Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

1. Berpikir dan Berbahasa


Bahasa adalah sistem simbol manusia yang paling lengkap
sehingga bahasa bisa dijadikan simbol dari sebuah kebudayaan suatu suku
bangsa (etnokultur) berdasarkan adanya dialek atau logat bahasa yang
beraneka ragam variasinya. Setiap dialek dalam suatu masyarakat
merupakan ciri khas yang membedakan suatu kebudayaan dengan
kebudayaan lainnya. Perbedaan dialek tersebut disebabkan adanya
perbedaan daerah geografis dan pelapisan lingkungan sosial antar
masyarakat. Adanya perbedaan bahasa dan dialek antar masyarakat
tersebut memerlukan faktor pemersatu berupa bahasa nasional. Dalam
konteks yang lebih luas, bahasa Indonesia yang termasuk dalam rumpun
bahasa Melayu berperan sebagai pemersatu atau pengikat rasa identitas
bangsa Indonesia. Dengan demikian, bahasa mempengaruhi hampir setiap
aspek kehidupan dan kebudayaan manusia. Dalam kajian antropologi,
bahasa dibedakan menjadi salah satu cabang dari ilmu antropologi fisik
dan terapan. Dalam perkembangannya, bahasa lebih difokuskan kajiannya
oleh ahli antropologi linguistik yang berusaha menemukan persamaan dan
perbedaan serta asal-usul suatu bahasa dilihat dalam ruang lingkup daerah
yang lebih luas. Kajian mengenai bahasa dalam cabang antropologi
linguistik digunakan untuk menelusuri arah perkembangan bahasa dan
hubungan antarbahasa sehingga suatu suku bangsa memiliki corak dan
ragam bahasa yang hampir serupa. Antropologi linguistik adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari aneka bahasa yang diucapkan manusia.
Objek kajiannnya adalah daftar kosa kata dan pelukisan ciri-ciri serta tata
bahasa dari bahasa lokal masyarakat. Untuk menjelaskan hal itu dalam
artikel ini akan dipaparkan tentang hubungan berbahasa, berpikir dan
berbudaya.

2. Keterampilan Menyimak dan Pembelajarannya

A. Pengertian Mendengar,Mendengarkan,dan Menyimak

Dalam pengajaran bahasa, terutama pengajaran bahasa lisan sering


kita jumpai istilah mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Ketiga
istilah itu memang berkaitan dalam makna namun berbeda dalam arti.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian istilah itu dijelaskan
seperti berikut. Mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi (suara)
dengan telinga. Mendengarkan berarti mendengarkan sesuatu dengan
sungguh-sungguh. Sedang menyimak berarti mendengarkan
(memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibicarakan orang
(Djago Tarigan, 2003: 2.5).
Menurut Henry Guntur Tarigan (1991: 4) menyimak adalah suatu
proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi Bahasa
mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna
yang terkandung didalamnya. Menyimak melibatkan penglihatan,
penghayatan, ingatan, pengertian, bahkan situasi yang menyertai bunyi
bahasa yang disimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan
maknanya.Sedangkan menurut Kamidjan dan Suyono (2002) menyimak
adalah suatu proses mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan
sungguh-sungguh penuh perhatian, pemahaman, apresiatif yang dapat
disertai dengan pemahaman makna komunikasi yang disampaikan secara
nonverbal.
Berdasarkan pengertian menyimak di atas dapat disimpulkan
bahwa menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan
mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh-sungguh,
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi yang disampaikan secara nonverbal.1

B. Ragam Menyimak
Menyimak ada berbagai macam jenis. Namun beberapa jenis
tersebut dibedakan berdasarkan kriteria tertentu, yakni berdasarkan
suber suara, berdasarkan bahan simak, dan berdasarkan pada titik
pandang aktivitas menyimak. Ragam menyimak menurut Tarigan
(1994: 35-49) sebagai berikut:
a. Menyimak Ekstensif
Menyimak Ekstensif merupakan proses menyimak yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat secara
umum (tidak formal). Jenis-jenis menyimak ekstensif, antara lain
sebagai berikut:
1) Menyimak Sosial (social listening), atau menyimak percakapan
(conversational listening) atau menyimak sopan (courteous
listening) biasanya berlangsung dalam situasi–situasi sosial tempat
orang-orang bercengkerama mengenai hal-hal yang menarik
perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu
sama lain untuk membuat responsi-responsi yang wajar, mengikuti
hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar
terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan
(Dawson dalam Tarigan 1994: 153).
1
https://eprints.uny.ac.id/13992/2/Bab%20II.pdf
2) Menyimak Sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif
(extensive listening). Menyimak sekunder terjadi secara kebetulan.
3) Menyimak Estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut
menyimak apresiatif (appreciation listening) adalah fase terakhir
dari kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk dalam menyimak
ekstensif. Menyimak estetika sering disebut menyimak apresiatif.
Menyimak estetika ialah kegiatan menyimak untuk menikmati dan
menghayati sesuatu.
4) Menyimak Pasif, adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar
yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan
kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai,
serta menguasai suatu bahasa. Menyimak pasif ialah menyimak
suatu bahasan yang dilakukan tanpa upaya sadar.

b. Menyimak Intensif

Menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang


dilakukan dengan sungguh-sungguh dan memerlukan konsentrasi
tinggi untuk menangkap makna yang dikehendaki.Biasanya
menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan jauh lebih
diawasi, dikontrol terhadap suatu hal tertentu. Jenis-jenis
menyimak intensif antara lain sebagai berikut.
1) Menyimak Kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa
kegiatan untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga
butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara
dengan alasan-alasan yang kuat dan dapat diterima oleh akal sehat.
Menyimak kritis ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh untuk memberikan penilain secara objektif,
menentukan keaslian, kebenaran. dan kelebihan, serta kekurangan-
kekurangannya.
2) Menyimak Konsentrasif Kegiatan menyimak ini sejenis menyimak
telaah. Menyimak konsentratif ialah kegiatan menyimak yang
dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman
yang baik terhadap informasi yang disimak.2
3) Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif adalah jenis menyimak yang mengakibatkan
dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak secara
imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual atau
penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang
disarankan oleh apa-apa didengarnya.
2
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2016/01/11/pembelajaran-keterampilan-menyimak/
4) Menyimak Pasif
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar
yang biasa menandai upaya-upaya kita saat belajar dengan teliti,
belajar tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih serta
menguasai sesuatu bahasa.
5) Menyimak Selektif
Menyimak selektif berhubungan erat dengan menyimak pasif.
Betapapun efektifnya menyimak pasif itu tetapi biasanya tidak
dianggap sebagai kegiatan yang memuaskan. Namun demikian,
menyimak selektif hendaknya tidak menggantikan menyimak
pasif, tetapi justru melengkapinya. Penyimak harus memanfaatkan
kedua teknik tersebut.3

C. Unsur – Unsur Menyimak

Yang dimaksudkan dengan unsur dasar ialah unsur pokok yang


menyebabkan timbulnya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur yang lain.
Unsur-unsur dasar menyimak ialah sebagai berikut:
a. Pembicara

Yang dimaksudkan dengan pembicara ialah orang yang


menyampaikan pesan yang. berupa informasi yang
dibutuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan,
pembicara ialah narasumber pembawa pesan, sedang lawan
bicara ialah orang yang menerima pesan (penyimak).
b. Penyimak

Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki


pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas. Jika
penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
banyak dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak
dengan baik.
c. Bahan simakan

Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam


komunikasi lisan, terutama dalam menyimak. Yang
dimaksudkan dengan bahan simakan ialah pesan yang

3
Kembong Daeng,Johar Amir,Akmal Hamsa ,Pembelajaran keterampilan menyimak
(Makasar:Badan Penerbit Universitas Negri Makasar,2010)hal 28-31
disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan
itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi.4

3. Keterampilan Berbicara dan Pembelajaran nya


Pada fase-fase awal atau fase pra komunikatif, Latihan berbicara mirip
dengan latihan menyimak. Dalam latihan menyimak ada tahap mendengarkan
dan menirukan. Latihan mendengarkan dan menirukan ini merupakan
gabungan antara latihan dasar untuk kemahiran menyimak dan kemahiran
berbicara. Hanya saja, kalau dalam pembelajaran istimā‟ yang menjadi fokus
adalah kemampuan memahami yang diperdengarkan, maka pada pembelajaran
kalām, yang menjadi fokusnya adalah kemampuan
mengucapkannya.Selanjutnya, untuk mengajarkan mahārat al-kalām secara
efektif, perlu dilakukan analisis dan pertimbangan yang matang dalam
memilih pendekatan serta menentukan metode pembelajarannya.Sebenarnya
banyak pendekatan yang bisa dijadikan pijakan penentuan metode atau teknik
pembelajaran mahārat al-kalām, seperti pendekatan sam‟iyyah-syafāwiyah,
madkhal ithishāly, pendekatan sam‟iyyah-bashariyyah, madkhal insāny,
madkhal taqny, dan sebagainya5
Selain itu, ada beberapa alasan yang dapat dijadikan rujukan untuk
menggunakan pendekatan di atas, diantaranya6

1. Adanya asosiasi antara gambar dengan makna yang langsung diucapkan


dapat meminimalisasi penggunaan bahasa Ibu.
2. Pendekatan ini, dengan memperhatikan gambar, sejak dini siswa terlatih
untuk berpikir dan fokus pada penggunaan bahasa sasaran.
3. Pendekatan ini meminimalisasi kebutuhan siswa pada tulisan berupa
penjelasan dan lain-lain, karena kejelasan gambar dan variasinya dengan
sendirinya membimbing siswa untuk mengekspresikan secara lisan makna-
makna yang terkandung dalam gambar tersebut.
4. Proses pembelajaran dengan pendekatan ini fokus pada penggunaan indra
pendengaran, penglihatan, dan pengucapan. Penggunaan indra-indra ini secara
teratur dan terus menerus dapat melatih kelancaran siswa dalam berlatih
mahārat al-kalām.
4
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2016/01/11/pembelajaran-keterampilan-menyimak/
5
Audh, Ahmad Abduh. Madakhil Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah. Makkah Mukarramah: Jami‟ah
Umm al-Qura. Hal. hal 7
6
Mahmud Kamil Al-Naqah. 1985. Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah Li al-Nathiqin Bi Lughat Ukhra:
Ususuh, Mahakhiluh, Thuruq Tadrisih. Makkah al-Mukarramah: Jami‟at Um al-Qura. Hal.166
5. Pendekatan ini dapat merangsang dan meningkatkan motivasi siswa untuk
terus berlatih berbicara dengan modal beberapa ungkapan yang sudah
dipelajarinya pada fase pembelajaran menyimak. Dengan demikian siswa
merasa bahwa mereka benar-benar telah belajar sesuatu yang bermanfaat dan
bisa mempraktekannya.
6. Pendekatan ini juga bisa dijadikan acuan tuntuk penggunaan teknik-teknik
lain seperti teknik langsung/uslub mubāsyir, teknik drama berantai, teknik
tanya jawab, dan sebagainya. Bisa juga digunakan dalam kegiatan-kegiatan
seperti berkemah, rekreasi, diskusi, resepsi-resepsi, dan kegiatan perlombaan.

4. Keterampilan Membaca dan Pembelajarannya

Keterampilan membaca adalah kemampuan mengenali dan


memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan
melafalkan atau meneernanya di dalam hati. Membaca hakekatnya adalah
proses komunikasi antara pembaca dengan penulis melalui teks tang
ditulisnya, maka secara tidak langsung di dalamnya ada hubungan kognitif
antara bajasa lisan dengan bahasa tulis. Sedangkan menurut Taringan
membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media, kata-kata, atau bahasa tulis, Membaca dengan demikian melibatkan
tiga unsur, yaitu makna sebagai unsur işi bacaan, kata sebagai unsur yang
membawakan makna, dan simbol tertulis sebagai unsur visual.
Perpindahan simbol tertulis ke dalam bahasa ujaran itulah, disebut
membaca

Dari simpul kata saja sudah bisa kita tebak, keterampilan membaca
bahasa Arab tentu kegiatan belajarnya adalah membaca da memahami teks
atau bacaan yang berbahasa Arab. Keterampilan bahasa yang satu ini
memang terlihat monoton dan tampak kurang mengasyikkan dalam
pembelajaran. Pastinya siswa harus serius dan benar-benar memahami isi
teks bahasa Arabnya. Berangkat dari fenomena tersebut, tentunya kita
sebagai pengajar bahasa Arab harus lebih kreatif dan inovatif dalam
mengajar. Walaupun materi pelajarannya terlihat monoton dan
membosankan, namun kita harus memberikannya dengan strategi yang
berbeda sehingga para siswa akan merasa tertarik dan semangat untuk
belajar.

Salah satu strategi yang dapat kita aplikasikan dalam mengajar


keterampilan membaca yang mengasyikkan adalah dengan strategi
“Cooperative Learning model Jigsaw (Team Ahli)”. Strategi ini adalah
sistem pembelajaran di mana pengajar harus membentuk kelompok siswa
dan membagi materi bacaan sesuai dengan jumlah kelompok tersebut.
Setiap kelompok akan mendapatkan bagian materi yang berbeda, di sinilah
peran mereka adalah sebagai team ahli dalam belajar materi teks bahasa
Arab. Mereka akan berdiskusi dan bekerjasama untuk memahami materi
namun tetap dalam pantauan pengajar. Mulai dari bertanya mengenai
kalimat yang belum mereka pahami kepada pengajar ataupun yang
lainnya.

Setelah mereka selesai berdiskusi dan bekerjasama dalam


memahami materi, maka mereka akan dikelompokkan dengan kelompok
baru yang terdiri dari team ahli dari materi yang berbeda dan
berkumpuluntukmembahas satu teks penuh yang diberikan oleh pengajar.
Siswa sebagai team ahli masing-masing materi akan membaca teks bahasa
Arab dan mempresentasikan hasil diskusi bersama kelompok awal di
depan teman-teman kelompok barunya. Dan langkah ini dilakukan secara
bergantian oleh para team ahli sesuai bagian materi maing-masing. Setelah
semua team ahli telah mempresentasikan materi pada kelompok baru,
maka dalam kelompok tersebut dapat saling bertanya jawab hingga
masing- masing siswa akan dapat memahami seluruh materi.

Di akhir sesi pelajaran pengajar dapat membahas kembali semua


materi bersama para siswa sekaligus melakukan evaluasi terhadap
pemahaman para siswa. Dalam strategi ini tentu semua siswa secara tidak
langsung akan bereran aktif dalam pembelajaran tanpa ada yang
mengantuk dan dapat menguasai semua isi teks pada keterampilan
membaca tersebut. Strategi ini dapat melatih rasa tanggung jawab siswa
dan dapat bekerja sama dengan teman- temannya. Tentu masih banyak
strategi dan metode lain yang dapat dilakukan pengajar bahasa Arab untuk
menyuguhkan bentuk kegiatan pembelajaran yang efektif, menarik, dan
mengasyikkan.7
Berikut macam-macam strategi belajar bahasa Arab:
1. Qira'ah Muwajahah
Qira'ah Muwajjahah adalah Strategi pembelajaran bahasa Arab
yang ditujukan untuk mempelajari teks wacana dengan bantuan beberapa
pertanyaan, bagan ataupun skema Strategi ini sangat cocok diaplikasikan
pada kegiatan pembelajaran di luar kelas.

2. Qira'ah Jahriyyah
7
https://fitk.uin-malang.ac.id/ajarkan-siswa-keterampilan-membaca-bahasa-arab-yang-asyik-
dan-efektif/
Strategi ini dapat membantu siswa menghadirkan pemahaman.
Namun penekanan strategi ini tidak hanya pada pemahaman tapi juga pada
ekspresi bahasa atau pelafalan bacaan bahasa Arab yang baik dan benar

3. Qira'ah Mudzakarat al-Talamidz


Strategi membaca ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan
keberanian siswa untuk mencari tahu sendiri dengan mempertanyakan hal-
hal yang belum dipahami dari membaca

4. Qira'ah Akhziyat al-Nash


Strategi membaca ini mendorong siswa aktif belajar sekaligus
mengajarkannya kepada siswa lain, strategi ini efektif diterapkan pada
kelas yang heterogen, asal dalam kelompok juga terdapat anggota yang
heterogen pula dan kelebihannya adalah dapat mengajarkan dan
menjelaskan isi teks pada kelompok lainnya. Dan tentunya yang bertugas
tersebut adalah ketua kelompok yang memiliki kemampuan berbahasa
lebih. karena itu strategi ini lebih efektif lagi diterapkan pada kelas
homogen supaya yang bertugas menjelaskan ke kelompok lain tidak mesti
ketua kelompok.

5. Qira'ah Talkhis Jamai


Strategi ini menuntut adanya kerja sama tim yang baik, sehingga
dapat membantu siswa menjadi akrab dan saling berinteraksi dalam
menuangkan gagasannya dalam memahami ide cerita. Strategi ini lebih
tepat diterapkan pada kelas yang siswanya homogen, yakni siswa yang
memiliki kemampuan berbahasa standar. Akan menghabiskan waktu kalau
kebanyakan siswanya memiliki kemampuan kosa-kata dan gramatika
rendah. Karena mereka belum terbiasa membaca teks dan mencari kosa-
kata sendiri, khususnya pada kamus yang ditulis berdasarkan kata
dasarnya (tsulastsi mujarrad) seperti kamus al-Munawwir.
6. Qira'ah Tartib al-Nash
Strategi ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
membaca dan memahami teks, dan sangat cocok untuk siswa tingkat
lanjutan yang sudah mengetahui struktur kalimat bahasa Arab. Sebagai
strategi tarib al-Nash, strategi ini tidak cocok diterapkan pada siswa yang
kemampuan bahasanya minim, akan tertinggal bagi mereka yang tidak
bisa membaca dan memahami teks itu sendiri.8

8
https://www.academia.edu/41275857/
Pembelajaran_dalam_keterampilan_membaca_maharah_qiraah_
5. Keterampilan Menulis dan Pembelajarannya

1.Pembelajaran Keterampilan Menulis Berbasis Proses Menulis

Pada dasarnya, tujuan pembelajaran keterampilan menulis adalah


siswa terampil atau mampu menulis. Artinya, harapan dari pembelajaran
tersebut siswa mampu menghasilkan tulisan yang baik sesuai dengan
persyaratannya. Apabila pembelajaran keterampilan menulis dasar
pijakannya proses menulis, maka pembelajarannya sesuai prinsip-prinsip
proses menulis, yakni tahapan-tahapannya sebagai berikut: (1)
prapenulisan, (2) penulisan draf, dan (3) revisi tulisan.
Pembelajaran keterampilan menulis berbasis proses menulis,
sebagai penandanya adalah pembelajarannya terdiri atas tiga tahapan, yaitu
prapenulisan, penulisan draf, dan revisi tulisan. Secara rinci, tahapan dan
butir-butir materi pembelajaran keterampilan menulis tersebut sebagai
berikut ini.
a. .Tahap I Prapenulisan Pada tahap prapenulisan, ada beberapa butir
materi bahasan. Buti-butir materi tersebut meliputi (1) penentuan
topik, (2) pembatasan topik, (3) penentuan tujuan, (4) penentuan
bahan,dan (5) penyusunan kerangka tulisan.
b. Tahap II Penulisan Draf Kegiatan menulis draf merupakan kelanjutan
dari kegiatan prapenulisan. Setelah kerangka tersusun dengan tepat dan
rapi dan bahan terkumpul lengkap, kemudian hal-hal itu diungkapkan
dengan bahasa tulis menjadi sebuah tulisan (draf). Sebuah tulisan yang
baik akan mencermikan kebaikan aspek-aspek yang membangunnya,
yaitu pemaparan isi, penerapan retorika, dan penerapan kebahasaannya
yang dituangkan dalam pendahuluan, isi, dan penutup. Dalam hal ini,
butir-butir bahasannya meliputi (1) pengembangan paragraf, (2) fungsi
paragraf, (3) penyusunan kalimat, dan (4) penerapan ejaan dan tanda
baca.
c. Tahap III Revisi Tulisan Revisi dilaksanakan setelah pelaksanaan
kegiatan penulisan draf selesai. Tujuan revisi adalah agar tulisan yang
dihasilkan berkualitas dengan baik. Sebuah tulisan yang baik
mencermikan penerapan isi, retorika, kebahasaan,dan mekanikal
dengan baik. Berarti, sebuah tulisan yang belum menerapkan ketiga
aspek atau sebagian dari aspek-aspek itu, dikatakan tulisannya belum
baik. Dengan demikian, revisi sebuah tulisan bisa mencakup isi,
retorika, kebahasaan,danmekanikal sekaligus, tetapi bisa juga sebagian
dari unsur-unsur sebuah tulisan. Dalam hal ini, butir-butir bahasannya
meliputi (1) isi tulisan, (2) retorika, (3) kebahasaan, dan (4) mekanikal
(ejaan dan tanda baca.
2.Pembelajaran Keterampilan Menulis Berbasis Teori Pemerolehan
Bahasa

Pada dasarnya, tujuan pembelajaran keterampilan menulis adalah


siswa terampil atau mampu menulis. Artinya, harapan dari pembelajaran
tersebut siswa mampu menghasilkan tulisan yang baik sesuai dengan
persyaratannya. Apabila pembelajaran keterampilan menulis dasar
pijakannya “teori pemerolehan bahasa”, pembelajarannya sesuai prinsip-
prinsip pemerolehan bahasa seperti berikut ini.

(1) Menerapkan prinsip “kuantitas pengulangan” dalam berlatih


menulis. Dalam pembelajaran keterampilan menulis, semakin sering ada
kegiatan berlatih menulis, siswa dimungkinkan akan semakin terampil
menulis.
(2) Menerapkan prinsip “peniruan”. Dalam pembelajaran menulis,
artinya meniru suatu tulisan tetapi hal yang ditiru tersebut kemudian
diadaptasikan pada diri siswa. Dalam hal ini, siswa diharapkan dapat
mengadaptasikan mengenai model tulisan, pola-pola kalimat, kata-kata,
dan sebagainya yang digunakan guru atau contoh-contoh yang ditunjukkan
guru.
(3) Menerapkan prinsip “penguatan”. Dalam pembelajaran
keterampilan menulis, penguatan artinya pemberian persetujuan atau
penolakan terhadap tulisan siswa. Siswa yang telah menghasilkan tulisan
baik (memenuhi kreteria baik) bila disambut dengan persetujuan
(penguatan posistif) oleh guru, ia akan terdorong menulis lebih baik lagi.
Sebaliknya, siswa yang menghasilkan tulisan jelek apabila disambut
dengan penolakan (penguatan negatif), ia kurang terdorong menghasilkan
tulisan yang lebih baik.
(4) Menerapkan prinsip ”potensi bawaan anak”. Anak
dimungkinkan memiliki keterampilan menulis, sebab semua siswa
memiliki kemampuan berbahasa sejak lahir. Berdasarkan kemampuan itu
siswa dapat mengklasifikasikan atau memroses data masukan sedemikian
rupa sehingga datanya bisa dikelompokkelompokan secara teliti dan
sekaligus siswa membuat aturan-aturan gramatika.
(5) Menerapkan “penyediaan masukan yang baik”. Pembelajaran
keterampilan menulis dapat berhasil, apabila guru memperhatikan atau
menyediaakan masukan yang baik sebagai pengalaman belajar siswa.9

9
https://online-journal.unja.ac.id/pena/article/view/1438/7259
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan
menggunakan bahasa yang meliputi membaca, berbicara, menulis, dan
menyimak. Dari 4 ketrampilan tersebut memiliki manfaat tersendiri.
Adapun manfaat ketrampilan berbicara yaitu pendidik dapat
menyampaikan ide, pikiran, gagasan dan perasaan kepada siswa.
Adapun manfaat ketrampilan membaca yaitu membantu menjaga
otak agar selalu menjalankan fungsinya secara sempurna. Kemudian
manfaat dari ketrampilan menyimak yaitu mengembangkan
kemampuan berkomunikasi. Sedangkan manfaat ketrampilan menulis
yaitu membantu otak manusia lebih fokus untuk merencanakan sebuah
kegiatan.

Dari 4 manfaat diatas, antara satu ketrampilan dengan ketrampilan


yang lain harus kaitannya, sehingga mampu memunculkan keahlian di
bidang berbahasa umumnya, dan berbahasa Arab khususnya.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekeliruan dan masih


jauh darikesempurnaan, maka dari itu untuk para pembaca apabila
menemukan beberapakesalahan dalam makalah ini, penulis mengharap
kritik dan sarannya.

DAFTAR PUSTAKA
Kembong Daeng,Johar Amir,Akmal Hamsa ,Pembelajaran
keterampilan menyimak (Makasar:Badan Penerbit Universitas Negri
Makasar,2010)hal 28-31
Audh, Ahmad Abduh. Madakhil Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah.
Makkah Mukarramah: Jami‟ah Umm al-Qura. Hal. hal 7
Mahmud Kamil Al-Naqah. 1985. Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah
Li al-Nathiqin Bi Lughat Ukhra: Ususuh, Mahakhiluh, Thuruq
Tadrisih. Makkah al-Mukarramah: Jami‟at Um al-Qura. Hal.166
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2016/01/11/pembelajaran-
keterampilan-menyimak/
https://eprints.uny.ac.id/13992/2/Bab%20II.pdf
https://fitk.uin-malang.ac.id/ajarkan-siswa-keterampilan-
membaca-bahasa-arab-yang-asyik-dan-efektif/
https://www.academia.edu/41275857/
Pembelajaran_dalam_keterampilan_membaca_maharah_qiraah_
https://online-journal.unja.ac.id/pena/article/view/1438/7259

Anda mungkin juga menyukai