Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Dengan menyimak seseorang dapat menyerap informasi atau pengetahuan yang
disimaknya. Menyimak juga mempelancar keterampilan berbicara dan menulis. Semakin baik
daya simak seseorang maka akan semakin baik pula daya serap informasi atau pengetahuan
yang disimaknya.
1. Tarigan (1994:28) menyatakan bahwa Menyimak merupakan suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
2. Anderson (dalam Tarigan 1994:28) Menyimak adalah proses besar mendegarkan,
mengenal, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan. Menyimak dapat pula
bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi (Russell &
Russell; Anderson dalam Tarigan 1994:28).
4. Russel, Menyimak be rmakna memdengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian
serta apresiasi. (Russell 1959)
5. Akhadiah (dalam Sutari, dkk. 1998:19) ialah suatu proses yang mencakup kegiatan
mendengarkan bunyi bahasa mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna
yang terkandung di dalamnya. Kemampuan menyimak dapat diartikan pula sebagai
koordinasi komponen–komponen kemampuan baik kemampuan mempersepsi, menganalisis
maupun menyintesis
6. Tarigan (1991:4) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses yang mencakup
kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan
mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.
7. Underwood, Menyimak ialah kegiatan mendengar atau memperhatikan baik – baik apa
yang diucapan orang, menangkap dan memahami makna dari apa yang didengar.
8. Sabarti, Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi
bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di
dalamnya
9. Baver, Menyimak adalah kemampuan seseoarang untuk menyimpulkan makna suatu
wacana lisan yang didengar tanpa harus menerjemahkan kata demi kata.
10. Urbana, Menyimak adalah suatu proses penulisan bahasa yang dimaknai kedalam pikiran.
11. Djago Tarigan, Menyimak dapat didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang mencakup
kegiatan mendengar dari bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna
yang terkandung dalam bahan simakan. Menyimak dapat dikatakan mencakup mendengar,
mendengarkan dan disertai usaha pemahaman. Pada peristiwa menyimak ada unsur
kesengajaan, direncanakan dan disertai dengan penuh perhatian dan minat.
12. Menurut Drs. Hanapi Natasasmita, Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat
pada objek yang disimak.
Jadi, Kesimpulannya Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi
baik bunyi nonbahasa dan bunyi bahasa dengan penuh pemahaman, perhatian, apresiasi, serta
interprestasi, dengan menggunakan aktivitas telinga dalam menangkap pesan yang
diperdengarkan untuk memperoleh informasi dan memahami isi yang disampaikan bunyi
tersebut.
Tujuan utama dari menyimak yaitu Menangkap, memahami, atau menghayati pesan,
ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan berbagai cara. Kegiatan pengumpulan
fakta atau informasi melalui menyimak dapat berwujud dalam berbagai variasi. Misalnya
mendengarkan radio, televisi, penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah,
percakapan dalam keluarga, percakapan dengan tetangga, percakapan dengan teman sekerja,
sekelas dsb. Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi ini di kalangan pelajar dan
mahasiswa banyak sekali dilakukan melalui menyimak. Fakta yang diperoleh melalui
kegiatan menyimak ini kemudian dilengkapi dengan kegiatan membaca atau mengadakan
eksperimen.
Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu dianalisis. Harus jelas kaitan
antar unsur fakta, sebab dan akibat apa yang terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan
pembicara harus dikaitkan dengan pengetahuan atau pengalaman menyimak dalam bidang
yang relevan.
Tujuan ketiga dalam suatu proses menyimak adalah mengevaluasi fakta-fakta yang
disampaikan pembicara. Dalam situasi ini penyimak sering mengajukan sejumlah pertanyaan
seperti antara lain :
Adakalanya orang menghadiri suatu konvensi, pertemuan ilmiah atau jamuan tertentu,
bukan untuk mencari atau mendapatkan fakta. Mereka menyimak pembicaraan orang lain
semata-mata untuk tujuan mencari ilham. Penyimak seperti ini biasanya orang yang tidak
memerlukan fakta baru. Yang mereka perlukan adalah sugesti, dorongan, suntikan semangat,
atau inspirasi guna pemecahan masalah yang sedang mereka hadapi. Mereka ini sangat
mengharapkan pembicara yang isnpiratif, sugestif dan penuh gagasan orisinal. Pembicaraan
yang semacam ini dapat muncul dari tokoh-tokoh yang disegani, dari direktur perusahaan,
orator ulung, tokoh periklanan, salesman dsb.
Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Dalam
hal ini penyimak memperhatikan seseorang pembicara pada segi:
e. Cara menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon, alat peraga dsb.
Semua hal tersebut diperhatikan oleh penyimak dan kemudian dipraktikkan.
Menyimak yang seperti inilah yang disebut menyimak untuk tujuan peningkatan kemampuan
berbicara.
Menurut Logan (dalam Tarigan 1994:56) tujuan menyimak beraneka ragam antara lain
sebagai berikut :
1. Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat
memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.
2. Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan
pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang
diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama dalam bidang seni).
3. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak
dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-
tak logis, dan lain-lain).
4. Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si
penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu
(pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan
perdebatan).
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak dengan
maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan,
maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan
tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi
yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi yang tidak membedakan arti.
Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang
asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
7. Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang
pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
8. Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap
suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si penyimak ragukan;
dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.
D.Fungsi Menyimak
2. Memperoleh informasi yang ada hubungan atau sangkut pautnya dengan pekerjaan atau
profesi
4. Penambah informasi
F. Proses Menyimak
G. Jenis-Jenis Menyimak
Menyimak ada berbagai macam jenis. Namun beberapa jenis tersebut dibedakan berdasarkan
kriteria tertentu, yakni berdasarkan suber suara, berdasarkan bahan simak, dan berdasarkan
pada titik pandang aktivitas menyimak
Berdasarkan sumber suara yang disimak, dikenal dua jenis nama penyimak yaitu
intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi dan interpersonal listening atau menyimak
antarpribadi.
Sumber suara yang disimak dapat berasal dari diri kita sendiri. Ini terjadi di saat kita
menyendiri merenungkam nasib diri, menyesali perbuatan sendiri, atau berkata-kata dengan
diri sendiri. Jenis menyimak yang seperti inilah yang disebut intrapersonal listening.
Sumber suara yang disimak dapat pula berasal dari luar diri penyimak. Menyimak yang
seperti inilah yang paling banyak kita lakukan misalnya dalam percakapan, diskusi, seminar,
dan sebagainya. Jenis menyimak yang seperti ini disebut interpersonal listening.
2) Berdasarkan Cara Penyimakan
Berdasarkan cara penyimakannya, menyimak dibagi menjadi dua ragam, yakni menyimak
intensif dan menyimak ekstensif.
Menyimak intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan
ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam. Dengan cara menyimak yang
intensif, penyimak melakukan penyimakan dengan penuh perhatian, ketelitian, dan
ketekunan, sehingga penyimak memahami secara luas bahan simakannya. Jenis menyimak
seperti ini dibagi atas beberapa jenis, yaitu :
Menyimak ekstensif
adalah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: menyimak
radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Menyimak siperti
ini sering pula diartikan sebagai kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang
umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di
bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan
simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja atau
butir-butir yang penting saja. Jenis menyimak ekstensif dapat dibagi empat:
Contoh : Ahmad sedang mencuci motor tanpa sadar ia mendengar Ibunya bercerita di teras
dengan tetangganya.
Contoh : Tukang Becak yang biasa mengantar turis secara tidak langsung pandai
berkomunikasi menggunakan bahasa asing.
Kegiatan menyimak bertaraf rendah berupa penyimak baru sampai pada kegiatan
memberikan dorongan, perhatian, dan menunjang pembicaraan. Biasanya aktivitas itu bersifat
nonverbal seperti mengangguk-angguk, senyum, sikap tertib dan penuh perhatian atau
melalui ucapan-ucapan pendek seperti benar, saya setuju, ya, ya dan sebagainya. Menyimak
dalam taraf rendah ini dikenal dengan nama silent listening.
Contoh: siswa yang sedang mendengarkan penjelasan dari guru, yang hanya menunjukkan
respon mengangguk, tersenyum, dan sebagainya.
Aktivitas menyimak yang bertaraf tinggi, penyimak sudah dapat mengutarakan kembali isi
bahan simakan. Pengutaraan kembali isi bahan simakan menandakan bahwa penyimak sudah
memahami isi bahan simakan. Jenis menyimak seperti ini disebut dengan nama active
listening.
Contoh: setelah siswa menerima pembelajaran, secara bergantian siswa mengutarakan apa
yang didapatnya pada hari itu.
1. Menyimak terpusat
Menyimak terpusat adlah menyimak suatu aba-aba atau perintah untuk mengetahui kapan
harus ulai melaksanakan sesuatu yang diperintahkan.
Contoh: ketika belajar membuat kue, saya selalu mendengarkan intruksi dari ibu kapan saya
harus memasukkan telur, kapan harus memengeluarkan adonan dari oven, dan sebagainya.
Contoh: kemarin sore, saya mendengarkan siaran berita yang memberitakan seorang siswa
MAN yang kepergok membawa minuman kers ke sekolah. Setelah mendengar itu, saya
kemudian membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan saya bahwa siswa MAN
adalah siswa yang dikenal religi. Tapi hal ini berlawanan dengan berita yang saya dengarkan.
Maka saya membandingkannya.
Yang dipentingkan oleh penyimak disini ialah mengetahui organisasi pikiran yang
disampaikan pembaca, baik ide pokoknya maupun ide penunjangnya.
Contoh: saya mengikuti seminar proposal skripsi teman saya, berarti saya telah melakukan
kegiatan menyimak organisasi materi karena saya tahu ide-ide yang disampaikannya.
4. Menyimak kritis
Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk
mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan berar dan ujaran
seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang kuat yang dapat diterima oleh akal
sehat.
Contoh: ketika mangikuti seminar proposal skripsi, karena ada hal yang kurang bisa diterima
dan dimengerti, maka saya meminta pada nara sumber untuk menjelaskan maksudnya.
Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat
mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatit para penyimak terhadap bunyi,
penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang
oleh apa-apa yang disimaknya.
Contoh: suatu saat saya mendengarkan acara TV “hidup ini indah”. Setelah menyimak acara
tersebut, saya jadi terinspirasi untuk menjadi seorang wirausaha sukses.
5) Berdasarkan tujuan menyimak
1. Menyimak sederhana
Menyimak sederhana terjadi dalam percakapan dengan teman atau percakapan melalui
telepon.
2. Menyimak deskriminatif
Contoh: orang yang marah mengeluarkan nada suara yang berbeda dengan orang yang sedang
bergembira.
3. Menyimak santai
4. Menyimak informatif
5. Menyimak literatur
6. Menyimak kritis
Penyimak menyimak untuk menghibur dirinya. Contohnya: menyimak film, drama komedi,
dan sebagainya.
Penyimak mendengarkan dan memahami isi simakan kemudian mengkaji, menguji, dan
membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak. Contoh: menyimak fakta
yang disiarkan di berita TV.
4. Menyimak apresiatif
Penyimak memahami, merasakan gagasan, ide, dan perasaan pembicara. Contoh: orang yang
sedang mendengarkan curahan hati sahabatnya.
6. Menyimak deskriminatif
Menyimak untuk membedakan suara atau bunyi. Contoh: perbedaan suara orang yang sedang
bergembira dan orang yang sedang marah.
7. Menyimak pemecahan masalah
Penyimak mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analitis yang disampaikan
oleh pembaca. Contoh: seorang psikolog yang mendengarkan keluhan pasiennya dan
berusaha memberikan solusi terhadap masalah pasien tersebut.
Ada beberapa faktor yang menentukan keefektifan serta kualitas menyimak, antara lain :
A. Faktor fisik
Kondisi fisik seseorang penyimak mungkin merupakan faktor penting yang turut
menentukan keefektifan serta kualitas menyimak. Ada orang yang sukar sekali mendengar,
dia mungkin saja terganggu serta serta dibingungkan oleh upaya yang dia lakukan untuk
mendengar. Lingkungan fisik juga bertanggung jawab atas keefektifan menyimak seseorang.
Ruangan yang terlalu panas, lembab, ataupun terlalu dingin, suara atau bunyi yang
mengganggu, dan lain-lain.
Di sekolah sang guru hendaklah dengan cermat dan teliti nenciptakan suatu
lingkungan kelas yang tidak mendatangkan gangguan menyimak. Lebih jauh lagi, sang guru
harus membantu anak didik nya memperoleh situasi yang menyenangkan serta cara
penyajian belajar yang menarik hati, sehingga yang mereka simak benar-benar mereka
pahami.
B. Faktor psikologis
Dalam hal inilah guru guru harus menampilkan fungsi bimbingannya dan mencoba
memperbaiki kondisi-kondisi tersebut. Faktor-faktor psikologis mungkin pula sangat
menguntungkan bagi penyimak. Misalnya, pengalaman-pengalaman masa lalu yang
menyenangkan, kepandaian beraneka ragam, dan lain-lain.
C. Faktor pengalaman
Latar belakang pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam menyimak. Kosa
kata menyimak juga turut mempengaruhi kualitas menyimak. Makna-makna yang yang
dipancarkan kata-kata asing cenderung mengurangi serta menyingkirkan perhatian para
siswa. Kosa kata menyimak cenderung berada atau ketinggalan di belakang kebutuha para
siswa.
Begitu banyak istilah teknis dan abstrak yabg diperkenalkan dalam pengembangan
kurikulum sehingga anak tetap dipadati dengan pengertian kata-kata yang samar dan
kurang lengkap mereka dengar dalam pelajaran-pelajaran mereka. Maka, tidak dapat
disangkal bahwa sebagian besar dari pengajaran terbang begitu saja, tiada melekat dalam
otak.
Dr. Nichols mentimpulkan ada sepuluh kebiasaan jelek yang menentang atau
berlawanan dengan menyimak, antara lain:
Kata-kata orang berbicara dengan kecepatan kira-kira 125 kata per menit. Ada
untungnya bila berpikir pun diukur pula dalam kata-kata per detik, sebab dengan demikian
ternyata kebanyakan dari kita berpikir dengan kecepatan empat kali berbicaea tadi.
Andaikata anda seorang penyimak yang baik, maka tentu anda menyimak ide-ide
penting saja. Sebaiknya fakta-fakta yang disodorkan, diucapkan kepada anda,
pertimbangkanlah hubungan satu dengan yang lain. Maka segera anda akan melihat dan
memahami bahwa orang berbicara itu telah menghubungkan beberapa fakta untuk
membentuk suatu ide pusat.
Bagi kebanyakan kita, terdapat kata-kata dan frase-frase yang mengganggu atau
membingungkan kita secara emosional. Kata-kata dan frase-frase tersebut mengganggu
pendengaran atau penyimakan kita.
Anda akan mendapatkan diri sendiri tidak dapat luput dari menyimak suatu yang
sulit, maka usaha untuk menghindari hal itu seolah-olah tidak akan ada gunanya dan anda
tidak akan dapat menyimak secara efektif. Pemecahannya: simaklah baik-baik diskusi-diskusi
mengenai subyek-subyek yang menuntun upaya untuk mamahami, mengerti, seperti dalam
komentar-komentar radio atau diskusi-diskusi panel.
6) Penolakan secara gegabah terhadap suatu subyek sebagai yang tidak menarik perhatian
Untuk memperbaiki kebiasaan menyimak yang jelek, disarankan kepada kita untuk
mengadakan suatu pendekatan egois, mengingat kepentingan diri sendiri. Memang
mungkin saja subyek tersebut tidak menarik perhatian, tetapi jangan dilupakan bahwa
orang yang paling membosankan sekalipun biasanya memiliki beberapa ide yang baik yang
hendak disajikannya.
Kita akan jarang sekali mengelabui orang yang berbicara, karena menyimak
menuntut suatu pengeluaran tenaga yang diakui paling sedikit secara tidak sadar olehnya.
Kita menipu diri sendiri keluar dari suatu kesempatan untuk belajar dari ap yang telah
dikatakan. Oleh karena itu kita lebih baik berhenti dari kepura-puraan itu dan benar-banar
menyimak yang dibicarakan oleh pembicara.
Beberapa orang beranggapan bahwa cara belajar dari menyimak adalah dengan jalan
membuat banyak catatan. Mereka jadinya terlibat dalam kegiatan fisik menulis. Kerap kali
mereka mencoba membuat kerangka apa-apa yang telah diutarakan pembicara dan menjadi
rangkuman yang berupa simbol-simbol dan angka-angka. Mereka lupa bahwa sementara itu
mereka hanya setengah menyimak.
HUBUNGAN MENYIMAK DENGAN BERBICARA,MEMBACA DAN MENULIS
Pada dasarnya bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari lewat menyimak dan
menirukan pembicaraan. Anak – anak tidak hanya menirukan pembicaraan yang mereka
pahami, tetapi juga mencoba menirukan hal – hal yang tidak mereka pahami. Kenyataan ini
mengharuskan orang tua dan guru menjadi model berbahasa yang baik, supaya anak – anak
tidak menirukan pembicaraan yang memalukan atau tidak benar (Ross dan Roe, 1990: 11).
Penyandian kembali simbol – simbol lisan (menyimak) hanya melibatkan satu tingkat
pemindahan, yaitu dari bunyi ke pengalaman yang menjadi sumbernya. Misalnya ketika
seorang anak menyimak kalimat “Nanti Ibu belikan bola”, anak mengubungkan dengan alat
permainan yang digunakan untuk bermain sepak bola, sehingga dapat memahami arti kata
bola yang disimaknya. Penyandian kembali simbol – simbol tertulis (membaca) melibatkan
dua tingkat pemindahan, yaitu dari simbol tertulis ke simbol lisan, selanjutnya ke pengalaman
yang menjadi sumbernya. Ketika membaca bola, anak mengucapkan atau mengucapkan
dalam hati kata tersebut. Selain itu menghungkannya dengan benda yang digunakan untuk
bermain sepak bola. Oleh karena itu keterampilan menyimak bagus untuk mengembangkan
kesiapan membaca, karena menyimak memerlukan proses mental yang sama dengan
membaca, kecuali pada tingkat penyandiannya.
Mengajar anak – anak menangkap ide – ide pokok, detail, urutan, hubungan sebab
akibat, mengevaluasi secara kritis, dan menangkap elemen – elemen lain dari pesan – pesan
secara lisan dapat mempengaruhi kemampuan anak – anak membaca guna menangkap
elemen – elemen yang sama seperti ketika mereka menyimak. Penambahan sebuah kata
dalam kosa kata yang disimak anak – anak meningkatkan kemungkinan mereka dapat
menafsirkan arti kata tersebut jika mereka membacanya (Ross dan Roe, 1990: 12). Contoh,
seorang anak yang dapat memahami kata “bermain” ketika menyimak cerita gurunya, juga
dapat memahami ketika menjumpai kata tersebut dalam bacaan.
Namun, kegiatan berbicara dapat juga merupakan kegiatan untuk mencapai kesiapan
menulis. Bahasa lisan dipelajari lebih dahulu oleh anak – anak dan pada umumnya mereka
tidak mengutarakan secara tertulis hal – hal yang tidak mereka kuasai secara lisan.
Membaca dan menulis merupakan keterampilan yang saling melengkapi. Tidak ada
yang perlu ditulis kalau tidak ada yang membacanya, dan tidak ada yang dapat dibaca kalau
belum ada yang ditulis. Keduanya merupakan keterampilan bahasa yang tertulis, dan
menggunakan simbol – simbol yang dapat dilihat yang mewakili kata – kata yang diucapkan
serta pengalaman dibalik kata – kata tersebut. Dalam menulis, orang lebih suka menggunakan
kata – kata yang dikenal dan yang dirasakan sudah dipahami dengan baik dalam bahasa
bacaan yang telah dibacanya. Namun, banyak materi yang telah dibaca dan dikuasai oleh
seseorang yang tidak pernah muncul dalam tulisan (karangan). Hal itu terjadi karena untuk
menggunakan suatu kata dalam tulisan diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam dalam
hal penerapan kata tersebut daripada sekedar memahami ketika membaca.