Anda di halaman 1dari 15

TUGAS BERPASANGAN

MENULIS KAJIAN PUSTAKA/TEORITIS TENTANG KETERAMPILAN


MENYIMAK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Menyimak


Dosen Pengampu: Drs. Sam Mukhtar Chan, M.Si.

Disusun oleh :

Ade Rahma Fitriani 1201622008 1PB1 PBSI


Dzakiyah Amanah 1201622052 1PB1 PBSI
Widyani

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2022
KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Menyimak

1. Definisi Menyimak

Tarigan (1985:19), Menyimak adalah komunikasi lisan dengan perhatian,


pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi, memahami
isi dan pesan, serta memahami komunikasi yang dilakukan oleh pembicara melalui
bahasa dan bahasa lisan. Sedangkan menurut Haryadi dan Zamzani (1996:21),
Menyimak adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk tujuan bunyi-
bunyi ujaran dan untuk memahami isi yang disampaikan oleh bunyi-bunyi tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas, menyimak adalah proses mendengarkan


bunyi, baik nonverbal maupun verbal, dengan memahami, mencatat,
mengapresiasi, dan menafsirkannya secara utuh dengan menggunakan aktivitas
telinga. Ini digunakan untuk memperoleh informasi dan memahami apa yang
disampaikan oleh suara.

2. Hakikat Menyimak

Kegiatan menyimak dapat dilakukan oleh seseorang dengan sasaran bunyi


ujaran, tetapi mendengar atau mendengarkan sasaran dapat berupa bunyi apa
saja. Selain itu, kegiatan menyimak dapat dilaksanakan secara disengaja atau
direncanakan, dan upaya dilakukan untuk memahami atau menikmati apa yang
dikatakan. Tarigan (Haryadi dan Zamzani, 1996:21) menyatakan bahwa hakikat
menyimak adalah mendengar dan memahami isi materi.

3. Tujuan Menyimak

Tarigan (1990:22) Dia menyatakan bahwa kegiatan menyimak memiliki beberapa


tujuan:

a. Mendapatkan fakta

Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan berbagai cara. Peneliti mengumpulkan


atau memperoleh fakta melalui kegiatan penelitian, studi, atau eksperimen.
Pengumpulan fakta seperti itu hanya dapat dilakukan oleh orang-orang
terpelajar. Bagi orang awam, hal ini jarang atau hampir tidak mungkin. Cara lain
untuk mengumpulkan fakta adalah dengan membaca. Orang terpelajar sering
memperoleh fakta melalui kegiatan membaca seperti membaca buku-buku ilmu
pengetahuan, makalah penelitian, makalah, jurnal ilmiah, jurnal umum, surat
kabar, dll. Menyimak dan mengumpulkan fakta sangat umum dalam masyarakat
tradisional. Pengumpulan fakta melalui menyimak masih lazim di masyarakat
modern. Mengumpulkan fakta dan informasi dengan menyimak dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk. Misalnya, mendengarkan radio, menonton TV,
memberikan presentasi di seminar, memberikan ceramah ilmiah, berbicara
dengan anggota keluarga, berbicara dengan tetangga, berbicara dengan rekan
kerja dan teman sekelas di tempat kerja.

b. Menganalisis fakta

Setiap fakta atau informasi yang dikumpulkan harus dianalisis. Harus diperjelas
apa hubungan antara unsur-unsur faktual dan apa sebab dan akibat yang
ditimbulkannya. Apa yang disampaikan pembicara harus relevan dengan
pengetahuan atau pengalaman mendengarkan mereka di bidang yang relevan.
Proses analisis fakta ini harus dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu
selama proses mendengarkan. Jika waktu tambahan tersedia untuk pendengar,
mereka memiliki cukup waktu untuk menganalisis masalah. Waktu ekstra adalah
perbedaan antara berbicara pada 120-150 kata per menit dan mendengarkan dan
berpikir pada 300-500 kata per menit. Analisis kata sangat penting dan
merupakan dasar untuk mengevaluasi fakta.

c. Mengevaluasi fakta

Dalam situasi ini, penyimak sering mengajukan serangkaian pertanyaan seperti:

1) Apakah fakta yang disajikan benar?

2) Apakah fakta yang disajikan relevan?

3) Apakah fakta yang disajikan benar?

Fakta yang disampaikan pembicara diterima jika sesuai dengan kenyataan,


pengalaman, atau pengetahuan penyimak. Di sisi lain, jika fakta yang disajikan
tidak akurat, relevan, atau persuasif, penyimak layak untuk mempertanyakannya.
Hasil evaluasi fakta-fakta ini mempengaruhi isi percakapan dan kredibilitas
pembicara. Setelah evaluasi, Penyimak biasanya memutuskan apakah akan
menerima atau menolak isi percakapan.
d. Mendapatkan inspirasi

Anda dapat menghadiri konferensi, konferensi ilmiah, atau pesta makan malam
tertentu agar tidak meminta atau memperoleh fakta. Orang menyimak pidato
orang lain hanya untuk inspirasi. Penyimak seperti itu biasanya adalah orang yang
tidak membutuhkan fakta baru. Yang dibutuhkan penyimak adalah saran,
dorongan, suntikan semangat, atau inspirasi untuk memecahkan masalah yang
mereka hadapi.

e.Menghibur diri sendiri

Ada banyak penyimak yang datang untuk berbicara tentang film, drama, program
bincang-bincang, dll karena mereka sendiri lelah dan lelah. Untuk memulihkan
kondisi tersebut, seseorang membutuhkan penyegaran fisik dan mental. Misalnya,
mendengarkan cerita lucu atau menonton pertunjukan lucu seperti Opera Van
Java Group.

f. Meningkatkan keterampilan berbicara

Dalam hal ini, penyimak harus (1) cara menyusun presentasi, (2) cara menyajikan
materi, (3) cara menarik perhatian pendengar, dan (4) cara menarik perhatian.
syarat apakah akan mengarahkan (5) cara menggunakan alat bantu seperti
mikrofon, alat peraga, dll., (6) cara memulai dan mengakhiri percakapan;

Semua ini dikenali dan dilakukan oleh penyimak. Menyimak seperti itu disebut
menyimak dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Menyimak
untuk tujuan meningkatkan keterampilan berbicara biasanya dilakukan oleh
seseorang yang sedang belajar menjadi pembicara publik dan ingin menjadi
pembawa acara profesional.

Di sisi lain, Lilian M. Logan (Nur Amalina, 2012) menjelaskan bahwa tujuan
menyimak adalah untuk:

1) Pengetahuan dapat diperoleh dari bahan tutur pembicara. yaitu belajar dengan
menyimak.
2) Menikmati bahasa lisan, dengan kata lain menyimak menikmati keindahan
pendengaran khususnya dalam bidang seni.

3) Evaluasi bacaan (baik atau buruk, cukup jelek, adil, ceroboh, logis atau tidak
logis, dll).

4) Kemampuan untuk menikmati dan mengapresiasi bahan bacaan (cerita, puisi,


musik dan lagu, dialog, diskusi, dll), dengan kata lain mendengarkan untuk
evaluasi.

5) Mampu mengkomunikasikan pikiran, gagasan, dan perasaan dengan lancar dan


tepat kepada orang lain. Jadi, menyimak sebagai pendukung dalam
mengkomunikasikan ide dan gagasan itu sendiri.

6) Dapat membedakan dengan benar antara suara yang dapat diidentifikasi


(identifying meaning) dan suara yang tidak dapat diidentifikasi. Hal ini biasanya
didapat dari penutur asli (native speaker).

7) Membaca materi dan memecahkan masalah secara kreatif dan analitis.

8) Dapat membujuk diri sendiri tentang masalah dan pendapat yang


dipertanyakan, yaitu mendengarkan secara persuasif.

Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa tujuan menyimak dapat
dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu

(1) tujuan menyimak adalah untuk belajar,

(2) menikmati merupakan bagian tujuan dari menyimak.

(3) mengevaluasi juga termasuk tujuan dari menyimak.

(4) mengapresiasi adalah salah satu tujuan menyimak.

(5) mendengarkan untuk mengkomunikasikan ide.

(6) mendengarkan untuk membedakan suara.

(7) mendengarkan untuk memecahkan masalah.

(8) mendengarkan dimaksudkan untuk membujuk.


4. Jenis-jenis Menyimak

Sabarti Aharga dkk (1991:150) menyatakan bahwa jenis menyimak dapat


ditentukan berdasarkan tingkat hasil menyimak, jenis menyimak, dan tujuan
menyimak.

a. Berdasarkan tingkat hasil pendengaran, ada beberapa jenis pendengaran:

1). Menyimak tanpa reaksi berarti penyimak mendengar sesuatu tetapi tidak
bereaksi.

2). Dalam menyimak pasif, penyimak mendengar sesuatu tetapi bereaksi sedikit.

3). Penyimak yang buruk adalah ketika hanya mendengar bagian-bagian, bukan
bagian-bagian yang penting.

4). Menyimak secara kritis adalah seorang penyimak yang berusaha menganalisis
secara kritis materi atau materi yang didengarkan.

5). Menyimak itu kreatif dan menunjukkan apresiasi. Karena penyimak ebih
bereaksi terhadap hasil dari apa yang mereka dengar.

b. Berdasarkan jenis menyimak, menyimak dapat dibedakan menjadi:

1). Menyimak dengan antusias berarti memberikan perhatian, kesabaran, dan


ketelitian agar penyimak dapat memahami dan menguasai sebagian besar materi
secara mendalam. Kegiatan menyimak intensif lebih cenderung diarahkan dan
dikendalikan oleh guru. Menyimak cerita anak dan dongeng merupakan salah satu
bentuk menyimak dengan penuh perhatian.

2). Menyimak ekstensif berarti menyimak hanya garis besar bahan bacaan.

Berdasarkan gaya menyimak tersebut, penulis menggunakan jenis menyimak


terfokus. Dalam mendengarkan ini, siswa memberikan perhatian penuh dan
mendengarkan dengan seksama. Hal ini memungkinkan siswa untuk memahami dan
menguasai materi secara mendalam. Misalnya, ketika mendengarkan dongeng,
kegiatan menyimak mengembangkan kemampuan siswa untuk mendengarkan
dongeng.
5. Tahapan proses mendengarkan

Tarigan (Haryadi dan Zamzani, 1996:22) mengemukakan bahwa proses


mendengarkan dibagi menjadi lima tahap, yaitu:

a. Mendengarkan

Pada tahap ini, siswa mendengarkan semua yang dikatakan guru dalam
percakapan.

b. Mengidentifikasi

Pada tahap ini, siswa berempati dengan apa yang mereka dengar.

c. Menafsirkan

Pada tahap ini, siswa secara cermat dan teliti menginterpretasikan apa yang
didengarnya.

yaitu mengerti.

d. Memahami

Pada tahap ini, siswa memiliki pemahaman yang baik tentang apa yang dikatakan
guru.

e. Mengevaluasi

Pada tahap ini, siswa mengevaluasi atau memberikan pendapat dan ide, kekuatan
dan kelemahan, dan kekuatan dan kelemahan guru.

f. Memberi tanggapan

Tahap ini merupakan tahap akhir dari kegiatan menyimak.

Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa mendengarkan menjadi


lebih mudah ketika penyimak mengetahui konteks wacana yang ingin mereka
dengar. Proses menyimak terdiri dari enam fase. Artinya, (a) mendengarkan, (b)
mengidentifikasi, (c) menafsirkan, (d) memahami, (e) mengevaluasi, dan (f)
memberi tanggapan.
6. Teknik Menyimak

Ada banyak teknik untuk belajar menyimak agar menjadi lebih berwarna dan
hidup dalam proses pembelajaran di kelas tidak membosankan. Sutari, dkk.,
(1997:122), mengatakan bahwa teknik dalam menyimak sebagai berikut :

a.Dengar-Ucap

Model tuturan yang akan didengar dipersiapkan dengan cermat.

Isi model tutur dapat berupa fonem, kata, ungkapan, peribahasa, dan puisi
pendek.

b. Dengar-Kerjakan

Model ucapan berisi kalimat perintah. Setelah mendengarkan siswa

Tanggapi sesuai petunjuk.

C. Dengarkan - Temukan sesuatu

Dalam model ini, siswa perlu menemukan objek setelah mendengarkan aktivitas

atau bahan yang disiapkan oleh guru. Setelah ditemukan, siswa menunjukkan

Sesuatu untuk guru. Lamanya waktu saat mencari suatu objek atau benda, teknik
ini

Siswa dituntut untuk menjadi pendengar yang penuh perhatian dan kritis.

d. Dengarkan-Bisik berantai

Model meminta siswa untuk menanggapi latihan mendengarkan seseorang

(guru atau siswa) dengan berbisik kemudian menyampaikan informasi

didengar oleh orang lain.

e. Dengar-jawab

Dalam model ini, siswa mendengarkan dengan seksama apa yang mereka baca atau
dengar, dari oleh karena itu, siswa akan dapat dengan mudah menjawab
pertanyaan yang relevan dengan isi bacaan.

F. Dengar-cerita

Guru membaca atau mendengarkan rekaman cerita pendek, setelah selesai

garis besar bagi siswa untuk menceritakan kembali cerita pendek yang didengar.
G. Dikte

Setelah mendengarkan cerita atau rekaman, siswa menuliskan isi cerita atau
rekaman yang didengar.

H. dengar-ringkasan

Dalam model ini, siswa dapat mengidentifikasi gagasan utama dari setiap
paragraf materi yang disimak atau didengar. Setelah menemukan komposisi siswa

Meringkas berdasarkan gagasan utama yang ditemukan.

j. Dengar-Tanya

Guru membaca atau mendengarkan rekaman kalimat merupakan jawaban atas


berbagai pertanyaan. Permintaan siswa sesuai jawaban yang telah dibaca atau
didengar.

Atas dasar keterampilan menyimak di atas, penulis menggunakan keterampilan


menyimak untuk membiarkan siswa mendengarkan dongeng dan kemudian
menjawab pertanyaan.

7. Tingkatan Menyimak

Tompkin (Saleh Abbas, 2006: 63), Berbicara dan menyimak Ada 4 tingkatan,
yaitu:

a.Mendengarkan marginal

Misalnya, ketika seseorang dapat membedakan suara seseorang dari yang lain

Sangat bising di jalan yang sibuk.

b. Mendengarkan secara apresiatif

Ketika seseorang mendengar pembaca, pembicara, penyanyi atau musik

Nikmati.

C. dengarkan baik-baik

Membutuhkan konsentrasi dan interaksi penonton untuk mendapatkan

Pahami pesan yang disampaikan.


d. mendengarkan kritis

Minta audiens untuk mengevaluasi dan mengevaluasi masukan yang didengar

Kemudian renungkan informasi tersebut dengan memberikan tanggapan.

Dari keempat tingkatan menyimak dapat disimpulkan bahwa menyimak

Margin adalah level mendengarkan terendah, sementara

Mendengarkan kritis adalah tingkat mendengarkan tertinggi. berdasarkan

Tingkat mendengarkan, penulis menggunakan tingkat mendengarkan

Dengarkan baik-baik, siswa dapat memahami pesan.

8. Faktor Penting dalam Menyimak

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan menyimak

Tarigan (1990), menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi

Dengarkan sebagai berikut:

1). faktor fisik

Faktor fisik yang dimaksud disini adalah faktor internal yaitu :

Kondisi fisik siswa serta faktor eksternal, yaitu faktor dari lingkungan

dari guru. Penyakit fisik ini dapat bermanifestasi sebagai kelelahan, kekurangan
gizi, dan

Menderita penyakit fisik (Tarigan, 1990). Dengan cara ini, kesehatan dan

Kesehatan fisik siswa selama kegiatan menyimak adalah

Model penting untuk menentukan keberhasilan pendengaran.

2). faktor psikologi

Faktor psikologis adalah menyangkut sikap, minat, Motivasi siswa dan


karakteristik pribadi dari apa yang mereka dengar (Tarigan, 1990). Faktor-
faktor ini dapat bermanifestasi sebagai prasangka, keegoisan terhadap
kepentingan dan masalah pribadi siswa.
3). Faktor pengalaman

Faktor pengalaman yang telah dimiliki penyimak misalnya berupa peristiwa yang
pernah dialami oleh yang berhubungan dengan topik yang disimak.

4). Faktor jenis kelamin

Penelitian yang dilakukan Silverman dan Webb (Tarigan, 1990), menemukan fakta
bahwa laki-laki pada umumnya bersifat objektif, aktif, rasional, keras kepala
atau pantang mundur, bersifat mengganggu, dan mandiri. Sedangkan wanita lebih
bersifat subjektif, pasif, mudah terpengaruh, cenderung memihak, mudah
mengalah, bergantung, dan emosional. Sehubungan dengan itu, guru harus
bersikap bijaksana dalam menghadapi perbedaan tersebut dalam kegiatan
pengajaran menyimak.

5). Faktor lingkungan

Misalnya sarana kerja harus ditempatkan berdekatan satu dan lainnya sehingga
para siswa dapat berkomunikasi dengan baik bahkan harus dapat meningkatkan
penyimakan yang baik.

B. Faktor Penentu Keberhasilan Menyimak Numan (Ahmad Rofi’uddin dan


Darmiyati Zuchdi, 1998: 5), mengatakan bahwa penyimak yang berhasil adalah
penyimak yang dapat memanfaatkan baik pengetahuan yang ditangkap dari
wacana yang disimak maupun pengetahuan yang telah dimiliki yang berhubungan
dengan materi yang disimak.

Sedangkan Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi (1998: 4), menyatakan


keberhasilan menyimak bergantung pada dua kondisi, sebagai berikut :

1) Guru harus memberikan contoh sebagai penyimak yang kritis, pembicara yang
efektif dan menggunakan strategi serta teknik yang efektif pula.

2) Setiap murid yang berkontribusi dalam diskusi harus memiliki informasi


tertentu yang akan disampaikan kepada teman-temannya.
Berdasarkan faktor penentu keberhasilan tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa faktor keberhasilan dalam menyimak yaitu penyimak yang dapat
menangkap, memahami dan memanfaatkan pengetahuan dengan baik dari wacana
yang telah disimaknya, maupun pengetahuan yang telah dimiliki yang berhubungan
dengan materi yang disimak. Penyimak yang dapat memenuhi persyaratan
tersebut, pasti berhasil dalam setiap peristiwa menyimak. Penyimak yang belum
dapat memenuhi persyaratan tersebut jelas akan mengalami berbagai hambatan
dalam menyimak.

9. Kebiasaan buruk dalam menyimak

Berikut adalah beberapa kebiasaan buruk yang dilakukan pada saat menyimak,
(Tarigan, 2008) yaitu:

1.Menyimak Lompat Tiga

Orang berbicara mempergunakan kata-kata dengan kecepatan kira-kira 125


buah kata per menit dan kebanyakan orang dapat berpikir dengan mudah dengan
kecepatan empat kali dari kecepatan berbicara tadi, dan ternyata hal ini amat
susah sekali karena akan memeperlambat kecepatan berpikir kita, sebab kita
mempunyai kira-kira 400 kata per menit untuk berpikir untuk menghadapi orang
yang berbicara kepada kita. Berikut ini adalah hal-hal yang membantu penyimak
agar dapat menghindari petualangan mental berpikir, seperti pikiran kita di
tempat lain atau tentang hal lain : (a) Mengetahui terlebih dahulu apa yang harus
dikatakan oleh pembicara, Tanya pada diri kita sendiri “Apa yang hendak
ditemukan oleh pembicara? Maksud apa yang hendak dicapainya?”, (b)
Merangkum secara mental apa yang dikatakan dan tujuan yang telah dicapai oleh
pembicara, (c) Mempertimbangkan keterangan pembicara dengan jalan
menanyakan secara mental, seperti fakta-fakta yang dikemukakan, (d)
Mendengarkan, menyimak yang “tersirat”, seperti perubahan nada suara, gerak-
gerik tangan dan mimik mengandung makna tertentu.

2.Menyimak “Saya dapat Fakta”

Ketika menjadi penyimak yang baik, tentu kita akan menyimak ide-ide utama
gagasan-gagasan penting, fakta-fakta yang disodorkan, kemudian
pertimbangkanlah satu terhadap lainnya dan menyusun hubungannya satu sama
lain, garaplah ide-ide bukan hanya terbatas pada serangkaian fakta yang
kebetulan dapat diingat saja.
3.Noda Ketulisan Emosional

Demi kegiatan menyimak yang lebih baik dan tepat guna perhatikanlah reaksi kita
terhadap kata-kata yang menimbulkan noda ketulisan emosional seperti seks,
pelacur, komunis, koruptor, tukang kredit, panti pijat, tuan tanah dan
pembunuhan, dan lain-lain, kata-kata seperti itu sebaiknya ditandai dan
analisislah baik-baik untuk lebih mendalam mengapa kata-kata tersebut
mengganggu, penilaian dan telaah yang seksama biasanya akan mencerminkan
bahwa sebenarnya kata-kata tersebut tidak akan mengganggu sama sekali.

4. Menyimak Supersensitif

Ketika kita telah mengembangkan pendapat atau prasangka yang mendalam,


seorang yang berbicara kepada kita mungkin tanpa disadari secara lisan akan
menghina kita dengan kata-kata yang menusuk hati, dan secara spontan kita akan
menghentikan simakan kita terhadapnya, kita mencoba menginterupsinya,
merencanakan suatu pertanyaan pelik yang memalukannya ataupun bantahan yang
benar-benar menusuk hatinya, oleh karena itu sebelum hal itu terjadi awasilah
diri kita sendiri dan selalulah simak baik-baik ujaran, cermah, kuliah, dan pidato
orang tersebut, setelah dia selesai berbicara barulah rencanakan pertanyaan-
pertanyaan serta bantahan yang akan dilontarkan kepadanya.

5. Menghindari Penjelasan yang Sulit

Biasanya kita menghindari penjelasan yang sulit dari suatu pembicaraan sehingga
kegiatan menyimak menjadi tidak efektif, oleh karena itu simaklah baik- baik
diskusi mengenai subjek yang menuntut upaya untuk memahami dan mengerti
makna seperti komentar-komentar di suatu diskusi panel, karena masalah bukan
untuk dihindari tapi untuk dipecahkan atau diselesaikan.

6. Menolak secara gegabah suatu subjek sebagai sesuatu yang tidak menarik.
Adakalanya ketika pembicara membicarakan hal atau sesuatu yang tidak menarik,
kita pasti akan menutup diri, menjauhkan perhatian dari ujarannya, dan
membiarkan pikiran kita berkelana ke topik-topik yang lebih menyenangkan.
Berikut adalah cara untuk memperbaiki kebiasaan buruk dalam menyimak
tersebut : (a) Mengadakan suatu rancangan atau pendekatan egois, mengingat
kepentingan sendiri, (b) Walaupun subjek tidak menarik perhatian namun jangan
dilupakan bahwa subjek tersebut memiliki ide baik yang hendak disajikannya, (c)
Hargailah dan manfaatkanlah ide-ide apa saja yang disumbangkan pembicara.

7. Mengkritik Gaya dan Gaya Fisik


Pembicara Terkadang kita terlalu sibuk mengkritik gaya dan fisik pembicara
sehingga kita lupa untuk menyimak pembicaraannya, jika kita termasuk dalam
orang atau Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ….(Juju Juangsih) 21 tipe yang
suka mengkritik secara mental pakaian orang ataupun nada suaranya, sebaiknya
tunggu sampai orang tersebut selesai berbicara agar kita dapat memahami isi
keseluruhan ujarannya itu.

8. Memberi Perhatian Semu

“Kalau saja saya terlihat menyimak, segala sesuatu beres!”, terkadang ada
pribadi yang seperti itu, berpura-pura menyimak tetapi sebenarnya pikirannya
tidak berada di situ, mengarahkan kedua matanya dengan tatapan tanpa kedipan
ke arah pembicara padahal ia sama sekali tidak memperhatikan atau tidak
menyimak isi pembicaraan, oleh karena itu perlu kesadaran dari diri sendiri
berhenti untuk berpura-pura menyimak dan mulai mengarahkan perhatian ke arah
pembicara.

9. Menyerah pada Gangguan

Banyak gangguan yang datang baik dari sesuatu yang kita dengar maupun sesuatu
yang kita lihat, oleh karena itu dibutuhkan konsentrasi, pemusatan pikiran dan
usahakan agar perhatian kita tetap pada hal-hal, ide-ide, dan gagasan-gagasan
yang dikemukakan oleh pembicara.

10. Menyimak dengan kertas dan pensil di tangan

Terkadang kita mencoba membuat kerangka yang telah diutarakan oleh


pembicara, dan membuat rangkuman yang berupa tanda-tanda, simbol-simbol dan
angka-angka sehingga kita lupa bahwa dengan begitu sebenarnya kita hanya
“setengah menyimak”, tentu saja tidak akan memberi hasil yang memuaskan. Oleh
karena itu sebaiknya letakkan pensil, pusatkan daya dan pikiran pada kegiatan
menyimak secara serius, atau simaklah terlebih dahulu dengan baik sesudah itu
ditulis atau dicatat dalam beberapa kata saja, pergunakanlah kata kunci dalam
catatan, karena panjang catatan tidak menjamin mutu catatan. Mencatat harus
dilakukan dengan penuh perhatian dan pemahaman sedangkan Wahana Didaktika
Vol. 15 No.2 Mei 2017 : 12-22 22 merekam dapat dilakukan tanpa pengertian dan
pemahaman. Mencatat bersifat selektif dan kritis, merekam bersifat mekanis
dan reseptif penuh.

9. Strategi Meningkatkan Kemampuan Menyimak


Beberapa strategi dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menyimak.
Guru dapat memberikan cerita yang tidak terlalu panjang di kelas, setelah guru
membacakan cerita siswa disuruh berdiskusi mengenai bagianbagian cerita yang
patut dipuji atau diperbaiki dan pesan moral dari cerita tersebut. Setelah siswa
selesai berdiskusi, siswa diberi kesempatan untuk membacakan hasil diskusinya
di depan kelas mengenai tugas yang telah didiskusikan. Guru memberikan
penjelasan kepada siswa agar siswa mengajukan pertanyaan apabila ada hal yang
tidak jelas, jika siswa tidak ada yang bertanya maka guru dapat memberikan
tugas kepada siswa yaitu siswa disuruh untuk memberikan komentar terhadap
cerita tersebut. Diketahui dari cara-cara tersebut dapat meningkatkan
kemampuan menyimak dan siswa yang pasif juga dapat memberikan suatu
pemikiran yang dituangkan dalam bentuk tulisan dalam tugas yang telah diberikan
guru (Yeager dalam Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi, 1998: 8).

Anda mungkin juga menyukai