Anda di halaman 1dari 18

MENYIMAK BERITA

PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Mata Kuliah : Pengembangan Media Berbasis TI

Dosen Pengampu : Dr. Kundharu Saddhono, S.S., M.Hum.

Disusun Oleh:

Nur Khabibah (K1217057/A)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2019
Menyimak Berita

dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

1. Pengertian Menyimak

Keterampilan menyimak merupakan suatu keterampilan dengan proses


mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi, dan mereaksi bahan simakan
sehingga dapat mengungkapkan makna yang terkandung di dalamnya baik yang
tersurat maupun tersirat. Keterampilan ini adalah keterampilan berbahasa pertama
sebelum berbicara, membaca, dan menulis. Seseoeang belajar menggunakan bahasa
lisan (menyimak dan berbicara) kemudian bahasa tulis (membaca dan menulis).
Menurut Tarigan (1987:28) menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memeroleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami
makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan. Sedangkan menurut Saddhono (2012:11) menyimak adalah suatu
proses yang menyangkut kegiatan mendengarkan, mengidentifikasi,
menginterpretasi bunyi bahasa, kemudian menilai hasil interpretasi makna dan
menanggapi pesan yang tersirat dalam bahan simakan.

2. Pengertian Pembelajaran Menyimak

Setiap pembelajaran harus mempunyai teori dan definisi yang jelas. Ketika di
tengah perjalanan pembelajaran ada masalah terkait dengan ketidakjelasan teori,
definisi, dan sebagainya yang menguatkan materi tersebut (Macaro dalam Cross,
2009:153), maka guru sama saja memberikan materi hanya percuma karena tidak
bisa dibuktikan oleh teori atau pendapat ahli dalam materi yang diajarkan
(menyimak berita dalam pembelajaran bahasa Indonesia). Pembelajaran menyimak
sangat penting dalam dunia pendidikan terutama saat guru menjelaskan. Siswa
menyimak kata-kata yang diucapkan oleh guru sehingga dapat memahami yang
dimaksud oleh guru. Pembelajaran menyimak merupakan proses kegiatan belajar
mengajar yang terjadi di dalam kelas dengan tujuan siswa mampu menerima pesan
atau maksud si pengujar dengan menggunakan wacana lisan atau suara sebagai
medianya. Tingkatan menyimak ada tiga yaitu tingkat awal, tengah, dan akhir.
Tingakatan awal merupakan tingkatan paling dasar atau tingkat menyimak paling
awal seperti anak-anak kecil yang mendengarkan bicara orang lain dan berusaha
memahaminya. Tingkatan menengah merupakan tingkatan yang belum sulit dalam
menyimak. Sedangkan menyimak akhir atau tinggi termasuk menyimak kritis dan
perlu konsentrasi penuh atau tinggi. Pembelajaran adalah proses penciptaan kondisi
dan pengorganisasian berbagai aspek yang mempengaruhi peserta didik dalam
menguasai suatu kompetensi (Sukamara dalam Prawati, 2010:15). Pembelajaran
menyimak yaitu cara guru mengajarkan atau memberi stimulus kepada siswa supaya
memperoleh pemahaman. Perubahan-perubahan dalam sikap dan perilaku serta
peningkatan-peningkatan dalam dinamika-dinamika kelompok sebagai suatu akibat
peningkatan menyimak merupakan tujuan-tujuan pengajaran yang penting di mana
tes-tes buku belum tersedia (Tarigan dalam Prawati, 2010:16).

3. Tujuan Menyimak

Tujuan menyimak sangat penting untuk kita ketahui. Sebelum ke tahap


menyimak perlu diketahui tujuan untuk apa kita menyimak. Setelah mengetahui
tujuan menyimak pasti tujuan menyimak akan berhasil. Menurut Sutari, dkk. dalam
Upheksa (2013:14), tujuan menyimak dapat dibagi menjadi enam. Pertama,
mendapatkan fakta. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, 2008)
fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan, sesuatu yang
benar-benar ada atau terjadi. Kegiatan menyimak dengan tujuan memperoleh fakta
dapat kita temukan melalui membaca buku, koran, majalah, dan sebagainya. Selain
membaca kita juga bisa mendapatkan fakta melalui menyimak radio, televisi,
pertemuan-pertemuan, menyimak ceramah, pidato, dan lain sebagainya. Kedua,
menganalisis fakta. Maksud dari menganalisis fakta yaitu proses menaksir kata-kata
atau informasi sampai pada tingkat unsur-unsurnya, menaksir sebab akibat yang
terkandung dalam fakta-fakta itu. Atau bisa dikatakan penyelidikan terhadap fakta-
fakta yang didengar untuk diketahui benar atau salahnya. Ketiga, mengevaluasi
fakta. Penyimak yang kritis akan mempertanyakan hal-hal mengenai nilai fakta,
keakuratan fakta, dan kerelevanan fakta-fakta tersebut. Setelah mendapatkan fakta
tersebut penyimak bisa mempertimbangkan bahkan sampai memutuskan untuk
menerima atau menolaknya. Keempat, mendapatkan inspirasi. Bahan simakan juga
mengandung inspirasi yang dipakai seorang penyimak untuk menyimak suatu
pembicaraan. Mendengarkan ceramah atau diskusi tentang apapun semata-mata
untuk mendapatkan inspirasi. Kelima, mendapatkan hiburan. Menyimak radio,
televisi, ataupun yang lainnya bisa digunakan sebagai hiburan untuk mendapatkan
kesenangan batin. Hiburan juga dibutuhkan seseorang untuk mengurangi penat dan
sebagainya. Keenam, menyimak untuk memperbaiki kemampuan berbicara.
Menyimak juga akan menambah kosa kata sehingga kosa kata kita akan bertambah
untuk memperbaiki kemampuan berbicara.

Sedangkan menurut Logan & Logan dalam Yunita (2013:14) tujuan menyimak
dibagi menjadi delapan. Pertama, menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk.
Kedua, menyimak untuk memeroleh informasi. Ketiga, menyimak untuk
memeroleh kesenangan. Keempat, menyimak untuk mengevaluasi. Kelima,
menyimak untuk mengapresiasi. Keenam, menyimak untuk berkomunikasi.
Ketujuh, menyimak untuk membedakan bunyi. Kedelapan, menyimak untuk
menyelesaikan masalah. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa tujuan
dari menyimak yaitu mendapatkan fakta, menganalisis fakta, mengevaluasi fakta,
mendapatkan inspirasi, dan mendapatkan hiburan. Tujan dari semua itu tidak harus
ada dalam suatu bahan simakan. Bisa saja kita menyimak hanya membutuhkan
fakta dan menganalisis fakta saja atau bahkan sebaliknya. Bisa juga tujuan
menyimak seperti yang diungkapkan oleh Logan & Logan, tidak semua bahan
bacaan mengandung semua tujuan tersebut.

4. Proses Menyimak

Proses menyimak juga penting untuk diperhatikan dan diketahui. Walaupun


kebanyakan orang tidak menerapkan hal ini pada saat menyimak. Menurut
Akhadiyah dalam Upheksa (2013: 22), tahap yang pertama, yaitu tahap penerimaan
atau mendengar, mendengar yang dikemukakan pembicara. Pada tahap ini
penyimak mendengarkan yang disampaikan atau diutarakan oleh pembicara. Tahap
kedua, yaitu memahami dengan baik isi pembicaraan. Memahami maksud yang
diujarkan oleh pembicara. Tahap ketiga, yaitu menginterpretasi atau menafsirkan isi
dan butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran. Penyimak
menafsirkan maksud isi pembicaraan untuk diketahui makna dan maksudnya.
Tahap keempat, yaitu mengingat dan mengevaluasi, menilai pendapat dan gagasan.
Penyimak menilai gagasan yang disampaikan pengujar kemudian penyimak juga
bisa memberikan pendapatnya. Tahap kelima, yaitu menanggapi dan menyerap
informasi. Sedangkan menurut Tarigan dalam Junaedi (2016:59), tahapan
menyimak yaitu, pertama, menyimak berkala, terjadi pada saat-saat sang anak
merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya. Kedua,
menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan
adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan. Ketiga,
setengah menyimak, terjadi karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan
untuk mengekspresikan isi hati, mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang
anak. Keempat, menyimak serapan, yaitu menyimak yang dikarenakan sang anak
keasyikkan menyerap atau mengabsorpsi hal-hal yang kurang penting, jadi
merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya. Kelima, menyimak sekali-sekali,
yaitu menyimak sebentar-sebentar apa yang disimak. Perhatian yang saksama
kemudian berganti dengan keasyikkan lain, hanya memperhatikan kata-kata
pembicara yang menarik hatinya saja. Keenam, menyimak asosiatif, yaitu
menyimak yang hanya mengingat-ingat pengalaman-pengalaman pribadi secara
konstan, yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi
terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara. Ketujuh, menyimak dengan
reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar atau pun mengajukan
pertanyaan. Kedelapan, menyimak secara seksama dengan sungguh-sungguh
mengikuti jalan pikiran sang pembicara. Kesembilan, menyimak secara aktif, yaitu
untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang
pembicara. Kesembilan tahap menyimak di atas, dapat ditegaskan bahwa tahap-
tahap menyimak pada anak meliputi tahap mendengar, menginterpretasikan dan
memahami kata-kata dari sebuah cerita atau pesan yang disampaikan. Tahap
tersebut mulai dari tahap yang tidak begitu penting sampai tahap yang sangat
penting.

5.a. Jenis Menyimak

Ada dua jenis menyimak, yaitu menyimak secara ekstensif dan secara intensif.
Menyimak ekstensif adalah kegiatan menyimak cenderung umum dan bebas tidak
perlu bimbingan guru secara langsung. Sedangkan menyimak intensif adalah
menyimak untuk memahami secara teliti, rinci, dan mendalam bahan yang
disimaknya. Menyimak ekstensif meliputi menyimak sosial, menyimak sekunder,
menyimak estetik, dan menyimak pasif. Sedangkan menyimak intensif meliputi
menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak eksploratif,
menyimak interogatif, menyimak selektif, dan menyimak penyelidikan.

5.b. Menyimak Ekstensif dan Menyimak Intensif

Menurut Tarigan dalam Jumiran (2014:6), menyimak ekstensif ada empat.


Pertama, menyimak sosial yaitu menyimak yang berlangsung pada situasi dan
kondisi sosial. Misalnya pada saat orang ngobrol dan bercengkrama. Misalnya
membahas mengenai hal-hal yang menarik perhatian untuk membuat responsi-
responsi yang pantas. Kedua menyimak sekunder, yaitu menyimak secara kebetulan
dengan ekstensif. Misalnya menyimak musik yang mengiringi tari-tarian dan
sebagainya. Ketiga menyimak estetik atau bisa disebut menyimak apresiatif.
Misalnya menyimak puisi, musik, drama, dan sebagainya. Keempat menyimak
pasif, yaitu menyimak tanpa usaha sadar dan biasanya menandai untuk belajar
dengan teliti, belajar terburu-buru, belajar dengan hafalan, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Tarigan dalam Jumiran (2014:6), menyimak intensif ada tujuh.
Pertama menyimak kritis, yaitu menyimak yang di dalamnya sudah terlihat
kekurangan atau ketidaktelitian yang akan diamati. Kedua menyimak konsentratif,
yaitu menyimak sejenis telaah. Misalnya, menyimak untuk mengikuti petunjuk
umum, merasakan hubungan-hubungan seperti kelas, tempat, kualitas, waktu,
urutan, dan sebab akibat. Ketiga menyimak kreatif, yaitu menyimak kreatif
mengakibatkan dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak secara
imaginatif, kesenangan-kesenangan akan bunyi, visi atau penglihatan, gerakan,
serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa yang didengarnya.
Keempat menyimak eksploratif yaitu menyelidiki suatu lebih terarah dan lebih
sempit. Kelima menyimak interogatif, yaitu menyimak yang membutuhkan banyak
konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan karena penyimak harus
mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Keenam menyimak selektif, yaitu kegiatan
menyimak yang melengkapi menyimak pasif. Berupaya mengimbangi kedua teknik
tersebut untuk mengimbangi isolasi kultular dari masyarakat bahasa asing. Ketujuh
menyimak penyelidikan, yaitu penyimak menyiagakan perhatiannya untuk
menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian, informasi tambahan mengenai
suatu topik, atau suatu pergunjingan atau buah mulut yang menarik. Menurut
Musfiroh & Rahayu dalam Yunita (2013:17), jenis-jenis menyimak yaitu menurut
sumber suara, berdasarkan tahap-tahap menyimak, berdasarkan taraf hasil simakan,
dan berhubungan dengan hasil dan keterampilan khusus. Menurut sumber suara
bisa dari televisi, radio, atau dari pembicaraan secara langsung. Semuanya pendapat
dari masing-masing ahli berbeda, tapi tujuan dari menyimak itu sendiri sama yaitu
bisa menyampaikan kembali hasil simakan.

6. Faktor yang Memengaruhi Menyimak

Menurut Tarigan dalam Indradini (2016:18), ada delapan faktor yang


mempengaruhi menyimak. Faktor fisik, psikologis, pengalaman, sikap, motivasi,
jenis kelamin, lingkungan,dan peranan dalam masyarakat. Faktor fisik, kondisi fisik
seseorang berpengaruh dalam menyimak. Tidak hanya faktor fisik saja melainkan
faktor lingkungan. Faktor fisik dan lingkungan akan menentukan keefektifan serta
kualitas keaktifan dalam menyimak. Selanjutnya, faktor psikologis juga
berpengaruh dalam menyimak. Faktor ini berkaitan dengan sikap dan sifat pribadi
seseorang. Faktor psikologis mencakup beberapa hal, yaitu a) prasangka dan
kurangnya simpati terhadap pembicara, b) keegosentrisan dan asyik dengan minat
atau masalah pribadi, c) kepicikan yang membuat pandangan kurang luas, d)
kebosanan dan kejenuhan sehingga tidak ada perhatian pada pokok pembicaraan,
dan e) sikap yang tidak layak terhadap sekolah, guru, pokok pembicaraan, atau
pembicara. Faktor pengalaman sangat berpengaruh dalam minat menyimak.
Seseorang yang memiliki banyak pengalaman menyimak akan memiliki kosakata
dan pemaknaan kata yang baik. Faktor sikap ada dua yaitu sikap menerima dan
sikap menolak. Sikap menerima yaitu sikap yang menerima terhadap hal-hal yang
menarik dan menguntungkan bagi penyimak begitupun sebaliknya. Faktor motivasi
yaitu apabila seseorang memiliki motivasi menyimak yang baik, maka tujuan dari
menyimak pun akan tercapai. Faktor jenis kelamin juga berpengaruh dalam
menyimak. Menurut Tarigan dalam Indradini (2016:20), gaya menyimak laki-laki
bersifat objektif, aktif, keras hati, analitis, rasional, keras kepala, menetralkan
instrutif, berdikari, sanggup mencukupi kebutuhan sendiri, dapat menguasai emosi.
Gaya menyimak perempuan cenderung lebih subjektif, pasif, ramah/simpatik,
difusif, sensitif, mudah dipengaruhi, mudah mengalah, reseptif, bergantung, dan
emosional. Faktor lingkungan fisik dan sosial. Faktor lingkungan fisik berkaitan
dengan sarana dan prasarana sedangkan lingkungan sosial yaitu suasana yang
tercipta di tempat menyimak. Faktor peranan dalam masyarakat yang sesuai dengan
profesinya akan meningkatkan kegiatan menyimak dan memperkaya pengetahuan
tentang profesinya.

7. Pengertian Berita

Kegiatan menyimak salah satunya yaitu menyimak berita. Berita menurut Barus
(2010:16) dalam Indradini (2016:11), berita merupakan segala laporan mengenai
peristiwa, gagasan, fakta yang menarik, dan penting untuk disampaikan atau di
muat dalam media massa agar diketahui secara umum. Sedangkan menurut
Oramahi dalam Indradini (2016:11) berita merupakan suatu informasi baru yang
bermakna penting, menarik, dan memiliki pengaruh kepada orang yang mendengar
atau membacanya. Menurut Soehoet dalam Yunita (2013:22), berita adalah
keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan manusia, berita bagi seseorang
adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan manusia yang perlu
baginya untuk mewujudkan filsafat hidupnya, berita bagi suatu surat kabar adalah
keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan yang perlu bagi pembacanya
untuk mewujudkan filsafat hidupnya. Berita disebarluaskan secara cepat kepada
masyarakat mengenai suatu peristiwa yang bersifat aktual dan dapat dipercaya yang
mengandung fakta atau opini yang akurat. Berita bisa didapatkan di mana saja. Bisa
di koran, majalah, media elektronik seperti televisi dan radio atau bahkan bisa
melalui internet. Sehingga apabila kita ingin mendapatkan informasi atau berita
secara cepat kita bisa langsung menemukan misalnya di internet tanpa harus
membeli koran terlebih dahulu.

8. Unsur-unsur Berita

Unsur-unsur yang ada dalam berita yaitu apa (what), siapa (who), dimana
(where), kapan (when), mengapa (why), dan bagaimana (how) atau bisa disingkat
5W+1H atau bisa disingkat juga dengan sebutan “adik simba”. Unsur “apa”
digunakan untuk menanyakan apa yang terjadi dalam peristiwa atau dalam berita
tersebut. Kemudian, “siapa” digunakan untuk menanyakan siapa saja orang yang
terlibat dalam peristiwa tersebut. “Dimana” digunakan untuk menanyakan tempat
kejadian. “Kapan” digunakan untuk menanyakan kapan peristiwa itu terjadi.
“Mengapa” digunakan untuk menanyakan mengapa hal itu bisa terjadi. Sedangkan
“bagaimana” digunakan untuk menanyakan bagaimana kejadian itu terjadi.
Diperkuat pendapat Soehoet dalam Yunita (2013:23) dengan adanya unsur 5W+1H
dan pendapat Juwito dalam Indradini (2016:12) dengan adanya unsur 5W+1H pula.
Di dalam berita harus mengandung unsur 5W+1H untuk kelengkapan sebuah berita.
Keenam unsur tersebut harus ada di dalam sebuah berita.

9.a. Macam-macam Berita

Ada berbagai macam berita. Mulai dari berita yang disampaikan secara langsung
sampai berita yang disampaikan secara mendalam. Macam-macam berita itu sendiri
ada berita elementary, berita intermediate dan berita advance (Yunus dalam
Mutmainnah, 2016:22). Berita elementary meliputi straight news: laporan berita
langsung, yaitu berita yang berwujud laporan langsung dari suatu peristiwa atau
kejadian, biasanya menyajikan apa yang terjadi dalam waktu singkat dan dapat di
tulis dengan memenuhi unsur 5W + 1H. Dept news report: laporan berita
mendalam, laporan yang berwujud laporan fakta-fakta mengenai peristiwa yang
terjadi dan dikaitkan dengan fakta-fakta sebelum atau sesudah kejadian yang
mempengaruhinya. Comprehensive news: berita meneyeluruh, yaitu berita
mengenai suatu peristiwa dengan sajian fakta-fakta secara menyeluruh yang
ditinjau dari berbagai aspek yang mempengaruhinya. Berita intermediate meliputi,
interpretative news report: laporan berita interpretative, berita yang memfokuskan
pada peristiwa atau masalah yang bersifat kontroversial dengan dukungan fakta-
fakta yang ada dan menarik perhatian publik. Feature story report: laporan berita
khas, yaitu berita yang menyajikan informasi dan fakta menarik perhatian pembaca,
dengan gaya penulisan berbeda. Berita advance meliputi depth reporting: pelaporan
mendalam, yaitu laporan jurnalistik tentang suatu peristiwa/masalah aktual yang di
sajikan secara mendalam, tajam, lengkap dan utuh dengan tujuan agar pembaca
dapat mengetahui dari berbagai perspektif dan lengkap tentang suatu peristiwa yang
terjadi. Investigative report: pelaporan penyelidikan, yaitu berita yang
memfokuskan pada peristiwa yang controversial, seperti berita interpretatif.
Editorial news: berita editorial/tajuk, berita yang menyajikan pikiran institusi media
terhadap suatu peristiwa yang aktual dan layak mendapat perhatian publik.

9.b. Lanjutan Macam-macam Berita

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menyajikan sebuah berita.
Prinsip penyajian berita oleh semua wartawan atau reporter harus masuk akal, jelas,
hemat dan ekonomis, konsisten dan argumentatif, seimbang, narasumber punya
otoritas, patuhi azas praduga tak bersalah, perhatikan rumusan 5W+1H, hindari
kata-kata subjektif, enggel harus jelas, lead menarik, mudah dimengerti,
mengandung informasi baru, struktur harus rapi dan sistematis, cermat dan akurat,
pakai istilah yang tepat, dan terakhir jangan bohong (Zaenuddin dalam Henatisya,
dkk., 2016:161). Semua prinsip tersebut harus dipegang semua oleh wartawan
maupun reporter. Jika salah satu dari prinsip tersebut tidak ada, maka berita akan
utuh. Jangan sampai seorang wartawan atau reporter menggunakan berita bohong,
sumbernya tidak jelas, dan memaparkan berita secara subjektif tidak objektif.
Semua itu tidak boleh apalagi sampai berita tersebut tidak aktual, faktual, dan
membohongi publik. Berita harus bisa dipertanggungjawabkan oleh penulis berita.
Jika berita dibawakan secara langsung, maka harus diperhatikan unsur 5W+1H
supaya pendengar atau penyimak bisa menangkap isi berita yang disampaikan.
Berita yang baik harus dibawakan secara bagus dan mendalam.

10. Bagian Berita

Bagian berita ada judul, dateline, teras berita, dan isi berita. Judul merupakan
identitas berita yang bersifat provokatif, singkat, padat, dan baku. Berita memiliki
struktur berupa judul, judul sering dilengkapi dengan anak judul yang berguna
untuk menolong pembaca segera mengetahui peristiwa yang diberitakan dan
menonjolkan berita dengan dukungan teknik grafika. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan pembaca. Dateline terdiri dari dua jenis penulisan. Pertama, penulisan
nama media massa, tempat kejadian, dan tanggal kejadian. Kedua, penulisan nama
media massa dan tempat kejadian. Fungsi dateline adalah untuk menunjukkan
tempat kejadian dan inisial media massa. Lead atau teras berita merupakan unsur
berita yang paling penting. Lead biasanya ditulis pada paragraf pertama yang
melukiskan seluruh berita secara singkat. Body atau tubuh berita berisikan cerita
peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Pendapat
Haryanto dalam Yunita (2013:23), struktur berita disusun dengan piramida terbalik,
informasi utama berita disajikan pada paragraf pertama berita tersebut atau kepala
berita, paragraf selanjutnya berisi penjelasan yang terdapat dalam badan dan ekor
berita, 5W+1H ditemukan pada paragraf pertama. Ada pula pendapat dari Budiman
dalam Yunita (2013:24) struktur berita yaitu judul atau kepala berita, baris tanggal,
teras berita, tubuh berita. Pendapat dari Darmawan dalam Indradini (2016:13),
headline sering dilengkapi dengan anak judul yang berguna menolong pembaca
segera mengetahui peristiwa yang diberikan dan menonjolkan berita dengan
dukungan teknis grafik. Dateline, pertama untuk mengetahui nama media massa,
tempat kejadian, tanggal kejadian dan kedua, sebagai penulisan nama media massa
dan tempat kejadian. Fungsinya untuk menunjukkan tempat kejadian inisial di
media massa. Lead paling penting menunjukkan berita secara singkat. Body, bagian
ini berisi peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa yang singkat, jelas, dan padat.
11. Syarat Berita

Syarat berita harus akurat, maksudnya yaitu harus cermat, teliti, dan benar dalam
meliput berita. Selain itu, berita harus lengkap, adil, dan berimbang. Lengkap dalam
meliput berita, peristiwa kejadian tidak dikurang-kurangi, harus adil tidak memihak
sisi kanan atau sisi kiri, dan berimbang atau seimbang. Objektif dalam meliput
berita sesuai dengan peristiwa apa adanya. Tidak dikurangi atau ditambah-tambahi.
Berita harus ringkas dan jelas supaya isi bisa dipahami oleh pembaca. Gaya
jurnalistik yang bagus yaitu gaya penulisan mempunyai ciri khas sendiri-sendiri.
Baik dari susunan kata, bahasa, maupun strukturnya. Memilih kata-kata yang dekat
dengan pembaca. Menurut Harjasujana dalam Raharjo, dkk. (2017:240) semakin
panjang kalimat dan semakin panjang kata-kata yang digunakan dalam menyusun
kalimat pada sebuah paragraf, wacana tersebut akan sulit dipahami. Paragraf dan
kata-kata yang digunakan sebaiknya tidak panjang supaya mudah dipahami
pembaca. Sedangkan menurut Rahmawati dalam Harsono, dkk. (2012:56) membuat
berita juga harus memahami aturan-aturan gramatikal, subjek, kata kerja, kata ganti
benda, kata penghubung, dan lainnya merekam ide utama uyang dinyatakan secara
eksplisit dan pengetahuan tentang urutan informasi yang disajikan dalam wacana.
Hal itu harus diperhatikan supaya penyimak dengan mudah menerima informasi
yang disampaikan. Berita juga harus hangat yaitu berita yang baru saja terjadi
kemudian diliput atau bisa dikatakan berita update.

12. Sumber Berita

Sumber berita harus benar-benar nyata sesuai dengan kejadian yang dialami.
Tidak boleh mengarang atau semaunya sendiri dalam menerapkan sumber. Sumber
berita bisa dari peristiwa atau kejadian yang dialami pada saat meliput berita.
Peristiwa-peristiwa tersebut di tulis secara lengkap sebagai sumbernya sebagai
bahan menulis berita. Selain itu bisa juga dari manusia sebagai narasumber. Dalam
mencari bahan berita harus benar-benar lengkap sehingga apabila berita tersebut
disimak oleh orang, orang tersebut bisa paham isi berita yang disampaikan dan
tujuan dari menyimak berita tersebut berhasil. Hal ini diperkuat dari pendapat
Soehoet dalam Yunita (2013:24) sumber tersebut meliputi peristiwa, contohnya
gempa, pertandingan olahraga, banjir, sidang kabinet, dan sebagainya. Sumber lain
bisa dari manusia yaitu pendapat manusia sengenai suatu peristiwa yang disaksikan
dan pendapat manusia mengenai suatu peristiwa yang tidak disaksikan. Sumber
tersebut harus bisa dipertanggungjawabkan dan harus relevan. Berita bisa
mengambil sumber dari peristiwa di masyarakat sekitar. Kejadian apapun yang
terjadi di masyarakat bisa dijadikan sumber berita. Chaer dalam Octaviani,
2016:486, berita merupakan suatu peristiwa atau kejadian di dalam masyarakat, lalu
kejadian atau peristiwa itu diulangi dalam bentuk kata-kata yang disiarkan secara
tertulis dalam media tulis (surat kabar, majalah, dll), dalam media suara (radio),
atau dalam media suara dan gambar (televisi). Peristiwa di dalam masyarakat
tersebut bisa dijadikan berita dengan narasumber yang terlibat atau mengetahui
peristiwa tersebut dan disajikan dengan unsur berita lengkap.

13. Jenis atau Bentuk Wacana yang Dipergunakan dalam Tes Kemampuan
Menyimak

Bentuk wacana yang dipergunakan dalam tes kemampuan menyimak bisa


berupa pertanyaan-pertanyaan singkat. Siswa menyimak berita kemudian diberi
pertanyaan-pertanyaan singkat. Apabila semua jawaban bisa dijawab berarti tujuan
dari menyimak berita tersebut berhasil. Bisa dengan dialog. Penyimak menyimak
isi dialog yang dibicarakan. Kemudian menuliskan kembali isi dialog dan
dilaporkan secara lisan.Selain itu, bisa juga dengan ceramah. Penyimak bisa
menyimak isi ceramah yang disampaikan. Bisa juga dengan mendengarkan berita
secara langsung, penyimak menyimak isi berita. Apabila semua itu berhasil maka
tujuan dari menyimak juga berhasil. Bentuk lain dari menyimak berita bisa dengan
khotbah. Menurut Ma’ruf dalam Saddhono (2012:72) khotbah hari raya, khotbah
gerhana, khotbah permintaan hujan, disampaikan sesudah salat, sedangkan khotbah
Jumat disampaikan sebelum salat. Khotbah ini bisa dijadikan tugas menyimak
supaya peserta didik benar-benar memperhatikan dan memahami khotbah tersebut
dan bisa mengungkapkan atau menyampaikan kembali isi khotbah tersebut. Guru
juga harus melatih peserta didik untuk memiliki rasa ingin tahu setiap ilmu yang
didapat, melatih kejujuran, tanggung jawab, dan lain sebagainya terutama
kemandirian dalam mengerjakan tes. Nilai yang perlu dikembangkan dalam
pendidikan karakter meliputi nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan
sosial, dan tanggung jawab (Hafid, dkk. dalam Wulandari, dkk., (2014:5). Dalam
pembelajaran menyimak atau dalam pengerjaan tes menyimak, peserta didik harus
menerapkan karakter tersebut. Penerapan karakter dalam sebuah tes menyimak
berita akan memudahkan siswa dalam menyimak serta melatih diri untuk tanggung
jawab terhadap hasil simakan.
DAFTAR REFERENSI

Aditama, R.M. (2008). Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita Melalui Media


Audio dengan Teknik Learning and Making Note pada Siswa Kelas VII A SMP
Muhammadiyah 04 Sukorejo Kendal. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri
Semarang.

Anggeraini, L.G. (2014). Penerapan Metode Quantum Catat Tulis Susun dalam
Peningkatan Kemampuan Menyimak Berita Siswa Kelas VIII H SMPN 11 Kota
Bengkulu Tahun Ajaran 2013/2014. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Bengkulu.

Aryani, D. (2016). Pemanfaatan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Kemampuan


Menyimak Berita Siswa Kelas VII A SMP Tamansiswa Telukbetung Bandarlampung
Tahun Pembelajaran 2015/2016. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Lampung.

Azizah, N. (2014). Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Penerapan Metode


Bercerita pada Siswa Kelas 2 SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun
Pelajaran 2013/2014. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Uiversitas Islam
Negeri Syarif Hidayatulloh. Jakarta.

Bahrani, T. dan Tan, S.S. (2011). The Role of Audiovisual Mass Media News in
Language Learning. Journal English Language Teaching. 4(2): 260-266. Doi:
10.5539/elt.v4n2p260

Berlian, Y. (2014). Analisis Faktor Layak Berita pada Portal Berita Antara Bengkulu.
Fakultas Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Bengkulu.

Cross, J. (2009). Effects of Listening Strategy Instruction on News Video Text


Comprehension. Journal Language Teaching Research. 13(2): 151-176.
Fransiska, C. (2013). Peningkatan Kemampuan Menyimak Isi Cerita dengan
Menggunakan Media Audio Storytelling Terekam di Kelas V SDN 3 Panarung
Palangka Raya. Jurnal Pendidikan Humaniora 1(3): 289-297.

Harsono, A.S.R., Fuady, A., dan Saddhono, K. (2012). Pengaruh Strategi Know Want to
Learn (KWL) dan Minat Membaca Terhadap Kemampuan Membaca Intensif Siswa
SMP Negeri di Temanggung. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia, dan
Pengajarannya. 1(1): 53-64.

Henatisya, Herman, A. Akifah, A. (2016). Penerapan Bahasa Jurnalistik dalam


Penulisan Naskah Siaran Berita Sulteng Faktual di LPP TVRI Sulteng. Kanal
(Jurnal Ilmu Komunikasi). 4(2): 157-170.

Hidayatullah, F., Ermawati, A., dan Yulianti, R. (2018). Korelasi Keterampilan


Menyimak Berita dengan Keterampilan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 2 Batusangkar. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 7(4): 44-51.

Indradini, R.H. (2016). Hubungan antara Kebiasaan Menyimak Berita dan Membaca
Surat Kabar dengan Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VIII SMPN 1
Pakem. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Yogyakarta.

Jumiran. (2014). Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita Melalui Metode


Cooperative Script pada Siswa Kelas VII A MTs Muhammadiyah 2 Tulakan
Kabupaten Pacitan. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Yogyakarta.

Junaedi, M.A. (2016). Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Bululawang Kabupaten Malang dengan Media Audio Visual dan
Pengintegrasian Strategi Metakognitif. Jurnal Nosi. 4(1): 57-67.

Mustikasari, D. I. (2014). Peningkatan Kemampuan Menyimak Berita dengan Teknik


Dua Tinggal Dua Tamu dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X di SMA N 1
Depok, Sleman, Yogyakarta. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri
Yogyakarta.

Mutmainnah, S. (2016). Strategi Penyajian Berita pada Portal Fajar Online.Com.


Fakultas Dakwah dan Komunikasi. UIN Alauddin. Makassar.
Nurhidayah. (2015). Pelaksanaan Kegiatan Pramenyimak dan Pascamenyimak dalam
Praktik Menyimak Kuliah Mahasiswa PBSI FBS UNY. Jurnal Diksi. 23(1): 49-55.

O’Brien, H.L. (2017). Antecedents and Learning Outcomes of Online News


Engagement. Journal of the Association for Information Science and Technology.
68(12): 2809-2820. Doi: 10.1002/asi

Octaviani, W. Ellya, R., dan Zulfikarni. (2016). Kontribusi Keterampilan Menyimak


Berita Terhadap Keterampilan Menulis Berita. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. 5(2): 484-492.

Parjiyem. (2016). Peningkatan Menyimak Berita dengan Pendekatan Kooperatif Tipe


Concept Sentence dan Teknik Mind Mapping pada Siswa SD. Jurnal Pendidikan
Ilmiah. 3(8):143-149.

Pebriana, U., Dyah, W.W.E., dan Frendy, A.F. (2017). Peningkatan Keterampilan
Menyimak Melalui Model Pembelajaran Artikulasi dan Media Boneka Tangan pada
Pembelajaran Tematik Kelas 1 SDN Pejok II Kedungadem Bojonegoro. Jurnal
Pemikiran dan Pengembangan SD. 5(2): 766-772.

Prawati, I. (2010). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menyimak dengan Pendekatan


Quantum Learning Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar Tahun Pelajaran
2009/2010. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.

Raharjo, Y.M., Suwandi, S. dan Saddhono, K. (2017). Kelayakan Buku Ajar Bahasa
Indonesia Kelas VII Wahana Pengetahuan. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra
Indonesia, dan Pengajarannya. 5(2): 234-246.

Retnaningsih, E., Nas, H., dan Deby, L. (2013). Peningkatan Menyimak Dongeng
Menggunakan Media Audio dengan Strategi Membangkitkan Rasa Ingin Tahu pada
Siswa Kelas VII A. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2(1): 1-8.

Ridwan, M.H. (2017). Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita dengan Media


Audio Visual Siswa SMP Plus Darussalam Blok Agung Banyuwangi. Jurnal
Darussalam; Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam. 9(1): 32-
49.

Saddhono, K. (2012). Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Bandung:


Karya Putra Darwati.

___________. (2012). Bentuk dan Fungsi Kode dalam Wacana Khotbah Jumat (Studi
Kasus di Kota Surakarta). Jurnal Adabiyyat. 11(1): 71-92.

Susanti, W. (2016). Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Melalui


Penggunaan Media Film Animasi. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 5(9):
904-912.

Sweeney, C., Eleanor, O., dan Marian, M. (2015). Keeping it Real: Exploring an
Interdisciplinary Breaking Bad News Role-Play as an Integrative Learning
Opportunity. Journal of the Scholarship of Teaching and Learning. 15(2): 14-32.
Doi: 10.14434/josotl.v15i2.13262

Tarigan. H.G. (1987). Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Penerbit Angkasa.

Upheksa, E. (2013). Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Metode Bercerita


pada Anak Kelompok B2 TK Islam Darul Muttaqin Kecamatan Purworejo
Kabupaten Purworejo. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.

Wulandari, R. Saddhono, K. dan Rohmadi, M. (2014). Analisis Buku Humor Politik


Pak Presiden, Buatlah Rakyat Stres Karya Edy Sumartono: Kajian Pragmatik dan
Nilai-Nilai Pendidikan. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia, dan
Pengajarannya. 2(3):1-19.

Yunita, M. (2013). Peningkatan Kemampuan Menyimak Berita dengan Menggunakan


Strategi Listening Teams pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Kalasan Yogyakarta.
Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai