Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Media Berbasis TI
Dosen Pengampu : Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum.
Disusun Oleh:
K1217052 / B
SURAKARTA
2019
KETERAMPILAN MENYIMAK UNSUR-UNSUR PEMBANGUN
1. Pengertian Menyimak
Dalam kehidupan sehari-hari menyimak menjadi salah satu keterampilan berbahasa
yang sangat penting dibandingkan dengan keterampilan yang lain. Hal ini dikarenakan
menyimak termasuk keterampilan awal yang lebih dahulu dilaksanakan sebelum berbicara,
membaca, dan menulis. Menyimak adalah kemampuan memahami suatu pesan yang
disampaikan oleh pembicara. Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang bunyi dengan penuh pemahaman, perhatian, serta interpretasi yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan informasi, memahami dan
menangkap isi pesan, serta merespon makna yang disampaikan pembicara. Saddhono dan
Slamet (2012:8) menyimak (listening) dikatakan sebagai kegiatan berbahasa reseptif dalam
suatu kegiatan bercakap-cakap (talking) dengan medium dengar (aural) maupun medium
pandang (visual). Anderson menyatakan menyimak sebagai proses besar mendengarkan,
mengenal, serta, menginterspretasikan lambang-lambang lisan. Menyimak bermakna
mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi (Russel & Russell;
Anderson dalam Tarigan 2008:30). Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi
untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi
yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan 2008:31).
Kamidjan dan Suyono mengemukakan menyimak adalah suatu proses mendengarkan
lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh-sungguh penuh perhatian, pemahaman,
apresiatif yang dapat disertai dengan pemahaman makna komunikasi yang disampaikan
secara nonverbal (Antoro, 2015).
Akhadiah mengungkapakan kata “menyimak” dalam bahasa Indonesia memiliki
kemiripan makna dengan “mendengar” dan “mendengarkan”. Oleh karena itu, ketiga istilah
itu sering menimbulkan kekacauan pemahaman, bahkan sering dianggap sama sehingga
dipergunakan secara bergantian. Bahkan Kridalaksana menggunakan istilah mendengar untuk
istilah menyimak, sebagai terjemahan listening (Ngalimun dan Alfulaila 2014:130). Ketiga
istilah tersebut memang agak berkaitan dengan makna. Namun, tetap berbeda dalam
penerapan dan penggunaanya. Moeliono menjelaskan mendengar diartikan sebagai
menangkap bunyi dengan suara dengan telinga. Mendengarkan berarti menangkap sesuatu
bunyi dengan sungguh-sungguh. Berbeda halnya dengan menyimak. Menyimak berarti
memperhatikan bai-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang (Saddhono dan Slamet
2012:8).
2. Tujuan Menyimak
Hakikat Menyimak adalah mendengarkan dan memahami isi bahan yang disimak.
Dalam menyimak memiliki tujuan, antara lain untuk memperoleh informasi, menemukan
kata-kata atau ide baru, membedakan struktur kalimat, memecahkan masalah, menilai sesuatu
yang disimak (mengevaluasi), dan mengomunikasikan gagasan pokok pikiran. Fungsi utama
bahasa adalah sebagai alat komunikasi di dalam masyarakat (Saddhono, 2012). Dengan
menyimak, maka akan mempermudah dalam mengomunikasikan apa yang menjadi pokok
pikiran dalam bermasyarakat. Hunt menyatakan bahwa tujuan menyimak adalah : (1) Untuk
memperoleh informasi yang bersangkut paut dengan pekerjaan profesi. (2) Agar menjadi
lebih efektif dalam hubungan antarpribadi dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat
kerja, dan di dalam kehidupan bermasyarakat (3) Untuk mengumpulkan data agar dapat
mebuat kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal dan, (4) Agar dapat memberikan respons
yang tepat terhadap segala sesuatu yang didengar (Saddhono dan Slamet 2012 :13).
Sedangkan Anderson mengatakan bahwa tujuan menyimak adalah sebagai berikut : (1) Untuk
membedakan dan menemukan unsur-unsur fonetik dan struktur kalimat lisan. (2) Untuk
menemukan dan memperkenalkan bunyi-bunyi, kata-kata atau ide-ide baru kepeda penyimak.
(3)Menyimak secara terperenci agar dapat menginterpretasikan ide pokok dan menanggapinya
secara tepat. (4) Menyimak ide utama yang diyantakan dalam kalimat topik atau kalimat
penunjuk (Maradonah, 2017).
Tujuan menyimak menurut Logan dan Shrope : (1) Ada orang yang menyimak dengan
tujuan utama agar dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara; dengan
perkataan lain, menyimak untuk belajar. (2) Ada orang yang menyimak dengan penekanan
pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau diperdengarkan atau
dipergelarkan (terutama sekali dalam bidang seni); pendeknya dia menyimak untuk
menikmati keindahan audio maupun visual (audiovisual). (3) Ada orang yang menyimak
dengan maksud agar dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-
ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain); singkatnya, menyimak untuk mengevaluasi. (4) Ada
orang menyimak agar dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimak itu (misalnya:
pembaca cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan); pendek
kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan. (5) Ada orang yang
menyimak dengan maksud agar dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun
perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Banyak contoh dan ide yang
dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan bahan penting untuk
menunjang dalam mengomunikasikan ide-idenya sendiri. (6) Ada pula orang yang menyimak
dengan maksud dan tujuan agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi
yang membedakan arti (distingtif) mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya ini
terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan
ujaran pembicara asli (native speaker). (7) Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud
agar dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara
mungkin memperoleh banyak masukan berharga. (8) Selanjutnya ada lagi orang yang tekun
menyimak sang pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat
yang selama ini diragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif. Sutari
menyatakan tujuan menyimak adalah : (1) mendapatkan fakta (2) menganalisis fakta (3)
mengevaluasi fakta (4) mendapatkan inspirasi (5) mendapatkan hiburan (6) memperbaiki
kemampuan berbicara (Rosdia, 2016).
4. Tahapan Menyimak
Menyimak merupakan suatu kegiatan berbahasa yang berarti mendengarkan untuk
memperoleh informasi melalui sebuah proses atau tahapan-tahapan. Menyimak cerita terdapat
tahapan-tahapan mendengarkan, mengerti/memahami, tahap menginterpretasi, tahap menilai,
dan tahap menanggapi terhadap cerita yang dibacakan. Hunt mengatakan bahwa tahap-tahap
dalam menyimak antara lain: (1) Tahap isolasi. Pada tahap ini sang menyimak mencatat
aspek-aspek individual kata lisan dan memisah-misahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi,
ide-ide, fakta-fakta, organisasi-organisasi khusus, begitupula stimulus-stimulus lainnya. (2)
Tahap identifikas. Sekali stimulus tertentu telah dapat dikenal maka suatu makna, atau
identitas pun diberikan kepada setiap butir yang berdikari itu. (3) Tahap integrase.
Mengintegrasikan atau menyatukan pasukan apa yang didengar dengan informasi lain yang
telah disimpan dan rekam dalam otak. (4) Tahap inspeksi. Pada tahap ini informasi baru yang
telah diterima dikontraskan dan dibandingkan dengan segala informasi yang telah dimiliki
mengenai hal-hal tersebut. (5) Tahap interprestasi. Pada tahap ini, secara aktif mengevaluasi
apa-apa yang didengar dan menelusuri dari mana datangnya semua itu. (6) Tahap interpolasi.
Selama tidak ada pesan yang membawa makna dalam dan mengenai informasi, maka
tanggung jawab kitalah untuk menyediakan serta memberi data-data dan ide-ide penunjang
dari latar belakang pengetahuan dan pengalaman kita sendiri untuk mengisi serta memenuhi
butir-butir pesan yang kita dengar. (7) Tahap introspeksi. Dengan cara merefleksikan dan
menguji informasi baru, kita berupaya untuk mempersonilkan informasikan informasi
tersebut, menerapkannya pada situasi kita sendiri (Maradonah, 2017).
Logan dkk membagi tahapan menyimak mejadi beberapa tahapan sebagai berikut: (1)
Tahap mendengarkan (hearing), pada tahap ini penyimak baru mendengarkan pembicaraan
seseorang. (2) Tahap memahami (understanding), setelah mendengarkan suatu tuturan atau
pembicaraan, penyimak melalukan tahap yang lebih tinggi yakni memahami apa yang
disampaikan oleh pembicara. (3) Tahap menginterpretasi, pada tahap ini si penyimak akan
melakukan interpretasi, penafsiran terhadap fakta yang disimaknya. Seorang penyimak yang
baik tidak bisa menerima begitu saja apa yang didengarnya tetapi harus ditafsirkan terlebih
dahulu sebelum memutuskan untuk mengikuti apa yang disimaknya. (4) Tahap menilai
(evaluating), setelah memahami, menafsirkan isi pembicaraan, penyimak melanjutkan ke
tahap penilaian gagasan yang dikemukakan pembicara. Dalam tahap penilaian ini, penyimak
sudah menimbang kelemahan, kelebihan apa yang dituturkan seseorang dengan berbagai
acuan atau standar yang telah ditetapkan penyimak. (5) Tahap menanggapi (responding),
merupakan tahap yang paling tinggi dalam proses menyimak di mana penyimak menyambut,
mencamkan, menyerap melalui empat proses sebelumnya. Dengan demikian pada tahap
menanggapi ini merupakan tahap memutuskan untuk diterima atau ditolah apa yang sudah
disimak (Tarigan, 2008:63).
8. Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin dan bentuk jamak dari bahasa latin medium yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Fungsi media pembelajaran ialah memberikan
kesempatan berasosiasi kepada peserta didik untuk memperoleh serta memperkaya
pengetahuan dengan menggunakan berbagai alat, buku, narasumber, atau tempat, dan dapat
meningkatkan perkembangan peserta didik dalam berbahasa melalui komunikasi dengan
mereka yang berhubungan dengan hal-hal berkaitan sumber belajar. Gagne menyatakan
bahwa media adalah adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar (Lagandesa dkk, 2016). Sementara Sadiman, dkk (2007:9)
menyatakan media ialah perantara atau pengantar pesan pengirim ke penerima pesan, segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian
rupa sehinga proses belajar terjadi. Wiwi menyatakan bahwa penggunaan media dalam proses
belajar mengajar secara garis besar adalah alat untuk memperjelas materi pembelajaran pada
saat guru menyampaikan pelajaran (Fransiska, 2013). Penggunaan dari media dalam proses
pembelajaran adalah untuk dapat menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan
dapat dilihat (visual), sehingga dapat mendeskripsikan prinsip, konsep, proses atau prosedur
yang bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap (Octavian, 2014).
Fungsi media berguna sebagai alat bantu visual dalam kegiatan pembelajaran, yaitu
sebagai sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa di antaranya untuk
mendorong motivasi belajar, mempermudah dan memperjelas konsep yang abstrak, serta
mempertinggi daya serap atau retensi belajar. Hamalik mengatakan ada fungsi media
pembelajaran, di antaranya: (1) mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para
peserta didik, (2) dapat melampau batasan ruang kelas, (3) memungkinkan adanya interaksi
langsung antara peserta didik dengan lingkungannya, (4) dapat menanam konsep dasar yang
benar, konkret, dan realitas. Kegunaan media dalam proses pembelajaran adalah peserta didik
dapat menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada saat lampau. Peranan
media tidak akan terlihat jelas apabila penggunaannya tidak sejalan dengan isi tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan, karena tujuan pembelajaran harus sebagai pangkal
acuan untuk menggunakan media. Sudjana dkk menyatakan tentang tujuan pemanfaatan
media adalah (1) pengajaran akan lebih perhatian peserta didik sehingga dapat menimbulkan
motivasi, (2) bahan akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami, (3) metode
belajar akan lebih bervariasi, dan (4) peserta didik akan lebih banyak melakukan kegiatan
belajar (Wulandari, 2013).
9. Media Film
Film adalah alat penghungung berupa gambar hidup yang merupaka gambar-gambar
dalam frame yang dapat dipandang mata dan didengar telinga untuk mempengaruhi pikiran
mereka. Film dapat membantu siswa lebih mudah dalam mengikuti pembelajara menyimak,
karena dengan adanya media film akan lebih menarik untuk disimak dengan adanya gambar-
gambar hidup, yang memudahkan merangsang mata dan telinga untuk mempengaruhi pikiran.
Arsyad mengemukakan film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di
mana frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar
terlihat gambar itu hidup. Hamalik menjelaskan film adalah gambar hidup yang terlihat pada
gambar. Gambar yang terlihat tersebut merupakan hasil proyeksi melalui lensa proyektor
secara mekanis. Film itu bergerak dari frame ke frame di depan lensa pada layar, gambar-
gambar itu juga secara cepat bergantian dan memberikan proses visual yang kontinyu di
antara gambar demi gambar tak ada celah-celah, bergerak dengan cepat dan pada layar terlihat
gambar-gambar yang berurutan dan melukiskan suatu peristiwa, cerita-cerita, benda-benda,
dan murni seperti pada aslinya (Antoro, 2015). Kemp dan Dayton menuturkan media film
merupakan media audio-visual yang memiliki keindahan efek suara dan gambar yang
bergerak mampu melahirkan minat dan ketertarikan seseorang yang bersifat aktif dan
penasaran untuk melihatnya atau memperhatikannya dengan nyaman (Faradinna, 2018).
Munadi mengatakan film adalah alat komunikasi yang sangat membantu proses pembelajaran
efektif. Apa yang terpandang oleh mata dan terdengar oleh telinga, lebih cepat dan lebih
mudah diingat daripada apa yang hanya dapat dibaca atau hanya di dengar. Sementara
menurut Triantin menyatakan media film adalah alat penghubung yang berupa film; media
massa alat komunikasi seperti radio, televisi, surat kabar, majalah yang memberikan
penerangan kepada orang banyak (massa) dan mempengaruhi pikiran mereka (Widiani,
2018).
Sanjaya berpendapat mengenai keuntungan menggunakan media audiovisual (film),
yaitu: 1) dapat memberikan pengalaman belajar yang tidak mungkin dapat dipelajari secara
langsung; 2) memungkinkan belajar lebih bervariatif sehingga dapat menambah motivasi dan
gairah belajar; 3) dapat berfungsi sebagai sumber belajar secara mandiri tanpa sepenuhnya
tergantung pada kehadiran guru (Andyani dkk, 2016). Hamalik mengemukakan bahwa ciri-
ciri film yang layak digunakan sebagai media pembelajaran sebagai berikut: (1) dapat
menarik minat siswa, (2) benar dan autentik, (3) up to date dalam setting, pakaian, dan
lingkungan, (4) sesuai dengan tingkat kematangan audiens, (5) perbendaharaan bahasa yang
digunakan benar, (6) kesatuan dan rangkaiannya cukup teratur, dan (7) teknis yang digunakan
cukup memenuhi persayaratan dan cukup memuaskan (Astuti dan Mustadi, 2014).