Anda di halaman 1dari 13

PAPER

Keterampilan Menyimak Dialog Interaktif

Dosen :
Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum.

Disusun Oleh :

Lisa Ariyani (K1217039)

Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2019
KETERAMPILAN MENYIMAK DIALOG INTERAKTIF
Oleh
LISA ARIYANI
lisariyani993@gmail.com

1. Pengertian Menyimak
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia bertujuan meningkatkan dan
mengembangkan keterampilan berbahasa dan bersastra siswa yang berupa keterampilan
membaca, berbicara, menyimak, dan menulis (Cahyaningrum dkk, 2018). Menyimak
merupakan suatu kegiatan dengan menggunakan perhatian lebih, pemahaman, serta apresiasi
dalam memperoleh suatu informasi untuk menangkap isi, pesan, dan makna yang terdapat di
dalam informasi tersebut yang disampaikan melalui bahasa lisan. Menyimak merupakan
suatu kegiatan mendengarkan bahasa lisan yang disampaikan pembicara dengan perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi lebih yang digunakan untuk memperoleh suatu
infomasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna yang telah disampaikan
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 2008). Kemampuan menyimak adalah
kemampuan berbahasa pertama yang dimiliki oleh manusia dalam memperoleh bahasa,
(Saddhono, 2012). Menyimak bukan hanya sebatas mendengar (hearing) tetapi memiliki
kegiatan lainnya yakni memahami (understanding) isi pembicaraan yang disampaikan oleh
si pembicara, (Saddhono dan Slamet, 2014).

Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang pertama kali dimiliki
oleh seseorang dalam memperoleh bahasa. Menyimak juga merupakan sarana utama dalam
belajar. Penyimak yang berhasil dalam simakannya adalah mereka yang dapat
memanfaatkan baik pengetahuan yang telah dimiliki yang berhubungan dengan materi yang
mereka simak. Karena seorang penyimak harus memusatkan perhatiannya pada setiap kata
dalam bahan simakan tersebut. Mendengarkan adalah kesadaran yang luas dan kritis yang
mengamati, mencatat/mendeskripsikan, dan mencoba menggunakan apa yang dipelajari,
(Purdy, 2011).
2. Tahapan dalam Menyimak

Menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang di dalam pelaksanaannya


terdapat beberapa tahapan, antara lain, a) penerimaan, menyimak dimulai dengan
penerimaan pesan-pesan dari pembicara baik yang bersifat verbal maupun non verbal. Pada
tahapan ini harus mendengarkan segala sesuatu yang disampaikan oleh pembicara dengan
pendengaran dan pemerhatian yang lebih; b) pemahaman, berupaya untuk dapat mengetahui
yang dimaksud oleh pembicara dengan mencoba menghubungkan informasi yang diberikan
oleh pembicara dengan yang telah kita ketahui melalui pemahaman dengan isi informasi
yang disampaikan; c) pengingatan, dalam kegiatan menyimak perlu daya ingat untuk
berbagai pesan yang berkaitan dengan informasi yang ada dan apakah informasi tersebut
bisa diulang atau tidak; d) pengevaluasian, pada tahap ini penyimak menilai pembicara
tersebut tentang pendapat serta gagasan, keunggulan dan kelemahan, kebaikan dan
kekurangannya; e) penanggapan, penanggapan dalam menyimak terjadi dalam dua fase,
antara lain (1) tanggapan yang kita buat sementara pembicara berbicara, dan (2) tanggapan
yang kita buat setelah pembicara berhenti berbicara (Tarigan, 1983).

Di dalam setiap tahapan dalam menyimak dibutukan kemampuan tertentu supaya


proses menyimak dapat berlangsung dengan baik dan juga harus memusatkan perhatian
supaya konsentrasi tidak hilang saat menyimak. Misalnya, pada saat mendengar bunyi
bahasa maka diperlukan alat pendengar menyimak yang peka. Selain itu penyimak juga
harus dapat mengingat semua bunyi yang didengarnya, kemampuan menangkap dan
mengingat bunyi harus didasari pada kemampuan memusatkan perhatian.

Memusatkan perhatian bukan hal yang mudah, hal itu juga dipengaruhi oleh
kemampuan pembicara dalam mengupayakan menarik perhatian penyimak. Sehingga
seorang penyimak tetap dapat memusatkan perhatiannya dari awal hingga akhir.

3. Tujuan Menyimak

Tujuan menyimak adalah memperoleh informasi yang ada hubungan atau sangkut
pautnya dengan suatu pekerjaan atau profesi; menyimak supaya lebih efektif dalam
hubungan-hubungan antarpribadi dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat bekerja,
dan dalam kehidupan bermasyarakat; menyimak untuk mengumpulkan data agar dapat
membuat keputusan-keputusan yang masuk akal; menyimak dapat memberikan response
yang tepat terhadap segala sesuatu yang saya dengar (Tarigan, 2008). Namun, tujuan
menyimak tersebut terdiri dari bebrapa antara lain 1) menyimak untuk belajar, yaitu untuk
memperoleh pengetahuan dari ujaran pembicara, 2) menyimak untuk menikmati keindahan
audial, yaitu menyimak dengan menekankan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi
yang diujarkan atau yang diperdengarkan, 3) menyimak untuk mengevaluasi, menyimak
dengan maksud agar dia dapat menilai apa-apa yang dia simak (baik-buruk, indah-jelek, dan
lain-lain), 4) menyimak untuk mengapresiasi materi simakan. Orang menyimak agar dapat
menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya, 5) menyimak untuk
mengomunikasikan ide-idenya sendiri. Orang menyimak dengan maksud agar dapat
mengomunikasikan ide, gagasan, maupun perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan
tepat, 6) menyimak dengan memiliki maksud dan tujuan untuk dapat membedakan bunyi
dengan tepat, 7) menyimak untuk dapat digunakan dalam memecahkan masalah secara
kreatif dan analisis, 8) menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau
pendapat yang diragukan (Logan [et all]; Shrope dalam Tarigan, 2008). Selain itu menyimak
juga memiliki peranan sebagai 1) menunjang landasan berbahasa; 2) penunjang
keterampilan berbicara, membaca dan menulis; 3) pelancar komunikasi lisan; dan 4)
menambah informasi, (Saddhono, 2014)

Sehingga berdasarkan tujuan menyimak tersebut maka penyimak dapat memperoleh


pengetahuan dari materi yang telah mereka dengar dan mereka simak. Maka dari itu
penyimak dapat mengkomunikasikan ide-idenya sendiri dan juga dapat menunjang landasan
serta keterampilan berbahasa sehingga dapat berkomunikasi secara lancer dan menambah
informasi.

4. Ragam Menyimak

Menyimak terdiri atas dua jenis, yakni menyimak ekstensif dan intensif. Jenis
menyimak ekstensif meliputi (1) menyimak sekunder, yaitu menyimak yang terjadi secara
kebetulan, misalnya: sambil memasak mendengarkan siaran berita, (2) menyimak sosial,
yaitu menyimak yang berlangsung dalam situasi sosial seperti di lingkungan pasar atau
terminal, (3) menyimak apresiatif, yaitu menyimak untuk dapat menghayati dan menikmati
sesuatu, misalnya menyimak pembacaan puisi atau menyimak pementasan drama, dan (4)
menyimak pasif, yaitu menyimak yang dilakukan tanpa upaya sadar. Jenis-jenis menyimak
ini lebih banyak digunakan secara alamiah. Menyimak intensif merupakan kegiatan
menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh daya konsentrasi yang tinggi
supaya dapat menangkap makna yang akan dikehendaki dalam suatu informasi. Jenis
menyimak intensif adalah (1) menyimak kritis, yaitu kegiatan menyimak untuk memberikan
penilaian secara objektif mengenai kebenaran informasi yang disimak, (2) menyimak
konsentratif, yaitu menyimak dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang
baik tentang informasi yang disimak, (3) menyimak eksploratif, yaitu kegiatan menyimak
yang dilakukan untuk menemukan informasi baru, (4) menyimak kreatif, yaitu kegiatan
menyimak yang bertujuan mengembangkan kemampuan kreativitas penyimak, misalnya
dengan cara mengemukakan kembali dari gagasan pembicara, (5) menyimak interogatif,
yaitu kegiatan menyimak yang bertujuan untuk memperoleh informasi dengan cara
mengajukan pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi, (6) menyimak
selektif, yaitu kegiatan menyimak yang memusatkan perhatian pada hal yang sudah dipilih
(Tarigan, 1986).

5. Faktor yang Mempengaruhi Daya Simak

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya simak yaitu (1) faktor dari pembicara. (2)
faktor dari pembicaraan atau isi simakan. (3) situasi penyimak. (4) penyimak (Saddhono,
2012). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi daya simak tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan menyimak yang dimiliki oleh seseorang itu dapat
dipengaruhi oleh empat faktor yaitu kemampuan seorang pembicara dalam menyampaikan
informasi atau menyampaikan bahan simakan, kerakteristik dari bahan simakan yang
disampaikan, situasi dan kondisi suasana dalam kegiatan menyimak, serta kondisi dari
penyimak itu sendiri.

Pembicara adalah orang yang menyampaikan pembicaraan, ide, pesan, informasi


kepada penyimak dengan menggunakan bahasa lisan. Keefektifan seorang penyimak akan
dipengaruhi oleh faktor pembicara itu sendiri, maka seorang pembicara harus bisa menarik
perhatian penyimak.

Pembicaraan adalah materi, isi, atau informasi yang disampaikan pembicara. Materi
pembicaraan menjadi pusat utama dalam melakukan kegiatan menyimak, karena materi
pembicaraan akan diperhatikan dengan penuh konsentrasi oleh penyimak dan bisa
ditanggapi dengan antusias.

Situasi penyimak adalah sesuatu yang menyertai kegiatan menyimak di luar dari
pembicara, pembicaraan, dan penyimak itu sendiri. Situasi penyimak menentukan
keefektifan dalam kegiatan menyimak. Hal yang diperhatikan dalam ituasi penyimak antara
lain, ruangan, waktu, suasana, dan peralatan.

Penyimak adalah orang yang mendengarkan dengan penuh perhatian dan dapat
memahami isi bahan simakan yang disampaiakn oleh pembicara dengan baik. Seorang
penyimak dapat melakukan kegiatan menyimak yang efektif jika dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain kondisi, konsentrasi, dan tujuan menyimak itu sendiri.

Mendengarkan cerita, dapat meningkatkan kemampuan daya simak imajinatif,


kemampuan matematika, dan bahasa. Kemampuan daya simak imajinatif, kemampuan
matematika, kemampuan berbahasa merupakan tulang punggung kemajuan peradaban
manusia. Dengan ketiga hal tersebut, anak didik dapat mengembangkan teknologi dan
kebudayaan, (Hadi, 2017).

6. Upaya Peningkatan Daya Simak

Upaya peningkatan daya simak yaitu (1) simak ulang ucap (2) identifikasi kata kunci
(3) parafrasa (4) merangkum (5) menjawab pertanyaan (Saddhono, 2012). Di dalam simak
ulang ucap peserta didik diminta untuk dapat mengulang apa yang telah diucapkan oleh
guru. Kegiatan ini dilakukan pada tahapan murid sekolah rendah atau pada saat murid
belajar bahasa asing pada tahap dasar atau awal.

Dalam mengidentifikasi kata kunci peserta didik mendengarkan kalimat panjang


yang diucapkan oleh guru dan mereka bisa untuk mencatat beberapa kata kunci yang dapat
mewakili pengertian kalimat tersebut. Pada parafrasa guru meminta peserta didik untuk
menyatakan kembali mengenai isi bahan simakan tersebut dengan menggunakan kalimatnya
sendiri.

Dalam merangkum guru memberikan materi kepada peserta didik secara lisan,
kemudian peserta didik tersebut diminta untuk merangkum bahan simakan yang
disampaikan yang telah disampaikan tersebut. Di dalam menjawab pertanyaan guru
memberikan bahan simakan kemudian peserta didik disuruh untuk menjawab pertanyaan
yang telah disediakan. Dalam penelitian ini cara akan dominan digunakan adalah dengan
menjawab pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi yang sedang disimak.

Sehingga dengan melakukan kegiatan tersebut maka dapat meningkatkan daya simak
dan penyimak dapat melakukannya dengan cara bertahap hingga dapat melakukan kegitan
menyimak yang efektif dan dapat memberikan masukan atau kritikan kepada pembicara.
Untuk menjadikan kegiatan menyimak yang efektif penyimak harus termotivasi dan mampu
untuk melakukannya dengan baik, (Bodie, 2009)

7. Pengertian Dialog Interaktif

Dialog adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh dua arah atau lebih yang
dilakukanan harus mempertimbangkan makna. Dialog juga dapat diartikan sebgai kegiatan
bercakap-cakap atau kegiatan tanya jawab yang dilakukan secara langsung (Supriatna,
2007). Di dalam dialog tersebut terdapat tema yang sedang dibicarakan. Interaktif artinya
hubungan saling aktif yang dapat dilakukan dua orang atau lebih. Interaktif juga dapat
diartikan sebagai hal yang saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi, antar
hubungan saling aktif. Interaktif dapat terjadi karena adanya hubungan sebab akibat, yaitu
adanya aksi dan reaksi. Jadi dialog interaktif merupakan sebuah dialog yang dilakukan
antara dua orang atau lebih membahas tentang sesuatu secara aktif, yang dapat ditayangkan
melalui televisi maupun disiarkan melalui radio yang dapat melibatkan pemirsa dan
pendengar melalui telepon. Di dalam dialog interaktif ada narasumber yang dipilih yaitu
orang yang mengetahui tentang informasi yang ingin disampaikan.
8. Komentar dalam Dialog Interaktif

Memberikan komentar dalam dialog interaktif sebaiknya memperhatikan hal-hal


berikut (1) komentar yang diberikan sebaiknya bersifat objektif (tidak memihak), (2) harus
disertai data dan fakta yang meyakinkan serta akurat dalam menyampaikan komentar
tersebut, (3) berisi mengenai alasan yang logis. Jadi pada saat penyimak atau pendengar
ingin memberikan komentar pada saat kegiatan dialog interaktif seharusnya memperhatikan
hal-hal tersebut, karena jika pendengar berkomentar memihak, komentar tidak disertai data
dan fakta yang mendukung, dan tidak berisi alasan yang logis itu berarti komentar yang
diberikannya tidak membangun dan tidak dapat dijadikan pertimbangan.

Pemirsa dan pendengar dalam kegiatan dialog interaktif dapat memberikan


tanggapan terkait dengan isi dan hal-hal yang disampaikan narasumber. Dalam memberikan
tanggapan sebaiknya memperhatikan cara-cara berikut (1) mengangkat tangan sebagai tanda,
(2) menyebutkan nama, (3) menyatakan tanggapan secara sopan tidak menyudutkan atau
menjatuhkan, (4) berbicara dengan jelas dan tidak berbelit-belit, (5) mengucapkan terima
kasih. Karena jika seorang pendengar tidak melakukan tata cara tersebut saat ingin
menyampaikan komentarnya dalam dialog interaktif maka kegiatan tersebut akan berjalan
ricuh dan tidak efektif pada semestinya.

9. Cara Menyimpulkan Dialog Interaktif

Pada kegiatan dalam menyimak konsentratif adalah menyimak dialog interaktif


secara aktif menyimak untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan
dari bahan simakannya, (Sriwidyaningsih, 2015). Saat menyimpulkan dialog interaktif
pendengar harus dapat memusatkan perhatikan dengan penuh konsentrasi yang tinggi dan
mencatat hal-hal penting yang dapat mewakili isi dari bahan simakan dialog interaktif
tersebut. Sama halnya dengan merangkum dalam upaya peningkatan daya simak pendengar
atau penyimak sepenuhnya harus memperhatikan bahan simakan yang disampaikan oleh
narasumber, sehingga melalui hal-hal penting yang sudah dicatat dalam kegiatan menyimak
tersebut penyimak atau pendengar dapat membuat kesimpulan dari apa yang telah didengar
dan disimak. Dalam menyimak dialog interaktif, penyimak harus dapat berkonsentrasi
mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan supaya informasi dan ide
yang didapatkan akan lebih mudah dipahami sehingga tujuan penyimak dapat tercapai
dengan baik.

Dengan mencatat hal-hal atau informasi serta fakta yang disampaikan oleh pembicara
dalam dialog interaktif tersebut dan mengikuti petunjuk yang ada dalam dialog interaktif
maka penyimak dapat dengan mudah untuk membuat suatu kesimpulan dan dapat
memahami ide dari pembicara.

10. Menyimak Dialog Interaktif

Menyimak dialog interaktif termasuk ke dalam jenis menyimak konsentratif yang


sering juga disebut sebagai a study-type listening (concentrative listening), yaitu kegiatan
menyimak untuk dapat menelaah. Penyimak berkonsentrasi untuk memperoleh dialog
interaktif yang menarik perhatian yang diperlukannya. Kegiatan yang mencangkup di dalam
kegiatan menyimak konsentratif ini, yaitu 1) mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat
dalam pembicaraan; 2) mencari dan merasakan hubungan-hubungan seperti kelas, tempat,
kualitas, waktu, urutan serta kegiatan sebab akibat; 3) mendapatkan atau memperoleh butir-
butir informasi tertentu dalam pembahasan tersebut; 4) memperoleh pemahaman dan
pengertian yang mendalam; 5) merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran
maupun pengorganisasiannya; 6) memahami tentang urutan atau ide-ide dari pembicara; 7)
mencari dan mencatat fakta-fakta penting. (Dawson et al., dalam Tarigan, 1990).

Sehingga pada saat melakukan kegiatan menyimak dialog interaktif seorang


penyimak harus memusatkan perhatian dan konsentrasinya pada bahan simakan dialog
interaktif dengan mengikuti petunjuk yang ada untuk memperoleh suatu informasi yang
terdapat dalam pembahasan dialog interaktif tersebut dengan mencatat dan mencari fakta-
fakta penting.
11. Tahapan Menyimak dalam Dialog Interaktif

Dalam kegiatan menyimak dialog interaktif terdapat sembilan tahap yang harus
diperhatikan, yaitu 1) mendengarkan bunyi atau kata tanpa reaksi hanya mengidentifikasi
saja; 2) menyimak berselang/seling, menyimak dengan pikiran tidak terfokus; 3) setelah
menyimak, hal-hal yang dibutuhkan saja; 4) menyimak pasif, menyimak dengan sedikit atau
tanpa respons sedikit pun; 5) menyimak sempit, menyimak dengan menghilangkan bagian-
bagian yang penting tapi menerima hal-hal yang dia setujui; 6) menyimak asosiatif,
menyimak dengan menghubungkan hal-hal yang disimak dengan pengalaman; 7) menyimak
untuk mendapatkan ide-ide utamanya saja; 8) menyimak kritis, termasuk bertanya untuk
mendapatkan informasi yang lebih mendetail mengenai suatu hal; 9) menyimak apresiatif
atau kreatif, menyimak dengan respons secara mental dan emosional. (Anderson dalam
Tarigan, 1990).

Dengan tahapan-tahapan yang terdapat dalam kegiatan menyimak dialog interaktif


maka penyimak dapat memperoleh informasi dan fakta-fakta serta data yang dibutuhkan
dalam dialog interaktif. Selain itu, dalam melakukan kegitan menyimak dalam dialog
interaktif penyimak disarankan untuk tetap fokus dan memusatkan perhatian secara penuh
supaya informasi yang disampaikan tidak ada yang terlewatkan atau tertinggal dan untuk
mengingat informasi tersebut maka diperlukan catatan kecil untuk informasi yang dianggap
penting.
References

Abidin, Y. (2013). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika


Aditama.

Bodie, G. D. (2009). Evaluating Listening Theory: Development and Illustration of Five Criteria.
International Journal of Listening, 23(2), 81–103.
https://doi.org/10.1080/10904010903014434

Bodie, G. D. (2011). Theory and the advancement of listening research: A reply to Purdy.
International Journal of Listening, 25(3), 139–144.
https://doi.org/10.1080/10904018.2011.537149

Cahyaningrum, F., Andayani, & Saddhono, K. (2018). Peningkatan Keterampilan Menulis


Argumentasi Melalui Model Think Pair Share dan Media Audiobisual Pasa Siswa Kelas
X-10 SMA Negeri Kebakkramat. https://doi.org/10.12973/iji.2018.1129a

Dewi, I. P. M. (2017). Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Fiksi Anak Menggunakan


Media Audio Pada Siswa Kelas V SD, 6, 1–13.

Fatmawati, N. Y. (2011). Keefektifan Strategi Time Token Arends terhadap Kemampuan


Menyimak Laporan Perjalanan pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Wonosari Gunungkidul.
http://doi.org/ 10.31219/osf.io/ndy7t

Hermawan, H. (2012). Menyimak Keterampilan Berkomunikasi yang Terabaikan. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Kusmayadi, I., Fitria, D. A., & Rahmawati, E. (2008). Be Smart Bahasa Indonesia. Bandung:
Penerbit Grafindo Media Pratama.

Kusrini, I. A. (2008). Bahasa Indonesia 3. Semarang: Quadra.

Macnamara, J. (2016). Organizational listening: Addressing a major gap in public relations


theory and practice. Journal of Public Relations Research, 28(3–4), 146–169.
https://doi.org/10.1080/1062726X.2016.1228064
Majdah Zawawi1 & Noriah Ramli. (2016). Pemanfaatan Media Audio Visual untuk
Meningkatkan Kemampuan Menyimak Berita Siswa Kelas VII A SMP Tamansiswa
Telukbetung Bandarlampung, (May), 31–48. http://doi.org/ 10.31219/osf.io/ndy7t

Meyer-Lee, R. J. (2015). Toward a Theory and Practice of Literary Valuing. New Literary
History, 46(2), 335–355. https://doi.org/10.1353/nlh.2015.0013

Nurhayani, I. (2017). Pengaruh Penggunaan Metode Bercerita Terhadap Kemampuan Menyimak


Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan UNIGA, 4(1), 54-59.
http://doi.org/10.5958/0976-5506.2019.00302.4

Purdy, M. (2011). Grounding listening: The limitations of theory. International Journal of


Listening, 25(3), 132–138. https://doi.org/10.1080/10904018.2011.537144

Rohmadi, M., Saddhono, K., Wardani, N. E., Anindyarini, A., Hastuti, S., & Waluyo, B. (2008).
Teori dan Aplikasi Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Surakarta: UNS Perss.

Rustini, T., Haryati, S., Ramdiani, L., Lestari, W., Bani, A., & Rusyana, A. (2018). All New
Target Nilai 100 Ulangan Harian SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Media.

Saddhono, K., & St, Y. Slamet. (2008). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Surakarta: UNS Perss.

Saddhono, K., & St, Y. Slamet. (2012). Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia (Teori
dan Aplikasi). Bandung: Karya Putra Darwati.

Saddhono, K., & St, Y. Slamet. (2014). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia: Teori
dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Slamet, S. Y. (2008). Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: LPP UNS


dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS.

Sriwidianingsih, N. (2015). Dialog Interaktif Di Televisi Dengan Rekaman ( Recorded


Interactive Dialogue on Television, 51–62. http://doi.org/10.14710/jkt.v21i2.3093
Suparmi, N. (2018). Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Creative Problem Solving
Dengan Metode Drill Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Dialog Interaktif
Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia, 4(2), 144–153.
http://doi.org/10.1016/j.fct.2019.02.001

Supriatna, A. (2007). Bahasa Indonesia untuk Kelas IX. Bandung: Grafindo Media
Pratama.Tarigan, H. G. (2008). Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Percetakan Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai