Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH

PERKEMBANGAN
FILOLOGI

FILOLOGI
GUSNAWATI (1955041025)
NUR HIKMAH (1955040010)
MUSTAFA (1955042017)

Kelompok 2
Sejarah perkembangan filologi di Nusantara

Nusantara merupakan kawasan yang memiliki peradaban tinggi dan


diwariskan secara turun-temurun melalui berbagai media, antara
lain media tulisan yang berupa naskah-naskah. Kekayaan Nusantara
akan naskah-naskah lama dibuktikan dengan jumlah koleksinya
yang dewasa ini terdapat di berbagai pusat studi kebudayaan Timur
pada umumnya. Filologi di Nusantara, awalnya dikembangkan oleh
pemerintahan kolonial Belanda, bertujuan untuk mengungkap
informasi masa lampau yang terkandung dalam bahan tertulis
peninggalan masa lalu dengan harapan adanya nilai-nilai atau hasil
budaya masa lampau yang diperlukan dalam kehidupan masa
kini. Kawasan Nusantara terbagi dalam banyak kelompok etnis,
yang masing-masing memiliki bentuk kebudayaan yang khas, tanpa
meninggalkan sifat kekhasan kebudayaan Nusantara.
Sejarah perkembangan filologi di Nusantara

1. Naskah Nusantara dan para Pedagang Barat

Di jaman VOC usaha mempelajari bahasa-bahasa Nusantara hampir terbatas


pada bahasa Melayu, karena dengan bahasa Melayu mereka sudah dapat
berhubungan dengan bangsa pribumi dan bangsa asing yang mengunjungi
kawasan ini, seperti : bangsa India, Cina, Arab dan Eropa lainnya. Peran para
pedagang sebagai pengamat bahasa melalui pembacaan naskah-naskah
dilanjutkan oleh para penginjil yang dikirim VOC ke Nusantara selama 2 abad
pertama.
Sejarah perkembangan filologi di Nusantara

2. Telaah naskah Nusantara oleh para penginjil

Seorang penginjil yang terkenal yang menaruh minat kepada naskah-naskah


Melayu adalah Dr. Melchior Leijdecker (1645-1701). Pada tahun 1691 atas
perintah Dewan Gereja Belanda, Leijdecker menyusun terjemahan Beibel
dalam bahasa Melayu tinggi. Akan tetapi hingga sampai ajalnya, terjemahan
itupun belum selesai maka lalu dilanjutkan oleh seorang penginjil lain
bernama Petrus van den Vorm (1664-1731). Penginjil lain yang dikenal akrab
dengan bahasa dan kesastraan Melayu adalah G.H. Werndly. Dalam
karangannya berjudul Malaische Spaakkunst, terbit pada tahun 1736 dalam
lampirannya yang diberi nama Malaische Boekzaal, dia menyusun daftar
naskah-naskah Melayu yang dikenalnya sebanyak 69 naskah.
Sejarah perkembangan filologi di Nusantara

2. Kegiatan filologi terhadap naskah Nusantara

Kajian ahli filologi terhadap naskah-naskah Nusantara bertujuan untuk menyunting,


membahas serta menganalisis isinya atau untuk kedua-duanya. Hasil suntingannya
pada umumnya berupa penyajian teks dalam huruf aslinya, yaitu huruf Jawa, huruf
Pegon atau huruf Jawi dengan disertai pengantar atau pendahuluan yang sangat
singkat tanpa analisis isinya, misalnya suntingan Ramayana Kakawin oleh H. Kern. 

Perkembangan selanjutnya, naskah itu disunting dalam bentuk transliterasi dalam


huruf Latin, misalnya Wrettasantjaja (1849), Ardjoena-Wiwaha (1850)
dan Bomakawya (1950). Ketiga-tiganya naskah Jawa kuno disunting oleh T.Th.A.
Friederich dan Brata Joeda (1850) oleh Cohen Stuart. Setelah itu suntingan naskah
disertai dengan terjemahan dalam bahasa asing, terutama bahasa Belanda,
merupakan perkembangan filologi selanjutnya. Misalnya: Sang Hyang
Kamahayanikan, Oud Javaansche tekst met inleiding, vertaling en aanteekeningan
oleh J. Kats (1910) dan Arjuna-Wiwaha oleh Poerbatjaraka (1926).
Tokoh-tokoh filologi Nusantara

1. Husein Djayadiningrat // Critische Beschouwing Wan De Sadjarah Banten (1913),


berdasarkan naskah Babad Banten.
2. R.M.Ng. Poerbatjaraka // Arjuna-Wiwaha (1926) .
3. Teuku Iskandar // De Hikajat Atjeh (1959).
4. Naguib Al-Attas // The Mysticism Of Hamzah Fansuri (1970), dari buku Hamzah
Fansuri.
5. Siti Soleh // Hikayat Merong Mahawangsa (1970).
6. Haryati Soebadio // Jnānasiddhanta  (1971).
7. S. Soebardi // The Boek Of Cabolek (1975), berdasarkan naskah Serat Cabolek.
8.  S. Supomo // Arjuna-Wiwaha (1977).
9. Edi Ekajati // Cerita Dipati Ukur (1978), dari naskah sejarah tradisional Sunda.
10. Herman Sumantri // Sejarah Sukapura (1979), dari naskah sejarah tradisional
Sunda.
11. Sulastin Sutrisno // Hikayat Hang Tuah; Analisis Struktur Dan Fungsi (1979).
12. Achadiati Ikram // Hikayat Sri Rama Suntingan Naskah Disertai Telaah Amanat
Dan Struktur (1980).
13. Prof. R. Prijana.
14. Nabilah Lubis // Syech Yusuf Al-Taj Al-Makassari, Menyingkap Intisari Segala
Rahasia
KESIMPULAN

1. Kearifan lokal yang mengakar dalam suatu kebudayaan dapat dilacak kembali pada
tinggalan budaya masa lalu kebudayaan tersebut. Aneka bentuk tinggalan budaya
masa lalu tersebut salah satunya berbentuk naskah dan ilmu pengetahuan
memungkinkan adanya kajian ilmiah terhadap naskah tersebut yakni dengan
menggunakan ilmu filologi.
2. Filologi sebagai suatu bidang ilmu adalah suatu studi tentang kajian atau telaah
naskah-naskah atau karya sastra masa lampau yang memiliki nilai informatif dengan
tujuan untuk mengungkapkan makna dan pesan yang terkandung di dalamnya untuk
kepentingan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang.
Filologi sangat penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan karena dengan
mengetahui ilmu filologi maka banyak ilmu lain yang bisa ketahui. Sejarah
perkembangan filologi di Nusantara awalnya dikembangkan oleh pemerintahan kolonial
Belanda, Yang pertama kali mengetahui adanya naskah di Nusantara adalah para
pedagang Barat, peran para pedagang sebagai pengamat bahasa melalui pembacaan
naskah-naskah dilanjutkan oleh para penginjil yang dikirim VOC ke Nusantara selama 2
abad pertama.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai