Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN

BERBICARA.

Disusun Oleh:
Abad Umer

PUSAT PENGEMBANGAN BAHASA (PPB)


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018

1
KATA PENGANTAR

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembelajaran bahasa terdapat empat keterampilan
berbahasa yang menjadi sasaran pokok, yaitu menyimak, berbicara,
menulis, dan membaca. Keterampilan menyimak dan berbicara
dikategorikan dalam keterampilan berbahasa lisan dan reseptif sedangkan
keterampilan menulis dan membaca dikategorikan sebagai keterampilan
produktif. Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan berbahasa lisan
yang biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi
secara lisan diharapkan dapat meningkat. Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai keterampilan berbahasa lisan, yaitu bagaimana meningkatkan
keterampilan menyimak dan berbicara. Pengetahuan dan keterampilan
dalam penggunaan strategi pembelajaran berbahasa lisan merupakan
prasyarat bagi mahasiswa calon guru agar mampu melaksanakan
pengajaran bahasa di kelas sehingga pada akhirnya keterampilan
berbahasa lisan siswa meningkat dengan baik. Berikut di bawah ini akan
dibahas tema Pengembangan Kemampuan Lisan Menyimak dan
Berbicara.

B. Rumusan Masalah
Permasalan yang diangkat dalam makalah ini ialah bagaimanakah
pengembangan kemampuan lisan menyimak dan berbicara?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Keterampilan Menyimak


Menyimak (Listening) dikatakan sebagai kegiatan berbahasa
reseptif dalam suatu kegiatan bercakap-cakap (talking) dengan medium
dengar (audio) maupun medium pandang (visual). Kata menyimak dalam
bahasa Indonesia memiliki kemiripan makna dengan kata ‘mendengar’
dan ‘mendengarkan’. Oleh karena itu, ketiga istilah itu sering
menimbulkan kekacaupan pemahaman, bahkan sering dianggap sama
sehingga dipergunakan secara bergantian. (Arkadiah 1992:3)1 Lebih lanjut
Moeliono (1988:246) menjelaskan bahwa mendengar diartikan sebagai
menangkap bunyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti
menangkap sesuatu (bunyi) dengan sungguh-sungguh. Sedangkan
menyimak berarti memperhatikan baik yang diucapkan atau dibaca orang.2
Kegiatan menyimak diawali dengan kegiatan mendengarkan, pada
akhirnya memahami apa yang disimaknya. Untuk memahami isi bahan
simakan diperlukan suatu proses. Proses tersebut terdiri dari enam tahapan
1) Mendengar, 2) mengidentifikasi 3) menginterpretasi/menafsirkan, 4)
memahami, 5) menilai, dan 6) menanggapi atau mereaksi. (Arkhaidah,
1991:15)3 Istilah mendengarkan dan menyimak memiliki keterkaitan
makna dan sifatnya hierarkies. Kesamaan makna yaitu indra pendengaran,
sedangkan sasarannya dapat bunyi yaitu bunyi bahasa. Perbedaannya,
terletak pada: 1) ada tidaknya unsur kesengajaan, 2) ada tidaknya usaha
untuk memahami atau menikmati, dan 3) menyimak telah mengandung
unsur mendengar dan mendengarkan.

1
Kundharu Saddhono dan St.Y.Slamet. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa
Indonesia. (Graha Ilmu: Yogyakarta, 2014), h. 14
2
Ibid, h. 14
3
Ibid, h. 18

5
B. Jenis-Jenis Menyimak
Dasar penilikan terhadap pengklasifikasian menyimak antara lain:
1. Sumber Suara
Atas dasar asal suara yang disimak maka dibedakan
interpersonal listening dan intrapersonal listening. Interpersonal
listening terjadi pada saat orang mendengarkan dan memperhatikan
suara-suara yang berasal dari dalam diri sendiri. Sedangan
Intrapersonal listening terlaksana pada saat seseorang mendengarkan
dan memperhatikan apa yang dibicarakan oleh orang lain, misalnya
dalam percakapan, diskusi, seminar, dan sebagainya.
2. Cara Menyimak
Atas dasar cara penyimakan, terdapat cara penyimakan taraf
rendah dan taraf tinggi. Menyimak taraf rendah (silent listening),
penyimak baru sampai pada taraf atau memberikan dorongan,
perhatian yang bersifat nonverbal, misalnya mengagguk dan
tersenyum. Pada penyimak taraf tinggi (active listening) penyimak
tidak hanya sekadar memberikan dorongan, anggukan tetapi juga
bersangkutan dengan mengungkap kembali bahan simakan.
3. Taraf Hasil Simakan
Dalam kegiatan menyimak, ada yang memperoleh hasil
simakan yang mendalam, adapula yang sekadarnya. Kedalaman taraf
hasil simakan yang diperoleh penyimak akan bervariasi tergantung dari
berbagai faktor. Green dan Petty, menyebutkan sembilan jenis
menyimak berdasaran taraf hasil simakan, yaitu: 1) menyimak tanpa
rekasi, 2) menyimak pasif, 3) menyimak terputus-putus, 4) menyimak
dangkal, 5) menyimak terpusat, 6) menyimak untuk membandingkan,
7) menyimak organisasi materi, 8) menyimak kritis, 9) menyimak
kreatif dan aspiratif.

6
4. Tujuan Menyimak
Berdasarkan tujuannya menyimak dibedakan atas: 1)
Menyimak untuk belajar, 2) menyimak untuk menghibur, 3) menyimak
untuk menilai, 4) menyimak apresiatif, 5) menyimak untuk
mengomunikasikan ide dan perasaan, 6) menyimak deskriminatif, 7)
menyimak pemecahan masalah.

C. Faktor-Faktor Penentu Menyimak


Berikut di bawah ini beberapa unsur yang mempengaruhi
keefektifan menyimak antara lain: 1) pembicara, 2) pembicaraan, 3)
situasi, 4) penyimak, hal tersebut dijelaskan di bawah ini.
1) Pembicara adalah orang yang menyampaikan pembicaraan, ide,
pesan, dan informasi kepada penyimak melalui bahasa lisan. Oleh
karena itu, sejumlah faktor dituntut dari pembicara antara lain:
penguasaan materi, bahasa baik dan benar, percaya diri, berbicara
sistematis, gaya berbicara menarik, dan kontak dengan penyimak.
2) Pembicaraan adalah materi, isi, pesan, atau informasi yang
disampaikan oleh pembicara kepada penyimak. Pembicaraan yang
baik dan menarik akan memenuhi hal-hal sebagai berikut: aktual,
berguna, minat penyimak, sistematis, seimbang.
3) Situasi menyimak diartikan sesuatu yang menyertai kegiatan
menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan penyimak. Berikut
adalah hal yang harus diperhatikan: ruangan, waktu, suasana,
peralatan
4) Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi bahan
simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu peristiwa
penyimak berlangsung. Beberapa hal yang terkait dengan penyimak
adalah: kondisi, konsentrasi, bertujuan, berminat, berkemampuan
lingustik, berpengetahuan dan berpengalaman yang luas.

7
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan, mereflesikan pengalaman, dan
berbagi informasi. Ide merupakan esensi dari apa yang kita bicarakan dan
kata-kata merupakan untuk mengekspresikannya. Berbicara merupakan
proses yang kompleks karena melibatkan berpikir, bahasa, dan
keterampiulan sosial. Dalam berbahasa secara lisan, dua aspek berbahasa
yaitu menyimak dan berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang tidak
dapat dipisahkan dari dalam kehidupan. Kedua jenis kemampuan
berbahasa lisan ini selalu kita perlukan untuk berkomunikasi dengan
orang lain dimana dan kapanpun kita berada.

8
DAFTAR PUSTAKA

Saddhono, Kundharu dan St.Y.Slamet. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa


Indonesia. Graha Ilmu: Yogyakarta. 2014.
Ridwan, Sakura. Metodologi Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Kepel Press.
2011.
Hadley, Alice Omaggio. Teaching Language in context: Third Edition. United
States: ThomsonHeinle. 2000.
Nurjamal, Daeng, Terampil Berbahasa: Menyusun Karya Tulis Ilmiah, Memandu
Acara (MC-Moderator) dan Menulis Surat. Diakses dari http:////
..............tangal 2 September 2019, 12.15

Anda mungkin juga menyukai