Anda di halaman 1dari 25

KONSEP DASAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SD

“Hakikat, Jenis, dan Analisis Penerapan Keterampilan Menyimak.”

Makalah Ini Dibuat untuk Melengkapi Tugas Kelompok Mata Kuliah Konsep Dasar
Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

Oleh :
KELOMPOK II
DINA ERINA NASUTION (22124013)
ELZA EKA LESTARI (22124072)
THREE RAHMADONA (22124060)

Dosen Pengampu :
Dr. Darnis Arief, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyusun makalah “Konsep Dasar Bahasa dan Sastra Indonesia di SD”
ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah
mempercayakan makalah ini pada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari kekurangan dalam pembuatan makalah ini baik materi yang
disampaikan maupun sistematis penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah yang penulis buat dapat dimanfaatkan sebagaimana
mestinya. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Padang, September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… ii
BAB I……………………………………………………………………………… 1
PENDAHULUAN………………………………………………………………….… 1
A. Latar Belakang………………………………………………………………..… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………. 1
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………2
BAB II…………………………………………………………………………………3
PEMBAHASAN…………………………………………………………………….. 3
A. Hakikat Keterampilan Menyimak………………………………………………. 3
B. Peranan Keterampilan Menyimak………………………………………………. 11
C. Efektivitas Keterampilan Menyimak…………………………………………… 16
D. Jenis-jenis Menyimak di Sekolah Dasar…………………………………………22
E. Praktik Menyimak……………………………………………………………… 25
F. Analisis KD kurikulum Bhs Indonesia SD Menyimak………………………… 25
BAB III………………………………………………………………………………. 25
PENUTUP…………………………………………………………………………… 25
A. Kesimpulan…………………………………………………………………….. 26
B. Saran…………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa disebut juga alat komunikasi yang merupakan kemampuan seseorang
dalam berinteraksi terhadap orang lain. Bahasa juga memiliki peranan yang sangat
penting dalam dunia pendidikan, yaitu bahasa Indonesia (Saputri dalam Magdalena,
2021:244). Fungsi bahasa adalah untuk komunikasi. Untuk dapat berkomunikasi
dengan baik, ada empat keterampilan bahasa yang harus dikuasi, salah satunya yaitu
keterampilan menyimak. Keterampilan menyimak adalah suatu proses keterampilan
yang kompleks. Keterampilan ini meliputi mendengarkan,memahami, menafsrkan
bunyi bunyi yang telah dikenalnya, kemudian mencoba memaknai bunyi bunyi
tersebut, dan Meresponnya. Keterampilan menyimak merupakan pemerolehan yang
natural sebelum menguasai berbicara dan keterampilan berbahasa yang lainnya.
Pada kenyataannya, menyimak lebih banyak digunakan dibandingkan
keterampilan lain. Menyimak digunakan dua kali lebih banyak daripada berbicara,
empat kali lebih banyak dari pada membaca, lima kali lebih banyak dari menulis
(Prihatin, 2017:47). Sehingga keterampilan ini sangat penting di dalam pembelajaran
dan termasuk ke dalam materi yang ada di kurikulum di sekolah. Untuk itu dalam
makalah ini penulis akan membahas tentang, “Hakikat, Peran, Efektivitas, Jenis,
Praktik Keterampilan Menyimak serta Analisis KD Kurikulumnya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut ini:
1. Bagaimana Hakikat Keterampilan Menyimak?
2. Bagaimana Peranan Keterampilan Menyimak?
3. Bagaimana Efektivitas Keterampilan Menyimak?
4. Apa Saja Jenis-jenis Menyimak di Sekolah Dasar?
5. Bagaimana Praktik Keterampilan Menyimak?
6. Bagaimana Analisis KD Kurikulum Bahasa Indonesia SD Menyimak?

C. Tujuan Penulisan

3
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Hakikat Keterampilan Menyimak
2. Peranan Keterampilan Menyimak
3. Efektivitas Keterampilan Menyimak
4. Jenis-jenis Menyimak di Sekolah Dasar
5. Praktik Keterampilan Menyimak
6. Analisis KD Kurikulum Bahasa Indonesia SD Menyimak

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Keterampilan Menyimak
Menyimak merupakan keterampilan yang pertama kali dipelajari manusia.
Sejak manusia bayi, bahkan dalam kandungan sudah mulai belajar menyimak
(Prihatin, 2014:45). Dilanjutkan ketika dilahirkan, proses belajar menyimak terus-
menerus dilakukan melalui kata-kata yang diucapkan dari orang-orang sekitar. Seiring
dengan perjalanan waktu dan proses menyimak yang terus-menerus, akhirnya
seseorang dapat meniru berbicara.
Pada usia pra sekolah dan kemudian pada jenjang sekolah dasar, barulah
diperkenalkan pada aspek keterampilan lain, yaitu berbicara, membaca, dan menulis
(Nurjamal, dalam Prihatin, 2017:46). Berdasarkan pendapat tersebut, menyimak
merupakan keterampilan yang sudah diperoleh anak sejak dari dalam kandungan dan
merupakan keterampilan awal yang harus dikuasai anak untuk mendukung dalam
pembelajaran keterampilan berbicara, membaca, dan menulis yang akan diajarkan
secara intensif di sekolah. Tahapan pembelajaran selanjutnya, menyimak merupakan
prasyarat mutlak untuk seseorang menguasai informasi, bahkan penguasaan ilmu
pengetahuan itu diawali dengan kemauan-kemauan menyimak secara sungguh-
sungguh. Semakin banyak seseorang menyimak hal-hal positif, maka akan semakin
banyak pengetahuan yang dikuasai.
Iskandar wassid dan Sunendar (dalam Prihatin, 2017:46) memaparkan bahwa
mendengarkan atau menyimak bahasa adalah suatu jenis mendengarkan dan
menyimak yang pada umumnya biasa dikerjakan oleh peserta didik di dalam suatu
kelas belajar yang meminta upaya kesadaran mental. Pada waktu proses
pembelajaran, keterampilan menyimak jelas mendominasi aktivitas siswa atau
mahasiswa dibandingkan dengan keterampilan lainnya, termasuk keterampilan
berbicara. Namun, keterampilan ini baru diakui sebagai komponen utama dalam
pembelajaran berbahasa pada tahun 1970-an yang ditandai oleh munculnya teori Total
Physical Response (TPS) dari James Asher, The Natural Approach, dan Silent Period.
Menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif
(Mulyati, 2014:10). Yang dimaksud dengan keterampilan menyimak di sini bukan
berarti hanya sekadar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melalui alat
pendengarannya, melainkan sekaligus memahami maksudnya. Oleh karena itu, istilah
mendengarkan sering diidentikkan dengan menyimak. Istilah

5
mendengarkan/menyimak berbeda dari istilah mendengar. Meskipun sama-sama
menggunakan alat pendengaran, mendengarkan berbeda dengan mendengar. Pada
kegiatan mendengar tidak tercakup unsur kesengajaan, konsentrasi, atau bahkan
pemahaman. Sementara pada kegiatan mendengarkan terdapat unsur-unsur
kesengajaan, dilakukan dengan penuh perhatian dan konsentrasi untuk memperoleh
pemahaman yang memadai.
Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan
mendengarkan melalui proses yang tidak kita sadari yang disebut dengan proses
aquisition (pemerolehan), bukan melalui proses learning (pembelajaran). Oleh karena
itu, kita pun tidak menyadari begitu kompleksnya proses pemerolehan keterampilan
mendengarkan tersebut.
Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan, yaitu situasi mendengarkan secara
interaktif dan situasi mendengarkan secara noninteraktif.
Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan
percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini
kita secara bergantian melakukan aktivitas mendengarkan dan berbicara. Oleh karena
itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta
lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya, atau mungkin memintanya
berbicara agak lebih lambat. Contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu
mendengarkan radio, TV, film, khotbah, atau mendengarkan dalam acara-acara
seremonial.
Dalam situasi mendengarkan noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta
penjelasan dari pembicara, tidak bisa meminta pembicara mengulangi apa yang
diucapkannya, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat. Berikut ini adalah
keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami
apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus:
1. menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat
jangka pendek (short-term memory);
2. berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa
target;
3. menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intonasi;
menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata;
4. membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar;
5. mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus (typical word-order patterns);

6
6. mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan;
7. menebak makna dari konteks;
8. mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes);
9. menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis;
10. mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices);
11. mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan
unsur-unsur lainnya.
Keterampilan menyimak adalah suatu proses keterampilan yang kompleks.
Keterampilan ini meliputi mendengarkan,memahami, menafsrkan bunyi bunyi yang
telah dikenalnya, kemudian mencoba memaknai bunyi bunyi tersebut, dan
meresponnya (Santoso dalam Magdalena, dkk., 2021:245). Tujuan mendasar
pembelajaran menyimak pada siswa SD, yakni melatih pemahaman bahasa lisan dan
melatih keterampilan logika berfikirnya, sehingga siswa dapat merespon, menerima,
memahami, mengidentifikasi, menafsirkan, dan mereaksi informasi yang diterimanya
dari individu yang lain.
Kompetensi umum pembelajaran menyimak adalah mendengarkan suara,
berita, petunjuk, pengumuman, bunyi bahasa,kaset lagu, penjelasan, laporan,
ceramah/khotbah, pidato, dan pengumuman agar siswa dapat merespon dan
mengapresiasi yang didengarkannya.
Adapun proses menyimak diantaranya yaitu: a) Tahap mendengar hearing, b)
Tahap memahami understanding, c) Tahap menginterpretasi interpreting, d) Tahap
mengevaluasi evaluating, e) Tahap menanggapi responding.
Kemampuan menyimak siswa Sekolah Dasar:
1) Taman Kanak-kanak (2 - 6 tahun)
a) Menyimak pada teman-teman sebaya dalam kelompok-kelompok
bermain; b) Mengembangkan waktu perhatian yang samgat panjang terhadap
cerita atau dongeng; c) Dapat mengingat petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan
yang sederhana.
2) Kelas Satu (2-7 tahun)
a) Menyimak untuk menjelaskan atau menjernihkan pikiran atau untuk
mendapatkan jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan; b) Dapat
mengulangi secara tepat sesuatu yang telah didengarnya; c) Menyimak bunyi-
bunyi tertentu pada kata-kata dan lingkungan.

7
3) Kelas dua (2-8 tahun)
a) Menyimak dengan kemampuan memilih yang meningkat; b)
Membuat saran-saran, usul-usul, dan mengemukakan pertanyaanpertanyaan
untuk mengecek pengertiannya; c) Sadar akan situasi, kapan sebaiknya
menyimak, kapan pula sebaiknya tidak usah menyimak.
4) Kelas Tiga dan Empat (2 – 10 tahun)
a) Sungguh-sungguh sadar akan nilai menyimak sebagai suatu sumber
informasi dan sumber kesenangan; b) Menyimak pada laporan orang lain, pita
rekaman laporan mereka sendiri, dan siaran-siaran radio dengan maksud
tertentu serta dapat menjawab pertanyaa-pertanyaan yang bersangkutan
dengan hal itu; c) Memperlihatka keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresi-
ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.
5) Kelas Lima dan Enam
a) Menyimak secara kritis terhadap kekeliruan-kekeliruan,
kesalahankesalahan, propaganda-propaganda, dan petunjuk-petunjuk yang
keliru; b) Menyimak pada aneka ragam cerita, puisi, rima kata-kata, dan
memperoleh kesenangan dalam menemui tipe-tipe baru.

B. Peranan Keterampilan Menyimak


Keterampilan menyimak berperan penting bagi keberhasilan akademik siswa.
Melalui keterampilan menyimak siswa dapat memperoleh pengetahuan secara
langsung yang dipaparkan oleh guru. Di sekolah dasar, pemahaman materi tidak
terlepas dari peran guru yang menerangkan materi secara langsung. Meskipun
penggunaan media pembelajaran membantu akan tetapi siswa tetap membutuhkan
penjelasan dari guru. Bila siswa dapat menyimak dengan baik maka mereka dapat
menerima, menalar, dan menghubungkan informasi baru dengan informasi lama.
Kemudian, keterampilan menyimak selalu memiliki kaitan dengan keterampilan
berbahasa yang lain (Diakidoy, dalam Rahman, dkk.,2019:19).
Keterampilan menyimak berperan penting dalam penguasaan keterampilan
berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menyimak yang baik sangat penting
dimiliki oleh setiap siswa, karena dengan keterampilan menyimak akan
mempermudah siswa dalam menguasai tiga keterampilan berbahasa yang lain dan
mempermudah memahami setiap mata pelajaran yang diajarkan. Di sisi lain,

8
keterampilan menyimak terlibat dalam proses pengembangan bersosial siswa. Melalui
menyimak, siswa dapat memahami pemikiran temannya dan menjadi pendengar yang
baik dalam pertemanan. Keterampilan menyimak menyediakan input aural yang
berfungsi sebagai dasar untuk pemerolehan bahasa dan memungkinkan peserta didik
untuk berinteraksi dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Tanpa belajar menyimak,
orang mungkin tidak dapat berbicara, membaca dan menulis. Selain itu, aktivitas
menyimak dapat memberikan kenikmatan dan merangsang minat budaya, partisipasi
dalam budaya sasaran melalui film, radio, TV, lagu, dan seni pertunjukan, apresiasi
keindahan bahasa kiasan, ucapan, ekspresi sehari-hari, serta pemenuhan kebutuhan
sosial seperti pengembangan hubungan, kepercayaan, mengumpulkan informasi untuk
setiap kebutuhan hidup. Adapun peran menyimak diantaranya yaitu (Laia, 2020:12): a
) Landasan belajar berbahas b ) Penunjang keterampilan berbicara , membaca dan
menulis c ) Pelancar komunikasi lisan d ) Penambah informasi.
Menyimak adalah keterampilan untuk memahami dan menafsirkan pesan yang
disampaikan secara lisan oleh orang lain. Menyimak merupakan suatu faktor yang
penting dalam kehidupan manusia, karena melalui kegiatan menyimak setiap individu
dapat memahami berbagai informasi yang disampaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Proses menyimak merupakan kegiatan yang direncanakan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Pentingnya mencapai tujuan tersebut menimbulkan kegiatan berpikir
dalam menyimak. Kegiatan menyimak yang tidak tepat dapat menimbulkan tujuan
menyimak tidak tercapai.
Menurut Iskandarwassid & Sunendar (dalam Rahman, dkk., 2019:20)
menyimak memiliki tujuan yang beraneka ragam di antaranya sebagai berikut.
1) Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dapat
memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.
2) Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan
penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau
yang diperdengarkan.
3) Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar dapat
menilai apa-apa yang disimak.
4) Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar
dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimak.

9
5) Menyimak untuk mengomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak dengan
maksud agar dapat mengomunikasikan ideide, gagasan-gagasan, maupun
perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
6) Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan
tujuan agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang
membedakan arti dan mana bunyi yang tidak membedakan arti.
7) Menyimak untuk memecahkan masalah secara secara kreatif dan analisis.
8) Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya
terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan.

C. Efektivitas Keterampilan Menyimak


Efektivitas menyimak bergantung kepada sejumlah faktor, diantaranya,
yaitu:
a.       Pembicara
b.      Pembicaraan
c.       Situasi
d.      Penyimak
Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan, ide, informasi
kepada para pendengar melalui bahasa lisan. Kualitas pembicara, keahliannya,
karismanya, dan kepaopulerannya sangat berpengaruh kepada para
pendengarnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pembicara antara lain:
1. Penguasaan materi: Pembicara harus menguasai, memahami, menghayati,
benar-benar materi yang akan disampaikannya kepada para pendengar. Akan
lebih baik apabila pembicara adalah pakar, dalam bidang yang disampaikan
tersebut.
2. Berbahasa baik dan benar: Pembicara harus menyampaikan materi
pembicaraannya dalam bahasa yang baik dan benar. Ucapan jelas, intonasi
tepat, susunan kalimat sederhana dan benar, pilihan kata atau istilah tepat.
Bahasa yang digunakan pembicara dalam menyampaikan materi
pembicaraan menarik, sederhana, efektif, dan sesuai dengan taraf
pendengarnya.
3. Percaya diri: Pembicara haru percaya akan kemampuan diri sendiri.
Pembicara yang yakin akan kemampuan dirinya akan tampil dengan mantap
dan meyakinkan pendengar.

10
4. Berbicara sistematis: Pembicara harus berbahasa sistematis. Bahan yang
disampaikan harus tersusun secara sistematis dan mudah dimengerti.
5. Gaya bahasa menarik: Pembicara harus tampil dengan gaya yang menarik
dan simpatik. Yang bersangkutan harus menghindari tingkah laku yang
dibuat-buat atau berlebih-lebihan. Pembicara yang terlalu “over acting” akan
membuat pendengarnya beralih dari isi pesan yang disampaikan kepada
tingkah laku yang dianggap aneh itu.
6. Kontak dengan pendengar: Pembicara harus menjalin kontak dengan
pendengarnya. Pembicara menghargai, menghormati, serta menguasai para
pendengarnya.
Pembicaraan adalah materi, isi, pesan, atau informasi yang hendak
disampaikan oleh seseorang pembicara kepada pendengarnya. Pembicaraan yang
baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti:
(1) Aktual: pembicaraan haruslah sesuatu yang baru, hangat, dan aktual. Sesuatu
yang baru pastilah lebih menarik, diminati, atau digandrungi oleh pendengar.
(2) Bermakna: Pembicaraan haruslah sesuatu yang berarti, berguna, atau
bermakna bagi pendengar. Materi yang bermakna bagi kelompok pendengar A
belum tentu bermakna bagi kelompok pendengar B.
(3) Dalam pusat minat mendengar: Pembicaraan haruslah yang berkaitan dengan
pendengar. Akan lebih baik lagi bila pembicaraan itu berada dalam lingkaran
pusat minat pendengar.
(4) Sistematis: Pembicaraan harus tersusun sistematis, sehingga mudah diikuti dan
dipaham pendengar.
(5) Seimbang: Taraf kesukaran pembicaraan harus seimbang dengan taraf
kemampuan pendengar. Materi pembicaraan yang terlalu mudah tidak menarik
dan berguna bagi pendengar. Sebaliknya materi pembicaran yang terlalu tinggi
akan membuat pendengar kewalahan.
Situasi dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang menyertai
peristiwa menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan menyimak. Situasi
tersebut sangatlah berpengaruh dan menentukan kefektifan menyimak. Beberapa
hal yan pantas diperhatikan, yang termasuk kategori situasi dalam proses
menyimak, antara lain:
(1) Ruangan: Ruangan atau tempat berlangsungnya peristiwa menyimak harus
menunjang. Ruangan yang menunjang adalah ruangan yang memenuhi

11
persyaratan akustik, ventilasi, penerangan, penataan tempat duduk
pendengar, tempat pembicara, warna ruangan, luas ruangan dan sebagainya.
(2) Waktu: waktu berlangsungnya peristiwa menyimak harus diperhatikan dan
diperhitungkan sebaiknya pada saat yang tepat misalnya pagi-pagi, saat-saat
pendengar masih segar, rileks, dan sebagainya.
(3) Tenang: Suasana dan lingkungan yang tenang, jauh dari kebisingan,
pemandangan yang tidak mengganggu konsentrasi, suasana yang baik antar
kelompok pendengar sangat menunjang keefektifan menyimak.
(4) Peralatan: Peralatan yang digunakan dalam peristiwa menyimak haruslah
yang mudah dioperasikan, baik produksi suasananya dan berguna dalam
melancarkan kegiatan menyimak.
Peristiwa menyimak yang berlangsung dalam ruangan yang baik, waktu
yang tepat, suasana tenteram, nyaman, dan menyenangkan serta dilengkapi
dengan peralatan yang fungsional dapat diharapkan hasilnya yang efektif.
Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi bahan
simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu peristiwa menyimak.
Dibandingkan dengan faktor pembicara, pembicaraan dan situasi, faktor
penyimak adalah yang terpenting dan paling menentukan keefektifan dalam
peristiwa menyimak. Sebab, walau ketiga faktor yang pertama sudah memenuhi
segala persyaratan, bila si penyimak tidak mau menyimak maka sia-sialah
semuanya. Sebaliknya biarpun ketiga faktor yang pertama kurang memadai,
kurang sempurna, asal si penyimak berusaha sungguh-sungguh, tekun, dan kerja
keras maka keefektifan menyimak dapat tercapai. Hal-hal yang perlu diperhatikan
menyangkut diri penyimak antara lain:
(1) Kondisi: Kondisi fisik dan mental penyimak dalam keadaan baik dan stabil.
Penyimak tidak mungkin menyimak secara efektif bila kondisi fisik dan
mentalnya tidak menunjang.
(2) Konsentrasi: penyimak harus dapat memusatkan pikirannya terhadap bahan
simakan. Buat sementara yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan
pikiran-pikiran lain selain bahan simakan.
(3) Bertujuan: penyimak harus mempunyai tujuan dalam mengkuti kegiatan
menyimak. Yang bersagkutan harus dapat merumuskan tujuannya secara
tegas sehingga ia mempunyai arah dan pendorong dalam menyimak.

12
(4) Berminat: Penyimak hendaknya berminat, atau mengusahakan meminati
bahan yang disimaknya.
(5) Mempunyai kemampuan linguistik dan nonlinguistik. Penyimak haruslah
memiliki kemampuan linguistik agar yang bersangkutan dapat
menginterpretasi dan memahami makna yang terkandung dalam bunyi
bahasa. Di samping itu penyimak juga harus memiliki kemampuan
nonlinguistik. Kemampuan nonlinguistik berguna dalam membaca situasi,
menafsirkan gerak-gerik pembicara, perubahan air mukanya, yang berfungsi
sebagai pelengkap makna pembicaraannya.
(6) Berpengalaman luas dan berpengetahuan: penyimak juga harus
memiliki pengalaman dan pengetahuan luas mendalam akan lebih mudah
menerima, mencerna, dan memahami isi bahan simakan.
Penyimak yang dapat memenuhi persyaratan tersebut pasti berhasil dalam
setiap peristiwa menyimak. Penyimak yang belum dapat memenuhi persyaratan
tersebut jelas akan mengalami berbagai hambatan dalam menyimak.
Faktor yang menjadi rendahnya keterampilan menyimak adalah faktor
dalam dan luar (Massitoh, 2021:331-332). Faktor dalam adalah faktor yang
bterjadi pada diri siswa itu sendiri seperti :
Faktor dalam
1) Faktor psikologis
a) Prasangka dan kurangnya simpati terhadap pembicara
b) Keegoisan dan kewajiban terhadap minat pribadi serta masalah pribadi.
c) Kepicikan atau kurang luasnya pandangan.
d) Kebosanan atau tidak ada perhatian pada subyek.
2) Faktor fisik
Kondisi fisik seseorang menyimak merupakan faktor yang penting untuk
keberhasilan menyimak, penyimak sering kurang efektif disebabkan beberapa
faktor:
a) Sangat Lelah
b) Ukuran gizi rendah
c) Ruangan terlalu panas, lembab atau terlalu dingin
d) Suara bising dari jalan atau sekolah
e) Seseorang dalam keadaan bingung
f) Berada dalam keadaan tergesa-gesa

13
3) Faktor sikap
a) Pokok-pokok pembicaraan yang kita setujui cenderung akan kita simak
secara seksama dan penuh perhatian.
b) Pembicara harus memilih topik yang disenangi oleh para penyimak.
c) Pembicara harus memahami sikap penyimak karena merupakan modal
penting bagi pembicara untuk menarik minat atau perhatian penyimak.
d) Penampilan pembicara yang mengasikkan dan mengagumkan sehingga
membentuk sikap positif para siswa.
Faktor luar lingkungan fisik dan sosial:
Pengalaman: Penguasaan kosa kata juga mempengaruhi kualitas menyimak.
Bahasa yang dipancarkan dari kosa kata bahasa asing cenderung mengurangi
perhatian menyimak. Penyimak tidak mendengar ide-ide yang berada diluar
jangkauan pengertian serta pemahaman mereka.
Adanya sembilan tahapan menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan
sampai pada yang amat bersungguh-sungguh (Laia, 2020:17). Adapun kesembilan
tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menyimak berkala, yang terjadi pada saat sang anak merasakan keterlibatan
langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya;
2) Menyimak dengan perhatian dangkal, karena sering mendapat gangguan dengan
adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan;
3) Setengah menyimak, karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan
untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam
hati sang anak;
4) Menyimak serapan, karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi
hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang
sesungguhnya;
5) Menyimak sekali-kali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak; perhatian
secara seksama berganti dengan keasyikan lain; hanya memperhatikan kata-kata
sang pembicara yang menarik hatinya saja;
6) Menyimak sosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara
konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan
reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara;

14
7) Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar
ataupun mengajukan pertanyaan;
8) Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran
sang pembicara dan;
9) Menyimak secara aktif, untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat,
dan gagasan sang pembicara.

D. Jenis-Jenis Menyimak di Sekolah Dasar


Tarigan (dalam Laia, 2020:23-24) menggambarkan aneka ragam menyimak
sebagai berikut.
a. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas
terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari
seorang guru. Menyimak ekstensif terdiri atas: 1) Menyimak sosial (social
listening) atau menyimak konversasional adalah menyimak yang biasanya
berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol atau
bercengkerama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang
hadir dan saling mendengarkan untuk memuat respons-respons yang wajar,
mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar
terhadap apa yang dikemukakan oleh seorang rekan. 2) Menyimak sekunder
(secondery listening) adalah sejenis kegiatan menyimak kebetulan (casual
listening) dan secara ekstensif (extensive listening). 3) Menyimak estetik
(aesthetic listening) ataupun yang disebut dengan menyimak apresiatif
adalah fase terakhir dalam kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk ke
dalam menyimak ekstensif. 4) Menyimak pasif (passive listening) adalah
penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-
upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghapal
luar kepala, berlatih santai serta menguasai suatu bahasa.
b. Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah jenis menyimak yang pelaksanaannya
diarahkan pada suatu kegiatan yang lebih diawasi , dikontrol terhadap satu
hal tertentu Menyimak intensif terdiri atas beberapa jenis berikut. 1)
Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang

15
berupaya untuk mencari salahan dan kekeliruan bahkan juga butir-butir
yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara , dengan alasan yang
kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. 2) Menyimak kreatif (creative
listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat
mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap
bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan perasaan kinestetik yang
disarankan oleh apa - apa yang disimaknya. 3) Menyimak eksploratif ialah
sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki
sesuatu lebih terarah dan sempit. 4) Menyimak interogatif (interrogative
listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih
banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian, dan pemilihan butir-
butir dari ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan
sebanyak mungkin pertanyaan. 5) Menyimak selektif yakni menyimak yang
dilakukan sebagai pelengkap kegiatan menyimak pasif guna mengimbangi
isolasi kultural dan tendensi kita untuk menginterpretasikan kembali semua
yang kita dengar dengan bantuan bahasa yang telah kita kuasai. 6)
Menyimak konsentratif (concentrative listening) sering juga disebut a study
type atau menyimak yang kegiatannya sejenis dengan telaah. Kegiatan yang
tercakup dalam menyimak konsentratif ini adalah: a) mengikuti petunjuk
yang terdapat dalam pembicaraan; b) mencari dan merasakan hubungan,
seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan, dan sebab akibat; c)
mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu; d)
memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam. merasakan serta
menghayati ide sang pembicara, sasaran, memahami urutan ide-ide sang
pembicara; mencari dan mencatat fakta - fakta penting.
Katoningsih (2021:30-33) mengatakan bahwa, klasifikasi menyimak
didasarkan pada:
1) Sumber Suara Penyimak, dibagi menjadi dua berdasarkan sumber suara, yaitu:
a) Intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi.
b) Interpersonal listening atau penyimak antarpribadi.
2) Berdasarkan pada cara menyimak bahan simakan, meliputi:
a) Menyimak ekstensif, yaitu sebuah kegiatan menyimak yang membutuhkan
konsentrasi penuh dalam menyimak. Pemahaman pada garis besar merupakan
fokus yang utama.

16
b) Menyimak Sosial. Kegiatan menyimak sosial terjadi di tempat umum atau di
tempat keramaian. Menyimak sosial ditekankan pada sosial, sopan santun, dan
masyarakat. Misalnya: seorang anak dari Jakarta menyimak gurunya yang
sedang mengajar menggunakan bahasa Jawa yang baik. Dalam hal ini , guru
memiliki peran yang lebih utama, sedang anak merupakan peran sasaran.
c) Menyimak Sekunder. Kegiatan menyimak sekunder dilakukan dengan tidak
sengaja, contohnya anak-anak sedang belajar di kelas, kemudian mereka
mendengarkan suara ada kendaraan atau air kamar mandi atau suara teman
mereka yang sedang tertawa akan tetapi mereka tidak terganggu oleh suara
tersebut.
d) Menyimak Estetik. Menyimak estetik merupakan menyimak apresiatif.
Kegiatan menyimak ini dilakukan untuk memahami, meresapi sebuah teks atau
syair. Sebagai contohnya pembacaan syair puisi, rekaman drama, cerita, syair
lagu, dan sebagainya.
e) Menyimak Pasif. Menyimak pasif adalah sebuah kegiatan yang
mendengarkan yang dilakukan secara tidak sadar. Contohnya, seseorang
berada pada lingkungan yang berbeda dengan bahasa daerah yang berbeda
dalam kurun waktu tertentu dan mereka bisa menguasainya dengan baik.
Contohnya dalam proses pembelajaran atau di sekolah, yaitu anak - anak
mendengarkan ketika guru bercakap cakap menggunkan bahasa daerah
sedangkan dalam proses pembelajaran guru menggunakan bahasa Indonesia.

E. Praktik Keterampilan Menyimak


Praktik menyimak adalah tes yang tidak hanya untuk mengetahui apakah
seseorang menyimak atau tidak, tetapi juga untuk mengukur kemampuan seseorang
memahami bahasa lisan yang didengarnya. Sampel yang disimakkan dalam tes ini
dapat berupa satu kalimat perintah, pertanyaan, atau pernyataan tentang fakta, juga
berupa simulasi percakapan singkat atau uraian wacana ekspositori. Namun, apa pun
hakikat sampel itu, peserta tes (subjek) dituntut secara serentak (simultan)
menanggapi sinyal fonologis, gramatikal, dan leksikal, dengan jawaban menunjukkan
sejauh mana mereka dapat menangkap makna dari unsur yang disinyalkan bila
digunakan dalam komunikasi verbal (Harris. 1969: 35). Tes menyimak dapat
disesuaikan dengan tingkatannya, yaitu tes menyimak tingkat marjinal atau deskriptif,
tes menyimak tingkat apresiatif, tes menyimak tingkat komprehensif, tes menyimak

17
tingkat kritis, dan tes menyimak tingkat terapis. Tes menyimak tingkat marjinal
bertujuan untuk mengetahui tingkat kepekaan pembelajar dalam membedakan suara
dan untuk mengembangkan
Kepekaan pada komunikasi nonverbal. Tes menyimak apresiatif bertujuan
untuk mengetahui gambaran kemampuan pembelajar dalam menangkap dan
memahami bahan simakan yang berhubungan dengan perasaan dan emosi sehingga
dalam pelaksanaannya, pembelajar diberi bahan simakan yang bersifat
menyenangkan, misalnya: drama, puisi, lagu, cerita, dan sebagainya. Tes menyimak
komprehensif bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman pembelajar terhadap
pesan yang disimak. Tes menyimak kritis bertujuan untuk mengetahui pemahaman
pembelajar terhadap bahan simakan yang dilanjutkan dengan memberi evaluasi,
sedangkan tes menyimak terapis bertujuan untuk menyembuhkan seseorang, yang
biasa dilakukan oleh seorang psikolog.
Meskipun keterampilan menyimak memiliki porsi yang paling banyak dipakai
dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataannya, pembelajaran menyimak menempati
posisi yang sangat rendah bahkan pembelajaran menyimak tidak pernah memperoleh
perhatian. Pada pembelajaran bahasa Indonesia terutama pembelajaran menyimak
masih sering diabaikan karena banyak orang yang menganggap bahwa menyimak
merupakan keterampilan yang sudah dimiliki manusia sejak lahir. Bahkan dalam
kenyataan kehidupan sehari-hari, tidak semua orang mampu menyimak dengan baik.
Hal itu membuktikan bahwa selama ini keterampilan menyimak kurang mendapatkan
perhatian.
Menurut Brown (2006) terdapat satu poin penting dalam pembelajaran
menyimak yaitu pengetahuan sebelumnya yang dimiliki siswa. Guru perlu
mengidentifikasi pengetahuan yang dimiliki siswa untuk menentukan topik yang
sesuai dengan pemahaman mereka. Seperti yang telah diketahui bahwasanya
pengetahuan awal berpengaruh terhadap domain kognisi siswa. Pengetahuan awal
atau prior knowledge merupakan representasi mental dari pengalaman sebelumnya
untuk menerima pengalaman yang baru. Sebagai contoh, jika siswa mempunyai
pengalaman menemani saudaranya menabung di bank, maka ketika guru menyebut
kata bank ia akan terbayang suasana di bank. Siswa mungkin akan menjelaskan
sedikit gambaran tentang suasana di bank, apa saja yang dilakukan petugas bank, atau
apa saja yang dilakukan saudaranya ketika hendak menabung.

18
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambanglambang lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi pesan, serta memahami makna komunikasi yang
disampaikan pembicara melalui bahasa lisan (Tarigan, 2015a). Sebagai suatu proses,
peristiwa menyimak diawali dengan kegiatan mendengarkan bunyi bahasa secara
langsung atau tidak langsung. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi
jenis dan pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan
wacana. Jeda dan intonasi juga ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang
diterima kemudian ditafsirkan maknanya dan dinilai kebenarannya agar dapat
diputuskan diterima tidaknya. Dengan kata lain, menyimak merupakan suatu proses
yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan,
menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalam wacana lisan.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
menyimak. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran menyimak di antaranya
yaitu:
1. Relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai;
2. Menantang dan merangsang siswa untuk belajar;
3. Mengembangkan kreativitas siswa secara individual/kelompok;
4. Memudahkan siswa memahami materi pelajaran;
5. Mengarahkan aktivitas belajar siswa pada tujuan pembelajaran;
6. Mudah diterapkan dan tidak menuntut peralatan yang rumit;
7. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan;
8. Memperbanyak pemberian materi visual, misalnya dengan ekspresi wajah,
gerakan, mimik (pantomim) dan gambar-gambar;
9. Setiap input bahasa lisan yang diberikan harus diucapkan dengan jelas,
perlahan dan berulang;
10. jangka waktu konsentrasi siswa sekolah dasar biasanya terbatas, oleh
karena itu hindarkan pemberian kegiatan yang terlalu banyak;
Guru dapat menggunakan metode untuk meningkatkan keterampilan
menyimak siswa. Metode yang dipilih sangat tergantung kepada guru dalam
mempertimbangkan tujuan, bahan, dan keterampilan proses yang ingin
dikembangkan. Pengajaran menyimak yang bervariasi sangat menunjang minat dan
gairah belajar siswa. Proses belajar yang dilandasi oleh minat dan gairah belajar siswa

19
dapat diharapkan akan lebih berhasil. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran menyimak sebagai berikut.
a. Simak Ulang Ucap Simak-ulang ucap, bertujuan untuk memperkenalkan bunyi
bahasa, cara mengucapkan/melafalkan bunyi, membaca teknik, dan
meningkatkan keterampilan menyimak serta berbicara.
b. Dikte Dikte atau mendikte, merupakan metode yang sudah berkembang sejak
lama. Meskipun bukan suatu metode pembelajaran yang inovatif akan tetapi
mendikte dapat digunakan untuk melatih daya simak siswa. Mendikte
bertujuan untuk membedakan bunyi bahasa, memperluas kosakata, dan
mengidentifikasi kata yang didengar.
c. Memperluas Kalimat. Memperluas kalimat bertujuan untuk meningkatkan
intensitas simakan, dan mengembangkan daya simak dengan cara siswa
melengkapi kalimat yang guru sebutkan dengan menggabungkan beberapa
kalimat, menambahkan keterangan, dan mengubah bentuk kalimat.
d. Merespons Simakan. Merespons simakan bertujuan untuk meningkatkan
kepekaan menyimak, merespons simakan, atau mengidentifikasi kata penting
dalam materi simak. 5) Permainan Bahasa Permainan bahasa bertujuan untuk
meningkatkan kepekaan menyimak, membuat simpulan, dan mengambil
keputusan.
e. Bisik Berantai. Bisik berantai bertujuan untuk meningkatkan daya ingat dari
apa yang didengar, menyampaikan pesan sesuai dengan apa yang didengar,
melatih keterampilan berbicara, dan menanamkan rasa percaya diri serta kerja
sama.
f. Mendengarkan Cerita. Mendengarkan cerita bertujuan untuk untuk mencatat
pokokpokok pikiran cerita, menentukan tema cerita, menjelaskan tokohtokoh
cerita, dan menceritakan kembali cerita yang didengar.
g. Merangkum Pembicaraan. Merangkum pembicaraan adalah aktivitas
meringkas cerita atau pembicaraan yang disimak. Ringkasan cerita tersebut
diceritakan kembali, baik dengan cara ditulis maupun dilisankan dengan kata-
kata siswa sendiri. Tujuannya yaitu untuk mencatat isi pokok pembicaraan,
menyampaikan isi pokok pembicaraan, dan menjelaskan informasi yang
diperoleh dari percakapan.
Dalam pembelajaran menyimak siswa diharapkan mampu mengemukakan
kembali hasil simakan. Siswa diminta untuk menyebutkan tema atau gagasan cerita.

20
Siswa tidak disarankan menyebutkan judul karena bisa saja siswa kesulitan mengingat
judul. Siswa bisa saja lebih suka mengingat peristiwa daripada judul. Evaluasi
pembelajaran mendengarkan dilakukan dengan menyebutkan nama tokoh, sifat tokoh,
dan tanggapan terhadap tokoh. Setelah mendengarkan cerita, siswa diminta untuk
menyebutkan tiga nama tokoh beserta sifatnya. Terakhir siswa diminta untuk
menyebutkan tiga tokoh beserta tanggapan siswa terhadap tokoh yang ia simak. Guru
dapat memberikan latihan sebelum evaluasi. Latihan dapat dilakukan siswa dengan
mengisi lembar kerja siswa (LKS) atau lembar kerja peserta didik (LKPD). Dengan
begitu, ada dua cerita yang harus disiapkan guru. Satu cerita untuk latihan, satu lagi
cerita untuk evaluasi. Dalam latihan-latihan, siswa dilatih untuk dapat
mengungkapkan kembali hasil simakan (Iswara, 2016).
Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mesti dikuasai
siswa. Keterampilan menyimak diukur dengan kemampuan siswa mengungkapkan
kembali isi simakan. Keterampilan menyimak pun dapat diukur dengan kemampuan
siswa menjawab pertanyaan berdasarkan isi simakan. Keterampilan menyimak yang
dikembangkan dalam pembelajaran harus dituangkan dalam tujuan instruksional.
Tujuan kemudian diuraikan menjadi indikator dalam rencana pembelajaran. Tujuan
dan indikator itu mesti muncul dalam evaluasi (Iswara, 2016). Siswa menyimak
pengumuman lalu mereka harus bisa menyampaikan kembali isi pengumuman,
misalnya dalam empat kalimat. Contoh evaluasi yang bisa dilakukan guru dalam
menyimak pengumuman sebagai berikut.
1)Siswa menyebutkan lima bagian dari isi pengumuman berupa judul, isi,
titimangsa pembuatan, kalimat penutup, dan penyampai (skor 5).
2) Siswa menyebutkan empat pokok pengumuman yang didengarnya, (a)
pengumuman disampaikan oleh siapa (skor1), (b) isi pengumuman apa (skor
1), (c) ditujukan kepada siapa (skor 1), (d) titimangsa kapan (skor 1).
3) Siswa menulis pengumuman dalam empat kalimat (setiap kalimat skor 2).
4)Siswa menulis kembali pengumuman dalam bentuk pengumuman lengkap
dan kreatif menggunakan kata-kata sendiri (kreativitas skor 1), kesesuaian
dengan isi pengumuman (skor 1), kelengkapan pengumuman (skor 1).
Keseluruhan evaluasi akan mencapai skor 20, guru dapat melakukan skoring
dengan cara membagi skor perolehan dengan skor total lalu dikali seratus.
Beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan minat siswa
dalam pembelajaran menyimak yaitu (1) siswa akan mampu menyimak dengan baik

21
bila suatu cerita dibacakan dengan nyaring; (2) siswa akan senang dan mampu
menyimak dengan baik bila seseorang pembicara menceritakan suatu pengalaman; (3)
siswa dapat menyimak serta menuruti petunjuk-petunjuk lisan yang disampaikan
dengan jelas; (4) siswa mampu menyimak dan menangkap ide-ide yang terdapat
dalam ujaran atau pembicara.

F. Analisis KD Kurikulum Bahasa Indonesia SD Menyimak

22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat
reseptif (Mulyati, 2014:10). Yang dimaksud dengan keterampilan mendengarkan di
sini bukan berarti hanya sekadar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melalui alat
pendengarannya, melainkan sekaligus memahami maksudnya. Keterampilan ini
berperan penting bagi keberhasilan akademik siswa. Melalui keterampilan menyimak
siswa dapat memperoleh pengetahuan secara langsung yang dipaparkan oleh guru. Di
sekolah dasar, pemahaman materi tidak terlepas dari peran guru yang menerangkan
materi secara langsung. Meskipun penggunaan media pembelajaran membantu akan
tetapi siswa tetap membutuhkan penjelasan dari guru. Bila siswa dapat menyimak
dengan baik maka mereka dapat menerima, menalar, dan menghubungkan informasi
baru dengan informasi lama. Kemudian, keterampilan menyimak selalu memiliki
kaitan dengan keterampilan berbahasa yang lain.
B. SARAN
Dari pemaparan tersebut tampak jika keterampilan menyimak sangat penting
untuk dipelajari, sehingga diharapkan kita semua mampu mempelajari dan menguasai
hal tersebut dengan baik. Selain itu, penulis menyadari jika makalah di atas masih
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

23
DAFTAR PUSTAKA

Katoningsih, Sri. (2021). Keterampilan Bercerita. Surakarta: Muhammadiyah


University Press.
Laia, Askarman. 2020. Menyimak Efektif. Banyumas: Lutfi Gilang.
Magdalena, I., Ulfi, N., & Awaliah, S. (2021). Analisis Pentingnya Keterampilan
Berbahasa Pada Siswa Kelas IV di SDN Gondrong 2. EDISI, 3(2), 243-252.
Massitoh, E. I. (2021). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Keterampilan
Menyimak. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (Vol. 3, pp. 330-333).
Mulyati, Y. (2014). Hakikat keterampilan berbahasa. Jakarta: UT.
Mustadi, Ali, dkk.. 2021. Strategi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra yang
Efektiv di Sekolah Dasar. Yogyakarta: UNY Press.
Prihatin, Y. (2017). Problematika keterampilan menyimak dalam pembelajaran
bahasa Indonesia. Jurnal Sastranesia, 5(3), 45-52.
Rahman, Haji, dkk.. (2019). Menyimak dan Berbicara: Teori dan Praktik. Bandung:
Alqaprint Jatinangor.
Sukma Hanum Hanifa, Fakhrur Saifuddin, 2021, Keterampilan Menyimak dan
Berbicara: Teori dan Praktik, Yogyakarta: K-Media.

24

Anda mungkin juga menyukai