Anda di halaman 1dari 28

PEMBELAJARAN BAHASA & SASTRA INDONESIA

Dosen Pengampu :

Otang Kurniaman, S.Pd, M.Pd

Eva Astuti Mulyani, M.Pd

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR DENGAN


FOKUS MENYIMAK

Disusun Oleh :

Anggota :
1. Lisa Oktafindari 2105110464
2. Miftahul Jannah 2105110948
3. Nabilah Putri Awaliah 2105126534

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PPENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan begitu banyak rahmat serta kemudahan untuk menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar Dengan Fokus
Menyimak”. Makalah ini membahas mengenai apa saja problematika keterampilan
menyimak dalam pembelajaran bahasa Indonesia, bagaimana upaya menumbuhkan
keterampilan menyimak peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Penulis sangat berharap agar para pembaca yang telah membaca makalah ini
dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peran yang sangat besar pada kehidupan manusia. Bahasa
sebagai suatu cara berkomunikasi sangat mempengaruhi kehidupan individu dimana
kita saling bertukar pendapat, ide, dan gagasan. Berdasarkan kenyataan berbahasa,
kita lebih banyak berkomunikasi secara lisan dibandingkan dengan cara lain. Lebih
dari separuh waktu kita digunakan untuk berbicara dan mendengarkan, dan
selebihnya untuk menulis dan membaca. Keterampilan berbahasa mencakup empat
segi, yaitu 1) keterampilan menyimak, 2) keterampilan berbicara, 3) keterampilan
membaca, 4) keterampilan menulis. Setiap keterampilan itu erat sekali hubungannya
dengan keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh
keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang terakhir,
mula-mula kita belajar menyimak Bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita
membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuk
sekolah, sedangkan membaca dan menulis kita pelajari di sekolah.

Tarigan (2008) mengemukakan bahwa menyimak adalah proses


mendengarkan bunyi-bunyi dengan sungguh-sungguh untuk mendapat informasi,
pesan atau isi, serta dapat menemukan makna yang disampaikan oleh pembicara
melalui bunyi-bunyian tersebut. Sependapat dengan hal tersebut, Rosdiana (2013)
mengatakan bahwa menyimak adalah strategi dalam mendapatkan sebuah informasi
sehingga seharusnya menyimak dilaksanakan dengan benar agar pesan atau isi yang
diperoleh tidak menyimpang. Berdasarkan kedua pendapat ahli tersebut dapat
ditarik satu kesimpulan mengenai pengertian menyimak. Menyimak adalah suatu
proses mendengarkan lambang bunyi untuk memahami dan menafsirkan pesan yang
disampaikan secara lisan oleh orang lain. Pada dasarnya, kegiatan menyimak sangat

1
diperlukan dan memiliki peran yang sangat penting. Dikatakan penting karena
penguasaan informasi pasti mengarah kepada penguasaan ilmu pengetahuan. Hal
tersebut selalu diawali dengan kemampuan menyimak yang baik.

Dewasa ini keterampilan menyimak merupakan keterampilan yang sangat


penting dan perlu diperhatikan oleh pendidik. Sejalan dengan hal tersebut penelitian
yang dilakukan oleh Rankin (dalam Haryadi dan Zamzami, 1996) dalam
bermasyarakat di kehidupan nyata, aktivitas berbahasa memiki kadar yang berbeda-
beda: menyimak sebanyak 45%, berbicara sebanyak 30%, dan membaca sebanyak
16%, serta menulis sebanyak 9%. Hal tersebut menunjukan bahwa keterampilan
menyimak merupakan keterampilan yang lebih kompleks dibanding keterampilan
berbahasa lainnya. Mengingat betapa pentingnya keterampilan menyimak, peneliti
menemukan fakta bahwa saat ini keterampilan menyimak masih sering kurang
mendapat perhatian. Field (2009) mengungkapkan bahwa ditemukan beberapa
kasus mengenai keterampilan menyimak yang belum sepenuhnya menjadi perhatian
guru di sekolah. Melengkapi pernyataan Field (2009), Iskandarwassid & Sunendar
(2016, hlm. 229) menambahkan bahwa beberapa macam permasalahan tidak lepas
dari kondisi keterampilan menyimak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka dirumuskanlah
pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari menyimak?


2. Apa tujuan dari menyimak?
3. Apa saja ragam dari menyimak?
4. Apa saja problematika keterampilan menyimak dalam pembelajaran
bahasa Indonesia?
5. Bagaimana upaya menumbuhkan keterampilan menyimak peserta didik
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?

2
3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Menyimak
Kata menyimak memiliki sinonim dengan kata mendengarkan dan memperhatikan. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) menyimak mempunyai makna dapat menangkap
bunyi dengan telinga. Sadar atau tidak, kalau ada bunyi maka alat pendengaran kita akan
menangkap atau mendengar bunyi-bunyi tersebut. Kita mendengar suara itu, tanpa unsur
kesengajaan. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan tetapi datang secara kebetulan.
Bunyi-bunyi yang hadir di telinga itu mungkin menarik perhatian, mungkin juga tidak.
Mendengarkan atau menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang
disajikan melalui ujaran.
Menyimak merupakan keterampilan yang pertama kali dipelajari manusia. Sejak manusia
bayi, bahkan dalam kandungan sudah mulai belajar menyimak. Dilanjutkan ketika
dilahirkan, proses belajar menyimak terus-menerus dilakukan melalui kata-kata yang
diucapkan dari orang-orang sekitar. Seiring dengan perjalanan waktu dan proses menyimak
yang terus-menerus, akhirnya seseorang dapat meniru berbicara.
Iskandarwassid dan Sunendar (2011: 235) memaparkan bahwa mendengarkan atau
menyimak bahasa adalah suatu jenis mendengarkan dan menyimak yang pada umumnya
biasa dikerjakan oleh peserta didik di dalam suatu kelas belajar yang meminta upaya
kesadaran mental. Pada waktu proses pembelajaran, keterampilan menyimak jelas
mendominasi aktivitas siswa atau mahasiswa dibandingkan dengan keterampilan lainnya,
termasuk keterampilan berbicara. Namun, keterampilan ini baru diakui sebagai komponen
utama dalam pembelajaran berbahasa pada tahun 1970-an yang ditandai oleh munculnya
teori Total Physical Response (TPS) dari James Asher, The Natural Approach, dan Silent
Period.
Beberapa pendapat ahli tentang pengertian menyimak
1. Tarigan (1994: 28) Menyatakan bahwa Menyimak merupakan suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui
ujaran atau bahasa lisan.
2. Russel menyatakan bahwa Menyimak bermakna memdengarkan dengan penuh
pemahaman dan perhatian serta apresiasi. (Russell 1959)
3. Akhadiah (dalam Sutari, dkk. 1998:19) mengatakan menyimak ialah suatu proses
yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa mengidentifikasi,

4
menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.
Kemampuan menyimak dapat diartikan pula sebagai koordinasi komponen–
komponen kemampuan baik kemampuan mempersepsi, menganalisis maupun
menyintesis
4. Underwood mengatakan bahwa Menyimak ialah kegiatan mendengar atau
memperhatikan baik-baik apa yang diucapan orang, menangkap dan memahami
makna dari apa yang didengar.
5. Baver menyatakan bahwa Menyimak adalah kemampuan seseoarang untuk
menyimpulkan makna suatu wacana lisan yang didengar tanpa harus
menerjemahkan kata demi kata.
6. Djago Tarigan mengatakan bahwa Menyimak dapat didefinisikan sebagai suatu
aktifitas yang mencakup kegiatan mendengar dari bunyi bahasa, mengidentifikasi,
menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan.
Menyimak dapat dikatakan mencakup mendengar, mendengarkan dan disertai usaha
pemahaman. Pada peristiwa menyimak ada unsur kesengajaan, direncanakan dan
disertai dengan penuh perhatian n minat.
7. Menurut Hanapi Natasasmita, Menyimak adalah mendengar secara khusus dan
terpusat pada objek yang disimak.

B. Tahap – Tahap Menyimak


Di dalam proses menyimak, ada beberapa tahapan yang perlu dilalui oleh si
penyimak. Tahap-tahap menyimak.
1. Tahap mendengar (hearing)
Dalam tahap ini penyimak baru mendengar segala sesuatu yang
dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran utau pembicaraannya.
2. Tahap memahami (understanding)
Setelah mendengar, ada keinginan penyimak untuk mengerti atau
memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh si
pembicara.
3. Tahap menginterpretasi
Penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum merasa puas
kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin
menafsirkan atau menginterpretasi isi, butir-butir pendapat yang terdapat
dan tersirat dalam ujaran itu.
4. Tahap menilai
Setelah memahami serta dapat menafsirkan atau menginterpretasikan
isi pembicaraan, sang penyimak mulai menilai atau mengevaluasi pendapat
serta gagasan sang pembicara, tentang keunggulan dan kelemahan, kebaikan
dan kekurangan sang pembicara.
5. Tahap menanggapi

5
Tahap ini merupakan kegiatan akhir dalam kegiatan menyimak. Sang
penyimak menyambut, mengecamkan, menyerap, serta menerima gagasan
atau ide yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau
pembicaraannya.
C. Tujuan Menyimak

Menyimak memiliki beberapa tujuan yaitu

a. Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia
dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.
b. Menyimak untuk menikmati, yaitu menyimak dengan penekanan pada
penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang
diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama dalam bidang seni).
c. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si
penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek,
tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain).
d. Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud
agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang
disimaknya itu (pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog,
diskusi panel, dan perdebatan).
e. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak
dengan maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide,
gagasangagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan
lancar dan tepat.
f. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan
maksud dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi
dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi
yang tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang
yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran
pembicara asli (native speaker).
g. Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatifan analisis, sebab dari
sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
h. Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya
terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si
penyimak ragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.

D. Ragam Menyimak
Ragam Menyimak dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu, menyimak ekstensif
dan menyimak intensif.
1. Menyimak Ekstensif

6
Menyimak ekstensif merupakan kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal
yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu
langsung di bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk
memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum,
garis besarnya saja atau butir-butir yang penting saja.Jenis menyimak ekstensif dapat
dibagi empat, yaitu sebagai berikut:
a. Menyimak sosial, Menyimak ini berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang
mengobrol, bercengkrama mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang dan
saling menyimak satu dengan yang lainnya, untuk merespon yang pantas, mengikuti
bagian-bagian yang menarik dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa
yang dikemukakan atau dikatakan orang.
b. Menyimak sekunder, Menyimak sekunder adalah sejenis mendengar secara
kebetulan, maksudnya menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu
c. Menyimak Estetik, Dalam menyimak estetik penyimak duduk terpaku menikmati
suatu pertunjukkan misalnya, lakon drama, cerita, puisi, baik secara langsung
maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut mengalami, merasakan
karakter dari etiap pelaku.
d. Menyimak Pasif, Menyimak pasif merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya
sadar yang biasanya menandai upaya penyimak pada saat belajar dengan kurang
teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu
bahasa. Misalnya, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam kurun
waktu dua atau tiga tahun berikutnya orang itu sudah dapat berbahasa daerah
tersebut.

2. Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-
sungguh, penuh konsentrasi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak
intensif ini memiliki ciri-ciri yang harus diperhatikan, yakni: menyimak intensif adalah
menyimak pemahaman, menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi, menyimak
intensif ialah memahami bahasa formal, menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi
bahan simakan. Adapun yang tergolong menyimak intensif ada lima, yaitu sebagai
berikut:
a. Menyimak Kritis, Menyimak dengan cara ini bertujuan untuk memperoleh fakta
yang diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, dan informasi dari pembicara.
b. Menyimak Konsentratif, Menyimak konsentratif merupakan kegiatan untuk
menelaah pembicaraan/hal yang disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh
dari penyimak agar ide dari pembicara dapat diterima dengan baik.

7
c. Menyimak Kreatif, Menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi
seseorang. Penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan
baik karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu.
d. Menyimak eksploratori, Menyimak eksploratori atau menyimak penyelidikan
adalah sejenis menyimak dengan tujuan menemukan Hal-hal baru yang
menarik,Informasi tambahan mengenai suatu topik, Isu, pergunjingan atau buah
bibir yang menarik.
e. Menyimak interogatif, Menyimak interogatif merupakan kegiatan menyimak yang
menuntut konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan
mengajukan pertanyaan setelah selesai menyimak.
E. Penyebab Pembelajaran Menyimak Tidak Terlaksana Dengan Baik
Menurut Tarigan , beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak
antara lain sebagai berikut.
1. Faktor fisik.
Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut
menentukan keefektifan serta kualitas keefektifan dalam menyimak. Sebagai
contoh, ada seorang yang sukar sekali mendengar, dalam keadaan yang sama
itu, dia mungkin saja terganggu serta dibingungkan oleh upaya yang
dilakukannya untuk mendengar. Secara fisik dia mungkin berada jauh di
bawah ukuran gizi yang normal sehingga tingkat perhatiannya rendah.
Kesehatan serta kesejahteraan fisik merupakan suatu modal penting yang
turut menentukan keberhasilan menyimak. Oleh karena itu, faktor-faktor
fisik yang dapat mengganggu dan menghambat proses kelancaran menyimak
perlu dihilangkan.
2. Faktor psikologis.
Faktor psikologis juga turut mempengaruhi proses menyimak. Faktor
psikologis yang positif akan memberi pengaruh yang baik, sedangkan faktor
psikologis yang negatif akan memberi pengaruh yang buruk terhadap
kegiatan menyimak. Faktor negatif itu antara lain prasangka dan kurang
simpati, keegosentrisan, dan keasikan terhadap minat pribadi, pandangan
yang kurang luas, kebosanan dan kejenuhan, serta sikap yang tidak layak
dilakukan terhadap pembicara, sedangkan faktor positif yang
menguntungkan bagi kegiatan menyimak, antara lain pengalaman masa lalu
yang menyenangkan sehingga dapat menentukan minat dan pilihan, serta
kepandaian yang beraneka ragam.
3. Faktor pengalaman.
Sikap merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan pengalaman
kita. Kurangnya minat merupakan akibat dari kurang atau tidak ada sama
sekali pengalaman yang dimiliki dalam bidang yang akan disimak itu.
Sikap-sikap antagonistik, sikap yang menentang, serta sikap bermusuhan

8
timbul dari pengalaman-pengalaman yang tidak menyenagkan. Faktor
pengalaman merupakan faktor yang penting yang mempengaruhi proses
menyimak seseorang.
4. Faktor sikap.
Pada dasarnya manusia mempunyai dua sikap utama, yaitu sikap
menerima dan sikap menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal
yang menarik dan menguntungkan baginya dan menolak pada hal-hal yang
tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Kedua hal itu memberikan
dampak pada menyimak. Masing-masing dapat berupa dampak negatif dan
dampak positif. Sebagai pendidik, nantinya kita pasti lebih memilih dan
menanamkan dampak positif kepada siswa didik kita dari segala bahan yang
disajikan, khususnya bahan simakan. Menyajikan bahan pelajaran yang baik
dengan materi simakan yang menarik, ditambah dengan penampilan yang
mengasikkan dan mengagumkan, jelas sangat menguntungkan dan sekaligus
membentuk sikap positif bagi siswa.
5. Faktor motivasi.
Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang.
Jika seseorang memiliki motivasi yang kuat maka diharapkan orang itu akan
berhasil mencapai tujuan. Begitu pula dengan menyimak. Dorongan dan
tekat diperlukan dalam mengerjakan sesuatu dalam kehidupan ini.
Menerangkan pelajaran dengan baik dan jelas, mengutarakan maksud dan
tujuan yang hendak dicapai, serta bagaimana cara mencapai tujuan, jelas
merupakan suatu bimbingan kepada para siswa untuk menanamkan serta
memperbesar motivasi mereka untuk menyimak dengan tekun
6. Faktor jenis kelamin.
Dari beberapa penelitian, beberapa pakar menarik simpulan bahwa
antara pria dan wanita, pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda
dan cara mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula
7. Faktor lingkungan.
Faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar
para siswa pada umumnya. Faktor lingkungan berupa lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Lingkungan fisik menyangkut pengaturan dan penataan
ruang kelas serta sarana dalam pembelajaran menyimak. Lingkungan sosial
mencakup suasana yang mendorong anak-anak untuk mengekspresikan ide-
ide mereka, dan juga mengetahui bahwa sumbangan-sumbangan mereka
akan dihargai. Anak-anak yang mempunyai kesempatan untuk didengarkan
akan lebih sigap lagi mendengarkan apabila seseorang mempunyai
kesempatan berbicara.
8. Faktor peranan dalam masyarakat.
Kemampuan menyimak dapat juga dipengaruhi oleh peranan dalam
masyarakat. Peranan dalam masyarakat menjadi faktor penting bagi

9
peningkatan keterampilan menyimak. Jika banyak menyimak maka akan
banyak menyerap pengetahuan pula.
F. Problematika Keterampilan Menyimak Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Pada kenyataannya, menyimak lebih banyak digunakan dibandingkan
keterampilan lain. Menyimak digunakan dua kali lebih banyak daripada berbicara,
empat kali lebih banyak dari pada membaca, lima kali lebih banyak dari menulis.
Adler (Hermawan (2012: 30) mencatat bahwa 53% aktivitas komunikasi disominasi
oleh menyimak, sedangkan menulis 14%, berbicara 16%, dan membaca 17%.
Nunan (Nation & Newton (2009: 37) memaparkan bahwa “It has been claimed yhat
over 50 percent of the time that stu- dents spend functioning in a foreign language
will be devoted to listening”. Artinya, 50% waktu pembelajaran bahasa didominasi
oleh menyimak. Hal itu didukung oleh penelitian Chaney dan Burk (Cox 1999: 151)
yang mengungkapkan bahwa kegiatan komunikasi di sekolah didominasi oleh
menyimak dengan persentase sebesar 45%, berbicara 30%, 16 % membaca, dan 9%
menulis.

Iskandarwassid dan Sunendar (2011: 229) mengatakan bahwa dalam


pengajaran bahasa Indonesia, tampaknya strategi belajar menyimak masih berkutat
dengan pola lama, yaitu peserta didik mendengar dan berupaya menjawab apa yang
dijelaskan oleh pengajar. Ada kecenderungan bahwa keterampilan menyimak dalam
bahasa Indonesia kurang mendapat perhatian dalam keseluruhan proses belajar
bahasa Indonesia di semua jenjang pendidikan.

Berikut ini beberapa problematika keterampilan menyimak:

1. Permasalahan Tes Kompetensi Menyimak


Nurgiyantoro (203: 354) menyampaikan bahwa sesuai dengan namanya
yang tes kompetensi menyimak, bahan tes yang diujikan disampaikan secara
lisan dan diterima peserta didik melalui sarana pendengaran. Masalah yang
ditimbulkan adalah sarana apa yang harus dipergunakan, perlukah seorang guru
menggunakan media rekaman, siaran langsung (televisi, radio), atau langsung

10
disampaikan (dibacakan) secara lisan oleh guru sewaktu tes berlangsung.
Kelemahan penggunaan media rekaman terutama yang bersifat teknis, misalnya
seseorang harus menyediakan perangkat keras di ruang ujian. Di samping itu,
berhubung belum banyak tersedia program rekaman untuk latihan atau tes dalam
bahasa Indonesia, guru perlu menyiapkan sendiri. Hal ini juga merupakan
pekerjaan tambahan yang tidak mudah dilakukan. Akan tetapi, untuk
pembelajaran dan tes bahasa asing bahasa Inggris misalnya, program-program
rekaman telah banyak beredar dan dijualbelikan. Oleh karena itu, guru dengan
tidak terlalu banyak mengalami kesulitan dapat memanfaatkan sesuai dengan
kebutuhan (Nurgiyantoro, 203: 354).
2. Permasalahan Gagap Teknologi dan Ketersediaan Media yang Dialami Guru
Penelitian yang dilakukan oleh Yulianah (2017) melalui teknik
wawancara menyebutkan bahwa “Dari manakah bahan ajar apa yang biasa Anda
gunakan saat pembelajaran menyimak?”, bahan ajar yang digunakan oleh guru
tersebut dalam pembelajaran menyimak berasal dari buku paket bahasa
Indonesia. Pertanyaan kedua yang diajukan adalah “Media apa yang biasa Anda
gunakan dalam pembelajaran menyimak?”, media yang sering digunakan dalam
pembelajaran menyimak adalah papan tulis dan teks bacaan dan belum pernah
memanfaatkan media audio dan audiovisual karena ketidakmampuan beliau
dalam mengakses media melalui internet.
3. Permasalahan Proses Pembelajaran yang Konvensional
Rabawati (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan
Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI
SMK Negeri 1 Denpasar memaparkan bahwa kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia selama ini masih
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan konvensional, yang dapat
menghambat siswa untuk belajar secara aktif dan kreatif karena guru
mendominasi sebagian besar aktivitas proses belajar-mengajar dan penilaian
serta siswa cenderung pasif. Siswa lebih berposisi sebagai objek daripada
sebagai subjek sehingga pembelajaran menggantungkan sepenuhnya pada

11
inisiatif guru yang dianggap sebagai sumber belajar. Pendekatan dan metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru di dominasi oleh metode ceramah dan
pemberian tugas. Pembelajaran demikian cenderung bersifat indokrinasi dengan
metode latihan (drill and practice). Akibatnya aktivitas belajar siswa seakan
terprogram mengikuti prosedur atau alogaritma yang dibuat oleh guru.

G. Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Evaluasi Dalam Pembelajaran


Menyimak
1. PENDEKATAN
Pendekatan adalah suatiu ancangan atau kebijaksanaan dalam memulai
pengajaran suatu bidang studi yang memberi arah dan corak kepada metode
pengajarannya dan didasarkan kepada asumsi yang berkaitan.
1) Pendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatif mengarahkan pengajaran bahasa pada tujuan
pengajaran yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi
(Syafi’ie, 1993: 17, Hymes dalam Brumfit, 1987: 2, dan Djiwandono,
1996: 13). Pendekatan komunikatif memfokuskan pada keterampilan
siswa mengimplementasikan fungsi bahasa (untuk berkomunikasi) dalam
pembelajaran.
2) Pendekatan Integratif
Pembelajaran bahasa harus dilakukan secara utuh. Para siswa dituntut
untuk terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, membaca, berbicara,
dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut harus dilakukan
secara terpadu dalam satu proses pembelajaran dengan fokus satu
keterampilan.
3) Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
Pendekatan cara belajar siswa aktif diartikan sebagai kegiatan belajar
mengajar yang melibatkan siswa. Artinya, siswa secara aktif terlibat
dalam proses pengajaran.
4) Pendekatan Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif merupakan suatu metode yang mengelompokkan
siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa bekerja sama dan
saling membantu dalam menyelesaikan tugas.

12
5) Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap
kegiatan belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan terlebih
dahulu ialah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan
yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang akan
digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar
tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai.
6) Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap
bahasa sebagai seperangkat kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul
pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus diutamakan penguasaan
kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Dalam hal ini pengetahuan tentang
pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting, jelas,
bahwa aspek kognitif bahasa diutamakan. Dengan pendekatan struktural
siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka
memahami kaidah-kaidahnya.
7) Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Pendekatan ini mempunyai konsep, guru menggunakan objek
di sekitar siswa sebagai media pembelajaran di kelas.
2. STRATEGI
a) Menyimak dalam pengajaran bahasa (David Nunan)
 Proses mendengar dasar
Untuk dapat melakukan kegiatan menyimak
denganbenar, maka diperlukan proses mendengar yang baik
terlebih dahulu. Karena, tanpa mendengar yang baik pada
proses pembelajaran, materi yang mudah sekalipun akan sulit
untuk dipahami.
 Menyimak dalam praktik

13
Dapat dilakukan dengan cara memberikan sebuah video
misalnya, lalu siswa diminta untuk menyimak video tersebut
dan menjelaskan isi dari video yang disimaknya.
b) Hasil pembelajaran listening (John Field)
Ada tiga tahapan dalam strategi menyimak menurut John Field
yaitu :
 Pre-listening, yaitu mengajarkan terlebih dahulu kosa kata yang
terdapat dalam pembahasan yang ingin disampaikan.
 Listening, yaitu proses mendengarkan atau menyimak yang
diikuti dengan pertanyaan seputar pokok bahasan yang belum
dipahami.
 Post-listening, yaitu menganalisis kembali bahasan, serta
menyimpulkannya dengan bahasa dan pemahaman sendiri
3. METODE
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara
yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
1. Metode Langsung
Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah. Di dalam metode langsung
terdapat 5 fase yaitu demonstrasi, pembimbingan,pengecekan, dan
pelatihan.
2. Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan metode komunikatif harus mencakup
semua keterampilan berbahasa. Metode komunikatif berarti bahwa
pembelajaran menyimak harus berorientasi pada fungsi utama
bahasa, yaitu sebagai alat komunikasi.
3. Metode IntegratifIntegratif berarti menyatukan beberap aspek ke
dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan
antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam
satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan
dengan berbicara dan menulis.
4. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi
pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu
unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah tema bukanlah tujuan
tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas,
kontemporer, kongkret, dan konseptual. Tema yang telah ditentukan
harus diolah sesuai dengan perkembangan dan lingkungan siswa.

14
Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika
yang dipunyainya. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari
analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.
5. Metode Konstruktivitas
Asumsi sentral metode konstruktivitas adalah belajar itu
menemukan. Artinya, meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada
siswa, mereka melakukan proses mental atau kerja otak atas
informasi itu agar informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman
mereka. Metode konstruktivistik didasarkan pada teori belajar
kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif,
pembelajaran generatif strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan
dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana
seharusnya belajar).
6. Metode Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang
membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia
nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar
menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan
sehari-hari. Adapun metode ini dapat diterapkan dalam salah satu
pembelajaran menulis deskripsi. Siswa dapat belajar dalam situasi
dunia nyata.
4. MODEL
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar. (Soekamto dan Winaputra 1997:78-
79)
1) Student Teams - Achievment Divisions (STAD)
2) Tim siswa kelompok prestasi (Slavin 1995)
Langkah-langkah:
 Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 orang
secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin)
 Guru menyajikan pelajaran
 Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan
oleh anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti
dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota
dalam kelompok itu mengerti.

15
 Guru memberikan kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada
saat menjawab tidak boleh saling membantu
 Memberi evaluasi
 Kesimpulan

3) Problem Based introduction (Pembelajaran berdasarkan Masalah )


Langkah-langkah
 Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan
sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk
terlibat aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
 Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut..(menetapkan
topik,tugas,jadwal)
 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
 Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan
temannya.
 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
4) Demonstration
Langkah-langkah:
 Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
 Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
 Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
 Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai
skenario yang telah disiapkan
 Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya
 Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman
siswa didemonstrasikan.
 Guru membuat kesimpulan
5) Word Square
Media: Soal dalam bentuk teka-teki
Langkah-langkah:
 Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
 Guru membagi lembaran kegiatan sesuai contoh
 Siswa menjawab soal (mengisi kotak-kotak tersebut dengan huruf-
huruf sesuai pertanyaan )
 Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
6) Complete Sentence

16
Media: Siapkan blanko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum
lengkap.
Langkah – langkah:
 Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
 Guru menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh
membacakan buku atau model dengan waktu secukupnya
 Guru membentuk kelompok 2 atau 4 orang secara heterogeny
 Guru membagikan lembar kerja berupa pargraf yang kalimatnya belum
lengkap
 Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban
yang tersedia.
 Siswa berdiskusi secara kelompok
 Setelah jawaban didiskusikan,jawaban yangsalah diperbaiki. Tiap
peserta membaca sampai mengerti
 Kesimpulan
7) Artikulasi
Langkah – langkah
 Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
 Guru menyajikn materi sebagaimana biasa
 Untuk mengetahui daya serap siswa,dibentuk kelompok berpasangan
dua
 Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi
yang baru diterima dari guru dan pasangannyamendengar sambil
membuat catatan kecil kemudian berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya.
 Menugaskan siswa secara bergiliran/ diacak menyampaikan hasil
wawancara dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya.
 Guru mengulang/ menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum
dipahami siswa
 Kesimpulan/ penutup
5. TEKNIK
Teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang dipakai saat proses
pembelajaran berlangsung. Teknik pembelajaran juga dapat diatikan sebagai
cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode
secara spesifik.
1. Simak – Ucap
Teknik ucapan-ucapan yang akan diperdengarkan
dipersiapkan secara cermat. Isi model ucapan dapat berupa fonem,
kata, kata berimbuhan, semboyan, dan puisi pendek. Model tersebut

17
dapat dibacakan oleh guru atau berupa rekaman suara guru atau suara
orang lain. Model ini disimak dan ditiru siswa.
2. Simak – Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi
atas perintah guru. Reaksi siswa itu berbentuk perbuatan.
3. Simak – Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa
menyebut nama bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan
kepada siswa. Kemudian siswa diminta menerka nama benda itu.
4. Simak – Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa
tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua
membisikkan pesan itu kepada siswa ketiga. Begir\tu seterusnya.
Siswa trerakhir menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan
kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai pada
siswa terakhir atau tidak.
6. EVALUASI
Aspek-aspek yang diukur dalam tes menyimak adalah hal-hal yang
menjadi indikator keberhasilan menyimak adalah faktor keberhasilan berupa:
bunyi-bunyi bahasa, makna kata, pemahaman kalimat. Faktor nonkebahasaan
berupa pemahaman terhadap pesan yang disampaikan oleh pembicara. Di
dalam isi pesan terdapat unsur sosial budaya yang harus dipahami oleh para
penyimak.
Sasaran utama tes kemampuan menyimak adalah kemampuan peserta
tes untuk memahami isi wacana yang dikomunikasikan secara lisan langsung
oleh pembicara, atau sekedar rekaman audio atau video. Pemahaman itu dapat
mengacu pada pemahaman secara umum seperti topik yang dibahas atau
sekedar garis besar isinya, atau bagian–bagian yang lebih terinci termasuk
pelaku, lokasi, waktu, dan beberapa aspek yang menonjol. Pemahaman lewat
menyimak dapat pula berkaitan dengan hal–hal yang lebih mendalam sifatnya,
yang tidak terbatas pada hal–hal yang secara tegas dan langsung
terungkapkan. Pemahaman semacam itu hanya dapat diperoleh dengan
menghubung-hubungkan bagian wacana tertentu, atau mengambil kesimpulan
dan implikasi berdasarkan pemahaman terhadap bagian-bagian wacananya.
Semua itu merupakan penjabaran dari apa yang seharusnya dipahami
seseorang ketika menyimak suatu wacana yang dikomunikasikan secara lisan
untuk didengarkan.
1) Persiapan tes kemampuan menyimak
Sesuai dengan namanya tes kemampaun menyimak, bahan tes yang
diajukan disampaikan secara lisan dan diterima siswa melalui
sarana pendengaran. Masalah yang segera muncul adalah sarana apa

18
yang harus dipergunakan, perlukah kita mempergunakan media rekaman
atau langsung disampaikan (dibacakan) secara lisan oleh guru sewaktu
tes itu berlangsung.
2) Bahan kebahasaan tes kemampuan menyimak
Kemampuan menyimak dapat diartikan sebagai kemampuan
menangkap dan memahami bahasa lain. Oleh karena itu, bahan
kebahasaan yang sesuai tentulah berupa wacana, berhubung sebuah
wacana pastilah memuat informasi. Untuk tes kemampuan menyimak,
pemilihan bahasan tes lebih ditekankan pada keadaan wacana, baik
dilihat dari segi tingkat kesulitan, isi dan cakupan maupun jenis–jenis
wacana.
a) Tingkat kesulitan wacana
Tingkat kesulitan wacana terutama ditinjau dari faktor kosa
kata dan struktur yang dipergunakan. Jika kosa kata yang
dipergunakan sulit, bermakna ganda dan abstrak, jarang
dipergunakan, ditambah lagi struktur kalimatnya yang kompleks,
wacana tersebut termasuk wacana yang tinggi tingkat kesulitannya.
Wacana yang baik untuk dipergunakan dalam tes kemampuan
menyimak adalah wacana yang tidak terlalu sulit, atau sebaliknya
terlalu mudah.
b) Isi dan cakupan wacana
Isi dan cakupan wacana biasanya juga mempengaruhi tingkat
kesulitan wacana, jika isi wacana itu tidak sesuai dengan minat dan
kebutuhan, atau tidak sesuai pula dengan bidang yang dipelajari
siswa, ia akan menambah tingkat kesulitan wacana yang
bersangkutan.
Wacana yang akan diteskan hendaknya yang berisi hal-hal
yang bersifat netral sehingga sangat dimungkinkan adanya
kesamaan pandangan terhadap isi masalah itu. Sebaliknya,
hendaklah menghindari wacana yang berisi suatu pandangan atau
keyakinan golongan tertentu karena akan menimbulkan adanya
perbedaan pendapat atau paling tidak lebih dari satu jawaban yang
benar.
c) Jenis-jenis wacana
Adapun jenis–jenis dan atau bentuk wacana yang sering
digunakan dalam tes kemampuan menyimak adalah sebagai berikut:
 Pertanyaan atau pernyataan yang singkat
 Dialog,
 Rangsang yang diperdengarkan
3) Ceramah

19
Rangsangan yang diperdengarkan berupa ceramah selam lima
sampai delapan menit. Selama mendengarkan ceramah siswa
diperbolehkan membuat catatan-catatan yang dianggap penting. Setelah
mendengarkan ceramah, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang disajikan secara tertulis dalam lembar tugas yang
sengaja disediakan.
4) Tingkat tes kemampuan menyimak
Penyusunan tes kemapuan menyimak dicontohkan dalam tingkatan–
tingkatan tes seperti:
 Tes kemampuan menyimak tingkat ingatan
 Tes kemampuan menyimak tingkat pemahaman
 Tes kemampuan menyimak tingkat penerapan, dan
 Tes kemampuan menyimak tingkat analisis
H. Upaya menumbuhkan keterampian menyimak peserta didik dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia.
Upaya menumbuhkan keterampian menyimak peserta didik dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, antara lain:

a. Menggunakan media pembelajaran yang bervariasi


Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi tentu membantu
siswa menciptakan hasil simakan yang berkualitas sehingga berpengaruh
terhadap hasil akhir yang disebut dengan prestasi belajar siswa. Sejalan
dengan hal tersebut Joni Purwono, dkk (2014) mengungkapkan bahwa di
dalam kegiatan mengajar, media pembelajaran memiliki peranan yang
sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran. Media
pembelajaran adalah sebuah strategi yang dapat mencuri perhatian siswa
dalam kegiatan belajar, dalam hal ini media pembelajaran digunakan
sebagai media penyalur informasi oleh guru. Media sebagai perantara
menyampaikan informasi memiliki daya rangsang yang mampu
membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga siswa menjadi tidak
mengantuk atau mudah bosan dalam proses belajar mengajar
(Sumberharjo, dkk, 2015).

b. Menggunakan bahan ajar yang relevan

20
Bahan pembelajaran menyimak merupakan bahan yang dapat
dipelajari dengan mudah dan diberikan kepada siswa sehingga mampu
menambah kompetensi menyimak siswa. Pada dasarnya bahan
pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran menyimak
hendaknya bahan pembelajaran yang mampu menarik perhatian siswa.
Dengan demikian maka siswa akan lebih berfokus pada materi ajar
sehingga siswa mampu menyerap dengan baik apa yang disampaikan
oleh guru. Untuk mendapat bahan simakan yang menarik guru harus
mampu memanfaatkan pengalaman mengenai karakteristik peserta didik
di dalam mempertimbangkan isi pembicaraan yang diminati dan
disenangi siswa serta dapat memberikan kepuasan intelektual kepada
mereka. Isi pembicaraan yang kontekstual dekat dengan kehidupan siswa
atau berdasarkan pengalaman siswa merupakan salah satu bagian yang
mampu menarik perhatian siswa tanpa mengurangi substansi bahan
simakan yang harus disampaikan secara sistematis. Penggunaan bahan
ajar yang sistematis mampu membantu siswa dalam mencapai
kompetensi dasar.

c. Melaksanakan evaluasi yang tepat


Dalam proses pembelajaran, evaluasi merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan, termasuk di dalam pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya menyimak. Sebagai suatu pembelajaran, keterampilan
menyimak bahasa Indonesia dilaksanakan agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran sesuai kebutuhan yang ditelaah secara mendalam melalui
serangkaian proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran
keterampilan menyimak tidak hanya sekadar bertujuan mendapatkan
informasi akan tetapi bagaimana kemudian peserta didik memiliki
kecakapan ketika terjun dalam masyarakat atau dunia kerja.
Menyimak dapat dijadikan tujuan khusus sebagai kecakapan
hidup dalam komunikasi. Tujuan tersebut nantinya dapat dijadikan

21
pedoman dalam pembuatan alat penilaian yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai prinsip-prinsip evaluasi. Menciptakan
alat tes yang tepat merupakan salah satu cara dalam mengevaluasi
keterampilan menyimak.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai upaya menumbuhkan
keterampilan menyimak peserta didik dalam pembelajaran bahasa Indonesia maka
dapat disimpulkan bahwa hal yang dapat dilakukan, yaitu (1) menggunakan media
pembelajaran yang bervariasi. dengan menggunakan media pembelajaran yang
bervariasi dalam proses mengajar (2) Menggunakan bahan ajar yang relevan.
Penggunaan bahan ajar yang tidak sukar atau tidak mudah, mampu menarik
perhatian peserta didik, dan sisusun secara sistematis mampu membantu siswa
dalam mencapai kompetensi dasar sesuai kurikulum Pendidikan. (3) Melaksanakan
evaluasi dengan tepat. Dalam proses pembelajaran, evaluasi merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan, termasuk di dalam pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya menyimak.

B. Rekomendasi
Bagi guru Bahasa Indonesia, penelitian ini diharapkan mampu menambah
wawasan mengenai upaya yang harus dilakukan oleh guru untuk menumbuhkan
keterampilan menyimak peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia agar
pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. Bagi peneliti lain, penelitian ini
diharapkan dapat menjadi acuan atau refrensi dalam melakukan penelitian yang
sejenis khususnya mengenai upaya menumbuhkan keterampilan menyimak peserta
didik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

23
DAFTAR PUSTAKA

Satrio, Tio Gusti. (2017). Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui Pendekatan


Saintifik Pada Anak Kelas IV Jakarta Barat. Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 10(2), 114-120.

Ernawati & Rasna. (2020). Menumbuhkan Keterampilan Menyimak Peserta Didik Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia, 9(2).

Prihatin, Yulianah. (2017). Problematika Keterampilan Menyimak Dalam Pembelajaran


Bahasa Indonesia. Jurnal Sastranesia, 5(3), 45-52.

Fadilah, Siti Nur Aulia. 2021. Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar (Studi
Pustaka Terhadap Hasil Penelitian Di Sekolah Dasar Negeri Dan Swasta). Skripsi,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Diakses dari
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/56133/1/Siti%20Nur
%20Aulia%20Fadilah_11160183000077.pdf

Jannah, Dewi Rahmawati Noer. 2020. Kesulitan Menyimak Siswa Kelas Rendah Pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Diakses dari http://eprints.ums.ac.id/86352/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

Ghazali, Syukur. (2010). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan


Komunikatif. Bandung: Rafika Aditama.

Harlyan, L. Ika. (2012). Rancangan Acak Kelompok. Dept. Fisheries and Marine
Management, Universitas Brawijaya Malang.

Hasanudin. (2011). Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng dengan Media Audio


Visual Pada Siswa Kelas VII SMPN Sindangsari 04 Cigedug. Garut: UNIGA

24
Majid, Abdul. (2015). Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Matondang, Zulkifli. (2014). Statistika Pendidikan. Medan: Unimed Press

Masniah. (2013). Penggunaan Media Foto Essai Dalam Pembelajaran Pada Teks Berita.
Bandung: UPI.

Mulyasa E. (2013). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya Offset.

25

Anda mungkin juga menyukai