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara
berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu
diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu penangkapan
pendengar, misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan sebagainya.
Sebaliknya, pembicara yang terlalu cepat berbicara juga menyulitkan pendengar
menangkap pokok pembicarannya.
E. Hambatan-hambatan Dalam Berbicara
Tidak semua orang memiliki kemahiran dalam berbicara di muka umum.
Namun, keterampilan ini dapat dimiliki oleh semua orang melalui proses
belajar dan latihan secara berkesinambungan dan sistematis. Terkadang dalam
proses belajar mengajar pun belum bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang merupakan hambatan dalam
kegiatan berbicara. Rusmiati (2002: 32) mengemukakan bahwa hambatan
tersebut terdiri atas hambatan yang datangnya dari pembicara sendiri (internal)
dan hambatan yang datang dari luar pembicara (eksternal).
1. Hambatan Internal
Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri
pembicara. Hal-hal yang dapat menghambat kegiatan berbicara ini
sebagai berikut.
a. Ketidaksempurnaan alat ucap
Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurna alat ucap akan
mempengaruhi kefektifan dalam berbicara, pendengar pun akan salah
menafsirkan maksud pembicara.
b. Penguasaan komponen kebahasaan
Komponen kebahasaan meliputi hal-hal berikut ini.
1) Lafal dan intonasi,
2) Pilihan kata (diksi),

12
3) Struktur bahasa,
4) Gaya bahasa.
Penggunaan komponen isi meliputi hal-hal berikut ini.
o Hubungan isi dengan topik,
o Struktur isi,
o Kualitas isi,
o Kuantitas isi.
o Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental
Seorang pembicara yang tidak menguasai komponen bahasa dan
komponen isi tersebut di atas akan menghambat keefektifan berbicara.
2. Hambatan Eksternal
Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi hambatan
yang datang dari luar dirinya. Hambatan ini kadang-kadang muncul dan
tidak disadari sebelumnya oleh pembicara. Hambatan eksternal meliputi
hal-hal di bawah ini.
a. Suara atau bunyi
b. Kondisi ruangan
c. Media
d. Pengetahuan pendengar
F. Sikap Mental Dalam Berbicara
Kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang membutuhkan berbagai
macam pengetahuan dan kemampuan yang sangat kompleks, salah satunya
adalah sikap mental. Sikap mental yang harus dibina oleh seorang pembicara
pada saat berbicara dijelaskan berikut ini.
1. Rasa Komunikasi
Dalam berbicara harus terdapat keakraban antara pembicara dan
pendengar. Jika rasa keakraban itu tumbuh. Dapat dipastikan tidak akan
terjadi proses komunikasi yang timpang. Pembicara yang baik akan
berusaha untuk menumbuhkan suasana komunikasi yang erat, seperti dalam
pembicaraan sehari-hari. Respon yang diharapkan dari pendengar adalah
komunikasi yang aktif.

13
2. Rasa Percaya Diri
Seorang pembicara harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Rasa
percaya ini akan menghilangkan keraguan, sehingga pembicara akan merasa
yakin dengan apa yang disampaikannya.
3. Rasa Kepemimpinan
Aminudin (1983: 12) mengemukakan bahwa rasa kepemimpinan yang
berhubungan dengan kegiatan berbicara adalah rasa percaya diri dari
pembicara bahwa dirinya mampu mengatur, menguasai, dan menjalin suasana
akrab dengan pendengarnya, serta mampu menyampaikan gagasan-
gagasannya dengan baik. Pembicara yang memiliki kemampuan dan mental
pemimpin akan mampu mengatur dan mengarahkan pendengar agar
berkonsentrasi terhadap pokok pembicaraan yang sedang dibahas.
G. Pembicara Yang Ideal
Pembicara merupakan seseorang yang dipercaya untuk menyampaikan
suatu hal, informasi, atau berita di depan umum. Seorang pembicara dapat
saja memiliki bidang dan mengambil kedudukan yang berbeda dalam
menyampaikan isi pembicaraannya. Kedudukan pembicara dapat
menyampaikan pembukaan atau penutup, menambah pengetahuan, serta
memotivasi dan mempersuasi pendengarnya untuk melakukan sesuatu.
Seorang pembicara ideal juga harus memiliki teknik-teknik dasar berbicara
yang baik. Dengan teknik-teknik dasar yang baik tersebut pembicara dapat
memperoleh perhatian dari pendengar.
Rusmiati (2002:30) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah ciri-ciri
pembicara yang baik untuk dikenal, dipahami, dan dihayati, serta dapat
diterapkan dalam berbicara. Ciri-ciri tersebut meliputi hal-hal di bawah ini.
1.   Memilih topik yang tepat.
Pembicara yang baik selalu dapat memilih materi atau topik
pembicaraan yang menarik, aktual dan bermanfaat bagi para pendengarnya,
juga selalu mempertimbangkan minat, kemampuan, dan kebutuhan
pendengarnya.
2.   Menguasai materi.

14
Pembicara yang baik selalu berusaha mempelajari, memahami,
menghayati, dan menguasai materi yang akan disampaikannya.
3.   Memahami latar belakang pendengar.
Sebelum pembicaraan berlangsung, pembicara yang baik berusaha
mengumpulkan informasi tentang pendengarnya.
4.   Mendeskripsikan situasi.
Mengidentifikasi mengenai ruangan, waktu, peralatan penunjang
berbicara, dan suasana.
5.   Tujuan jelas.
Pembicara yang baik dapat merumuskan tujuan pembicaranya yang
tegas dan jelas.
6.   Kontak dengan pendengar.
Pembicara berusaha memahami reaksi emosi, dan perasaan mereka,
berusaha mengadakan kontak batin dengan pendengarnya, melalui
pandangan mata, perhatian, anggukan, atau senyuman.
7.   Kemampuan linguistiknya tinggi.
Pembicara dapat memilih dan menggunakan kata, ungkapan, dan
kalimat yang tepat untuk menggambarkan jalan pikirannya, dapat
menyajikan materi dalam bahasa yang efektif, sederhana, dan mudah
dipahami.
8.   Menguasai pendengar.
Pembicara yang baik harus pandai menarik perhatian
pendengarnya, dapat mengarahkan dan menggerakkan pendengarnya ke
arah pembicaraannya.
9.   Memanfaatkan alat bantu.
10.  Penampilannya meyakinkan.
11.  Berencana.
Sedangkan, menurut Henry Guntur Tarigan menyebut ciri-ciri pembicara
yang ideal adalah sebagai berikut :
1. Mampu memilih topik yang tepat.
2. Menguasai materi.

15
3. Memahami latar belakang pendengar.8
4. Memahami situasi.
5. Merumuskan tujuan yang jelas.
6. Menjalin kontak dengan pendengar.
7. Memiliki kemampuan linguistik.
8. Menguasai pendengar.
9. Memanfaatkan alat bantu.
10. Meyakinkan dalam penampilan.
11. Mempunyai rencana.
Pembicara yang ideal memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut :
1. Memandang suatu hal dari sudut yang berbeda, mengambil titik pandang yang
tak terduga pada hal-hal yang umum.
2. Mempunyai wawasan yang luas, memikirkan dan membicarakan isu-isu dan
beragam pengalaman diluar kehidupan sehari-hari.
3. Antusias, menunjukkan minat besar pada apa yang diperbuat dalam kehidupan
maupun pada apa yang dikatakan pada kesempatan itu.
4. Tidak pernah membicarakan diri sendiri.
5. Mempunyai raa ingin tahu yang besar
6. Menunjukkan empati yaitu berusaha menempatkan diri sendiri pada posisi
untuk memahami apa yang dikatakan.
7. Mempunyai selera humor dan tidak keberatan mengolok-olok diri sendiri.
8. Memiliki gaya bicara sendiri yaitu memiliki pembawaan sikap dalam bicara
yang unik, menjadikan diri menarik dan mudah diingat.

A.

8
http://www.academia.edu Diakses Pada 28 November 2020 Pukul 08.30 WIB.

16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Berbicara
Berbicara merupakan kepandaian manusia untuk mengeluarkan suara dan
menyampaikan pendapat dari pikirannya.
2. Batas dan Tujuan Berbicara
Pembicara dan penyimak menjadi nyaman, tenang, dan tidak tergesa-gesa
untuk menyelesaikan topik pembicaraan. Maka dari itu, tujuan berbicara
terdapat beberapa aspek diantaranya :
a. Mengespresikan pikiran, perasaan imajinasi, gagasan, ide dan
pendapat.
b. Memberikan respon atau makna.
c. Menghibur orang lain.
d. Menyampaikan informasi kepada orang lain.
e. Membujuk atau mempengaruhi orang lain.
3. Keefektifan Berbicara:
a. Ketepatan pengucapan
b. Ketepatan intonasi
c. Pilihan kata (diksi)
d. Kelancaran
4. Hambatan-Hambatan dalam Berbicara:
a. Hambatan Internal : Ketidaksempurnaan alat ucap, Penguasaan komponen
kebahasaan
b. Hambatan Eksternal : Suara atau bunyi, Kondisi ruangan, Media,
Pengetahuan pendengar
5. Sikap Mental dalam Berbicara:
a. Rasa Komunikasi
b. Rasa Percaya Diri
c. Rasa Kepemimpinan
6. Pembicara ideal memiliki ciri – ciri antara lain :
a. Memandang suatu hal dari sudut yang berbeda, mengambil titik pandang
yang tak terduga pada hal-hal yang umum.

17
b. Mempunyai wawasan yang luas , memikirkan dan membicarakan isu-isu dan
beragam pengalaman diluar kehidupan sehari-hari.
c. Antusias, menunjukkan minat besar pada apa yang diperbuat dalam
kehidupan maupun pada apa yang dikatakan pada kesempatan itu.
d. Tidak pernah membicarakan diri sendiri.
e. Mempunyai raa ingin tahu yang besar
f. Menunjukkan empati yaitu berusaha menempatkan diri sendiri pada posisi
untuk memahami apa yang dikatakan.
g. Mempunyai selera humor dan tidak keberatan mengolok-olok diri sendiri.
h. Memiliki gaya bicara sendiri yaitu memiliki pembawaan sikap dalam bicara
yang unik, menjadikan diri menarik dan mudah diingat.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi
pembaca mengenai hakikat berbicara, jenis-jenis berbicara, dan pembicara
ideal.Dan demi penyempurnaan makalah, penulis membuka kritik yang
konstruktif dari pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA

Djoko Purwanto, M.B.A. Komunikasi Bisnis Edisi 3, Erlangga.


http://eprints.ums.ac.id
http://www.academia.edu
https://dwimunawar.blogspot.com
https://id.wikipedia.org
Nuraeni. 2002. Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Dan Apresiasi Bahasa Dan
Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPG.
Subhaini, Sa'adiyah, Armiya. 2017. Keterampilan Berbicara. Syiah Kuala
University Press.

19

Anda mungkin juga menyukai