BAB 1
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini bermanfaat agar kita dapat mengetahui
dan memahami pengetahuan tentang konsep dasar strategi pembelajaran menyimak di kelas
tinggi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Menyimak
1. Tarigan (1994:28)
4. Russel
6. Underwood
7. Baver
8. Djago Tarigan
1. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan
langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya;
2. Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan
adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan;
5
C. Tujuan Menyimak
Menurut Logan (dalam Tarigan 1994:56) tujuan menyimak beraneka ragam antara
lain sebagai berikut :
1. Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat
memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara;
2. Menyimak untuk menikmati, yaitu menyimak dengan penekanan pada penikmatan
terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau
dipagelarkan (terutama dalam bidang seni);
3. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak
dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-
tak logis, dan lain-lain);
4. Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si
penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu
(pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan
perdebatan);
6
Menyimak pada haikatnya ialah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan.
Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap,
memahami, atau menghayati pesan, ide, gagsan yang tersirat dalam bahan simakan. Tujuan
yang bersifat umum itu dapat dirinci lagi sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan.
Perbedaan dalam tujuan menyebabkan perbedaan dalam aktivitas pendengar yang
bersangkutan.
D. Ragam Menyimak
1. Menyimak Ekstensif
a) Menyimak Sosial :
7
2. Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-
sungguh, penuh konsentrasi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif
ini memiliki ciri-ciri yang harus diperhatikan, yakni: (a)menyimak intensif adalah menyimak
pemahaman, (b) menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi, (c) menyimak intensif
ialah memahami bahasa formal, (d) menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan
simakan. Adapun yang tergolong menyimak intensif ada lima, yaitu sebagai berikut:
a) Menyimak Kritis : Menyimak dengan cara ini bertujuan untuk memperoleh fakta yang
diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, dan informasi dari pembicara.
b) Menyimak Konsentratif : Menyimak konsentratif merupakan kegiatan untuk
menelaah pembicaraan/hal yang disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh
dari penyimak agar ide dari pembicara dapat diterima dengan baik.
8
Dalam kenyataan yang terjadi di kelas, guru menghadapi siswa yang sulit memahami
materi pelajaran yang sudah dijelaskan. Salah satu faktor yang menjadi penyebabnya adalah
sebagian siswa didik masih mengalami kesulitan dalam menyimak. Masalah tersebut dapat
diatasi dengan pembelajaran menyimak yang benar dan latihan yang kontiniu karena suatu
keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan
(Tarigan, 1994:2).
Dalam hal penilaian, kemampuan siswa menyimak dilakukan dengan cara menjawab
pertanyaan yang ada dalam buku teks. Penilaian yang dilakukan dengan cara demikian tentu
sangat biasa sebab siswa bisa saja membaca kembali teks yang ada dalam upaya menjawab
pertanyaan. Kondisi ini sangat mirip dengan pembelajaran membaca. Padahal seharusnya
terdapat perbedaan antara penilaian kemampuan menyimak dengan penilaian kemampuam
membaca. Penilaian menyimak hendaknya dilakukan agar benar-benar mengukur kemampua
siswa menyimak bahan simakan yang diperdengarkan sehingga siswa hanya mendapatkan
satu kali kesempatan mendengarkan bahan simakan. inilah sebenarnya yang sangat
10
Berbagai kondisi di atas terjadi dikarenakan oleh berbagai faktor penyebab. Salah satu
faktor penyebab utama adalah bahwa guru kurang memahami perannya selama pembelajaran
menyimak. Selama ini guru hanya beranggapan bahwa perannya selama pembelajaran
menyimak hanya menyajikan bahan simakan dan menyuruh siswa menjawab pertanyaan
simakan. Padahal peran guru dalam pembelajaran menyimak sangatlah banyak. Beberapa
peran guru dalam pembelajaran menyimak adalah sebagai berikut:
Faktor lain yang menyebabkan pembelajaran menyimak tidak dilakukan secara tepat
adalah bahwa masih adanya pandangan guru yang negatif terhadap kemampuan siswa.
Banyak guru yang masih beranggapan bahwa siswa memiliki kemampua yang kurang baik
sehingga pembelajaran menyimak hanya bisa dilakukan seadanya tanpa menuntut siswa
bekerja keras guna beroleh berbagai pengetahuan yang penting bagi dirinya. Kondisi ini
menyebabkan siswa kurang bermotivasi dalam belajar sehingga siswa pun tidak terbiasa
menggunakan berbagai potensi yang ada dalam dirinya. Ujungnya berbagai potensi tersebut
tdiak tergali sehingga kemampuan siswa yang mumcul bukanlah kemampuan optimal yang
bisa dilakukannya melainkan hanya kemampuan dasar yang paling minimal. Dalam hal ini
guru hendaknya berpandangan positif kepada siswanya sehingga guru akan berusaha
seoptimal mungkin menggali potensi siswa selama pembelajaran menyimak.
simakan secara lengkap karena hal ini adalah tugas menyimak yang akan dilakukan siswa.
Selain spresiasi, guru juga dapat mengajuka pertanyaan pemandu sebelum sebelum siswa
menyimak sehingga siswa dibiasakan menyimak bertujuan selama pembelajaran.
1. Pendekatan
a. Pendekatan komunikatif
b. Pendekatan Integratif
Pembelajaran bahasa harus dilakukan secara utuh. Para siswa dituntut untuk terampil
berbahasa, yaitu terampil menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat
keterampilan berbahasa tersebut harus dilakukan secara terpadu dalam satu proses
pembelajaran dengan fokus satu keterampilan.
Pendekatan cara belajar siswa aktif diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar yang
melibatkan siswa. Artinya, siswa secara aktif terlibat dalam proses pengajaran.
e. Pendekatan Tujuan
13
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar
mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan terlebih dahulu ialah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode
mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar
tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai.
f. Pendekatan Struktural
g. Pendekatan Kontekstual
2. Metode
a. Metode Langsung
b. Metode Komunikatif
14
c. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi
menjadi inter bidang studi dan antar bidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek
dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara
dan menulis.
d. Metode Tematik
e. Metode Konstruktivitas
f. Metode Kontekstual
3. Model
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat
pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut..(menetapkan topik,tugas,jadwal)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
16
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
c. Demonstration
Langkah-langkahnya ialah :
d. Word Square.
e. Complete Sentence
Media: Siapkan blanko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
Langkah – langkah :
4. Guru membagikan lembar kerja berupa pargraf yang kalimatnya belum lengkap.
5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
6. Siswa berdiskusi secara kelompok.
7. Setelah jawaban didiskusikan,jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca
sampai mengerti.
8. Kesimpulan
f. Artikulasi
4. Tekhnik
Teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran
berlangsung. Teknik pembelajaran juga dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
a) Simak – Ucap
b) Simak - Kerjakan
18
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi atas perintah guru. Reaksi
siswa itu berbentuk perbuatan.
c) Simak - Terka
d) Simak – Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut membisikkan
pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan pesan itu kepada siswa ketiga.
Begir\tu seterusnya. Siswa trerakhir menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan
kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.
Apa yang dikemukakan di atas hanya contoh dari sekian banyak teknik yang ada. Untuk itu,
guru harus kreatif dan aktif untuk mengaktifkan siswa.
5. Evaluasi
Evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu tes dan non tes. Teknik non tes meliputi :
a) Rating Scale atau Skala Bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka.
Angka-angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling
tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan
perbandingan terhadap angka yang lain.
b) Kuesioner adalah draf pertanyaan yang dibagi dalam beberapa kategori. Dari segi
yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan
kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab
langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan kuesioner tidak langsung
dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si
penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang
yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya.
Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi kuesioner
tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertutup adalah daftar pertanyaan yang
memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X)
atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah
19
Proses evaluasi sangat penting untuk dilaksanakan pada kegiatan atau proses belajar
mengajar guna mengetahui seberapa efektifkah proses atau kegitan pembelajaran.
Keberhasilan pembelajaran merupakan suatu kondisi yang diperoleh dari suatu upaya guru
dalam berusaha membelajarkan peserta didik, sedangkan peserta didik berupaya menguasai
kompetensi yang telah dibelajarkan. Upaya pendidik dan peserta didik ini akan diketahui dari
kondisi keberhasilan pembelajaran, sehingga akan diperoleh informasi seberapa efektif dan
efisien kegiatan pembelajaran telah dilakukan bersama antara pendidik dengan peserta didik.
Kemampuan dan daya serap peserta didik merupakan suatu kondisi yang dimiliki
peserta didik dalam menguasai seperangkat materi atau seperangkat kompetensi yang dengan
sengaja dibelajarkan. Kondisi ini dapat diketahui dari evaluasi terhadap upaya pembelajaran
yang sedang atau telah dilakukan guru. Dari suatu evaluasi pembelajaran akan diperoleh
20
informasi yang sangat berharga, sebagai balikan (feedback) atau backwash dari kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru. Dari data hasil penilaian akan diperoleh informasi bagian
materi atau kompetensi yang pada umumnya belum dikuasai oleh peserta didik. Dari data
yang ada juga dapat diketahui informasi tentang kehandalan metode, teknik atau media yang
digunakan dalam pembelajaran. Apabila data-data tersebut diberi makna oleh guru maka akan
dapat memperbaiki kegiatan pembelajaran yang akan dilakukannya. Selain itu, informasi ini
berarti pula bagi peserta didik dalam merespon kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Kemudian pada tahap menyimak, kegiatan yang dilakukan mungkin menentukan ide
pokok atau mencatat hal penting ataupun menjawab pertanyaan berdasarkan isi simakan.
Karakter yang terbentuk adalah siswa mempunyai karakter pekerja keras, disiplin, ulet,
sungguh-sungguh, cermat, dll. Jika mengerjakan secara berkelompok maka karakter yang
terbentuk adalah karakter gotong royong, toleransi, demakratis, dan tanggung jawab.
Karya sastra merupakan karya imajinasi pengarang. Karya yang disebut sastra
dicirikan dengan dulce et utile, yakni memberi kegunaan dan kesenangan. Selain itu sastra
setidak-tidaknya harus mengungkapkan tiga aspek yakni decore (memberikan sesuatu kepada
21
pembaca, delectare (memberikan kenikmatan melalui unsur estetik), dan movore (mampu
menggerakkan kreativitas pembaca).
Dikarenakan sastra bermanfaat dan menyenangkan, maka karya sastra penting untuk
diajarkan di sekolah. Apalagi untuk menanamkan karakter peserta didik merupakan sarana
yang tepat. Dalam pembelajaran, sastra yang diajarkan di sekolah harus memenuhi tiga
kriteria, yakni bahasa, psikologi dan latar belakang budaya (Abidin: 221). Bahasa berkaitan
dengan bahasa yang digunakan dalam sastra harus sesuai dengan kemampuan literasi siswa.
Jangan berikan sastra yang bahasanya tinggi untuk peserta didik yang berada di jenjang SD,
atau sebalik bahasa yang mudah untuk peserta didik yang di jenjang tinggi. Dalam hal
psikologi, sastra harus sesuai dengan perkembangan siswa agar bisa dipahami oleh peserta
didik. Sedangkan, latar belakang budaya juga harus diperhatikan dalam pemilihan teks sastra
karena budaya yang dekat dengan siswa akan mampu memahami makna dan isi sastra
tersebut.
Selain hal di atas, ada juga yang perlu diperhatikan dalam pemilahan bahan ajar yang
digunakan dalam pembelajaran, yakni sastra harus memiliki nilai, norma, moral dan
mencerminkan karakter yang baik bagi siswa. Guru harus pintar dan cermat dalam memilah-
milah, mana sastra yang bernilai karakter dan mana sastra yang tidak berkarakter.
Pemerintah sebagai pembuat kebijakan telah mengabil langkah yang tepat untuk
mewujudkan peserta didik yang kuat. Salah satunya adalah dengan menerbitkan Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional no 20 tahun 2003. Dalam Undang-Undang tersebut pada
pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak/karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
22
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis bertanggung
jawab. Selain itu, pada pasal 1 terdapat juga hal yang berkaitan dengan pendidikan karakter
yang berbunyi: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara”.
Berdasarkan undang-undang di atas dan pendapat ahli di atas, maka tujuan pendidikan
karakter adalah untuk membentuk karakter peserta didik agar mempunyai karakter yang
positif dan mampu diwujudkan dalam bentuk tindakan, sikap, dan perbuatan sehari-hari.
Sekolah merupakan tempat yang tepat untuk penanaman karakter bangsa. Oleh karena
itu, semua elemen sekolah harus mempunyai dedikasi untuk mewujudkan peserta didik yang
berkarakter. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dari jenjang pendidikan
dasar, menengah dan pendidikan tinggi adalah bahasa dan sastra. Mata pelajaran ini, dinilai
mampu untuk menjadi sarana pembentukan karakter peserta didik. Sebagaimana disampaikan
oleh Yosi Wulandari (dalam Pantu dan Buhari Luneto: 2014), “Pemilihan bahasa dan sastra
sebagai pembelajaran yang dapat menanamkan pendidikan karakter tidak terlepas atas
pertimbangan karakteristik mata pelajaran tersebut. Selain itu, pembelajaran bahasa dan
sastra sebagaimana orang berpesepsi bahwa kedua hal itu seperti dua sisi mata uang, baik
antara bahasa dan sastra, maupun antara bahasa dan sastra dengan pendidikan karakter.
Para ahli sepakat bahwa tidak manusia tanpa bahasa dan tidak bahasa tanpa manusia.
Di manapun manusia senantiasa menggunakan bahasa. Dengan bahasa manusia dapat
berkomunikasi dengan orang lain. Berkomunikasi dapat berupa bertukar informasi, saling
bertanya, saling menyapa, dan lain-lain. Dengan komunikasi itu juga dapat terjadi hubungan
23
sosial antar manusia. Oleh karenanya, bahasa tidak pernah dapat dipisahkan dari bahasa. Dari
bangun tidur sampai dengan tidur lagi, manusia selalu berkomunikasi dalam rangka
memenuhi kebutuhannya.
a. Pra Simak
Persiapan Menyimak :
1. Pada tahap ini guru memberitahukan judul cerita yang akan disimak. Misalnya: “Saat
sendirian di Rumah”.
2. Berdasarkan judul tersebut guru menanyakan kepada siswa. Misalnya: “Bagaimana
seandainya malam hari sendirian di rumah?”
3. Untuk membangkitkan imajinasi siswa guru bisa menunjukan gambar rumah yang
gelap.
4. Selanjutya guru mengajukan pertanyaan. Misalnya: “Apa kira-kira isi cerita yang
akan dibacakan, apa yang kira-kira menarik dari cerita itu, bagaimana seandainya
peristiwa itu terjadi pada kalian?”.
b. Saat Simak
1. Guru membacakan cerita dengan suara nyaring secara menarik dan hidup.
2. Pada bagian tertentu yang dianggap memiliki hubungan dengan prediksi dan tujuan
pembelajaran, guru menghentikan pembacaan dan mengajukan pertanyaan kepada
siswa. Misalnya: “Apa kesimpulan yang kalian peroleh, apa yang terjadi kemudian,
apa yang terjadi selanjutnya?”.
3. Setelah tanya jawab dianggap cukup, guru melanjutkan membaca lagi dan
mengulangi langkah di poin kedua sampai cerita selesai.
c. Pasca Simak
Refleksi :
a. Pra Simak
b. Saat Simak
c. Pasca Simak
a. Pra simak
b. Saat simak
Guru meminta siswa mendengarkan materi simakan yang dibacakan oleh guru.
c. Pasca simak
1. Guru melakukan tanya-jawab tentang isi simakan. Pertanyaan tidak selalu harus diikat
oleh pertanyaan yang terdapat dalam buku. Guru hendaknya menambahkan
pertanyaan yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa atau masalah lain yang
aktual.
26
1. Bisik Berantai.
Permainan ini dilakukan dengan cara, setiap siswa harus membisikkan suatu kata
(untuk kelas rendah) atau kalimat atau cerita (untuk kelas tinggi) kepada permainan
berikutnya. Terus berurut sampai permainan terakhir. Pemain yang terakhir harus
mengatakan isi kata atau kalimat atau cerita yang dibisikkan. Betul atau salah? Bila salah,
dimana atau siapa yang melakukan kesalahan. Permainan ini dapat dilombakan dengan cara
kelompok.
Sediakan beberapa benda atau sayuran atau buah-buahan dalam suatu kotak tertutup.
Siswa berkelompok. Seorang siswa anggota kelompok harus melihat satu benda yang ada
didalam kotak. Setelah dilihat jelas, siswa tersebut harus menjelaskan sejelas-jelasnya kepada
kelompoknya baik ciri-cirinya, rasa, warna atau apa saja yang dapat dilihatnya. Anggota
kelompok yang lain harus mengambil benda yang dijelaskan oleh siswa yang melihat tadi.
Kelompok yang paling cepat dan paling banyak mengambil benda dalam kotak, itulah yang
menang.
3. Cerita Berantai.
Permainan ini dilakukan berkelompok dua orang. Setiap kelompok harus melanjutkan
cerita yang diucapkan kelompok lain. Cerita dimulai dari guru. Anggota kelompok yang satu
sebagai pembicara melanjutkan cerita, yang seorang lagi mencatat kalimat yang diucapkan
setiap kelompok dan membacakannya setelah cerita selesai. Misalnya, guru memberi kalimat
pertama: “Di sebuah kampung ada seorang anak yatim...”. Kelompok pertama harus
meneruskan cerita itu. Kalimat dari kelompok pertama diteruskan oleh kelompok kedua, dan
seterusnya.
27
Permainan ini bermain melalui lagu. Siswa dibagi beberapa kelompok. Setiap
kelompok harus mengganti lirik lagu “Suka Hati” dengan perintah yang harus dikerjakan oleh
kelompok lain. Permainan diawali oleh guru dengan menyanyikan lagu : Kalau kau suka hati
tepuk tangan (semua siswa tepuk tangan). Kalau kau suka hati tepuk tangan (semua siswa
tepuk tangan). Kalau kau suka hati, mari kita lakukan, kalau kau suka hati tepuk tangan
(siswa tepuk tangan). Setelah guru memulai dengan lagu tersebut, selanjutnya giliran
kelompok pertama yang berdiskusi mengganti lirik dan perintah dari lagu tersebut.
Misalnya : kalau kau suka hati tarik tangan (kelompok lain menarik tangan temannya), kalau
kau suka hati geleng kepala (kelompok lain menggelengkan kepala), kalau kau suka hati,
mari kita lakukan, kalau kau suka hati loncat katak (kelompok lain meloncat seperti katak)
Sediakan beberapa gambar (foto) dari koran atau majalah. Simpan di meja guru atau
tempelkan di papan tulis. Guru mendeskripsikan salah satu gambar yang ada di papan tulis
atau di atas meja kepada seluruh siswa. Selesai guru mendeskripsikan gambar secara lengkap
dan rinci, salah seorang siswa ditunjuk untuk menerka gambar mana yang di deskripsikan
oleh guru atau kalau gambarnya di atas meja, siswa harus mengambil gambar mana yang
dideskripsikan guru. Selain secara klasikal seperti tadi, pengelolaan pembelajaran dengan
gambar ini juga dapat melalui permainan, yaitu permainan ditektif. Siswa harus bekerja
berpasangan, seorang menjadi ditektif dan seorang menjadi informan. Informan harus
menjelaskan sejelas-jelasnya ciri-ciri penjahat yang harus ditangkap ditektif. Setelah jelas,
ditektif harus mencari gambar yang dideskripsikan informan untuk ditangkap. Permainan ini
bisa juga menggunakan siswa langsung tanpa gambar. Penjahat yang dideskripsikan ciri-
cirinya oleh informan dan ditangkap oleh ditektif temannya sendiri di kelas.
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi baik bunyi nonbahasa
dan bunyi bahasa dengan penuh pemahaman, perhatian, apresiasi, serta interprestasi, dengan
menggunakan aktivitas telinga dalam menangkap pesan yang diperdengarkan untuk
memperoleh informasi dan memahami isi yang disampaikan bunyi tersebut.
Bahasa dan sastra merupakan salah satu pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang
sekolah. Oleh karenanya, Pembelajaran bahasa dan sastra merupakan salah satu sarana untuk
menanamkan nilai-nilai kebaikan atau karakter pada peserta didik dalam rangka
menyelesaikan degradasi moral yang sedang melanda negeri ini, mulai dari usia muda sampai
usia tua, mulai dari warga yang tidak berpendidikan sampai dengan warga yang
berpendidikan tinggi.
B. Saran.
Sebagai calon seorang guru hendaknya kita dapat memahami proses pembelajaran
menyimak dengan benar dari berbagai sumber yang lebih lengkap.
29