Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA

“Hakikat Berbicara”

Oleh: Kelompok 5

1. Meiliza Aulia 22129175


2. Indah Dwi Febrianti 22129040
3. Mutiara Adesa Madani 22129062
4. Nada Asila Raihanah 22129184
5. Muhammad Iqra Fahren 22129325

Dosen pengampu:

Dra, Elfia Sukma, M. Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Hakikat Berbicara” ini tepat waktu.
Kami mengucapkan terimakasih sebesa-besarnya kepada Ibuk Dra. Elfia Sukma,
M.Pd selaku dosen. Keterampilan Bahasa Indonesia Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membatu proses penyusunan
makalah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal mungkin. Terlepas dari itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperabiki makalah ini. Demikian yang dapat
kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Padang, 17 Oktober 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2

C. Tujuan Masalah ..................................................................................................... 2

BAB II .............................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN............................................................................................................... 3

A. Pengertian Hakikat Keterampilan Berbicara ......................................................... 3

B. Tujuan Keterampilan Berbicara............................................................................. 4

C. Jenis-Jenis Keterampilan Berbicara ...................................................................... 6

BAB III ........................................................................................................................... 10

PENUTUP ...................................................................................................................... 10

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 10

B. Saran .................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu di muka bumi terhubung dengan sebuah interaksi bernama
komunikasi. Dalam berkomunikasi dibutuhkan sebuah ketrampilan, yakni
keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa merupakan salah satu
keterampilan yang dimiliki oleh setiap individu tanpa rasa sadar. Setiap invidu yang
terlahir ke muka bumi memiliki tingkat keterampilan berbahasa yang berbeda-beda.
Keterampilan berbahasa sendiri terbagi menjadi dua bagian, yakni keterampilan
berbahasa reseptif dan keterampilan berbahasa produktif. MenurutKamus Besar
Bahasa Indonesia kata reseptif sendiri memiliki makna menerima, sedangkan
produktif memiliki makna menghasilkan atau memperoleh.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa keterampilan berbahasa


reseptif merupakan keterampilan berbahasa yang paling dasar, dibandingkan
keterampilan berbahasa produktif Pembelajaran bahasa Indonesia terdiri atas tiga
komponen, yaitu (1) keterampilan berbahasa Indonesia, (2) pengetahuan
kebahasaan bahasa Indonesia atau tata Bahasa Indonesia, dan (3) apresiasi sastra.
Pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia terdiri lagi atas empat aspek, yaitu
(1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Berdasarkan hal
tersebut, berbicara merupakan salah satu aspek dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia.

Kemampuan berbicara memang dapat dimiliki oleh semua manusia normal.


Akan tetapi, keterampilan berbicara tidak dapat dimiliki oleh setiap manusia. Bukan
berarti bahwa keterampilan berbicara tidak dapat dimiliki oleh semua orang. Setiap
orang yang mau berlatih dengan sungguh-sungguh dapat terampil berbicara. Untuk
itulah pembelajaran berbicara diperlukan di sekolah. Harapannya agar siswa-siswa
kita terampil berbicara. Pembelajaran berbicara merupakan yang penting untuk
diajarkan dan tidak boleh dia-baikan.Sebab, melalui pembelajaran ini siswa
diharapkan mampu mengungkapkan/menyampaikan pikiran, pendapat, ide, gagasan,

1
atau perasaannya dengan baik. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran berbicara
di sekolah yaitu agar siswa dapat berkomunikasi dalam berbagai situasi secara
tepat dan benar dengan menggunakan Bahasa Indonesia lisan untuk mengemukakan
pemikiran, pendapat, perasaan, dan pengalaman, serta menjalin komunikasi,
melakukan interaksi sosial dengan anggota masyarakat yang lain. Keterampilan
berbicara memiliki peranan penting dalam upaya melahirkan generasi masa depan
yang cerdas, kreatif, kritis dan berbudaya. Dengan menguasai keterampilan
berbicara,siswa mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas
sesuai materi dan situasi pada saat dia sedang berbicara. Keterampilan berbicara
juga mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu
berbicara yang komunikatif, jelas, runtut, mudah dipahami. Selain itu, keterampilan
berbicara juga mampu melahirkan generasi masa depan yang kritis karena mereka
memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, atau perasaan
kepada orang lain secara runtut dan sistematis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, kami mengambil beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud hakikat berbicara?


2. Apa tujuan dari keterampilan berbicara?
3. Apa saja jenis-jenis keterampilan berbicara?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian hakikat berbicara.
2. Mengetahui tujuan dari keterampilan berbicara
3. Mengetahui jenis-jenis keterampilan berbicara

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakikatt Keterampilan Berbicara


Kegiatan berbicara merupakan aktivitas yang tidak bisa lepas dari kehidupan
manusianormal dari zaman dahulu sampai zaman sekarang ini. Sebab, berbicara itu
merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang yang alami yang dimiliki
manusia. Berbeda halnya dengan kemampuan berbahasa yang lain, seperti membaca
dan menulis, tidak semua manusia normal mampu melakukan kegiatan membaca
dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis membutuhkan latihan yang lebih
khusus lagi untuk mampu memilikinya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas (Taufina dkk, 2019).

Keterampilan adalah kemampuan peserta didik dalam melakukan berbagai


aktivitas dalam usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Keterampilan tersebut
perlu dilatih kepada peserta didik sejak dini supaya di masa yang akandatang
peserta didik akan tumbuh menjadi generasi yang terampil dan cekatan dalam
melakukan segala aktivitas, dan mampu menghadapi permasalahan dalam hidup
mereka. Keterampilan berbicara tidak dimiliki oleh setiap manusia menurut
Tarigan. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
ataukata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Pengertian tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa
berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk
menyampaikan apa yang akan disampaikan baikitu perasaan, ide atau gagasan.

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk


mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan.
Pengertian ini pada intinya mempunyai makna yang sama dengan pengertian yang
disampaikan oleh Tarigan yaitu bahwa berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-
kata. Keterampilan berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengapresiasi, menyatakan,
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara dapat ditinjau sebagai seni

3
dan sebagai ilmu. Berbicara sebagai seni menekankan penerapannya sebagai alat
komunikasi dalam masyarakat, dan yang menjadi perhatiannya antara lain
(1)berbicara di muka umum, (2) diskusi kelompok, dan (3) debat. Mengemukakan
pengertian berbicara sebagai keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa
lisan sebagaiaktivitas untuk menyampaikan gagasan yang disusun serta
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak. Pengertian ini menjelaskan
bahwa berbicara tidak hanya sekedar mengucapkan kata-kata, tetapi menekankan
pada penyampaian gagasan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan penyimak atau penerima informasi atau gagasan.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan


bahwaketerampilan berbicara adalah kemampuan pengucapan kata-kata yang
bertujuan untuk mengekspresikan dan menyampaikan apa yang akan disampaikan
baik itu perasaan, ide atau gagasan.

B. Tujuan Keterampilan Berbicara


Tujuan keterampilan berbicara di sekolah dasar yaitu untuk melatih siswa agar
terampildalam berbicara. Keterampilan berbicara siswa dapat dilatih dengan
cara memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat secara lisan.
Agar tujuan berbicara dapat tercapai dengan baik maka ada beberapa aspek yang
perlu diperhatikan, diantaranya aspek kelancaran berbicara, keruntutan berbicara,
dan ketangkasan. Adapun tujuan berbicaramenurut Tarigan adalah

a. Menghibur
b. Menginformasikan
c. Menstimulus
d. Menyakinkan
e. Menggerakkan

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan


pikiransecara efektif, pembicara harus memahami makna segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan. Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga tujuan umum, yaitu
memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to

4
entertain), membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade). Agar
dapat menyampaikan informasi dengan efektif, sebaiknya pembicara memahami isi
pembicaraannya, dan dapat mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengar.
Jadi, bukan hanya apa yang akan dibicarakan, akan tetapi bagaimana
mengemukakannya. Program tujuan pengajaran keterampilan berbicara harus
mampu memberikan kesempatan kepada setiap individu untukdapat mencapai
tujuan yang dicita-citakan. Tujuan tersebut mencakup hal-hal berikut

1. Kemudahan berbicara
Peserta didik harus dapat kesempatan yang besar untuj berlatih
berbicara sampaimereka mampu mengembangkan keterampilan berbicara
secara lancar, dan menyenangkan baik di dalam kelompok kecil maupun di
hadapan pendengar umum. Para peserta didik perlu mengembangkan
kepercayaan yang tumbuh melalui latihan.
2. Kejelasan
Dalam hal ini peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas baik
artikulasi maupundiksi kalimat-kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus
tersusun dengan baik. Agar kejelasan dalam berbicara tesebut bisa tercapai
dengan baik.
3. Bertanggung jawab
Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicaraan untuk
bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sungguh-
sungguh mengenai topik yang akan dijadikan pembicaraan, tujuan pembicaraan,
siapa yang diajak berbicara, dan bagaimana sitausi pembicaraan serta
momentumnya pada saat itu.
4. Membentuk pendengaran yang kritis
Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan
menyimak secara tepat dan kritis juga menjadi tujuan utama program
pembelajaran ini. Disini peserta perlu belajar untuk dapat mengevaluasi kata-
kata yang telah diucapkan.
5. Membentuk kebiasaan

5
Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa ada niat yang sungguh-sungguh
dari peserta didik. Kebiasaan ini diwujudkan melalui interaksi dua orang atau
atau lebihyang telah disepakati sebelumnya.

C. Jenis-Jenis Keterampilan Berbicara


Keterampilan berbicara dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu

 Berdasarkan situasi pembicaraan,


 Berdasarkan tujuan pembicara
 Berdasarkan jumlah penutur, dan
 Berdasarkan metode yang digunakan
1. Keterampilan Berbicara Berdasarkan Situasi Pembicaraan
Berdasarkan situasi pembicaraan, keterampilan berbicara dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu berbicara formal dan nonformal.
a. Berbicara Formal
Berbicara formal adalah berbicara yang harus mengikuti peraturan atau
kaidah yang berlaku. Peraturan yang dimaksud dapat berupa peraturan
penggunaan bahasa baku dan peraturan pembicaraan. Peraturan penggunaan
bahasa baku, misalnya dalam bahasa Indonesia terdapat kaidah ‘pelafalan
huruf atau kata berdasarkan tulisan huruf atau kata tersebut’. Huruf /u/ pada
kata universal salah bila dilafalkan zuniversal. Begitu juga huruf /c/ yang
sering dilafalkan /se/. Pelafalan kata juga masih sering ditemukan salah,
misalnya kata sistem dilafalkan sistim, apotek dilafalkan apotik, bus
dilafalkan bes, bahkan bis yang bermakna lain, yaitu ‘tempat memasukkan
surat yang akan dikirimkan melalui jasa kantor pos’, dll. Penggunaan bahasa-
bahasa gaul seperti gue, eloh, biarin, jadiin, dll. juga tidak diperkenankan
dalam situasi resmi. Peraturan pembicaraan, misalnya, dalam situasi diskusi,
seseorang bila ingin berpendapat harus melalui moderator terlebih dahulu,
tidak diperkenankan semaunya sendiri. Berbicara formal meliputi diskusi,
wawancara, debat, berpidato, rapat, bercerita (dalam situasi formal), dll.
b. Berbicara Nonformal

6
Berbicara nonformal adalah berbicara tanpa adanya aturan atau kaidah.
Definisi ini bukan berarti berbicara nonformal adalah berbicara semaunya
sendiri tanpa memperhatikan lawan tuturnya. Aturan ini lebih bersifat bebas
atau santai dari berbicara formal. Penggunaan bahasa gaul, seperti gue, eloh,
dan biarin diperkenankan dalam situasi ini. Walaupun sifatnya lebih bebas,
penutur diharapkan tetap mematuhi aturan pelafalan huruf atau kata seperti
yang dicontohkan di atas. Berbicara nonformal meliputi bertukar pengalaman,
percakapan sehari-hari, penyampaian berita, pengumuman, bertelepon, dan
memberi petunjuk. Keformalan atau ketidakformalan berbicara juga dapat
bersifat fleksibel. Artinya, keformalan dan ketidak formalan sangat
ditentukan oleh situasi pembicaraan. Penyampaian berita, misalnya, akan
bersifat formal apabila disampaikan dalam situasi formal. Akan tetapi,
penyampaian berita dapat bersifat nonformal apabila yang dimaksud
penyampaian berita antarteman.
2. Keterampilan Berbicara Berdasarkan Tujuan
Pembicara Keterampilan berbicara berdasarkan tujuan pembicaraan
dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
a. Berbicara untuk Menginformasikan
Berbicara untuk menginformasikan adalah berbicara yang bertujuan
untuk memberitakan, memberi tahu, atau memberi pesan tertentu kepada
lawan bicara. Yang termasuk ke dalam berbicara ini adalah percakapan
sehari-hari, berbicara untuk memberi petunjuk, dan penyampaian berita.
b. Berbicara untuk Menghibur
Berbicara untuk menghibur adalah berbicara yang bertujuan untuk
menghibur atau membuat senang lawan bicara. Yang termasuk ke dalam
berbicara ini, misalnya bernyanyi, berpuisi, memberikan motivasi, dan
memberikan penguatan.
c. Berbicara untuk Menstimuli
Berbicara untuk menstimuli adalah berbicara yang bertujuan untuk
memberikan dorongan, rangsangan, atau stimulus kepada lawan bicara.

7
Dalam berbicara ini, biasanya, penutur menghadirkan contoh-contoh atau
ilustrasi agar dapat menjadi rangsangan bagi lawan tuturnya.
d. Berbicara untuk Menyakinkan
Berbicara untuk menyakinkan adalah berbicara yang bertujuan untuk
mempengaruhi (persuasif) lawan bicara. Karakteristik berbicara ini adalah
dengan memberikan landasan teori, konsep, janji, atau alasan tertentu agar
lawan bicara lebih percaya atau yakin dan mengikuti apa yang dibicarakan.
Yang termasuk ke dalam jenis berbicara ini adalah berbicara untuk
mensihati, berargumentasi, berceramah atau berpidato, memberi saran,
meminta atau meminjam sesuatu, dll.
3. Keterampilan Berbicara Berdasarkan Jumlah Pembicara
Keterampilan berbicara berdasarkan jumlah pembicara dapat dibedakan
menjadi tiga bagian, yaitu (1) berbicara sendiri, (2) berbicara antarpribadi, dan
(3) berbicara antarkelompok.
a. Berbicara Sendiri
Berbicara sendiri (monolog) adalah berbicara yang dilakukan tanpa
adanya lawan bicara. Jenis berbicara ini sering ditemukan pada pementasan
drama. Pemain sering berbicara pada dirinya sendiri atau membicarakan
orang ketiga.
b. Berbicara Antar pribadi Berbicara antar pribadi (dialog) adalah berbicara
yang dilakukan perseorangan (pembicara) kepada perseorangan (lawan
bicara). Yang termasuk ke dalam berbicara ini, misalnya bertelepon dan
bercakap-cakap.
c. Berbicara Antar kelompok
Berbicara antar kelompok adalah berbicara yang dilakukan kelompok
satu dengan kelompok yang lain. Yang termasuk ke dalam berbicara ini
adalah berdiskusi. Berbicara perseorangan tetapi mewakili kelompok kepada
kelompok lain juga termasuk ke dalam berbicara ini, misalnya berdemo dan
berkampanye.
4. Keterampilan Berbicara Berdasarkan Metode yang Digunakan

8
Keterampilan berbicara berdasarkan metode yang digunakan dapat
dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu (1) berbicara mendadak atau tanpa
persiapan, (2) berbicara membaca naskah, (3) berbicara menghafal, (4) berbicara
ekstemporan.
a. Berbicara Mendadak atau Tanpa Persiapan
Berbicara mendadak atau tanpa persiapan disebut juga berbicara
impromptu, yaitu berbicara yang menggunakan metode serta merta yang
dilakukan berdasarkan kebutuhan sesaat.
b. Berbicara Membaca Naskah
Berbicara membaca naskah adalah metode berbicara yang tergantung
penuh terhadap naskah yang dibaca. Berbicara ini akan terasa kaku karena tanpa
memperhatikan mimik atau pantomimik. Di sisi lain, berbicara jenis ini dapat
meminimalisasikan faktor lupa
c. Berbicara Menghafal
Berbicara menghafal adalah berbicara yang menggunakan metode tanpa
naskah atau teks. Berbicara ini sangat mengandalkan ingatan. Akibatnya,
pembicara berbicara dengan cepat tanpa menghayati maknanya, sulit
menyesuaikan diri dengan konteks pendengar, dan penampilan menjadi tidak
menarik atau membosankan.
d. Berbicara Ekstemporan
Berbicara ekstemporan adalah berbicara dengan menggunakan metode
perpaduan antara metode menghafal dengan metode membaca naskah. Artinya,
pembicara sebelumnya sudah menguasai teks kemudian menyiapkan catatan
kecil yang berisi garis-garis besar masalah yang hendak disampaikan. Dalam
metode ini, pembicara akan lebih santai dan menyesuaikan diri dengan konteks
yang terjadi saat itu.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa sumber yang ditemukan, keterampilan berbicara adalah
kemampuan pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk menyampaikan informasi,
ide, gagasan, atau perasaan kepada seseorang atau kelompok secara
lisan. Keterampilan berbicara dipandang memiliki peranan sentral dalam tujuan
pembelajaran bahasa, karena hakekat belajar bahasa adalah belajar komunikasi,
terutama komunikasi lisan. Keterampilan berbicara memiliki peranan penting dalam
upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kreatif, kritis, dan
berbudaya. Keterampilan berbicara juga bisa menunjang keterampilan bahasa
lainnya dan sering dipandang sebagai tolak ukur utama untuk menilai keberhasilan
dalam pembelajaran bahasa. Keterampilan berbicara mempunyai empat komponen,
yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, dan kesatuan
komponen tersebut sangat erat hubungannya sehingga disebut catur
tunggal. Keterampilan berbicara hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara
praktek dan banyak latihan.

B. Saran
Kami menyadari akan kekurangan dalam makalah ini, untuk itu para pembaca
dapat lebih menggali lagi sumber-sumber lainnya untuk guna penyempurnaan atau
kearah yang lebih baik lagi. Jadi kami harapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca untuk kami lebih baik dan sempurna lagi dalam pembuatan
makalah selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA
Setyonegoro, A. (2013). Hakikat, alasan, dan tujuan berbicara (dasar pembangun
kemampuan berbicara mahasiswa). Pena: Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra, 2(2). 1-14

Harianto, E. (2020). Metode bertukar gagasan dalam pembelajaran keterampilan


berbicara. Didaktika: Jurnal Kependidikan, 9(4), 411-422.

Eriyanti, R. W. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Keterampilan Berbicara Interaktif


Bagi Mahasiswa. KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan
Pengajarannya, 3(1), 98-106.

Hermansyah, A. K., Suyono, S., & Hasanah, M. (2017). Desain pembelajaran berbicara
untuk mengenalkan nilai-nilai moral kemanusiaan melalui bermain peran. Jurnal
Edukasi, 4(1), 38-42.

11

Anda mungkin juga menyukai