Disusun Oleh:
2019
Menyimak Berita
1. Pengertian Menyimak
Setiap pembelajaran harus mempunyai teori dan definisi yang jelas. Ketika di
tengah perjalanan pembelajaran ada masalah terkait dengan ketidakjelasan teori,
definisi, dan sebagainya yang menguatkan materi tersebut (Macaro dalam Cross,
2009:153), maka guru sama saja memberikan materi hanya percuma karena tidak
bisa dibuktikan oleh teori atau pendapat ahli dalam materi yang diajarkan
(menyimak berita dalam pembelajaran bahasa Indonesia). Pembelajaran menyimak
sangat penting dalam dunia pendidikan terutama saat guru menjelaskan. Siswa
menyimak kata-kata yang diucapkan oleh guru sehingga dapat memahami yang
dimaksud oleh guru. Pembelajaran menyimak merupakan proses kegiatan belajar
mengajar yang terjadi di dalam kelas dengan tujuan siswa mampu menerima pesan
atau maksud si pengujar dengan menggunakan wacana lisan atau suara sebagai
medianya. Tingkatan menyimak ada tiga yaitu tingkat awal, tengah, dan akhir.
Tingakatan awal merupakan tingkatan paling dasar atau tingkat menyimak paling
awal seperti anak-anak kecil yang mendengarkan bicara orang lain dan berusaha
memahaminya. Tingkatan menengah merupakan tingkatan yang belum sulit dalam
menyimak. Sedangkan menyimak akhir atau tinggi termasuk menyimak kritis dan
perlu konsentrasi penuh atau tinggi. Pembelajaran adalah proses penciptaan kondisi
dan pengorganisasian berbagai aspek yang mempengaruhi peserta didik dalam
menguasai suatu kompetensi (Sukamara dalam Prawati, 2010:15). Pembelajaran
menyimak yaitu cara guru mengajarkan atau memberi stimulus kepada siswa supaya
memperoleh pemahaman. Perubahan-perubahan dalam sikap dan perilaku serta
peningkatan-peningkatan dalam dinamika-dinamika kelompok sebagai suatu akibat
peningkatan menyimak merupakan tujuan-tujuan pengajaran yang penting di mana
tes-tes buku belum tersedia (Tarigan dalam Prawati, 2010:16).
3. Tujuan Menyimak
Sedangkan menurut Logan & Logan dalam Yunita (2013:14) tujuan menyimak
dibagi menjadi delapan. Pertama, menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk.
Kedua, menyimak untuk memeroleh informasi. Ketiga, menyimak untuk
memeroleh kesenangan. Keempat, menyimak untuk mengevaluasi. Kelima,
menyimak untuk mengapresiasi. Keenam, menyimak untuk berkomunikasi.
Ketujuh, menyimak untuk membedakan bunyi. Kedelapan, menyimak untuk
menyelesaikan masalah. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa tujuan
dari menyimak yaitu mendapatkan fakta, menganalisis fakta, mengevaluasi fakta,
mendapatkan inspirasi, dan mendapatkan hiburan. Tujan dari semua itu tidak harus
ada dalam suatu bahan simakan. Bisa saja kita menyimak hanya membutuhkan
fakta dan menganalisis fakta saja atau bahkan sebaliknya. Bisa juga tujuan
menyimak seperti yang diungkapkan oleh Logan & Logan, tidak semua bahan
bacaan mengandung semua tujuan tersebut.
4. Proses Menyimak
Ada dua jenis menyimak, yaitu menyimak secara ekstensif dan secara intensif.
Menyimak ekstensif adalah kegiatan menyimak cenderung umum dan bebas tidak
perlu bimbingan guru secara langsung. Sedangkan menyimak intensif adalah
menyimak untuk memahami secara teliti, rinci, dan mendalam bahan yang
disimaknya. Menyimak ekstensif meliputi menyimak sosial, menyimak sekunder,
menyimak estetik, dan menyimak pasif. Sedangkan menyimak intensif meliputi
menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak eksploratif,
menyimak interogatif, menyimak selektif, dan menyimak penyelidikan.
7. Pengertian Berita
Kegiatan menyimak salah satunya yaitu menyimak berita. Berita menurut Barus
(2010:16) dalam Indradini (2016:11), berita merupakan segala laporan mengenai
peristiwa, gagasan, fakta yang menarik, dan penting untuk disampaikan atau di
muat dalam media massa agar diketahui secara umum. Sedangkan menurut
Oramahi dalam Indradini (2016:11) berita merupakan suatu informasi baru yang
bermakna penting, menarik, dan memiliki pengaruh kepada orang yang mendengar
atau membacanya. Menurut Soehoet dalam Yunita (2013:22), berita adalah
keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan manusia, berita bagi seseorang
adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan manusia yang perlu
baginya untuk mewujudkan filsafat hidupnya, berita bagi suatu surat kabar adalah
keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan yang perlu bagi pembacanya
untuk mewujudkan filsafat hidupnya. Berita disebarluaskan secara cepat kepada
masyarakat mengenai suatu peristiwa yang bersifat aktual dan dapat dipercaya yang
mengandung fakta atau opini yang akurat. Berita bisa didapatkan di mana saja. Bisa
di koran, majalah, media elektronik seperti televisi dan radio atau bahkan bisa
melalui internet. Sehingga apabila kita ingin mendapatkan informasi atau berita
secara cepat kita bisa langsung menemukan misalnya di internet tanpa harus
membeli koran terlebih dahulu.
8. Unsur-unsur Berita
Unsur-unsur yang ada dalam berita yaitu apa (what), siapa (who), dimana
(where), kapan (when), mengapa (why), dan bagaimana (how) atau bisa disingkat
5W+1H atau bisa disingkat juga dengan sebutan “adik simba”. Unsur “apa”
digunakan untuk menanyakan apa yang terjadi dalam peristiwa atau dalam berita
tersebut. Kemudian, “siapa” digunakan untuk menanyakan siapa saja orang yang
terlibat dalam peristiwa tersebut. “Dimana” digunakan untuk menanyakan tempat
kejadian. “Kapan” digunakan untuk menanyakan kapan peristiwa itu terjadi.
“Mengapa” digunakan untuk menanyakan mengapa hal itu bisa terjadi. Sedangkan
“bagaimana” digunakan untuk menanyakan bagaimana kejadian itu terjadi.
Diperkuat pendapat Soehoet dalam Yunita (2013:23) dengan adanya unsur 5W+1H
dan pendapat Juwito dalam Indradini (2016:12) dengan adanya unsur 5W+1H pula.
Di dalam berita harus mengandung unsur 5W+1H untuk kelengkapan sebuah berita.
Keenam unsur tersebut harus ada di dalam sebuah berita.
Ada berbagai macam berita. Mulai dari berita yang disampaikan secara langsung
sampai berita yang disampaikan secara mendalam. Macam-macam berita itu sendiri
ada berita elementary, berita intermediate dan berita advance (Yunus dalam
Mutmainnah, 2016:22). Berita elementary meliputi straight news: laporan berita
langsung, yaitu berita yang berwujud laporan langsung dari suatu peristiwa atau
kejadian, biasanya menyajikan apa yang terjadi dalam waktu singkat dan dapat di
tulis dengan memenuhi unsur 5W + 1H. Dept news report: laporan berita
mendalam, laporan yang berwujud laporan fakta-fakta mengenai peristiwa yang
terjadi dan dikaitkan dengan fakta-fakta sebelum atau sesudah kejadian yang
mempengaruhinya. Comprehensive news: berita meneyeluruh, yaitu berita
mengenai suatu peristiwa dengan sajian fakta-fakta secara menyeluruh yang
ditinjau dari berbagai aspek yang mempengaruhinya. Berita intermediate meliputi,
interpretative news report: laporan berita interpretative, berita yang memfokuskan
pada peristiwa atau masalah yang bersifat kontroversial dengan dukungan fakta-
fakta yang ada dan menarik perhatian publik. Feature story report: laporan berita
khas, yaitu berita yang menyajikan informasi dan fakta menarik perhatian pembaca,
dengan gaya penulisan berbeda. Berita advance meliputi depth reporting: pelaporan
mendalam, yaitu laporan jurnalistik tentang suatu peristiwa/masalah aktual yang di
sajikan secara mendalam, tajam, lengkap dan utuh dengan tujuan agar pembaca
dapat mengetahui dari berbagai perspektif dan lengkap tentang suatu peristiwa yang
terjadi. Investigative report: pelaporan penyelidikan, yaitu berita yang
memfokuskan pada peristiwa yang controversial, seperti berita interpretatif.
Editorial news: berita editorial/tajuk, berita yang menyajikan pikiran institusi media
terhadap suatu peristiwa yang aktual dan layak mendapat perhatian publik.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menyajikan sebuah berita.
Prinsip penyajian berita oleh semua wartawan atau reporter harus masuk akal, jelas,
hemat dan ekonomis, konsisten dan argumentatif, seimbang, narasumber punya
otoritas, patuhi azas praduga tak bersalah, perhatikan rumusan 5W+1H, hindari
kata-kata subjektif, enggel harus jelas, lead menarik, mudah dimengerti,
mengandung informasi baru, struktur harus rapi dan sistematis, cermat dan akurat,
pakai istilah yang tepat, dan terakhir jangan bohong (Zaenuddin dalam Henatisya,
dkk., 2016:161). Semua prinsip tersebut harus dipegang semua oleh wartawan
maupun reporter. Jika salah satu dari prinsip tersebut tidak ada, maka berita akan
utuh. Jangan sampai seorang wartawan atau reporter menggunakan berita bohong,
sumbernya tidak jelas, dan memaparkan berita secara subjektif tidak objektif.
Semua itu tidak boleh apalagi sampai berita tersebut tidak aktual, faktual, dan
membohongi publik. Berita harus bisa dipertanggungjawabkan oleh penulis berita.
Jika berita dibawakan secara langsung, maka harus diperhatikan unsur 5W+1H
supaya pendengar atau penyimak bisa menangkap isi berita yang disampaikan.
Berita yang baik harus dibawakan secara bagus dan mendalam.
Bagian berita ada judul, dateline, teras berita, dan isi berita. Judul merupakan
identitas berita yang bersifat provokatif, singkat, padat, dan baku. Berita memiliki
struktur berupa judul, judul sering dilengkapi dengan anak judul yang berguna
untuk menolong pembaca segera mengetahui peristiwa yang diberitakan dan
menonjolkan berita dengan dukungan teknik grafika. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan pembaca. Dateline terdiri dari dua jenis penulisan. Pertama, penulisan
nama media massa, tempat kejadian, dan tanggal kejadian. Kedua, penulisan nama
media massa dan tempat kejadian. Fungsi dateline adalah untuk menunjukkan
tempat kejadian dan inisial media massa. Lead atau teras berita merupakan unsur
berita yang paling penting. Lead biasanya ditulis pada paragraf pertama yang
melukiskan seluruh berita secara singkat. Body atau tubuh berita berisikan cerita
peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Pendapat
Haryanto dalam Yunita (2013:23), struktur berita disusun dengan piramida terbalik,
informasi utama berita disajikan pada paragraf pertama berita tersebut atau kepala
berita, paragraf selanjutnya berisi penjelasan yang terdapat dalam badan dan ekor
berita, 5W+1H ditemukan pada paragraf pertama. Ada pula pendapat dari Budiman
dalam Yunita (2013:24) struktur berita yaitu judul atau kepala berita, baris tanggal,
teras berita, tubuh berita. Pendapat dari Darmawan dalam Indradini (2016:13),
headline sering dilengkapi dengan anak judul yang berguna menolong pembaca
segera mengetahui peristiwa yang diberikan dan menonjolkan berita dengan
dukungan teknis grafik. Dateline, pertama untuk mengetahui nama media massa,
tempat kejadian, tanggal kejadian dan kedua, sebagai penulisan nama media massa
dan tempat kejadian. Fungsinya untuk menunjukkan tempat kejadian inisial di
media massa. Lead paling penting menunjukkan berita secara singkat. Body, bagian
ini berisi peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa yang singkat, jelas, dan padat.
11. Syarat Berita
Syarat berita harus akurat, maksudnya yaitu harus cermat, teliti, dan benar dalam
meliput berita. Selain itu, berita harus lengkap, adil, dan berimbang. Lengkap dalam
meliput berita, peristiwa kejadian tidak dikurang-kurangi, harus adil tidak memihak
sisi kanan atau sisi kiri, dan berimbang atau seimbang. Objektif dalam meliput
berita sesuai dengan peristiwa apa adanya. Tidak dikurangi atau ditambah-tambahi.
Berita harus ringkas dan jelas supaya isi bisa dipahami oleh pembaca. Gaya
jurnalistik yang bagus yaitu gaya penulisan mempunyai ciri khas sendiri-sendiri.
Baik dari susunan kata, bahasa, maupun strukturnya. Memilih kata-kata yang dekat
dengan pembaca. Menurut Harjasujana dalam Raharjo, dkk. (2017:240) semakin
panjang kalimat dan semakin panjang kata-kata yang digunakan dalam menyusun
kalimat pada sebuah paragraf, wacana tersebut akan sulit dipahami. Paragraf dan
kata-kata yang digunakan sebaiknya tidak panjang supaya mudah dipahami
pembaca. Sedangkan menurut Rahmawati dalam Harsono, dkk. (2012:56) membuat
berita juga harus memahami aturan-aturan gramatikal, subjek, kata kerja, kata ganti
benda, kata penghubung, dan lainnya merekam ide utama uyang dinyatakan secara
eksplisit dan pengetahuan tentang urutan informasi yang disajikan dalam wacana.
Hal itu harus diperhatikan supaya penyimak dengan mudah menerima informasi
yang disampaikan. Berita juga harus hangat yaitu berita yang baru saja terjadi
kemudian diliput atau bisa dikatakan berita update.
Sumber berita harus benar-benar nyata sesuai dengan kejadian yang dialami.
Tidak boleh mengarang atau semaunya sendiri dalam menerapkan sumber. Sumber
berita bisa dari peristiwa atau kejadian yang dialami pada saat meliput berita.
Peristiwa-peristiwa tersebut di tulis secara lengkap sebagai sumbernya sebagai
bahan menulis berita. Selain itu bisa juga dari manusia sebagai narasumber. Dalam
mencari bahan berita harus benar-benar lengkap sehingga apabila berita tersebut
disimak oleh orang, orang tersebut bisa paham isi berita yang disampaikan dan
tujuan dari menyimak berita tersebut berhasil. Hal ini diperkuat dari pendapat
Soehoet dalam Yunita (2013:24) sumber tersebut meliputi peristiwa, contohnya
gempa, pertandingan olahraga, banjir, sidang kabinet, dan sebagainya. Sumber lain
bisa dari manusia yaitu pendapat manusia sengenai suatu peristiwa yang disaksikan
dan pendapat manusia mengenai suatu peristiwa yang tidak disaksikan. Sumber
tersebut harus bisa dipertanggungjawabkan dan harus relevan. Berita bisa
mengambil sumber dari peristiwa di masyarakat sekitar. Kejadian apapun yang
terjadi di masyarakat bisa dijadikan sumber berita. Chaer dalam Octaviani,
2016:486, berita merupakan suatu peristiwa atau kejadian di dalam masyarakat, lalu
kejadian atau peristiwa itu diulangi dalam bentuk kata-kata yang disiarkan secara
tertulis dalam media tulis (surat kabar, majalah, dll), dalam media suara (radio),
atau dalam media suara dan gambar (televisi). Peristiwa di dalam masyarakat
tersebut bisa dijadikan berita dengan narasumber yang terlibat atau mengetahui
peristiwa tersebut dan disajikan dengan unsur berita lengkap.
13. Jenis atau Bentuk Wacana yang Dipergunakan dalam Tes Kemampuan
Menyimak
Anggeraini, L.G. (2014). Penerapan Metode Quantum Catat Tulis Susun dalam
Peningkatan Kemampuan Menyimak Berita Siswa Kelas VIII H SMPN 11 Kota
Bengkulu Tahun Ajaran 2013/2014. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Bengkulu.
Bahrani, T. dan Tan, S.S. (2011). The Role of Audiovisual Mass Media News in
Language Learning. Journal English Language Teaching. 4(2): 260-266. Doi:
10.5539/elt.v4n2p260
Berlian, Y. (2014). Analisis Faktor Layak Berita pada Portal Berita Antara Bengkulu.
Fakultas Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Bengkulu.
Harsono, A.S.R., Fuady, A., dan Saddhono, K. (2012). Pengaruh Strategi Know Want to
Learn (KWL) dan Minat Membaca Terhadap Kemampuan Membaca Intensif Siswa
SMP Negeri di Temanggung. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia, dan
Pengajarannya. 1(1): 53-64.
Indradini, R.H. (2016). Hubungan antara Kebiasaan Menyimak Berita dan Membaca
Surat Kabar dengan Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VIII SMPN 1
Pakem. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Yogyakarta.
Junaedi, M.A. (2016). Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Bululawang Kabupaten Malang dengan Media Audio Visual dan
Pengintegrasian Strategi Metakognitif. Jurnal Nosi. 4(1): 57-67.
Pebriana, U., Dyah, W.W.E., dan Frendy, A.F. (2017). Peningkatan Keterampilan
Menyimak Melalui Model Pembelajaran Artikulasi dan Media Boneka Tangan pada
Pembelajaran Tematik Kelas 1 SDN Pejok II Kedungadem Bojonegoro. Jurnal
Pemikiran dan Pengembangan SD. 5(2): 766-772.
Raharjo, Y.M., Suwandi, S. dan Saddhono, K. (2017). Kelayakan Buku Ajar Bahasa
Indonesia Kelas VII Wahana Pengetahuan. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra
Indonesia, dan Pengajarannya. 5(2): 234-246.
Retnaningsih, E., Nas, H., dan Deby, L. (2013). Peningkatan Menyimak Dongeng
Menggunakan Media Audio dengan Strategi Membangkitkan Rasa Ingin Tahu pada
Siswa Kelas VII A. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2(1): 1-8.
___________. (2012). Bentuk dan Fungsi Kode dalam Wacana Khotbah Jumat (Studi
Kasus di Kota Surakarta). Jurnal Adabiyyat. 11(1): 71-92.
Sweeney, C., Eleanor, O., dan Marian, M. (2015). Keeping it Real: Exploring an
Interdisciplinary Breaking Bad News Role-Play as an Integrative Learning
Opportunity. Journal of the Scholarship of Teaching and Learning. 15(2): 14-32.
Doi: 10.14434/josotl.v15i2.13262