Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP MENYIMAK DAN BEBERAPA


PENDEKATANNYA DALAM KOMUNIKASI SERTA PENTINGNYA
MENYIMAK”
“Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Menyimak”

Disusun Oleh Kelompok I :


1. Nita Juliana (2169010332)
2. Rastina (2169010339)
3. Andi Nur Fadillah (2169010343)
4. Trisna Dayanti (2169010347)
5. Karisma (2169010335)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Watampone, 11 November 2021

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Menyimak 3
B. Ruang Lingkup Menyimak 4
C. Beberapa Pendekatan Menyimak Dalam Komunikasi 4
D. Pentingnya Menyimak Dalam Kehidupan 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 13
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang
disajikan melalui ujaran. Keterampilan menyimak merupakan dasar
keterampilan dalam komunikasi lisan. Apabila kemampuan seseorang dalam
menyimak kurang, dapat dipastikan dia tidak dapat mengungkapkan topik
yang didengar dengan baik. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, terdapat
satu kompetensi yang harus dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok
berita (apa, siapa, mengapa, dimana, kapan dan bagaimana) yang didengar
atau ditonton melalui radio/TV. Hal ini menandakan bahwa pembelajaran
menyimak berita merupakan salah satu pembelajaran yang penting untuk
dilaksanakan.
Pentingnya pembelajaran menyimak berita di sekolah yaitu dapat melatih
daya pikir siswa terhadap hal-hal yang telah disimaknya. Semakin tinggi daya
ingat siswa dalam menyimak maka semakin tinggi pula kecerdasan siswa.
Seperti halnya pada materi pembelajaran menyimak berita televisi, untuk
mengetahui informasi dari berita siswa tidak sekedar melihat berita di televisi
saja, akan tetapi siswa juga harus menyimak dengan cermat segala informasi
yang telah diberitakan. Konsentrasi penuh dalam menyimak teks berita
merupakan hal utama dalam menyimak. Hal tersebut terbukti bahwa siswa
yang menyimak informasi dengan cermat dan penuh konsentrasi maka
informasi yang diperoleh juga lengkap, namun sebaliknya siswa yang tidak
menyimak informasi dengan cermat maka informasi yang didapat juga tidak
akan lengkap.
Menyimak merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa
yang penting. Keterampilan menyimak harus dikuasai terlebih dahulu
dibandingkan dengan keterampilan-keterampilan berbahasa yang lain.
Kegiatan menyimak dapat terlihat dari kehidupan sehari-hari yang dihadapkan
dengan berbagai kesibukan menyimak, misalnya dalam dialog antaranggota

1
keluarga, percakapan antarteman dan aktivitas pendidikan di sekolah (Tarigan,
2008:2).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian menyimak?
2. Apa ruang lingkup menyimak?
3. Beberapah pendekatan menyimak dalam komunikasi?
4. Apa pentingnya menyimak dalam kehidupan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian menyimak
2. Untuk mengetahui ruang lingkup menyimak
3. Untuk mengetahui beberapa pendekatannya dalam komunikasi
4. Untuk mengetahui seberapa pentingnya menyimak dalam kehidupan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Menyimak
Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang
disimak (panduan bahasa dan sastra Indonesia).
Pengertian menyimak menurut ahli :
1. Menurut Tarigan (1994 : 27)
Pada kegiatan mendengar mungkin si pendengar tidak memahami apa
yang didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan,
tetapi belum diikuti unsure pemahaman karena itu belum menjadi tujuan.
Kegiatan menyimak mencakup mendengar, mendengarkan dan disertai
usaha untuk memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan
menyimak ada unsure kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang
merupakan unsure utama dalam setiap peristiwa menyimak. Penilaiannya
pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak, bahkan melebihi unsur
perhatian.
2. Menurut Sutari (1997 : 16) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Mendengar mempunyai makna dapat menangkap bunyi dengan
telinga. Sadar atau tidak, kalau ada bunyi maka alat pendengaran kita akan
menangkap atau mendengar bunyi-bunyi tersebut. Kita mendengar suara
itu, tanpa unsur kesengajaan. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan
tetapi datang secara kebetulan. Bunyi-bunyi yang hadir di telinga itu
mungkin menarik perhatian, mungkin juga tidak. Mendengarkan atau
menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang
disajikan melalui ujaran.
3. Menurut Drs. Natasasmita Hanapi. (1995 : 18)
Menyimak dapat didefinisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan
mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi
atas makna yang terkandung dalam bahan simakan.

3
B. Ruang Lingkup Menyimak
1. Hakikat Menyimak
Istilah mendengarkan, mendengar dan menyimak sering kita jumpai
dalam dunia pengajaran bahasa. Ketiga istilah itu berkaitan dengan makna.
Peristiwa mendengar biasanya terjadi secara kebetulan, tiba-tiba dan tidak
diduga sebelumnya. Karena itu kegiatan mendengar tidak direncanakan. Hal
itu terjadi secara kebetulan. Apa yang didengar mungkin tidak dimengerti
maknanya dan mungkin pula tidak menjadi perhatian sama sekali. Suara
yang didengar masuk telingan kanan dan keluar dari telinga kiri. Dalam hal
tertentu suara yang didengar itu dipahami benar-benar maknanya. Hal itu
terbukti dari reaksi si pendengar yang bersangkutan.
Mendengarkan setingkat lebih tinggi tarafnya dari mendengar. Bila
dalam peristiwa mendengar belum ada faktor kesengajaan , maka dalam
peristiwa mendengarkan hal itu sudah ada. Faktor pemahaman biasanya
juga mungkin tidak ada karena hal itu belum menjadi tujuan. Mendengarkan
sudah mencakup mendengar.
Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa
baik secara langsung atau pun melalui rekaman, radio atau televisi. Bunyi
bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya.
Pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frasa dan klausa, kalimat dan
wacana. Lagu dan intonasi yang menyertai ucapan pembicarapun turut
diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian
diinterpretasikan maknanya, ditelaah kebenarannya atau dinilai lalu diambil
keputusan menerima atau menolaknya. Berdasarkan uraian di atas maka
dapat disimpulkan difinisi menyimak sebagai berikut :
“ Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan
mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai
dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. “ Menyimak
melinbatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian.
Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimakpun harus
diperhitungkan dalam menentukan maknanya. Di antara ketiga istilah teraf

4
tertinggi diduduki istilah menyimak. Dalam peristiwa menyimak sudah ada
faktor kesengajaan. Faktor pemahaman merupakan unsur utama dalam
setiap peristiwa menyimak. Bila mendengar sudah tercakup dalam
mendengarkan maka baik mendengar maupun mendengarkan sudah
tercakup dalam menyimak.

2. Tujuan Menyimak
Tujuan Menyimak Secara umum :
Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir
dari perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan
menyimak. Alasan inilah yang kita sebut sebagai tujuan menyimak.
Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan
simakan Karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak
adalah menangkap,memahami, atau menghayati pesan,ide, gagasan yang
tersirat dalam bahan simakan.
Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa
bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam
tujuan menyebabkan perbedaan dalam aktivitas menyimak yang
bersangkutan. Salah satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti
pembagian berikut yaitu menyimak untuk tujuan:
a. Mendapatkan Fakta
Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan berbagai cara. Para
peneliti mengumpulkan atau mendapatkan fakta melalui kegiatan
penelitian, riset atau eksperimen. Pengumpulan fakta seperti cara ini
hanya dapat dilakukan oleh orang-orang terpelajar. Bagi rakyat biasa
hal itu jarang atau hampir-hampir tidak dapat dilakukan. Cara lain
yang dapat dilakukan dalam pengumpulan fakta ialah melalui
membaca. Orang-orang terpelajar sering mendapatkan fakta melakui
kegiatan membaca seperti membaca buku-buku ilmu pengetahuan,
laporan penelitian, makalah hasil seminar,majalah ilmiah, dan populer,
surat kabar. Hal yang seperti ini pun jarang dilakukan oleh rakyat

5
biasa. Dalam masyarakat tradisional pengumpulan fakta melalui
menyimak tersebut banyak sekali digunakan. Dalam masyarakat
modern pun pengumpulan fakta melalui menyimak itu masih banyak
digunakan.
b. Menganalisis Fakta
Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu dianalisis. Harus
jelas kaitan antarunsur fakta, sebab dan akibat apa yang terkandung di
dalamnya. Apa yang disampaikan pembicara harus dikaitkan dengan
pengetahuan atau pengalaman menyimak dalam bidang yang relevan.
Proses analisis fakta ini harus berlangsung secara konsisten dari saat-
ke saat selama proses menyimak berlangsung. Waktu untuk
menganalisis fakta itu cukup tersedia asal penyimak dapar
menggunakan waktu ekstra. Yang dimaksud waktu ekstra adalah
selisih kecepatan pembicaraan 120 – 150 kata per menit dengan
kecepatan berpikir menyimak sekitar 300 – 500 kata per menit.
Analisis kata sangat penting dan merupakan landasan bagi penilaian
fakta. Penilaian akan jitu bila hasil analisis itu benar.
c. Mengevaluasi Fakta
Tujuan ketiga dalam suatu proses menyimak adalah mengevaluasi
fakta-fakta yang disampaikan pembicara. Dalam situasi ini penyimak
sering mengajukan sejumlah pertanyaan seperti antara lain :
a) Benarkah fakta yang diajukan?
b) Relevankah fakta yang diajukan?
c) Akuratkah fakta yang disampaikan?

Apabila fakta yang disampaikan pembicara sesuai dengan kenyataan,


pengalaman dan pengetahuan penyimak maka fakta itu dapat diterima.
Sebaliknya bila fakta yang disampaikan kurang akurat atau kurang
relevan, atau kurang meyakinkan kebenarannya maka penyimak pantas
meragukan fakta tersebut. Hasil pengevaluasian fakta-fakta ini akan
berpengaruh kepada kredibilitas isi pembicaraan dan pembicaranya.

6
Setelah selesai mengevaluasi biasanya penyimak akan mengambil
simpulan apa isi pembicaraan pantas diterima atau ditolak.
d. Mendapatkan Inspirasi
Adakalanya orang menghadiri suatu konvensi, pertemuan ilmiah
atau jamuan tertentu, bukan untuk mencari atau mendapatkan fakta.
Mereka menyimak pembicaraan orang lain semata-mata untuk tujuan
mencari ilham. Penyimak seperti ini biasanya orang yang tidak
memerlukan fakta baru. Yang mereka perlukan adalah sugesti,
dorongan, suntikan semangat, atau inspirasi guna pemecahan masalah
yang sedang mereka hadapi. Mereka ini sangat mengharapkan
pembicara yang isnpiratif, sugestif dan penuh gagasan orisinal.
Pembicaraan yang semacam ini dapat muncul dari tokoh-tokoh yang
disegani, dari direktur perusahaan, orator ulung, tokoh periklanan,
salesman dan sebagainya.
e. Menghibur Diri
Sejumlah penyimak datang menghadiri pertunjukan seperti
bioskop, sandiwara, atau percakapan untuk menghibur diri. Mereka ini
adalah orang-orang yang sudah lelah letih dan jenuh. Mereka perlu
penyegaran fisik dan mental agar kondisinya pulih. Karena itulah
mereka menyimak untuk tujuan menghibur diri. Sasaran yang mereka
pilih pun tertentu, misalnya menyimak pembicaraan cerita-cerita lucu,
banyolan percakapan pelawak, menonton pertunjukan yang kocak
seperti yang dibawakan Grup Srimulat.
f. Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan
keterampilan berbicara. Dalam hal ini penyimak memperhatikan
seseorang pembicara pada segi:
a) Cara Mengorganisasikan Bahan Pembicaraan
b) Cara Penyampaian Bahan Pembicaraan
c) Cara Memikat Perhatian Pendengar
d) Cara Mengarahkan Perhatian Pendengar

7
e) Cara Menggunakan Alat-Alat Bantu Seperti Mikrofon, Alat
Peraga dan sebagainya.
f) Cara Memulai Dan Mengakhiri Pembicaraan

Semua hal tersebut diperhatikan oleh penyimak dan kemudian


dipraktikkan. Menyimak yang seperti inilah yang disebut menyimak
untuk tujuan peningkatan kemampuan berbicara. Cara menyimak untuk
tujuan peningkatan kemampuan berbicara biasanya dilakukan oleh
mereka yang baru belajar menjadi orator dan mereka yang mau menjadi
profesional dalam membawa acara atau master ceremony.

3. Jenis-Jenis Menyimak
a. Menyimak ekstensif (extensive listening)
Adalah sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-
hal lebih umum dan lebih bebasterhadap sesuatu bahasa, tidak perlu di
bawah bimbingan langsung seorang guru. Penggunaan yang paling
mendasar ialah untuk menyajikan kembali bahan yang telah diketahui
dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru. Selain itu, dapat
pula murid dibiarkan mendengar butir-butir kosakata dan struktur-
struktur yang baru bagi murid yang terdapat dalam arus bahasa yang
ada dalam kapasitasnya untuk menanganinya.Pada umumnya, sumber
yang paling baik untuk menyimak ekstensif adalah rekaman yang
dibuat guru sendiri, misalnya rekaman yang bersumber dari siaran
radio, televisi, dan sebagainya.
b. Menyimak intensif (intensive listening)
Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu
yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu.Dalam
hal ini harus diadakan suatu pembagian penting yaitu diarahkan pada
butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa atau
pada pemahaman serta pengertian umum.Jelas bahwa dalam kasus yang
kedua ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh para murid.

8
c. Menyimak sosial (social listening)
Menyimak sosial (social listening)atau menyimak konversasional
(conversational listening) ataupun menyimak sopan (courtens listening)
biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang
mengobrol mengenai hal-hal yang mrenarik perhatian semua orang dan
saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat respons-repons
yang pantas, mengikuti detail-detail yang menarik, dan memerhatikan
perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan
oleh seorang rekan.Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa
menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaitu perkataan
menyimak secara sopan santun dengan penuh perhatian percakapan atau
konversasi dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud. Dan kedua
mengerti serta memahami peranan-peranan pembicara dan menyimak
dalam proses komunikasi tersebut.
d. Menyimak sekunder (secondary listening)
Menyimak sekunder (secondary listening)adalah sejenis kegiatan
menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif (casual listening dan
extensive listening) misalnya, menyimak pada musik yang mengirimi
tarian-tarian rakyat terdengar secara sayup-sayup sementara kita
menulis surat pada teman di rumah atau menikmati musik sementara
ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti menulis,
pekerjaan tangan dengan tanah liat, membuat sketsa dan latihan menulis
dengan tulisan tangan.
e. Menyimak estetik (aesthetic listening)
Menyimak estetik (aesthetic listening)disebut juga menyimak
apresiatif (apreciational listening) adalah fase terakhir dari kegiatan
menyimak secara kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak
ekstensif, mencakup dua hal yaitu pertama menyimak musik, puisi,
membaca bersama, atau drama yang terdengar pada radio atau
rekaman-rekaman. Kedua menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki, dan
lakon-lakon yang diceritakan oleh guru atau murid-murid.

9
4. Manfaat Menyimak
a. menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga
bagi kemanusiaan, sebab menyimak memiliki nilai informatif, yaitu
memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita lebih
berpengalaman.
b. meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan
dan khasanah ilmu kita.
c. memperkaya kosakata kita, menambah perbendaharaan ungkapan yang
tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak menyimak
komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata yang digunakan pun
lebih variatif jika dibandingkan dengan orang yang jarang menyimak.
d. memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta
membina sifat terbuka dan objektif. Orang cenderung lebih lapang
dada, dapat menghargai pendapat dan keberadaan orang lain, tidak
picik, dan tidak sempit pikiran.
e. meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial. Melalui menyimak kita
dapat mengenal seluk-beluk kehidupan dengan segala dimensinya.

10
C. Beberapa Pendekatan Menyimak Dalam Komunikasi
1. Pendekatan yang berpusat pada pengirim pesan
Di sini pembicara membawa muatan komunikasi, ia memiliki peranan
paling penting dan harus di pelajari seperti keterampilan berbicara, kosa
kata, uacapan, cara pengucapan, gerakan dan vokalnya. Pendektan yang di
pusatkan pada pembicara dapat juga di fokuskan pada teknik-teknik yang
sesuai dengan moral. Jenis lain dari pendekatan yang memfokuskan
kepada pembicara ini yakni menganalisis motif pembicara seperti makna
yang tersembunyi di balik ucapannya. Pendekatan terhadap motif
pembicara ini dapat di fokuskan pada kelihaian berbicara pembicara,
contoh kita menyimak kepada frasa penting dan kata-kata yang
membentuk suku kata, seperti ketika kita menyimak sebuah pertunjukan
teater atau konser.
Semua bentuk pendekatan yang berpusat kepada komunikasi ini
memiliki satu kesamaan yakni memfokuskan pada pentingnya peranan
sentral pembicara dalam proses komunikasi. Pendekatan ini mempunyai
keterbatasan sebab aspek lain seperti pesan, audiens dan waktu berbicara
dipelajari hanya ketika ada hubungannya dengan pembicara dan hanya
menjadi latar belakang pembicara. Orang yang melakukan pendekatan ini
dapat terjebak ke dalam proses sirkuler terutama jika pembicara
melakukan komunikasinya hanya semata-mata untuk pembicaraanya
sendiri atau tanpa mempedulikan faktor lainnya seperti pesan, penerima
pesan, waktu dan tempat, maka sama saja dia berbicara di depan cermin.
2. Pendekatan yang bepusat pada pesan
Pendekatan ini memfokuskan pada pembicaraan itu sendiri sebagai
objek pokok. Pendekatan ini menekankan pada logika dan membuat
sebuah garis besar dari alasan yang dipresentasikan dalam suatu
pembicaraan. Dalam menggunakan pendekatan jenis ini, kita dapat
menunjukkan bahwa setiap argumen didukung dengan sistem
perbandingan yang logis dan valid seperti premis-premis dan proposisi-
proposisi. Sebuah pesaan dapat juga dianalisis dari segi isinya dan

11
pengembangan ide-idenya . Pesan dapat juga dianalisis daari sudut
pandang gaya atau cara presentasi.
Analisis jenis ini mecari sebuah aliran perkembangan sebuah gaya
yang teliti (terperinci), termasuk analogi, metafora, aliterasi (pemakaian
kata-kata yang sama), dan sebagainya. Keterbatasan pendekatan yang
berpusat pada pesan yakni ia cenderung mengabaikan para pelaku
manusianya yang justru mendukung pesan itu. Pendekatan ini juga
membawa drama pembicaraan diluar konteks perilaku penerima pesan.
3. Pendekatan yang berpusat pada medium
Bagaimana pesan dikirim dari pembicara ke penerima pesan?
Pendekatan ini menjelaskan bahwa pesan-pesan tidak mengikuti arus yang
utuh ketika dikirimkan dari orang yang satu ke orang yang lain. Pesan-
pesan harus berjalan melalui beberapa jenis medium atau saluran. Dalam
mengkaji suatu situasi pembicara dengan menggunakan pendekatan yang
berpusat pada medium, kita dapat melihat pada unit paling kecil yang
mungkin dari suara pembicaraan dan pola-pola gelombang suara yang
diproduksi. Atau kita dapat menggunakan pendekatan ini yang melibatkan
sistem sistematik yang disebut teori informasi. Teori ini memecah
informasi ke dalam bits yang ditransmisikan melalui sebuah medium pada
suatu saat di bawah berbagai kondisi dalam bermacam-macam bentuk.
4. Pendekatan yang berpusat pada penerima pesan
Pendekatan yang berpusat pada penerima pesan mungkin merupakan
pendekatan yang paling penting dari pendekatan lainnya. Kendati begitu
sangat sedikit buku-buku teks komunikasi yang memfokuskan pada
penerima pesan sebagai bagian pokok dari tindakan komunikasi. Berbagai
jajak pendapat terhadap publik memberikan kita informasi mengenai
penerima pesan, tetapi semua ini hanya berguna dalam keadaan tertentu.
Kita juga mempunyai berbagai jenis data yang dapat kita gunakan untuk
memperkirakan reaksi penerima pesan untuk berbagai jenis pesan,
pembicara dan media yang berbeda, tetapi semua ini harus dikaitkan
dengan hal-hal yang sifatnya spesifik. Sulit sekali untuk merealisasikan

12
atau memperkirakan reaksi-reaksi penerima pesan. Kita tidak selalu bisa
mengharapkan seorang penerima pesan bereaksi dengan cara yang sama
terhadap pesan yang sama, tergantung konteksnya, dan konteks dapat
berubah sehingga reaksi pun dapat berubah pula. Bahkan apabila kita
yakin bagaimana reaksi seseorang terhadap sebuah isu, namun ketika isu
ini dikemukakan dihadapan orang banyak akan dapat menhasilkan reaksi
yang berbeda dari yang kita duka sebelunya. Stiap orang akan dipengaruhi
oleh reaksi-reaksi dari lingkungannya.
Kita cenderung mengukur orang lain secara statistik atau fungsional
(Myers & Myers, 1975). Kita cenderung tertarik terhadap usia, kekayaan,
pendidikan dan sebagainya, yang berarti kita menginginkan data-data
statistik tentang penerima pesan sehingga kita dapat menilai rata-rata,
median, modus serta variasinya yang akan menimbulkan reaksi-reaksi
tertentu terhadapa data tersebut. Sebagai contoh, kalau seorang penerima
pesan tergolong muda, kita dapat mengasumsikan bahwa ia seorang liberal
tanpa menyimak ada juga anak muda yang konservatif. Kalau penerima
pesan berpendidikan tinggi maka ia dianggap tertarik terhadap seni, musik
dan budaya, padahal ada juga orang yang berpendidikan tinggi tetapi
menyukai cerita-cerita detektif. Untuk mengukur sekelompok orang secara
fungsional kita mempertanyakan apa yang membuat orang berkumpul
dalam sebuah kelompok, apa maksud mereka berkumpul.
Salah satu alasan kenapa dalam uraian ini kita memfokuskan kepada
penerima pesan, karena kita meluangkan begitu banyak waktu sebagai
penerima pesan. Dalam sebuah percakapan timbal-balik dengan seorang
teman, kita meluangkan waktu seabagi penyimak. Ketika menyimak
televisi, radio, pembicaraan, dosen, kita merupakan bagian dari penerima
pesan yang lebih besar. Apa yang terjadi kepada kita selaku pembicara
juga terjadi pada orang lain ketika kita menjadi bagian dari penyimak atau
penerima pesan. Banyak kejadian menimpa kita sebagai anggota dari
penyimak. Kita bisa membayangkan kejadian yang menimpa para
penyimak ketika kita menjadi pembicara. Kalau kita dihinggapi perasaan

13
bosan karena pembicara berbicara terlalu panjang, ingatlah perasaan ketika
kita juga menjadi pembicara. Apabila kita menemukan masalah ketika
mengikuti sebuah pembicaraan, cobalah kita belajar dengan cara
membayangkan jika kita menjadi pembicara apa yang kita harapkan dari
orang-orang yang sedang menyimak pembicaraan kita, apa yang harus
dilakukan agar orang-orang mau menyimak pembicaraan kita. Kalau kita
tidak dapat mengikuti logika pembicara atau jika pembicara
mengemukakan subjek pembicaraannya secara jelek, ingatlah ketika kita
naik ke pentas dan berbicara di depan suatu kelompok untuk menjelaskan
sesuatu.
4. Pendekatan terpadu
Proses komunikasi memaksa kita untuk memahami setiap bagian dari
proses komunikasi berhubungan dengan bagian lainnya. Tanpa seorang
penerima pesan, misalnya, tidak akan ada pembicara dan proses
komunikasi pun tidak akan terjadi. Proses komunikasi bersifat spiral dan
sirkuler, memagari pembicara, pesan, medium dan penerima pesan dalam
suatu wilayah. Keempatnya tidak dapat dipisahkan. Ibarat permainan
sepak bola, di satu pihak kita melihat begitu banyak interaksi yang terlibat
dalam keseluruhan waktu permainan yang tidak bisa kita pilih tetapi di
pihak lain kita pun perlu mempelajari bentuk para pemain, strategi, atau
tindakan lain yang signifikan. Karena itu dalam mempelajari semua proses
permainan sepak bola kita perlu mempelajari setiap elemen-elemen yang
mendukung permainan tersebut.
Dalam komunikasi kita pun dapat mempelajari beberapa bagian yang
terlibat dalam proses komunikasi, seperti halnya ketika kita menghentikan
tayangan video pada bagian yang dikehendaki. Kita dapat memiliki adegan
berhenti; gerak lambat atau setiap upaya yang memungkinkan kita
menganalisis hal-hal penting dalam suatu tayangan.
Begitu juga dalam mempelajari pembicaraan, kita harus menghentikan
kerumitan ini. Salah satu caranya dengan memikirkan siapa berkata apa
kepada siapa, bagaimana dan kapan, dan dengan efek atau hasil apa?

14
Kita perlu menggambarkan bagaimana pendekatan terpadu ini membawah
kepada sebuah pemikiran yang serius mengenai, dan sebuah penekanan
primer terhadap, seorang penerima pesan. Apabila kata siapa adalah kita
dan kita ingin mengkomunikasikan apanya (sebuah pesan) maka elemen-
elemen lainnya yaitu bagaimana dan dimana pesan itu dikomunikasikan.
Apabila suatu saat kita bertanya tentang suatu hal kepada seorang
wanita, maka kita dapat merincinya sebagai berikut; siapa adalah diri kita;
apa adalah sesuatu hal (yang ditanyakan); kepada siapa itu wanita; kapan,
di mana dan bagaimana merupakan hal yang ditetapkan. Kemudian kita
memperoleh efek. Kalau kita mengonsentrasikan pada penerima pesan,
misalnya, maka kita harus mengetahui semua tentang penerima pesan atau
penyimak agar pembicaraan ini berhasil. Kita harus mengetahui
bagaimana memadukan bagian-bagian situasi pembicaraan yang dapat
mempengaruhi penerima pesan. Hal ini sekaligus menjadi alasan kenapa
penerima pesan merupakan sebuah elemen penting bahkan mungkin yang
terpenting, dalam proses komunikasi.
Sebagai ilustrasi, anggaplah diri kita melihat seseorang yang berdiri di
pinggir jalan dan sebuah mobil menghampirinya dengan kecepatan tinggi.
Kita ingin mengingatkan orang itu terhadap situas yang berbahaya tersebut
karena kita mengira ia tidak melihat kedatangan mobil itu. Kita pun
berteriak, “awas!” lalu dia melompat mengindari mobil tersebut. Pesan itu
diterima olehnya dan dilaksanakan dengan baik .
Tetapi bagaimana seandainya dia tidak peduli atau tuli? Bagaimana
seandainya dia tidak mengerti bahasa yang kita gunakan? Apa yang harus
kita ketahui mengenai penerima pesan sebelum kita menyampaikan pesan
itu dari seberang jalan?hubungan antara pembicara dan medium serta isi
pesan menjadi kurang penting dalam situasi ini dibandingkan dengan
kemampuan penerima pesan untuk mendengar, memahami, dan melompat.

15
C. Pentingnya Menyimak
Dalam dunia komunikasi, menyimak diakui sebagai suatu keahlian
kominikasi verbal yang sulit dan unik dibandingkan dengan komunikasi
verbal lainnya seperti berbicara, menulis dan membaca, sebab itu sedikit
sekali orang yang dapat melakukannya dengan baik. Kendati demikian
menyimak harus dipelajari dan dilatih karena ia merupakan salah satu bagian
penting dalam proses komunikasi, khususnya dalam pengembangan
kemampuan berkomunikasi.
Menyimak merupaka satu dari sekian banyak keterampilan yang dapat kita
miliki, bahkan dari semua keterampilan komunikasi, menyimak dapat
dikatakan sebagai suatu pembeda paling besar. Seberapa baik kita menyimak
memiliki sebuah dampak yang besar terhadap efektivitas pekerjaan kita , dan
terhadap kualitas hubngan kita dengan orang lain. Pembicara yang aktif dan
cemerlang sekalipun pada akhirnya akan ‘hancur’ jika ia gagal untuk
menyimak dengan baik dan benar. Walaupun demikian tidak sedikit orang
yang hanya mendengarkan tetapi telah merasa menyimak. Sering terjadi dalam
sebuah percakapan, orang-orang tidk (saling) menyimak, tetapi hanya
bergiliran berbicara dan cenderung lebih tertarik mengutarakan pandangan dan
pengalamannya sendiri dari pada menyimak dan memahami orang lain secara
sungguh-sungguh.
Melalui aktivitas menyimak kita dapat memahami orang lain secara lebih
baik. Menyimak tidak datang secara alami, sehingga kita perlu bekerja keras
untuk dapat menyimak secara efektif. Kita tuntut untuk mendengarkan dan
memperhatikan pesan-pesan verbal serta non verbal pembicara. Kita juga
dituntut untuk memahami isi, maksud dan berbagai aspek lain yang sifatnya
kompleks seperti suasana, kebiasaan, nilai, kepercayaan, motif, sikap,
dorongan, kebutuhan dan pendapat bicara.
Dari sini dapat kita simak bahwa menyimak tidak semudah yang
dibayangkan. Ia tidak sekedar merupakan aktifitas mendengarkan tetapi
merupakan sebuah proses memperoleh beragai fakta, bukti atau informasi
tertentu yng diasarkan pada penilaian, dan penetapan sebuah reaksi individual.

16
Bahkan menyimak dapat juga diklasifikasikan sebuah seni bergaul atau
keterampilan berinteraksi sosial (social art) (feseden et al., 1968) dan
keterampilan dalam menyandi pesan (Lesikar et al., 1999). Menyimak
merupakan sebuah keterampian yang kompleks yang memerlukan ketajaman
perhatian, konsentrasi, sikap mental yang aktif dan kecerdasan dalam
mengasimilasi serta menerapkan setiap gagasan.
Menyimak merupakan suatu hal yang komplek dan unik. Ia merupakan
sebuah proses selektif atau memilih dari sekian banyak rangsangan (stimuli) di
sekitar kita, yang paling cocok dengan maksud dan kebutuhan kita. Proses
penyeleksian ini termasuk mengambil atau menerima beberapa atau
seperangkap rangsangan tertentu ke pusat persepsi penyimak. Kita menyimak
dan memusatkan perhatian pada beberapa rangsangan karena sifatnya yang
mendadak atau menarik, memiliki kehebatan atau menunjukkan perbedaan.
Kadangkala kita menyimak rangsangan, karena memang kita berusaha keras
untuk memusatkan perhatian padanya, walaupun rangsangan itu tidak
menarik. Selain itu ada juga suara-suara atau gagasan-gagasan yang kita simak
secara otomatis.
Menyimak merupakan sebuah proses pengalihan rangsangan secara
konstan. Kita memuaskan pada satu rangsangan selama beberapa detik saja.
Seperti pencarian sebuah objek oleh antena radar, indera manusia secara
konstan melihat sepintas kepada rangsangan yang datang untuk mendapatkan
informasi yang menurut kita penting (Keltner, 1970).
Walaupun menyimak itu penting, namun ia sering disalah mengartikan
Sehingga dapat memengaruhi proses komunikasi. Ada tiga gambaran umum
yang keliru mengenai menyimak. Umumnya orang menganggap menyimak
sama dengan mendengar. Orang – orang juga mengangap menyimak bersifat
alamiah dan semua penyimak menerima pesan yang sama, padahal dalam
kenyataannya tidak demikian (Adler, 1986; Person & Nelson, 1979).
Mendengar merupakan proses ketika gelombang-gelombang suara
mengenai genderang telinga dan menyebabkan sejumlah getaran yang
ditransformasikan ke otak. Menyimak terjadi ketika otak mengontruksi

17
gelombang-gelombang elektrokimia berupa suara ke dalam sebuah lambang
dan memberinya makna. Dalam keadaan sakit sekalipun aktivitas mendengar
tidak dapat dihentikan. Telinga kita tetap akan menangkap gelombang-
gelombang suara dan mengirimnya ke otak, dikehendaki atau tidak.
Mendengar bersifat pasif dan spontan, sedangkan menyimak bersifat aktif.
Menyimak menyangkut proses dan interpretasi terhadap informasi yang
datang. Jadi dalam menyimak diperlakukan konsentrasi, perhatian yang
sungguh-sungguh, kesengajaan, pemahaman dan kehati-hatian.
Ketika kita melihat dua atau lebih orang yang sedang menyimak
pembicaraan seseorang, kita cenderung mengasumsikan, mereka masing-
masing menyimak dan memahami pesan yang sama, namun dalam
kenyataannya tidak seperti ini, komunikasi bersifat proaktif. Setiap orang
yangterlibat dalam transaksi ide atau perasaan merespon secara unik. Faktor-
faktor psikologis, peranan sosial, latar belakang budaya, minat pribadi, dan
kebutuhan semuanya membentuk dan menyimpulkan data mentah yang kita
dengar ke dalam pesan-pesan yang diterima secara berbeda dengan penyimak
lainnya.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa
yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap
keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya
dengan cara yang beraneka-ragam. Dalam memperoleh keterampilan
berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang tertatur: mula-
mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara,
sesudah itu kita belajar membaca dan menulis.
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena
sangat bergantung kepada berbagai unsur yang mendukung. Yang
dimaksudkan dengan unsur dasar ialah unsur pokok yang menyebabkan
timbulnya komunikasi dalam menyimak. Menyimak dengan berkonsentrasi
adalah memusatkan pikiran, perasaan, dan perhatian terhadap bahan simakan
yang disampaikan pembicara. Untuk dapat memusatkan perhatian terhadap
bahan simakan yang disampaikan pembicara dengan baik, penyimak harus
dapat menghindari gangguan menyimak, baik yang berasal dari diri sendiri
maupun yang berasal dari luar, penyimak harus betul-betul memusatkan
perhatian kepada materi yang disimak.
Penyimak yang ideal harus bermotivasi mempunyai tujuan tertentu
sehingga untuk menyimak kuat, menyimak secara menyeluruh materi secara
utuh dan padu, menghargai pembicara, penyimak yang baik harus selektif,
artinya harus memilih bagian-bagian yang inti, sungguh-sungguh, penyimak
tidak mudah terganggu, penyimak harus cepat menyesuaikan diri, penyimak
harus kenal arah pembicaraan, penyimak harus kontak dengan pembicara,
Kontak dengan pembicara, merangku, menilai, dan merespon.

19
B. Saran
Menyimak adalah suatu keterampilan komunikasi yang terabaikan.
Banyak orang kelihatannya menyimak, tetapi tidak sesuai dengan definisinya.
Seseorang lebih sering berpura-pura menyimak dan pikirannya melayang ke
tempat lain. Sehingga informasi atau hal-hal yang penting tidak ia dapatkan.
Maka dari itu, kita harus menyimak dengan benar, artinya menyimak dengan
menfokuskan perhatian. Kita harus mampu menyimak dengan menggunakan
pemahaman, pengetahuan, penilaian, serta mampu merespon isi dari
pembicaraan. Sehingga informasi-informasi tersebut adalah hal-hal penting
yang patuh kita simpan di memori.
Menyimak tidak bekerja secara otomatis tetapi merupakan sebuah proses
yang mencakup perhatian selektif dan pemaknaan. Secara fisiologis menyimak
mencakup penggunaan organ-organ pendengaran untuk menerima getaran-
getaran akustik yang diubah bentuknya ke dalam sinyal-sinyal yang dapat
dimengerti oleh otak. Selanjutnya otak memberikan arti kepada getaran-
getaran tersebut dan menyandi pola-pola getaran ini yang dikenal dengan
nama kata-kata. Dengan demikian dapat dikatakan mendengar merupakan
sebuah proses yang tidak selektif sedangkan menyimak merupakan proses
selektif ketika setiap rangsangan disaring. Oleh karena itu tidak mengherankan
banyak orang yang tetapi tidak menyimak.

20
DAFTAR PUSTAKA

Herry Hermawan. 2012, Menyimak, Keterampilan Berkomunikasi yang


Terabaikan. Graha Ilmu
Saddhono, Kundharu dan Slamet, St. 2012. Meningkatkan Keterampilan
Berbahasa Indonesia (Teori dan Aplikasi). Bandung: Karya Putra
Darwati Bandung
Santosa, Puji Dkk. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Universitas
Terbuka.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak Sebagai Sebuah Keterampilan.
Bandung: ANGKASA
Taufina.2015. Keterampilan Berbahasa Indonesia Dan Apresiasi Sastra Indonesi
a Di SD. Padang: Sukabina Press.

21

Anda mungkin juga menyukai