Anda di halaman 1dari 4

Nama : Christian Tumimomor

Nim : 18202102007
M.K. : Pragmatik
Deiksis, Presuposisi dan Implikatur
 Deiksis
Deiksis berasal dari kata Yunani kuno yang berarti “menunjukkan atau menunjuk”.
Dengan kata lain informasi kontekstual secara leksikal maupun gramatikal yang menunjuk
pada hal tertentu baik benda, tempat, ataupun waktu itulah yang disebut dengan deiksis,
misalnya he, here, now. Ketiga ungkapan itu memberi perintah untuk menunjuk konteks
tertentu agar makna ujaran dapat di pahami dengan tegas.Tenses atau kala juga merupakan
jenis deiksis. Untuk menafsirkan deiksis-deiksis itu, semua ungkapan bergantung pada
penafsiran penutur dan pendengar dalam konteks yang sama.
a. Deksis Persona
Istilah persona berasal dari kata Latin persona sebagai terjemahan dari kata Yunani
prosopon, yang artinya topeng (topeng yang dipakai seorang pemain sandiwara), berarti juga
peranan atau watak yang dibawakan oleh pemain sandiwara. Istilah persona dipilih oleh ahli
bahasa waktu itu disebabkan oleh adanya kemiripan antara peristiwa bahasa dan permainan
bahasa (Lyons, 1977: 638 via Djajasudarma, 1993: 44). Deiksis perorangan (person deixis);
menunjuk peran dari partisipan dalam peristiwa percakapan misalnya pembicara, yang
dibicarakan, dan entitas yang lain.
Deiksis orang ditentukan menurut peran peserta dalam peristiwa bahasa. Peran peserta
itu dapat dibagi menjadi tiga. Pertama ialah orang pertama, yaitu kategori rujukan pembicara
kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya, misalnya saya, kita, dan kami. Kedua
ialah orang kedua, yaitu kategori rujukan pembicara kepada seorang pendengar atau lebih
yang hadir bersama orang pertama, misalnya kamu, kalian, saudara. Ketiga ialah orang ketiga,
yaitu kategori rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu, baik
hadir maupun tidak, misalnya dia dan mereka.
b. Deiksis Tempat
Deiksis tempat ialah pemberian bentuk pada lokasi menurut peserta dalam peristiwa
bahasa. Semua bahasa -termasuk bahasa Indonesia- membedakan antara “yang dekat
kepada pembicara” (di sini) dan “yang bukan dekat kepada pembicara” (termasuk yang dekat
kepada pendengar -di situ) (Nababan, 1987: 41). Sebagai contoh penggunaan deiksis tempat.
Deiksis tempat menyatakan pemberian bentuk kepada tempat, dipandang dari lokasi
pemeran dalam peristiwa berbahasa, yang meliputi (a) yang dekat dengan pembicara (di sini);
(b) yang jauh dari pembicara tetapi dekat dengan pendengar (di situ); (c) yang jauh dari
pembicara dan pendengar (di sana). Di bawah ini masing-masing contohnya:
(a) Duduklah bersamaku di sini!
(b) Letakkan piringmu di situ!
(c) Aku akan menemuinya di sana.
c. Deiksis Waktu
Deiksis waktu ialah pemberian bentuk pada rentang waktu seperti yang dimaksudkan
penutur dalam peristiwa bahasa. Dalam banyak bahasa, deiksis (rujukan) waktu ini
diungkapkan dalam bentuk “kala” (Inggris: tense) (Nababan, 1987: 41). Contoh pemakaian
deiksis waktu dalam bahasa Inggris.
a. “I bought a book”.
b. “I am buying a book”.
Meskipun tanpa keterangan waktu, dalam kalimat (9a) dan (9b), penggunaan deiksis
waktu sudah jelas. Namun apabila diperlukan pembedaan/ketegasan yang lebih terperinci,
dapat ditambahkan sesuatu kata/frasa keterangan waktu; umpamanya, yesterday, last year,
now, dan sebagainya.

 Presuposisi
Presuposisi (presupposition) berasal dari kata bahasa Inggris pre-suppose yang berarti to
assume beforehand (praanggapan/dugaan sementara) dalam arti sebelum pembicara atau
penulis mengujarkan sesuatu ia sudah memiliki dugaan sebelumnya tentang lawan bicara
atau yang dibicarakan. Sebenarnya, praanggapan ini berasal dari perdebatan dalam ilmu
falsafah, khususnya tentang hakekat rujukan yang dirujuk atau dihunjuk oleh kata, frase, atau
kalimat dan ungkapan-ungkapan rujukan. Dengan mempelajari presuposisi ini sebenarnya
secara tidak langsung kita mempelajari filsafat logika yang menuntut kita untuk memahami
arahan yang sebenarnya dalam suatu kalimat.
George Yule, seorang ahli bahasa Inggris dalam kategori pragmatika, menyatakan bahwa
presuposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum
menghasilkan suatu tuturan. Dari hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa asumsi itulah yang
sebenarnya kita cari dalam presuposisi ini dengan cara menegasikan suatu kalimat untuk
melihat asumsi mana yang tetap stabil. Berikut adalah salah satu contoh dari presuposisi:
Jenis-Jenis Presuposisi
a. Presuposisi Eksistensial:
In the Mediterranean Sea there is a little island called Ibiza.
In the Mediterranean Sea there is not a little island called Ibiza.
Kesimpulannya adalah ada atau tidaknya pulau yang disebut dengan Ibiza di Laut
Mediterania, akan tetap ada yang disebut dengan Laut Mediterania dan Ibiza.
b. Presuposisi Fakta
I regret leaving
Makna yang tersirat adalah subjek “I” telah pergi.
c. Presuposisi Non-Fakta
He pretended to be happy
Makna yang tersirat adalah subjek “He” pada kenyataannya dia tidak bahagia.
d. Presuposisi Leksikal
He managed to escape
Makna yang tersirat ada dalam kata ‘managed’ yang dapat diganti dengan ‘tried’. Dalam
bahasa Indonesia kedua arti tersebut memang sama.
e. Presuposisi Struktural
When did she die?
Makna yang tersirat adalah subjek “she” memang telah meninggal.
f. Presuposisi Pengandaian
If I were not ill
Makna yang tersirat dari kalimat tersebut adalah pengandaian atas kenyataan yang
sebenarnya terjadi, ‘I am ill.’

 Implikatur
Konsep implikatur kali pertama dikenalkan oleh H.P. Grice (1975) untuk memcahkan
persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori semantik biasa. Implikatur
dipakai untuk memperhitungkan apa yang disarankan atau apa yang dimaksud oleh penutur
sebagai hal yang berbeda dari apa yang dinyatakan secara harfiah Brown dan Yule (1983:1.
Sebagai contoh, kalau ada ujaran panas disini bukan? Maka secara implisit penutur
menghendaki agar mesin pendingin di hidupkan atau jendela dibuka.
Makna tersirat (implied meaning) atau implikatur adalah makna atau pesan yang tersirat
dalam ungkapan lisan dan atau wacana tulis. Kata lain implikatur adalah ungkapan secara
tidak langsung yakni makna ungkapan tidak tercermin dalam kosakata secara literal (Ihsan,
2011:93)
Menurut Grice (dikutif Rani, Arifin dan Martutik, 2004:171), dalam pemakaian bahasa
terdapat implikatur yang disebut implikatur konvensional, yaitu implikatur yang ditentukan
oleh ‘arti konvensional kata-kata yang dipakai’.

Anda mungkin juga menyukai