Jadi, Kesimpulannya Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi
baik bunyi nonbahasa dan bunyi bahasa dengan penuh pemahaman, perhatian, apresiasi, serta
interprestasi, dengan menggunakan aktivitas telinga dalam menangkap pesan yang
diperdengarkan untuk memperoleh informasi dan memahami isi yang disampaikan bunyi
tersebut.
C. TUJUAN MENYIMAK
Tujuan utama dari menyimak yaitu Menangkap, memahami, atau menghayati pesan,
ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
1) Mendapatkan Fakta
Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan berbagai cara. Kegiatan pengumpulan
fakta atau informasi melalui menyimak dapat berwujud dalam berbagai variasi. Misalnya
mendengarkan radio, televisi, penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah,
percakapan dalam keluarga, percakapan dengan tetangga, percakapan dengan teman sekerja,
sekelas dsb. Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi ini di kalangan pelajar dan
mahasiswa banyak sekali dilakukan melalui menyimak. Fakta yang diperoleh melalui
kegiatan menyimak ini kemudian dilengkapi dengan kegiatan membaca atau mengadakan
eksperimen.
2) Menganalisis Fakta
Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu dianalisis. Harus jelas kaitan
antar unsur fakta, sebab dan akibat apa yang terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan
pembicara harus dikaitkan dengan pengetahuan atau pengalaman menyimak dalam bidang
yang relevan.
3) Mengevaluasi Fakta
Tujuan ketiga dalam suatu proses menyimak adalah mengevaluasi fakta-fakta yang
disampaikan pembicara. Dalam situasi ini penyimak sering mengajukan sejumlah pertanyaan
seperti antara lain :
a. Benarkah fakta yang diajukan?
b. Relevankah fakta yang diajukan?
c. Akuratkah fakta yang disampaikan?
Apabila fakta yang disampaikan pembicara sesuai dengan kenyataan,
pengalaman dan pengetahuan penyimak maka fakta itu dapat diterima.
4) Mendapatkan Inspirasi
Adakalanya orang menghadiri suatu konvensi, pertemuan ilmiah atau jamuan tertentu,
bukan untuk mencari atau mendapatkan fakta. Mereka menyimak pembicaraan orang lain
semata-mata untuk tujuan mencari ilham. Penyimak seperti ini biasanya orang yang tidak
memerlukan fakta baru. Yang mereka perlukan adalah sugesti, dorongan, suntikan semangat,
atau inspirasi guna pemecahan masalah yang sedang mereka hadapi. Mereka ini sangat
mengharapkan pembicara yang isnpiratif, sugestif dan penuh gagasan orisinal. Pembicaraan
yang semacam ini dapat muncul dari tokoh-tokoh yang disegani, dari direktur perusahaan,
orator ulung, tokoh periklanan, salesman dsb.
5) Menghibur Diri
Sejumlah penyimak datang menghadiri pertunjukan seperti bioskop, sandiwara, atau
percakapan untuk menghibur diri. Mereka ini adalah orang-orang yang sudah lelah letih dan
jenuh. Mereka perlu penyegaran fisik dan mental agar kondisinya pulih. Karena itulah
mereka menyimak untuk tujuan menghibur diri. Sasaran yang mereka pilih pun tertentu,
misalnya menyimak pembicaraan cerita-cerita lucu, banyolan percakapan pelawak, menonton
pertunjukan yang kocak seperti yang dibawakan Grup Srimulat.
6) Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Dalam
hal ini penyimak memperhatikan seseorang pembicara pada segi:
a. Cara mengorganisasikan bahan pembicaraan
b. Cara penyampaian bahan pembicaraan
c. Cara memikat perhatian pendengar
d. Cara mengarahkan perhatian pendengar
e. Cara menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon, alat peraga dsb.
f. Cara memulai dan mengakhiri pembicaraan
Semua hal tersebut diperhatikan oleh penyimak dan kemudian dipraktikkan.
Menyimak yang seperti inilah yang disebut menyimak untuk tujuan peningkatan kemampuan
berbicara.
Menurut Logan (dalam Tarigan 1994:56) tujuan menyimak beraneka ragam antara lain
sebagai berikut :
1. Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat
memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.
2. Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan
pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang
diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama dalam bidang seni).
3. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak
dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-
tak logis, dan lain-lain).
4. Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si
penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu
(pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan
perdebatan).
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak dengan
maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan,
maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan
tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi
yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi yang tidak membedakan arti.
Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang
asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
7. Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang
pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
8. Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap
suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si penyimak ragukan;
dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.
a. Pengertian Menyimak
Berikut ini terdapat beberapa pengertian menyimak yang dikemukakan oleh para ahli.
1. Menurut H. G. Tarigan
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap
isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan.
2. Menurut Anderson
Menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan
lambing-lambang lisan.
3. Menurut Russel&Russel 1959
Menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi
4. Menurut Drs. Hanapi Natasasmita
Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak
5. Menurut Djago Tarigan
Menyimak dapat didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang mencakup kegiatan mendengar
dari bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung
dalam bahan simakan
6. Hakikat Menyimak
Hakikat menyimak adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan karena itu dapat
disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami atau menghayati
pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
b. Fungsi Menyimak
Berikut ini terdapat beberapa fungsi dalam melaksanakan kegiatan menyimak.
1. Membuat hubungan antar pribadi lebih efektif
2. Memperoleh informasi yang ada hubungan atau sangkut pautnya dengan pekerjaan atau
profesi
3. Dapat memberikan respon yang tepat
4. Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan-keputusan yang masuk akal
c. Tujuan Menyimak
Menurut H.G. Tarigan
1. Menyimak untuk belajar
2. Menyimak untuk Menikmati keindahan audial
3. Menyimak untuk Mengevaluasi
4. Menyimak untuk Mengapresiasi materi simakan
5. Menyimak untuk Mengkomunikasikan ide-ide
6. Menyimak untuk Membedakan bunyi-bunyi
7. Menyimak untuk Memecahkan masalah
8. Menyimak untuk Meyakinkan
Menurut Bunga Ayesha dalam modul hakikat menyimak
1. Mendapatkan fakta
2. Mengevaluasi fakta
3. Menganalisis fakta
4. Mendapatkan inspirasi
5. Menghibur diri
6. Meningkatkan kemampuan berbicara
d. Peran Menyimak
1. Landasan belajar berbahasa
2. Penunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis
3. Pelancar komunikasi lisan
4. Penambah informasi
e. Proses Menyimak
1. Tahap mendengar (hearing)
2. Tahap memahami (understanding)
3. Tahap menginterpretasi (interpreting)
4. Tahap mengevaluasi (evaluating)
5. Tahap menanggapi (responding)
Menyimak intensif
Menyimak intensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih
umum serta perlu di bawah bimbingan langsung para guru, menyimak intensif diarahkan
pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap suatu hal tertentu.
Ada enam jenis menyimak intensif yaitu:
Menyimak kritis
Menyimak konsentratif
Menyimak kreatif
Menyimak eksploratif
Menyimak interogatif
Menyimak selektif
menyimak diri sendiri yaitu aktivitas yang kita lakukan pada saat kita berbicara atau
membacakan sesuatu kepada orang lain, alat indra dengar kita aktif menyimak suara dan otak
kita aktif memahami informasi atau pesan yang sedang disampaikan kepada orang lain;
menyimak orang lain yaitu menyimak pembicaraan yang disampaikan oleh orang lain.
Sumber informasi yang disimak adalah orang yang berada di luar diri penyimak;
menyimak sosial yaitu menyimak yang terjadi dalam interaksi sosial;
menyimak estetik yaitu kegiatan menyimak yang bertujuan untuk keperluan menumbuhkan
rasa senang dan kegembiraan;
menyimak apresiatif yaitu kegiatan menyimak untuk menggali nilai-nilai sebuah karya seni
dalam memahami, memaknai, sampai dengan memberi penghargaan terhadapnya;
menyimak konsentratif yaitu kegiatan menyimak yang bertujuan untuk memahami secara
sempurna apa pesan yang ada dalam pembicaraan, kemudian dapat memberi respons berupa
respons tindakan atau respons verbal sesuai atau sama dengan pesan pembicaraan;
menyimak introgatif yaitu kegiatan menyimak yang bertujuan untuk memberi respons dalam
bentuk pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi simakan;
menyimak kritis yaitu kegiatan menyimak yang bertujuan untuk memberi argumenargumen
kritis tentang suatu masalah yang disampaikan oleh pembicara.
Tahap-tahap Menyimak
Dalam menyimak terdapat tahap-tahap menyimak. Menurut Tarigan (2008: 31) tahap-tahap
tersebut yaitu:
Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung
dalam pembicaraan mengenai dirinya.
Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya
selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan.
Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk
mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak.
Menyimak serapan karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi hal-hal yang
kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.
Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak, perhatian secara
fseksama berganti dengan keasyikan lain, hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara
yang menarik hatinya saja.
Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang
mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang
disampaikan sang pembicara.
Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan komentar ataupun mengajukan
pertanyaan.
Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang
pembicara;
Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan
sang pembicara.
Baca Juga
Pengertiandongeng, Jenis-jenisdongengdanCiri-ciridongeng
PengertianBerbicaradanteknikberbicara di depanUmum
Ada beberapa faktor yang menentukan keefektifan serta kualitas menyimak, antara lain :
A. Faktor fisik
Kondisi fisik seseorang penyimak mungkin merupakan faktor penting yang turut
menentukan keefektifan serta kualitas menyimak. Ada orang yang sukar sekali mendengar, dia
mungkin saja terganggu serta serta dibingungkan oleh upaya yang dia lakukan untuk mendengar.
Lingkungan fisik juga bertanggung jawab atas keefektifan menyimak seseorang. Ruangan yang
terlalu panas, lembab, ataupun terlalu dingin, suara atau bunyi yang mengganggu, dan lain-lain.
Di sekolah sang guru hendaklah dengan cermat dan teliti nenciptakan suatu lingkungan kelas
yang tidak mendatangkan gangguan menyimak. Lebih jauh lagi, sang guru harus membantu anak
didik nya memperoleh situasi yang menyenangkan serta cara penyajian belajar yang menarik hati,
sehingga yang mereka simak benar-benar mereka pahami.
B. Faktor psikologis
Faktor psikologis mencakup masalah-masalah:
Dalam hal inilah guru guru harus menampilkan fungsi bimbingannya dan mencoba memperbaiki
kondisi-kondisi tersebut. Faktor-faktor psikologis mungkin pula sangat menguntungkan bagi
penyimak. Misalnya, pengalaman-pengalaman masa lalu yang menyenangkan, kepandaian beraneka
ragam, dan lain-lain.
C. Faktor pengalaman
Latar belakang pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam menyimak. Kosa kata
menyimak juga turut mempengaruhi kualitas menyimak. Makna-makna yang yang dipancarkan kata-
kata asing cenderung mengurangi serta menyingkirkan perhatian para siswa. Kosa kata menyimak
cenderung berada atau ketinggalan di belakang kebutuha para siswa.
Begitu banyak istilah teknis dan abstrak yabg diperkenalkan dalam pengembangan
kurikulum sehingga anak tetap dipadati dengan pengertian kata-kata yang samar dan kurang lengkap
mereka dengar dalam pelajaran-pelajaran mereka. Maka, tidak dapat disangkal bahwa sebagian
besar dari pengajaran terbang begitu saja, tiada melekat dalam otak.
Kata-kata orang berbicara dengan kecepatan kira-kira 125 kata per menit. Ada untungnya
bila berpikir pun diukur pula dalam kata-kata per detik, sebab dengan demikian ternyata kebanyakan
dari kita berpikir dengan kecepatan empat kali berbicaea tadi.
Andaikata anda seorang penyimak yang baik, maka tentu anda menyimak ide-ide penting
saja. Sebaiknya fakta-fakta yang disodorkan, diucapkan kepada anda, pertimbangkanlah hubungan
satu dengan yang lain. Maka segera anda akan melihat dan memahami bahwa orang berbicara itu
telah menghubungkan beberapa fakta untuk membentuk suatu ide pusat.
Anda akan mendapatkan diri sendiri tidak dapat luput dari menyimak suatu yang sulit, maka
usaha untuk menghindari hal itu seolah-olah tidak akan ada gunanya dan anda tidak akan dapat
menyimak secara efektif. Pemecahannya: simaklah baik-baik diskusi-diskusi mengenai subyek-
subyek yang menuntun upaya untuk mamahami, mengerti, seperti dalam komentar-komentar radio
atau diskusi-diskusi panel.
6) Penolakan secara gegabah terhadap suatu subyek sebagai yang tidak menarik perhatian
Untuk memperbaiki kebiasaan menyimak yang jelek, disarankan kepada kita untuk
mengadakan suatu pendekatan egois, mengingat kepentingan diri sendiri. Memang mungkin saja
subyek tersebut tidak menarik perhatian, tetapi jangan dilupakan bahwa orang yang paling
membosankan sekalipun biasanya memiliki beberapa ide yang baik yang hendak disajikannya.
Andaikan seseorang berhenti menceritakan kepada kita suatu yang akan menguntungkan
kita. Kalau sepatunya jorok, seseorang yang bersepatu jorok, lusuh, tidak berkilat, dan berbicara pun
telor pula, maka dia tidak akan dapat berbicara banyak. Orang tersebut mungkin saja memberi kita
kunci atau jalan menuju keberhasilan hidup, tetapi sayangnya kita tidak mendengarkan, tidak
menyimaknya.
Kita akan jarang sekali mengelabui orang yang berbicara, karena menyimak menuntut suatu
pengeluaran tenaga yang diakui paling sedikit secara tidak sadar olehnya. Kita menipu diri sendiri
keluar dari suatu kesempatan untuk belajar dari ap yang telah dikatakan. Oleh karena itu kita lebih
baik berhenti dari kepura-puraan itu dan benar-banar menyimak yang dibicarakan oleh pembicara.
Beberapa orang beranggapan bahwa cara belajar dari menyimak adalah dengan jalan
membuat banyak catatan. Mereka jadinya terlibat dalam kegiatan fisik menulis. Kerap kali mereka
mencoba membuat kerangka apa-apa yang telah diutarakan pembicara dan menjadi rangkuman
yang berupa simbol-simbol dan angka-angka. Mereka lupa bahwa sementara itu mereka hanya
setengah menyimak.
Golongan orang yang banyak menyimak pada diri sendiri sehingga tidak memiliki waktu
mendengarkan atau menyimak orang lain:
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling
bergantung. Tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seorang pun yang mendengarkan,
dan meskipun mungkin kita dapat menyimak nyanyian atau doa, komunikasi yang diucapkan
merupakan hal utama yang perlu disimak. Menyimak dan berbicara, merupakan keterampilan
berbahasa lisan. Keduanya membutuhkan penyandian dan penyandian kembali simbol –
simbol lisan.
Pada dasarnya bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari lewat menyimak dan
menirukan pembicaraan. Anak – anak tidak hanya menirukan pembicaraan yang mereka
pahami, tetapi juga mencoba menirukan hal – hal yang tidak mereka pahami. Kenyataan ini
mengharuskan orang tua dan guru menjadi model berbahasa yang baik, supaya anak – anak
tidak menirukan pembicaraan yang memalukan atau tidak benar (Ross dan Roe, 1990: 11).
Penyandian kembali simbol – simbol lisan (menyimak) hanya melibatkan satu tingkat
pemindahan, yaitu dari bunyi ke pengalaman yang menjadi sumbernya. Misalnya ketika
seorang anak menyimak kalimat “Nanti Ibu belikan bola”, anak mengubungkan dengan alat
permainan yang digunakan untuk bermain sepak bola, sehingga dapat memahami arti kata
bola yang disimaknya. Penyandian kembali simbol – simbol tertulis (membaca) melibatkan
dua tingkat pemindahan, yaitu dari simbol tertulis ke simbol lisan, selanjutnya ke pengalaman
yang menjadi sumbernya. Ketika membaca bola, anak mengucapkan atau mengucapkan
dalam hati kata tersebut. Selain itu menghungkannya dengan benda yang digunakan untuk
bermain sepak bola. Oleh karena itu keterampilan menyimak bagus untuk mengembangkan
kesiapan membaca, karena menyimak memerlukan proses mental yang sama dengan
membaca, kecuali pada tingkat penyandiannya.
Mengajar anak – anak menangkap ide – ide pokok, detail, urutan, hubungan sebab akibat,
mengevaluasi secara kritis, dan menangkap elemen – elemen lain dari pesan – pesan secara
lisan dapat mempengaruhi kemampuan anak – anak membaca guna menangkap elemen –
elemen yang sama seperti ketika mereka menyimak. Penambahan sebuah kata dalam kosa
kata yang disimak anak – anak meningkatkan kemungkinan mereka dapat menafsirkan arti
kata tersebut jika mereka membacanya (Ross dan Roe, 1990: 12). Contoh, seorang anak yang
dapat memahami kata “bermain” ketika menyimak cerita gurunya, juga dapat memahami
ketika menjumpai kata tersebut dalam bacaan.
Baik dalam kegiatan berbicara maupun menulis pengorganisasian pikiran sangat penting.
Pengorganisasian pikiran ini lebih mudah dalam menulis, karena informasi dapat disusun
kembali secara mudah setelah ditulis sebelum disampaikan kepaa orang lain untuk
dibaca.Sebaliknya setelah suatu pesan yang tidak teratur dikatakan kepada orang lain,
meskipun telah dibetulkan oleh pembicara, kesan yang tidak baik sering kali masih tetap ada
dalam diri pendengar. Itulah sebabnya banyak pembicara yang merencanakan apa yang akan
dikatakan dalam bentuk tertulis dahulu sebelum disajikan secara lisan.
Namun, kegiatan berbicara dapat juga merupakan kegiatan untuk mencapai kesiapan menulis.
Bahasa lisan dipelajari lebih dahulu oleh anak – anak dan pada umumnya mereka tidak
mengutarakan secara tertulis hal – hal yang tidak mereka kuasai secara lisan.
Membaca dan menulis merupakan keterampilan yang saling melengkapi. Tidak ada yang
perlu ditulis kalau tidak ada yang membacanya, dan tidak ada yang dapat dibaca kalau belum
ada yang ditulis. Keduanya merupakan keterampilan bahasa yang tertulis, dan menggunakan
simbol – simbol yang dapat dilihat yang mewakili kata – kata yang diucapkan serta
pengalaman dibalik kata – kata tersebut. Dalam menulis, orang lebih suka menggunakan kata
– kata yang dikenal dan yang dirasakan sudah dipahami dengan baik dalam bahasa bacaan
yang telah dibacanya. Namun, banyak materi yang telah dibaca dan dikuasai oleh seseorang
yang tidak pernah muncul dalam tulisan (karangan). Hal itu terjadi karena untuk
menggunakan suatu kata dalam tulisan diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam dalam
hal penerapan kata tersebut daripada sekedar memahami ketika membaca.