Anda di halaman 1dari 9

Penelitian

KENDALA PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK


DI KELAS RENDAH SEKOLAH DASAR
Sukiniarti
e-mail: kuniarti@ut.ac.id
Universitas Terbuka
Abstrak: Penerapan pembelajaran tematik pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diterapkan
di Sekolah Dasar kelas rendah (kelas I, 2, dan 3). Namun pada Kurikulum 2013 pembelajaran tematik
diterapkan di setiap jenjang tingkatan kelas mulai dari kelas 1 SD hingga kelas 6 SD, bahkan sampai
jenjang sekolah menengah. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi guru
SD kelas rendah dalam mengembangkan RPP, memilih media, dan metode pembelajaran tematik yang
tepat, serta pada saat menerapkan pembelajaran tematik di kelas rendah. Penelitian yang merupakan
penelitian kualitatif ini dilaksanakan April sampai dengan Juli 2012. Subjek penelitian ini adalah guru
kelas rendah di SD Negeri Pulau Bangka di Provinsi Bangka Belitung. Pengumpulan data dilakukan
melalui kuesioner, wawancara, observasi dan kajian dokumentasi atas RPP yang dibuat oleh guru. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kendala yang dialami meliputi: (1) sebagian besar guru menganggap lebih
sulit mengembangkan RPP tematik dibanding dengan RPP bidang studi terutama dalam menentukan
metode, dan dalam menyusun soal evaluasi; (2) seluruh guru menganggap sulit menentukan media dari
setiap tema yang telah ditentukan; (3) sebagian besar guru untuk menentukan tema dengan metode yang
tepat, masih harus mendiskusikannya dengan sesama teman guru. Dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa penerapan pembelajaran tematik di SD kelas rendah akan mengalami kendala apabila guru tidak
bersikap kreatif, dan apabila tidak memiliki pemahaman yang luas tentang tema yang dipilih dalam
kaitannya dengan mata pelajaran yang dipadukan.

Kata kunci: kendala, penerapan pembelajaran tematik, kelas rendah.

CONSTRAINTS ON THE IMPLEMENTATION OF THE THEMATIC


LEARNING AT THE LOWER GRADES OF PRIMARY SCHOOL
Abstract: Based on the curriculum of the unit level of education or school-based curriculum (KTSP), the thematic
learning is designed to be implemented at the lower grades of primary school, namely grade 1, 2, and 3. However,
in the Curriculum of 2013 the thematic learning is designed to be applied at all grades from 1st grade to the 6th
grade, and even at the higher school levels. The purpose of this study was to describe the constraints faced by the
lower grade elementary school teachers in developing the lesson plans, selecting the media, and deciding on the
use of the appropriate thematic learning methods. Moreover, this study was to describe the constraints in imple-
menting the thematic learning in the lower grade classrooms. The subjects of this qualitative research were lower
grade teachers of elementary school in Bangka Belitung province. The data were collected through questionnaires,
interviews, observation, and review of lesson plan documents formulated by the teachers. The results showed, the
constraints experienced by the teachers included the difficulty in developing the thematic lesson plan, determining
the method, selecting the media, and preparing the evaluation tools. From this study it can be concluded that the
application of the thematic learning in lower grades will experience problems if the teachers are not creative and do
not have a broad understanding of the selected theme in relation to the subjects combined.

Keywords: constraints, the application of thematic learning, the lower grades.


maupun kuantitas. Pendidikan di Indonesia telah
PENDAHULUAN mengalami perubahan kurikulum secara berulangkali
Perjalanan pendidikan di Indonesia, hingga saat hingga tahun 2004 yang terkenal dengan Kurikulum
ini belum bisa mengatasi sejumlah persoalan makro dan Berbasis Kompetensi (KBK), berikutnya pada tahun
mikro yang melingkupinya. Beberapa permasalahan 2006 yang disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan
besar yang belum mampu untuk diatasi diantaranya Pendidikan (KTSP). Dengan dikeluarkannya kebijakan
adalah persoalan yang menyangkut guru, kurikulum, tentang otonomi daerah yang telah memberikan
sarana dan prasarana pendidikan. Persoalan yang kebebasan ruang gerak yang luas kepada lembaga
berkenaan dengan faktor guru mencakup segi kualitas pendidikan khususnya sekolah dasar dalam mengelola
120 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No.2 Oktober 2014
Kendala Penerapan Pembelajaran ...

sumber daya yang ada, dengan cara mengalokasikan Panduan pembelajaran tematik dalam KTSP
seluruh potensi dan prioritas sehingga mampu dari Depdiknas 2006 mengungkapkan bahwa
melakukan terobosan-terobosan sistem pembelajaran pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk
yang lebih inovatif dan kreatif, salah satunya adalah mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai,
upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran di atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif
sekolah dasar khususnya pada kelas rendah yaitu dengan menggunakan tema. Dari pernyataan tersebut
dengan melakukan pembelajaran tematik. dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik
Pembelajaran model ini akan lebih menarik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk
dan bermakna bagi anak karena model pembelajaran memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan,
tematik menyajikan tema-tema pembelajaran yang terutama untuk mengimbangi padatnya materi
lebih aktual dan kontekstual dalam kehidupan sehari- kurikulum. Disamping itu pembelajaran tematik akan
hari. Namun demikian masih banyak pihak yang memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih
belum memahami dan mampu menerapkan model menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa
ini secara baik. dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek
bermakna bagi siswa, dan lebih menekankan pada kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
penerapan konsep belajar secara utuh tidak terpisah- Sejak diberlakukannya kurikulum Tingkat
pisah. Oleh karena itu, guru harus merancang Satuan Pendidikan (KTSP), Diknas Pendidikan
pengalaman belajar yang akan mempengaruhi menghimbau kelas 1 sampai kelas 3 SD untuk
kebermaknaan belajar siswa dan menunjukkan adanya menerapkan pembelajaran tematik. Alasan pemerintah
kaitan unsur-unsur konseptual yang menjadikan untuk menerapkan pembelajaran tematik antara
proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual lain: (1) pola pikiran anak masih holistik artinya
antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk usia siswa sekitar 7 – 10 tahun pola pemikirannya
skema, sehingga siswa memperoleh keutuhan dan masih satu kesatuan, (2) usia siswa SD masih bersifat
kebulatan pengetahuan. Penerapan pembelajaran operasional kongkrit. Menurut Jean Piaget bahwa pada
tematik di sekolah dasar akan sangat membantu usia tersebut masih butuh alat peraga (media) yang
siswa, hal ini dapat dilihat dari tahap perkembangan kongkrit (nyata) untuk menjelaskan suatu konsep; (3)
siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu saat proses belajar untuk mengenal suatu konsep tentu
keutuhan. tidak lepas dari kehidupan yang paling dekat dengan
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran lingkungan siswa, oleh karenanya melalui payung
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan tema yang sesuai dengan tahapan perkembangan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan anak, pembelajaran menjadi lebih bermakna, sehingga
pengalaman yang bermakna serta memberikan kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD
keuntungan bagi siswa, diantaranya: (a) mudah sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik.
memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; Namun dalam pelaksanaannya masih banyak kendala
(b) mampu mempelajari pengetahuan dan yang dialami guru sehingga guru enggan menerapkan
mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar pembelajaran dengan pendekatan tematik. Hal ini
mata pelajaran dalam tema yang sama; (c) pemahaman terjadi hampir di seluruh sekolah dasar di Indonesia.
terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan Mereka membuat RPP mengikuti standar kompetensi
berkesan; (d) kompetensi dasar dapat dikembangkan pembelajaran tematik, tapi pelaksanaan pembelajaran
lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain masih terpisah-pisah, misalnya pertemuan pertama
dengan pengalaman pribadi siswa; (e) lebih merasakan membahas IPA, pertemuan kedua membahas
manfaat dari belajar karena materi disajikan dalam matematika, pertemuan ketiga membahas IPS, begitu
konteks tema yang jelas; (f) lebih bergairah belajar seterusnya. Hal seperti ini sama dengan informasi
karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk yang diterima penulis dari guru-guru SD yang masih
memgembangkan suatu kemampuan dalam satu mata berpendidikan D2 PGSD dan sedang melanjutkan ke
pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain; S1 PGSD.
(g) dapat menghemat waktu karena mata pelajaran Indah Lestari (2012) dalam artikelnya dikatakan
yang disajikan dapat dipersiapkan sekaligus diberikan bahwa kendala penerapan pembelajaran tematik yang
dalam dua atau tiga kali pertemuan, sedangkan dialami oleh guru dikarenakan guru belum memahami
selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial dengan baik tentang pembelajaran tematik, sehingga
dan pengayaan. kemampuan untuk menerapkan model pembelajaran

Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No. 2 Oktober 2014 121


Kendala Penerapan Pembelajaran ...

tematik terbatas. Tim Pengembang PGSD (1997), terdapat tiga (3) model
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis pembelajaran terpadu yang paling relevan diterapkan
tertarik melakukan penelitian tentang penerapan di sekolah dasar, yaitu model jaring laba-laba (webbing),
pembelajaran tematik yang nampaknya masih banyak model keterhubungan (connected), model keterpaduan
tantangan yang harus dihadapi. Tepatnya di Sekolah (integrated). Hernawan (2009:1.5) mengungkapkan
Dasar Pulau Bangka Kepulauan Bangka Belitung. Oleh bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran
karenanya penulis ingin mengajukan permasalahan yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai
sebagai berikut. pusat perhatian (center of interest) yang digunakan
Kendala apakah yang dihadapi guru SD kelas untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik
rendah, pada saat: (1) mengembangkan RPP tematik? yang berasal dari mata pelajaran yang bersangkutan
; (2) cara memilih media yang tepat dengan tema yang maupun dari mata pelajaran lainnya. Drake & Burns
dipilih dalam pembelajaran tematik?; (3) memilih tema (2004:8) membedakan tiga pendekatan kurikulum
dalam pembelajaran tematik?; dan (4) menerapkan terpadu yaitu multidisciplinary, interdisciplinary,
pembelajaran tematik di kelas rendah? dan transdisciplinary. Pendekatan multimatapelajaran
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan terutama fokus pada mata pelajaran.
kendala yang dihadapi guru SD kelas rendah, Penggunaan pendekatan ini dilakukan dengan
pada saat mengembangkan RPP tematik, cara mengorganisasi standar dari matapelajaran di sekitar
memilih media yang tepat dengan tema yang dipilih sebuah tema. Pendekatan Antar-matapelajaran
dalam pembelajaran tematik, memilih tema dalam (interdisciplinary), adalah bentuk pembelajaran yang
pembelajaran tematik, dan pada saat menerapkan yang menggambungkan sebuah mata pelajaran dalam
pembelajaran tematik di SD kelas rendah Pulau sebuah tema. Kegiatan pembelajaran berlangsung
Bangka. dalam waktu yang bersamaan. Pendekatan
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini transdisiplinari dilakukan dengan membangun
adalah: (1) semua guru SD yang mengajar di kelas kurikulum di sekitar pertanyaan dan perhatian siswa.
rendah (kelas 1, 2, dan 3) Khususnya di Pulau Bangka Siswa mengembangkan kecakapan hidup seperti yang
dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam diterapkan pada interdisiplinari dan ketrampilan mata
membelajarkan tematik; (2) semua guru SD agar selalu pelajaran dalam konteks kehidupan nyata.
berupaya untuk memperbaiki cara mengajar mereka Hal ini dapat diartikan bahwa tujuannya adalah
serta diharapkan para guru memiliki kemampuan agar efisien waktu serta menghilangkan materi
dalam menggambungkan sejumlah konsep dalam yang tumpang tindih. Namun dari hasil pengkajian
beberapa mata pelajaran yang berbeda; (3) melalui Tim Pengembang PGSD (1997) dalam Asep Hery
penerapan pembelajaran tematik, sekolah diharapkan Hernawan, Novi Resmini, dan Andayani 2013: 1.26,
berusaha mempersiapkan berbagai sarana seperti terdapat tiga model pembelajaran terpadu yang
media, buku-buku pelajaran, serta sarana lain yang paling tepat diterapkan di sekolah dasar di Indonesia,
menunjang pembelajaran tematik; (4) menyiapkan yakni: model jaring laba-laba (webbing), model
guru-guru mereka untuk mengikuti pelatihan maupun keterhubungan (connected), dan model keterpaduan
penataran tentang penerapan pembelajaran tematik di (intergrated),
sekolah; (5) para siswa SD kelas rendah dengan adanya Pembelajaran tematik itu sendiri disebut juga
pendekatan tematik, pembelajaran menjadi menarik pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan
dan menyenangkan sehingga mereka menjadi lebih pembelajaran yang melibatkan beberapa mata
mudah dalam memahami materi yang diajarkan guru. pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
Kajian Pustaka bermakna kepada siswa. Bermakna dalam arti, siswa
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari
tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan melalui pengalaman langsung dan mengkaitkannya
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
pengalaman bermakna kepada siswa. Robin Fogarty Kurikulum 2013 dicanangkan semua jenjang
(1991) mengemukaakn bahwa ada sepuluh model pendidikan dalam penerapan pembelajarannya
pembelajaran terpadu, yakni: (1) model Fragmented, berpedoman menurut pola pembelajaran tematik yang
(2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) beranjak dari sebuah tema. Jumlah tema yang dikutip
webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, (10) dari kurikulum 2013 untuk kelas 1, 2, dan 3 ada 25
networked. Pandangan lain yaitu Hernawan (2007: tema, yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
1.26) mengungkapkan berdasarkan hasil pengkajian Kelas 1: (1) diri sendiri, (2) kegemaranku, (3)

122 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No.2 Oktober 2014


Kendala Penerapan Pembelajaran ...

kegiatanku, (4) keluargaku, (5) pengalamanku, (6) orang tuanya, tentunya pengetahuan dan pengalaman
lingkungan bersih, sehat, dan Asri, (7) benda, binatang, belajarnya akan berbeda. Oleh karena itu, maka perlu
dan tanaman disekitarku, (8) peristiwa alam. Kelas disatukan minimal pengertian- pengertian mendasar
2: (1). Hidup rukun, (2) bermain dilingkunganku, yang diperlukan siswa untuk jenjang pendidikan
(3) tugasku sehari-hari, (4) aku dan sekolahku, (5) selanjutnya. Maka dari itu untuk seorang guru dalam
hidup bersih dan sehat, (6) air, bumi, dan matahari, mengajar dengan menerapkan pendekatan tematik
(7) merawat hewan dan tumbuhan, (8) keselamatan harus mempunyai keterampilan khusus mulai dari
di rumah dan perjalanan. Kelas 3: (1) sayangi menentukan tema dan sarana dan prasarana yang
hewan, tumbuhan disekitar, (2) pengalaman yang dipergunakannya, termasuk model pembelajaran
mengesankan, (3) mengenal cuaca dan musim, (4) tematik. Penerapan pembelajaran tidak semulus yang
ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, (5) mari kita diharapkan pemerintah. Dalam penerapannya masih
bermain dan berolahraga, (6) indahnya persahabatan, banyak kendala dari berbagai pihak.
(7) mari kita hemat energi untuk masa depan, (8) Kendala menurut kamus besar bahasa
berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari. Indonesia edisi keempat adalah rintangan atau
Trianto (2010), menyatakan bahwa pembelajaran keadaan yang membatasi. Kendala penerapan
tematik apabila ditinjau dari aspek guru dan siswa pembelajaran tematik berarti keadaan yang membatasi
memiliki beberapa keuntungan antara lain: (1) guru-guru dalam menerapkan pembelajaran tematik,
materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran misalnya komponen-komponen yang berkaitan
, da mencakup berbagai mata pelajaran; (2) guru dalam menerapkan pembelajaran tematik mulai dari
dapat membantu siswa memperluas memperluas menetapkan model pembelajaran tematik, menetukan
kesempatan belajar ke berbagai aspek kehidupan; (3) tujuan pembelajaran, menentukan indikator,
guru bebas membantu siswa melihat suatu masalah menentukan metode yang relevan, menentukan
atau topik dari berbagai sudut pandang; (4) penekanan langkah-langkah dalam kegiatan belajar mengajar,
pada kompetensi bisa dikurangi dan diganti dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
kerjasama dan kolaborasi. Pembelajaran Tematik (RPP), serta menentukan media pembelajaran yang
sangat tepat diajarkan pada siswa Sekolah Dasar menunjang pembelajaran tematik.
kelas rendah, yaitu kelas I, II, dan III karena siswa Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
kelas 1 hingga kelas III pada umumnya masih berusia oleh Hernawan A H, Novi R, (2009: 1.5), kendala
7 hingga 9 tahun. Anak usia tersebut menurut teori dalam penerapan pembelajaran tematik adalah: (1)
Piaget masih dalam periode operasi konkrit. Periode tidak semua kompetensi dasar dalam KTSP dapat
operasional konkrit menurut Piaget berawal pada dipadukan; (2) kalau tidak ditunjang sarana dan
anak usia 6 atau 7 tahun dan berakhit pada usia 11 prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan
tahun. Usia –usia ini merupakan usia di mana anak pembelajaran tematik, proses pembelajaran tidak
belajar di sekolah dasar, di mana cara berpikir mereka berjalan dengan baik sehingga dapat berpengaruh
belum terpisah-pisah. Pada umumnya mereka masih pada hasil belajar siswa; (3) belum semua guru sekolah
melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan ( Holistik dasar memahami konsep pembelajaran tematik
). Sumantri M (2007) mengungkapkan, pendidikan secara utuh. Guru merasa senang dengan proses
pada anak usia SD sebaiknya guru perlu mengetahui pembelajaran yang sudah biasa dilakukan yaitu bukan
benar sifat-sifat serta karakteristik anak usia SD agar pendekatan tematik. Kendala lain yang ditemui oleh
dapat memberikan pembinaan dengan baik dan tepat Karli (2012) adalah: (1) perencanaan pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan potensi kecerdasan tematik yang memakan waktu dan tenaga yang lebih
dan kemapuan anak didik sesuai kebutuhan anak banyak mulai dari penyusunan matriks tematik, jaring
dan harapan orang tua khususnya dan harapan laba-laba, program semester, silabus dan RPP sekaligus
masyarakat pada umumnya. dibuat dalam 1 semester; (2) tidak berurutan materi
Widodo Rahmad (2009) menyatakan bahwa yang diajarkan kecuali matematika dalam 1 semester;
anak yang berada pada rentangan kelas rendah, dan (3) menyiapkan media perlu disesuaikan dengan
perkembangan fisiknya tidak bisa dipisahkan pemilihan tema. Kendala penerapan pembelajaran
dengan perkembangan mental , sosial dan emosional, tematik yang diperoleh dari Sukandar yaitu: pertama
sehinggap Pembelajaran Tematiklah yang paling tepat masih terjadi selisih pendapat para Guru tentang
untuk membelajarkan mereka. Tidak semua anak yang pengertian, maksud dan tujuan Pembelajaran Tematik,
masuk kesekolah dasar berasal dari pendidikan taman kedua: terjadi kebingungan dan merasa repot dan
kanak-kanak, melainkan hanya dididik sendiri oleh berat para guru untuk menerapkan Pembelajaran

Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No. 2 Oktober 2014 123


Kendala Penerapan Pembelajaran ...

Tematik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurul
METODE PENELITIAN
(2012) dalam pelaksanaan model pembelajaran tematik Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
di SD Negeri 01 Sirau adalah: (1) keterbatasan sarana kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
dan prasarana sekolah; (2) latar belakang pendidikan April sampai dengan Juli 2012. Pengumpulan data
guru masih rendah; (3) keterbatasan pengetahuan guru dalam penelitian ini menggunakan angket, observasi,
mengenai penerapan model pembelajaran tematik; wawancara, dan dokumentasi. Populasi dalam
(4) keterbatasan penggunaan model dan media penelitian ini adalah guru SD di Provinsi Bangka
pembelajaran; (5) sulitnya mengubah cara mengajar Belitung. Sementara sebagai sampel adalah guru
guru. Permasalahan lain yang muncul dari hasil SD di wilayah Pulau Bangka. Pengambilan sampel
penelitian yang dilakukan oleh Pujiastuti (2011) yaitu: penelitian penulis berkolaborasi dengan teman yang
(1) guru kesulitan dalam melakukan penilaian bagi bertugas di Pulau Bangka Belitung. Pengambilan
siswa kelas 1 yang belum lancar membaca dan menulis; sampel dilakukan dengan teknik proposional random
(2) penilaian lisan, unjuk kerja, tingkah laku, produk sampling sebanyak 10% dari populasi penelitian.
maupun portofolio sudah dilakukan namun jarang Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian
didokumentasikan; (3) guru masih kesulitan membuat kuesioner. Berdasarkan data yang diperoleh dari
instrumen penilaian unjuk kerja, produk dan tingkah kuesioner, dilakukan tindak lanjut melalui wawancara
laku, sehingga cenderung lebih suka menggunakan langsung dengan para guru ditempat mereka
penilaian tertulis; (4) guru masih kesulitan menentukan mengajar, serta melakukan observasi, dan studi
Kriteria ketuntansan Minimal; (5) guru juga menemui dokumentasi terhadap RPP yang telah disusun oleh
kesulitan dalam cara menilai pembelajaran tematik, guru.
karena rapor siswa menggunakan mata pelajaran. Data yang terkumpul dari hasil kuesioner
Penelitian lain dilakukan oleh Imron Rosadi (2009), kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
hasil penelitiannya tentang studi kasus pelaksanaan Metode diskriptif menurut Travers (dalam Svilla
pembelajaran tematik di kelas II SDN Mergosono I et,al.2006) adalah metode yang digunakan untuk
Kota Malang adalah: (1) Kelas II SDN Mergosono menggambarkan suatu keadaan yang sementara
I Kota Malang telah melaksanakan persiapan berjalan pada saat penelitian dilakukan.Untuk memu-
pelaksanaan pembelajaran tematik akan tetapi dahkan menganalisis data, data dihitung secara
dalam hal penyusunan RPP Tematik, mereka masih prosentasi.
mengalami kesulitan; (2) Pelaksanaan pembelajaran
tematik di kelas II SDN Mergosono I Kota Malang
HASIL DAN PEMBAHASAN
masih belum melaksanakan pembelajaran tematik Hasil penelitian yang meliputi kendala
secara optimal; (3) Hasil belajar melalui pembelajaran saat mengembangkan: (1) RPP tematik; (2) cara
tematik di kelas II SDN Mergosono I Kota Malang, memilih media yang tepat dengan tema yang dipilih
guru masih menilai peserta didik berdasarkan per dalam pembelajaran tematik; (3) cara memilih tema
mata pelajaran; (4) Penerapan pembelajaran tematik dalam pembelajaran tematik; dan (4) menerapkan
di kelas II SDN Mergosono I Kota Malang masih ada pembelajaran tematik di kelas rendah. Hasil penelitian
hambatan dikarenakan kurikulum tidak dikemas tercantum pada tabel 1.
dalam bentuk tematik; (5) Kepala sekolah dan Penilik/ Tabel 1. Kendala Dalam Menyusun Komponen-
Pengawas sekolah lebih mengambil kebijakan untuk komponen RPP Tematik
pencapaian hasil belajar akhir program yang masih
Jumlah Mahasiswa
bersifat terpisah-pisah tiap mata pelajaran sehingga No Pernyataan Jml
SS S KS TS STS
kurang memberikan perhatian pada pengembangan
pembelajaran tematik. Keterbatasan pengetahuan
guru mengenai penera-
Samsuri. (2013) mengatakan bahwa pan model pembelajaran
tematik , merupakan
kenyataannya masih banyak dijumpai bahwa sebagian 1 0 54 45 0 0 99
salah satu kendala dalam
menerapkan pembelaja-
besar guru- guru yang mengajar di kelas rendah SD ran tematik di SD kelas
belum akrab dengan pendekatan pembelajaran tematik rendah.

terpadu di kelasnya masing-masing. Berdasarkan Menentukan jenjang


kemampuan dalam
uraian tersebut di atas, dinyatakan bahwa dalam 2 menyusun soal evaluasi, 2 65 30 3 0 100
merupakan kendala dalam
penerapan pembelajaran tematik di SD kelas rendah mengembangkan RPP
tematik
masih banyak kendala yang dialami oleh guru.

124 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No.2 Oktober 2014


Kendala Penerapan Pembelajaran ...

Untuk mengatasi kendala mengaitkan tema dengan jenis mata pelajaran yang
dalam menyusun RPP dipadukan mengalami kesulitan menentukan media
3 tematik, membuatnya 0 80 20 0 0 100
secara bersama-sama pada yang tepat.
gugus
Hasil penelitian ini senada dengan pendapat
Jml 2 199 95 3 0
Sutiyono (2012) bahwa pembelajaran tematik ini
Keterangan: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), KS (Kurang
akan dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan baik
Setuju, TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju),
apabila didukung dengan berbagai sumber belajar
yang dibutuhkan dalam pembelajaran, sehingga guru
Berdasarkan tabel 1, menunjukkan bahwa
ketika menyelenggarakan pembelajaran tematik akan
sebagian besar guru setuju bahwa kendala dalam
dengan mudah memanfaatkan sumber belajar yang
menerapkan pembelajaran tematik di SD kelas
ada, baik dengan cara membawa sumber belajar ke
rendah dikarenakan keterbatasan pengetahuan guru
dalam kelas maupun mengajak siswa ke lingkungan
mengenai penerapan model pembelajaran tematik.
sekitar yang terpisah dari ruang. Kendala dalam
Selain itu juga mengalami kendala dalam menentukan
memilih tema dalam pembelajaran tematik tertera
jenjang kemampuan dalam menyusun soal evaluasi
pada tabel 3.
dalam mengembangkan RPP tematik. Berikutnya juga
sebagian besar guru setuju bahwa untuk mengatasi Tabel 3. Kendala Memilih Tema pada Pembelajaran
kendala tersebut menyusun RPP tematik dilakukan Tematik
secara bersama-sama pada gugus.
Hasil penelitian ini senada dengan kendala yang Jumlah Mahasiswa
No Pernyataan Jml
diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh SS S KS TS STS
Nurul (2012) dalam pelaksanaan model pembelajaran Menentukan tema yang
tematik di SD Negeri 01 Sirau yaitu: (1) keterbatasan tepat dalam pembelaja-
ran tematik merupakan
sarana dan prasarana sekolah, (2) latar belakang 1
salah satu kendala dalam
11 89 20 0 0 120
pendidikan guru masih rendah, (3) keterbatasan menerapkan pembelajaran
pengetahuan guru mengenai penerapan model tematik
Sebuah tema tidak dapat
pembelajaran tematik, (4) keterbatasan penggunaan
memotivasi siswa dalam
model dan media pembelajaran, (5) sulitnya mengubah 2 belajar apabila metode 20 80 0 0 0 100
cara mengajar guru. Kendala Guru dalam Memilih mengajar yang digunakan
guru kurang tepat
Media yang Tepat dengan Tema yang Dipilih dalam
Untuk menentukan tema
Pembelajaran Tematik tertera pada tabel 2. dengan metode yang tepat
3 dengan mata pelajaran 11 80 0 0 0 91
Tabel 2. Kendala Memilih Media yang Tepat dengan yang dipadukan masih
Tema yang Dipilih dalam Pembelajaran Tematik sulit dalam penerapannya
Untuk mengatasi kesulitan
menentukan tema dengan
Jumlah Mahasiswa metode yang tepat dengan
No Pernyataan Jml
SS S KS TS STS 4 mata pelajaran yang 20 80 0 0 0 100
dipadukan mendiskusikan-
Dalam mengembangkan nya dengan sesama guru
materi tematik, seringkali di KKG
1 terkendala dengan media 0 50 50 0 0 100
Jml 62 329 20 0 0
pembelajaran yang kami
miliki Keterangan: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), KS (Kurang
Mengaitkan tema dengan Setuju, TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju),
jenis mata pelajaran yang
2 dipadukan mengalami ke- 0 80 0 0 0 80
sulitan menentukan media Berdasarkan tabel 3 menunjukkan sebagian
yang tepat besar guru mengatakan setuju apabila kendala dalam
Tidak semua tema dapat menerapkan pembelajaran tematik dikarenakan
3 ditentukan medianya yang 0 80 0 0 0 80
guru masih merasa sulit untuk menentukan tema
paling sesuai
Jml 0 210 50 0 0
dengan metode yang tepat dengan mata pelajaran
yang dipadukan, sehingga untuk mengatasinya harus
Keterangan: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), KS (Kurang
mendiskusikannya dengan sesama guru di KKG.
Setuju, TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju),
Hasil penelitian ini senada dengan yang dialami
oleh Sukini (2012) dalam jurnal yang ditulisnya bahwa
Berdasarkan tabel 2, menunjukkan bahwa
banyak guru peserta PLPG yang kebingungan dalam
sebagian besar guru setuju mengatakan bahwa

Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No. 2 Oktober 2014 125


Kendala Penerapan Pembelajaran ...

menentukan tema yang sesuai dengan kompetensi dalam menerapkan pembelajaran tematik adalah:
dasar (KD) yang setidaknya dari tiga mata pelajaran (a) keterbatasan sarana dan prasarana sekolah, (b)
yang ditematikkan. Akibatnya, tema yang dipilih latar belakang pendidikan guru masih rendah, (c)
kurang dapat digunakan untuk mengeksploitasi keterbatasan pengetahuan guru mengenai penerapan
KD dari mata pelajaran tertentu yang ditematikkan, model pembelajaran tematik, (d) keterbatasan
bahkan ada pula peserta PLPG yang terjebak pada KD penggunaan model dan media pembelajaran, dan (e)
tertentu yang diterima dari panitia sehingga hanya sulitnya mengubah cara mengajar guru.
membahas KD yang diterima dan tidak dipadukan Pendapat lain menurut Karli, Hilda (2012)
dengan mata pelajaran-mata pelajaran yang lain. mengatakan bahwa kendala Pembelajaran Tematik
Kendala dalam menerapkan pembelajaran tematik di adalah sebagai berikut: (a) Perencanaan pembelajaran
kelas rendah tertera pada tabel 4 berikut. tematik yang memakan waktu dan tenaga yang lebih
banyak mulai dari penyusunan matriks tematik,
Tabel 4. Kendala Menerapkan Pembelajaran Tematik jaring laba-laba, program semester, silabus dan RPP
di Kelas Rendah
sekaligus dibuat dalam 1 semester; (b) Tidak berurutan
materi yang diajarkan kecuali Matematika dalam 1
Jumlah Mahasiswa
No Pernyataan Jml semester; dan (c) Menyiapkan media perlu disesuaikan
SS S KS TS STS
dengan pemilihan tema.
Pengalaman mengajar
Beberapa cara mengatasi kendala Pembelajaran
menggunakan pendekatan
tematik masih minim Tematik sebagai berikut: (a) Kerja Team Work
1 11 89 20 0 0 120
sehingga masih banyak dari para guru SD tiap jenjang untuk membuat
kendala dalam menerap-
kannya perencanaan hingga pelaksanaan; (b) Para siswa diajak
Sarana dan media untuk terlibat untuk menyiapkan media sesuai dengan tema,
menunjang pembelajaran paling tidak 3 hari sebelumnya; dan (c) Menggunakan
tematik di sekolah Anda
bahan ajar Tematik untuk membantu guru baik dari
2 masih terbatas, sehingga 20 60 20 0 0 100
mengalami kesulitan persiapan, pelaksanaan bahkan evaluasi.
dalam menerapkan pem- Berdasarkan uraian tersebut di atas untuk
belajaran
mengurangi kendala dalam melaksanakan
Menyajikan pembelajaran
tematik pada siswa kelas pembelajaran tematik di kelas rendah seyogianya
3 10 56 34 0 0 100
rendah, lebih sulit dari sekolah harus menyediakan sarana pembelajaran
mengajar pada kelas tinggi
sesuai dengan kebutuhan siswa, perlu adanya latihan
Mengajar di kelas
rendah lebih banyak
khusus untuk menyusun RPP tematik dan dari pihak
menghabiskan waktu Diknas harus melakukan supervisi secara teratur
4 0 54 36 0 0 90
untuk mengelola kelas kesekolah- sekolah.
(menenangkan siswa agar
mereka mau belajar) Wahyuni, V (2013) menyatakan bahwa kunci
Jml 41 259 110 0 0 keberhasilan pembelajaran tematik terletak pada
Keterangan: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), KS (Kurang kreativitas guru mengolah tema dan potensi siswa.
Setuju, TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju)
PENUTUP
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa Kesimpulan
sebagian besar guru setuju bahwa kendala dalam Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian dan
menerapkan pembelajaran tematik dikelas rendah pembahasan, maka penelitian ini dapat disimpulkan
dikarenakan pengalaman mengajar menggunakan sebagai berikut.
pendekatan tematik masih minim, masih merasa sulit Pertama, bahwa sebagian besar guru sependapat
menyajikan pembelajaran tematik pada siswa kelas bahwa kendala dalam menerapkan pembelajaran
rendah, dibanding mengajar pada kelas tinggi, dan tematik di SD kelas rendah dikarenakan keterbatasan
sebagian besar sarana untuk menunjang pembelajaran pengetahuan guru mengenai penerapan model pem-
tematik di sekolah cenderung masih terbatas, sehingga belajaran tematik. Cara mengatasinya sebagian besar
mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran guru setuju bahwa untuk mengatasi kendala tersebut
tematik. menyusun RPP tematik dilakukan secara bersama-sa-
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian ma pada gugus. Kedua, kendala dalam menerapkan
yang dilakukan oleh Hikmah, N. (2012) di SD Negeri pembelajaran tematik dikarenakan keterbatasan media
01 Sirau Karangmoncol Purbalingga, bahwa kendala yang mereka miliki, sehingga kesulitan menentukan

126 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No.2 Oktober 2014


Kendala Penerapan Pembelajaran ...

media yang tepat dalam mengaitkan tema dengan 2011/2012”. Journal Student UNY. Vol.II No.
mata pelajaran yang dipadukan. 1 Tahun 2013. Di akses dari http://journal.
Ketiga, sebagian besar guru mengatakan bahwa student.uny.ac.id/jurnal/artikel/1726/99/258
kendala dalam menerapkan pembelajaran tematik tanggal 9 Januari 2014
dikarenakan guru masih merasa sulit untuk menen- Drake, S.M. & Burns, R. C. (2004). Meeting standars
tukan tema dengan metode yang tepat dengan mata through integrated curriculum. Alexandria:
pelajaran yang dipadukan, sehingga untuk mengata- Association for Supervision and Curriculum
sinya harus mendiskusikannya dengan sesama guru Development.
di KKG. Forgarty, R. (1991). How to integrated the curricula.
Keempat, kendala dalam menerapkan pembela- Palatine, Illinois: IRI/Skylight Publishing, Inc.
jaran tematik dikelas rendah dikarenakan pengalaman Hernawan, A.H, Novi R, & Adayani. (2013). Pembela-
mengajar guru menggunakan pendekatan tematik jaran terpadu di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
masih minim, masih merasa sulit menyajikan pembe- Hikmah, N (2012). “Dinamika pelaksanaan model
lajaran tematik pada siswa kelas rendah, dan sebagian pembelajaran tematik di sekolah dasar terpen-
besar sarana untuk menunjang pembelajaran tematik cil Karangmoncol Purbalingga tahun ajaran
di sekolah cenderung masih terbatas, sehingga men- 2011/2012”. Thesis. Yogyakarta: Universitas
galami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran Negeri Yogyakarta.
tematik. Hilda, K. (2012). Penerapan pembelajaran tematik
Saran SD di Indonesia. Diakses tanggal 29 April
Pembelajaran tematik dalam penerapannya 2013 dari http://hildakarliuninus.blogspot.
terbukti masih mengalami banyak hambatan baik com/2012/01/pembelajaran-tematik-di-indo-
dari pihak guru maupun dari sarana dan prasarana. nesia.html
Maka dari itu penulis menyarankan beberapa hal Lestari, P.I. (2012). Implementasi manajemen pembelajaran
sebagai berikut. dengan pendekatan tematik dalam upaya peningka-
Pertama, guru harus memahami betul konsep tan aktivitas dan motivasi belajar pada siswa kelas
pembelajaran tematik atau pembelajaran terpadu seh- permulaan di SD Cipta Dharma Denpasar. Program
ingga penerapan pembelajaran tematik sesuai dengan Studi administrasi Pendidikan. Pasca Sarjana,
tuntutan kurikulum. Kedua, sarana dan prasarana yang Universitas Pendidikan Ganesha.
meliputi media, alat peraga, sumber belajar harus Irwandi. (2012). “Pelaksanaan model pembelajaran
dipenuhi atau dilengkapi di setiap jenjang pendidiki- tematik bagi siswa tunagrahita ringan di SlB
an. Ketiga, perlu adanya pelatihan terhadap guru-guru hikmah reformasi Padang”. Jurnal Ilmiah Pen-
cara menyusun RPP, menentukan alat peraga, maupun didikan Khusus Volume 1 Nomor 2 Tahun 2012.
media yang tepat dengan tema yang telah dipilih dari Diakses dari http://ejournal.unp.ac.id/index.
mata pelajaran yang dipadukan. php/jupekhu/article/viewFile/847/704 tang-
Keempat, berdasarkan Permen Diknas nomor gal 12 Februari 2014
14 Tahun 2007, guru harus mampu melakukan Pujiastuti, A. (2011). Permasalahan penerapan pembela-
pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari jaran tematik di kelas awal sekolah dasar. Diakses
paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. tanggal 1 mei 2013 dari http://library.um.ac.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik id/free-contents/index.php/pub/detail/
dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkung- permasalahan-penerapan-pembelajaran-tem-
an belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, atik-di-kelas-awal-sekolah-dasar-ari-pudjias-
dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana tuti-47508.html
secara efektif dan efisien. Rachmad, W. (2009). Strategi pembelajaran tematik.
Diakses tanggal 3 Mei 2013 dari http://wyw1d.
DAFTAR PUSTAKA wordpress.com/2009/10/12/strategi-pembela-
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus besar jaran-tematik/
bahasa Indonesia pusat bahasa. Edisi Keempat. Samsuri. (2013). Kebijakan pembelajaran tematik terpadu
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kurikulum 2013. Pengantar Kuliah Umum Program
Dewi, M A. (2013). “Analisis hambatan pelaksanaan Studi Pendidikan Dasar. Penerbit: Program Pas-
model pembelajaran tematik oleh guru kelas casarjana Universitas Negeri Medan
rendah di SDN Bringin 01, 02 & 03 kecamatan Sukini. (2011). “Pembelajaran tematik sekolah dasar
Bringin kabupaten Semarang Tahun Pelajaran kelas rendah dan pelaksanaannya”. Jurnal Mag-

Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No. 2 Oktober 2014 127


Kendala Penerapan Pembelajaran ...

istra No. 82 Th. XXIV Desember 2012. Diakses Trianto. (2010). Mengembangkan model pembelajaran tem-
dari http://journal.unwidha.ac.id/index.php/ atik. Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya - Jakarta.
magistra/article/viewFile/292/241 Wahyuni, V. (2013). Pembelajaran tematik dan penentuan
Sutiyono. (2012). Implementasi pembelajaran tem- KKM. Diakses dari http://www.slideshare.
atik di sekolah dasar. Diakses tanggal 7 Mei net/ZaenalKhayat/presentasikuviviwahy-
2013 dari http://sutiyonokudus.wordpress. uni-130522071721phpapp02 tanggal 12 Pebruari
com/2012/12/27/implementasi-pembelaja- 2014.
ran-tematik-di-sekolah-dasar-2/

128 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 28 No.2 Oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai