Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN BUKU “TEORI BELAJAR BAHASA”

Karya Drs. Syaifuddin Mahmud, M.Pd


dan Muhammad Idham S,Pd., M.Ed.

Yulia Rahmatillah (41032121200061)


Identitas Buku

Judul Buku : Teori Belajar Bahasa


Nama Penulis : Syaifuddin Mahmud, M.Pd
Muhammad Idham S,Pd.,M.Ed.
Penerbit : Syiah Kuala University Press
Tahun Terbit : 2019
Jumlah Halaman : 210
Kota Terbit : Banda Aceh
ISBN : 978-623-7086-31-4
RUMUSAN MASALAH

Apa saja identitas buku “Teori Belajar Bagaimana intisari dari isi buku “Teori
Bahasa” Karya Drs. Syaifuddin Mahmud, Belajar Bahasa” Karya Drs. Syaifuddin
M.Pd Mahmud, M.Pd
dan Muhammad Idham S,Pd., M.Ed? dan Muhammad Idham S,Pd., M.Ed?

Apakah buku tersebut sudah memenuhi


Bagaimana isi yang terkadung dari hasil
kualitas buku yang baik dari mulai isi materi,
analisis laporan buku “Teori Belajar
sistematika penulisan dan kaidah-kaidah
Bahasa” Karya Drs. Syaifuddin Mahmud,
kebahasaan sudah sesuaikah dengan KBBI ,
M.Pd
PUEBI dan EYD ?
dan Muhammad Idham S,Pd., M.Ed?
TUJUAN LAPORAN
BUKU
Untuk mengetahui buku “Teori Belajar Untuk mengetahui intisari dari isi buku
Bahasa” Karya Drs. Syaifuddin Mahmud, “Teori Belajar Bahasa” Karya Drs.
M.Pd Syaifuddin Mahmud, M.Pd
dan Muhammad Idham S,Pd., M.Ed dan Muhammad Idham S,Pd., M.Ed.

Untuk mengetahui kualitas isi buku, baik dari


Untuk mengetahui analisis laporan buku
mulai isi materi, sistematika penulisan dan
“Teori Belajar Bahasa” Karya Drs.
kaidah-kaidah kebahasaan (KBBI , PUEBI dan
Syaifuddin Mahmud, M.Pd
EYD).
dan Muhammad Idham S,Pd., M.Ed
MANFAAT LAPORAN BUKU

Praktis

Bagi Penulis :
Laporan ini dibuat untuk memberikan pengalaman, gambaran sistematika pembuatan laporan buku
yang baik dan tahapannya, juga menambah wawasan pengetahuan mengenai kajian yang diangkat
mengenai teori belajar bahasa.

Teoritis
1. Semoga laporan ini bisa di gunakan sebagai bahan kajian dalam pembelajaran menulis.
2. Diharapkan laporan ini dapat dijadikan bahan referensi bagi laporan-laporan buku yang akan datang
berkaitan denganteori belajar bahasa.
3. Diharapkan laporan ini bisa menjadi sumber pembelajaran bahasa Indonesia dan materi pembelajaran
bahasa.
BAB I PENDAHULUAN
 Teori Belajar Kognitif meruapakan teori belajar yang melibatkan peristiwa mental dengan penekanan nya
pada proses. Teori ini dipelopori oleh Robert M. Gagne, Jean Piaget, dan Ausubel.

1) Teori Pembelajaran Kognitif menggunakan model pemrosesan informasi yang menguraikan fungsi dari
pencatat pancaindera atau sensory register, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang serta
menjelaskan bagaimana tiap-tiap komponen model itu menyumbang kepada pemerosesan informasi.
2) Teori Pembelajaran Kognitif menjelaskan proses ingat dan lupa.
3) Teori Pembelajaran Kognitif menunjukkan bagaimana meningkatkan memori dengan menggunakan
pembelajaran pasangan sekutu atau paired-associate learning pembelajaran berurutan atau serial
learning, dan pembelajaran menghafal-bebas atau free recall learning.
4) Teori Pembelajaran Kognitif menjelaskan perbedaan pembelajaran hafalan atau rot learning dan
pembelajaran bermakna atau meaningfull learning.
5) Teori Pembelajaran Kognitif menjelaskan keterampilan metakognitif yang digunakan untuk pengayaan
belajar.
6) Teori Pembelajaran Kognitif mengidentifikasi strategi belajar efektif yang membantu siswa belajar.
7) Teori Pembelajaran Kognitif mengangkat strategi-strategi pengajaran khusus yang membantu siswa
belajar.
Lanjutan
Teori belajar asosiasi mendasarkan pada teori ilmu jiwa asosiasi, memunculkan dua teori
yang sangat terkenal, yakni teori konektionisme yang dipelopori oleh Thorndike dan teori
conditioning yang dipelopori oleh Pavlov.
Thorndike dengan S-R Bond Theory-nya menyusun hukum hukum belajar:
1) Hukum pengaruh (the law of effect), yakni hu bungan-hubungan S-R dapat diperkuat
atau diperlemah bergantung kepada kepuasan/kesenangan atau ketidaksenangan;
2) Hukum latihan/hukum penggunaan atau hukum penidakgunaan (the law of exercise
atau the law of disuse), yakni hubungan S-R bertambah erat jika sering dilatih atau
digunakan;
3) Hukum respons berganda (the law of multiple response), yakni individu mengadakan
bermacam-macam percobaan yang mula-mula tidak berhasil, akhirnya mungkin
memberi jawaban yang tepat;
4) Hukum asimilasi atau hukum analogi (the law of assimilation atau the law of analogy).
Tokoh yang mengembangkan teori belajar asosiasi adalah Thorndike dan Pavlov.
Lanjutan
Tokoh yang mengembangkan teori belajar behavior adalah Edwin Guthrie, Wadson, dan
B.F. Skinner.
1. Menurut skinner tingkah laku terjadi atas 2 proses, yaitu stimulus dan respon, dengan
demikian yang paing penting itu adalah kedua hal itu.
2. Teori ini percaya bahwa pemerolehan bahasa ke dua dapat diperoleh dari peniruan
untuk mengidentifikasi hubungan stimulus dan respon.
3. Menurut Ellis ada 2 ciri dari teori ini, yaitu pertama kebiasaan yang dapat diamati yaitu
kebenaran dasar yang wujudnya dapat ditunjuk dan geraknya dapat diamati, kedua
kebiasaan itu akan menjadi sesuatu yang otomatis, karena memanipulasi kesulitan
dalam menerima stimulan.
4. Dalam proses pembiasaan akan terjadi reaksi reinforced.
Lanjutan
 Piaget mengembangkan Teori Belajar Konstruktivisme dengan asumsi bahwa setiap
individu sudah memiliki kemampuan untuk mengonstruksi pengetahuannya sejak
kecil.
1. Pandangan teori ini tentang belajar bahwa belajar sebagai suatu proses mengonstruksi
pengetahuan oleh pembelajar itu sendiri.
2. Adapun ciri belajar konstruktivis terdiri atas orientasi, elisitasi. restrukturisasi ide,
penggunaan ide baru dalam berbagai situasi, dan review.
3. Contextual Teaching and Learning merupakan suatu implementasi dari Teori Belajar
Konstruktivisme. Teori yang dikembangkan oleh Piaget ini memiliki tujuh komponen,
yakni: (a) constructivism (konstruktivisme), inquiry (inkuiri), questioning (bertanya),
learning community (masyarakat belajar), modeling (pemodelan), reflection (refleksi),
dan authentic assessment (penilaian yang sebenarnya)
BAB II BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Kata kunci dari pengertian belajar adalah perubahan. Perubahan dapat terjadi
melalui proses atau kegiatan mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu,
mendengar, dan mengikuti arah tertentu.
 Jadi, belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sengaja menuju kepada
perubahan perilaku melalui kegiatan mengamati, membaca, meniru, mencoba
sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.
 Belajar bahasa melibatkan empat faktor. Keempat faktor tersebut, menurut
Subyakto-N (1988:4),terdiri atas guru, pengajaran bahasa, metode pengajaran,
dan materi pelajaran.
 Pembelajaran merupakan kombinasi dari unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi pencapaian tujuan
pembelajaran. Manusia yang dimak sudkan terdiri atas guru, siswa, dan tenaga
laboratorium.
 Selanjutnya, material yang dimaksudkan terdiri atas buku-buku, papan tulis, film,
film slide, film strip, spidol, kapur tulis, dan video. Fasilitas dan perlengkapan
dapat berupa ruang kelas, LCD projector, dan komputer. Selain itu, prosedur
dapat berupa jadwal belajar-mengajar, metode mengajar, praktik, dan sebagainya
(Hamalik, 2014:57).
Prinsip pembelajaran sebagaimana diatur dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
(1) dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
(2) dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar;
(3) dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;
(4) dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
(5) dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
(6) dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya
multi dimensi;
(7) dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
(8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hard-skills) dan keterampilan mental (softskills);
(9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang
hayat;
(10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun
kemauan(ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
(tut wuri handayani);
(11) pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;
(12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana
saja adalah kelas;
(13) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
(14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang buda ya peserta didik.
Lanjutan
Komponen Belajar (a) Tujuan,
dan Pembelajaran
(b) Bahan Pelajaran
Komponen-komponen Belajar (c) Kegiatan Belajar-mengajar
dan Pembelajaran Sebagai suatu
proses, kegiatan belajar dan (d) Metode
pembelajaran mempunyai suatu
sistem yang mengatur (e) Alat
komponen-komponen yang
(f) Sumber Pelajaran
terlibat di dalamnya.
(g) Evaluasi
BAB III BAHASA DAN PIKIRAN
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbiter dan bermakna
konvensional berfungsi sebgai alat komunikasi, sarana menyampaikan
pikiran, perasaan, dan pesan.

Fungsi Bahasa
1. Fungsi kognitif, yakni bahasa menerangkan proposisi yang kita dapat
mencoba kebenarannya dan dapat menerima ataumenolaknya.
2. Fungsi emotif, yakni terdapat dua kemungkinan, yaitu ber sifat ekspresif
tentang perasaan dan keadaan, atau mungkin bersifat evokatif dan
menghendaki responsi emosional dari orang lain.
3. Fungsi imperatif, yakni memerintah atau mengarahkan agardapat
mengontrol tindakan orang lain.
4. Fungsi seremonial, yakni seperti yang kita pakai dalam menghormati
orang lain atau dalam percakapan dan ritual
Bahasa dan Pikiran

Adanya bahasa menjadikan manusia sebagai makhluk yang bermasyarakat.


Dengan bahasa kemasyarakatan kita tercipta, dibina dan dikembangkan dengan
bahasa, yang disebutkan oleh Lindgren bahwa bahasa itu sebagai "perekat
masyarakat" dan disebutkan oleh Broom & Selznik bahwa bahasa berupa
"faktor penentu dalam penciptaan masyarakat manusia“ (Subyakto-N, 1992:1).
Manusia telah dianugerahkan dua kelebihan yang membedakannya dengan
makhluk ciptaan lainnya. Pertama, manusia telah diberikan Tuhan bahasa yang
sempurna. Kesempurnaan bahasa ma nusia terlihat dari kemampuannya
mengomunikasikan pengetahu annya kepada orang lain. Kedua, manusia telah
dianugerahkan Tu han suatu kemampuan berpikir. Karena manusia mempunyai
baha sa yang sempurna, ia mampu berpikir dengan baik dan mengaku
mulasikan pengetahuannya melalui proses komunikasi.
BAB IV BAHASA MANUSIA DAN BINATANG
Bahasa yang pertama dikuasai seorang anak adalah Bahasa manusia dan bahasa binatang diperintah oleh
teriakan, gerak-gerik, dan mimik. Demikian juga otak. Perbedaannya adalah otak manusia lebih besar
orang yang bisu-tuli meng gunakan teriakan, gerak- dan pelaksanaanperintah otak itu pada manusia tidak
gerik, dan mimik sebagai alat ekspresi. Jika dilihat sama dengan pada binatang..Bahasa manusia adalah
dari bentuk bahasa yang digunakan itu, tampaklah bahasa yang diartikulasikan, bahasa yangterdiri atas
bah wa pada tahap-tahap awal manusia pun fonem-fonem yang sangat banyak dan merupakan
berbahasa seperti binatang. hasildari modifikasi-modifikasi daerah mulut.

Charles F. Hockett mengidentifikasi 16 ciri khusus yang membedakan bahasa dari sistem
komunikasi makhluk sosial yang lain, yakni (1) jalur vokal-auditif, penyiaran ke semua jurusan,
tetapi penerimaan yang terarah, (3) cepat hilang. (4) dapat saling ber ganti, (5) umpan balik
yang lengkap. (6) spesialisasi (pengkhusus an). (7) kebermaknaan, (8) kewenangan, (9)
keterpisahan, (10) ke terlepasan, (11) keterbukaan, (12) pembelajaran, (13) dualitas struktur,
(14) benar atau tidak, (15) refleksivitas, dan (16) dapat di pelajari.
BAB V PEMEROLEHAN BAHASA
Pemerolehan bahasa (language acquisition)
merupakan is tilah yang digunakan oleh para ahli
dalam kaitannya dengan pe nguasaan bahasa anak
(child language). Krashen & Terrel menye butkan
bahwa pemerolehan bahasa terjadi tanpa disengaja
atau di bawah sadar. Dalam hal ini Krashen & Terrel
membedakan antara pemerolehan bahasa dan
pembelajaran bahasa.

Dalam pemerolehan bahasa, kreativitas adalah


pengorgani sasian masukan oleh pembelajar bahasa
dengan cara-cara yang tidak terikat pada
karakteristik lingkungan eksternal. Dengan demi
kian, proses konstruksi kreatif adalah proses
rekonstruksi secara bertahap, kaidah-kaidah bahasa
berdasarkan ujaran-ujaran yang di dengar oleh
pembelajar dengan bimbingan. Dengan demikian,
kreativitas itu terlepas dari karakteristik lingkungan
eksternal.
 Pemerolehan bahasa pertama terjadi Faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa
diawal kehidupan seorang anak melalui pertama:
proses peniruan bunyi-bunyi yang ada di 1. Faktor Perkembangan Kognitif Anak
sekitar lingkungannya, yang selanjutnya 2. Faktor Perkembangan sosial
dikomunikasikan melalui ujaran sesuai 3. Alat Pemerolehan bahasa
dengan apa yang disimaknya.

Tahap perkembangan bahasa


1. 3 bulan : anak mulai mengenal suara manusia
2. 6 bulan : anak mulai membedakan antara nada yang halus dan kasar
3. 9 bulan : anak mualai bereaksi terhadap isyarat.
4. 12 bulan : anak mulai membuat reaksi terhadap perintah
5. 18 bulan : anak mulai mengikuti petunjuk
6. 2-3 tahun : anak sudah memahami pertanyaan dan perintah sederhana
7. 4-5 tahun : pemahaman anak makin mantar walau belum memahami konsep waktu
dengan jelas.
8. 6-8 tahun : tidak ada kesukaran dalam memahami kalimat yang biasa dipakai orang
dewasa sehari-hari
 Pememrolehan bahasa ke dua adalah proses pemerolahan bahasa setelah bahasa pertama.
Pemerolahan bahasa ke dua mengacu pada peroses belajar dan mengajar, baik B2 maupun bahsa
asing. Menurut subyakto-N tipe pemerolehan bahasa yaitu (1) terpimpin; (2) alamiah.

Faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa kedua :


1. Faktor Usia dalam Pemerolehan B2 (Biologis, Konitif dan Afektif )
2. Pengaruh Lingkungan Informal dalam B2 (Lingkungan bahasa yang bersifat alamiah, yaitu
bahasa yang dipakai oleh kawan sebaya, bahasa pengasuh orangtua, bahasa yang dipakai oleh
kelompok etnik pembelajar, bahasa media cetak atau elektronika, dan bahasa yang dipakai
oleh guru)
3. Pengaruh Lingkungan Formal dalam Pemerolehan B2 ( pengaruh bahasa dari lingkungan
formal memiliki ciri yaitu berisfat artifisial, menampilkan kaidah-kaidah bahasa, bagian dari
pengajaran bahasa disekolah (kelas).
4. Pengaruh B1 dalam Pemerolehan B2 (hal itu disebabkan masalah transfer baik itu struktur
maupun unsur-unsur bahasa lain dalam B1 ketika pembelajar memproduksi B2. pengaruh itu
paling kuat terlihat dalam susunan kata-kata kompleks dan dalam terjemahan frasa-frasa kata
demi kata)
BAB VI PEMBELAJARAN BAHASA
 Pembelajaran bahasa merupakan suatu proses yang berlang sung secara sadar yang melibatkan
sejumlah komponen pembelajaran dengan bahasa sebagai subjeknya. Belajar bahasa sebagai alat
untuk menguasai ilmu yang lain. Pembelajaran bahasa adalah proses belajar bahasa dan bukan
proses belajar tentang bahasa.

Hipotesis tentang Pembelajaran Bahasa


 Hipotesis Krashen dan Tersell (Krashen dan Terrell mengemukakan lima hipotesis dalam kaitannya
dengan teori pendekatan pengajaran bahasa, yaitu (1) Hipotesis Pemerolehan >< Pem belajaran
(Acquisition vs Learning), (2) Hipotesis Masukan (Input Hypothesis), (3) Hipotesis Urutan Alamiah
(Natural Order Hypo thesis), (4) Hipotesis Monitor (Monitor Hypothesis), dan (5) Hipo tesis Saringan
Afektif (Affective Learning)
 Hipotesis Interlanguage (Selinker, Swain, dan Dumas menyebutkan bahwa empat karakteristik
interlanguage Keempat karakteristik itu adalah sebagai berikut: (1) stabilitas kesalahan dari waktu ke
waktu; (2) saling memahami antarpenutur bahasa antara (interlanguage);(3) pemunculan secara
teratur kesalahan terfosilisasi (tetapi ingin dihilangkan); dan (4) kesistematisan bahasa antara ).
 Hipotesis Pijnisasi (Hipotesis pidginisasi (pidginization hypothesis) mengacu kepada suatu
bahasa yang dipakai oleh sekelompok masyarakat da lam wilayah tertentu yang berada di
antara dua bahasa. Biasanya di antara kedua bahasa itu memiliki status yang berbeda di
antara penuturnya.
 Hipotesis Kontrasi berasumsi bahwa kesalahan yang terjadi dalam pembelajaran bahasa
disebabkan oleh adanya perbedaan antara B1 dan bahasa yang dipelajari. Jika terdapat
perbedaan yang nyata antara B1 dengan bahasa yang dipelajari, menurut hipotesis
kontrastif, semakin sulit pula pembelajaran.
Penekanan pada perbandingan bahasa menunjukkan bahwa Analisis Kontrastif berorientasi
pada perbandingan sistem-sistem bahasa. Ada dua hipotesis yang dianut oleh Analisis
Kontrastif, yang antara satu dengan lainnya saling berlawanan, yaitu :
(a) Hipotesis kuat (a strong claim): masalah pembelajaran B2 dapat diprediksi berdasarkan
perbedaan antara B1 dan B2;
(b) Hipotesis lemah (a week claim): sedikit tinjauan masalah pembelajaran B2 dapat dijelaskan
berdasarkan perbedaan antara B1 dengan B2(Van Els et al., 1985:50).
BAB VII MODEL-MODEL PEMBELAJARAN B2
 Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau suatu pola yang bersifat umum. Rencana
atau pola tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun kurikulum. Selanjutnya,
rencana atau pola tersebut menjadi pedoman untuk merancang bahan dan kegiatan untuk
diimplementasikan di kelas.
 Joice & Weil (1996:1) menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau lainnya.
 Perkembangan pembelajaran B2 telah menggerakan para ahli untuk mengembangkan model-
model pembelajaran B2. Ada beberapa model pembelajaran B2 yang dikembangkan, di
antaranya adalah Model Spolsky, Ingram, dan Mackey (Stern, 1983:37).
 Pengajaran B2 sebenarnya tidak terbatas pada model yangterlihat di atas, melainkan sangat
kompleks. Hal ini karena banyakfaktor yang memengaruhinya. Faktor pemerintah hampir dapat
dikatakan yang sangat dominan dalam pembelajaran B2.
 Model Spolsky  Model pembelajaran B2 Ingram  Model Mackey
Model pembelajaran B2 yang memperlihatkan lingkup Model pembelajaran B2 Mackey
dikembangkan Spolsky tanggung jawab ilmuwan mengaitkannya dengan kebijakan
bersumber dari 3 hal (penerap linguistik) dan guru pemerintah. Ia membedakan lima
1. Deskripsi, bahasa di kelas. Ilmu-ilmu yang variabel besar dalam pengajaran
menjadi dasar pengembangan B2, yaitu: (a) metode dan materi
2. Teori belajar bahasa,
pratik pengajaran B2 adalah (misalnya buku teks, film, tape); (b)
3. Teori pnggunan bahasa.
linguistik, psikolinguistik, sosioli guru (apa yang diajarkannya); (c)
Dalam model yang diajukan oleh nguistik, psikologi, dan sosiologi. pengajaran (apa yang membawa
Spolsky ada empat disiplin ilmu Atas dasar ilmu itulah selanjut murid belajar); (d) sosiokultural
yang mendasari pengajaran nya ditentukan prinsip-prinsip (sosiolinguistik dan sosiokultural
bahasa, yaitu: (1) psikologi yang pembelajaran bahasa, metodologi yang berpengaruh terhadap
mendasari teori belajar, (2) (metode, silabus, dan tujuan), dan lingkungan belajar); (e) pembelajar
psikolinguistik yang mendasari penerapannya dalam praktik. (apa yang dilakukan)
teori belajar bahasa, (3) Model Ingram ini menampakkan Model pembelajaran yang diajukan
linguistik umum yang mendasari pula perlunya umpan balik dari Mackey memperlihatkan adanya
teori bahasa dan deskripsi hasil penginderaan. Penginderaan hubungan antara variabel
bahasa, dan (4) sosiolinguistik itu sendiri terkait dengan pe nerap pengajaran dan variabel
yang mendasari penggunaan linguistik dan guru bahasa. pembelajaran.
bahasa di masyarakat (teori
penggunaan bahasa).
BAB VIII METODE PEMBELAJARAN B2

 Metode Tata Bahasa Terjemahan


Metode Langsung
 Metode Audiolingual dan Auudiovisual
Metode Respon Fisik Total
Metode Sugestopedia
Metode Silent Way
Metode Pembelajaran Masyarakat
Metode Tata Bahasa Terjemahan

MTBT ini didasarkan pada asumsi bahwa ada satu "logika. semesta" (universal logic) yang
merupakan dasar semua bahasa di dunia dan tata bahasa merupakan cabang dari logika.

Ciri utama metode ini adalah:


(1) Tujuan studi bahasa asing adalah untuk belajar bahasa agar mampu membaca sastra atau agar berguna
bagi perkembangan disiplin mental dan intelektual dari studi bahasa asing.
(2) Metode MTBT memandang pengajaran bahasa terdiri atas penghafalan aturan-aturan dan fakta-fakta
tentang tata bahasa agar dapat dipahami dan dilakukan penerapan-penerapan atur an-aturan itu pada
morfologi dan sintaksis bahasa asing.
(3) Penekanannya pada membaca, mengarang, dan terjemahan. tart
(4) Seleksi kosakata khususnya berdasarkan teks-teks bacaan yang dipakai. Kosakata ini diajarkan
melalui daftar kata dwibahasa,studi kamus, dan penghafalan.
(5) Unit yang mendasar ialah kalimat.
(6) Tata bahasa diajarkan secara deduktif (deductively).
(7) Bahasa ibu pembelajar merupakan media pengajaran (bahasapengantar).
Metode Tata Bahasa Terjemahan

Langkah-langkah penyajian MTBT adalah:


(1) Guru mulai dengan memberikan definisi-definisi jenis kata, aturan-aturan yang
harus dihafalkan dalam bahasa sumber, contoh-contoh yang menggarisbawahi
aturan-aturan bahasa target, dan perkecualian-perkecualian aturan bahasa target yang
diajarkan itu.
(2) Guru melatih pembelajar dalam terjemahan kalimat-kalimat dan kemudian paragraf-
paragraf. Pembelajar diharapkan mengenal aturan-aturan tata bahasa yang telah
dihafalkan dan menerap kannya pada terjemahannya. tart
(3) Guru memberi daftar kosakata untuk dihafal oleh pembelajar. Kata-kata itu lepas
dari konteks kalimat, dan guru menyuruhpembelajar memberi terjemahan dari
kosakata bahasa target.
(4) Pekerjaan rumah yang diberian guru berupa persiapan terjemah an halaman-halaman
dari buku sastra itu untuk dibicarakan dalam pertemuan berikutnya.
Metode Langsung
ML ini bermula pada abad ke-19 menekankan bahwa pem belajaran bahasa dengan cara interaksi
langsung dalam bahasa target dalam situasi-situasi yang bermakna. Asumsi ML adalah proses belajar
bahasa sasaran sama dengan belajar bahasa sumber, yakni penggunaan bahasa secara langsung dan
intensif dalam komunikasi. Nama yang digunakan untuk ML di antaranya adalah Metode Baru (New
Method), Metode Perbaikan (Reform Method) Metode Alamiah (Natural Method), dan Metode Lisan
(Oral Method).
Langkah-langkah penyajian ML disajikan berikut ini.
1) Pelajaran dimulai dengan dialog atau humor yang pendek dalam bahasa target, dan gaya bahasa yang
digunakan adalah gaya bahasa informal atau ragam informal.
2) Materi pelajaran mula-mula disajikan secara lisan dengan gerakan-gerakan, isyarat-isyarat, dramatisasi-
dramatisasi, atau gambar-gambar. tart
3) Tanya jawab dalam bahasa target berdasarkan dialog atau humor seperti di atas.
4) Tata bahasa diajarkan secara induktif (inductively)
5) .Kata-kata digunakan dalam percakapan-percakapan, dan pengimbuhannya diberikan kemudian pada
pertemuan yang lain.
6) Pembelajar yang sudah maju diberi bacaan sastra untuk pema haman dan kenikmatan, tetapi bacaan sastra
tidak dianalisis se cara struktural atau secara sistematis
Metode Langsung

Ciri-ciri utama ML adalah:


(1) Belajar bahasa hendaklah mulai dengan situasi "di sini dan kini" dengan memanfaatkan objek-objek kelas dan
tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan sederhana.
(2) Pelajaran dalam ML kerapkali berkembang di sekitar gambar-gambar yang dibuat secara khusus
menggambarkan kehidupan di negara pemakai bahasa sasaran. Batasan-batasan kosakata baru diberikan melalui
parafrase dalam bahasa sasaran, atau dengan jalan meniru-niru perbuatan atau memanipulasikan benda benda
yang ada atau disesuaikan agar pembelajar dapat memahami maknanya.
(3) Dari permulaan pembelajaran, pembelajar mendengarkan kalimat-kalimat sempurna dan bermakna di dalam
wacana sederhana, yang seringkali menggunakan bentuk pertukaran-pertukaran tanya-jawab.
(4) Ucapan yang tepat dan benar merupakan suatu pertimbangan penilaian penting dalam pendekatan ini, dan
penekanan ditem patkan pada pengembangan ucapan yang tepat dari permulaan pengajaran dengan
menggunakan catatan atau notasi fonetik. tart
(5) Kaidah-kaidah tata bahasa tidak diajarkan secara eksplisit, kaidah-kaidah itu diharapkan dapat dipelajari
melalui praktik dan latihan. Para siswa didorong membuat sendiri generalisasi-ge neralisasi mengenai tata
bahasa melalui metode-metode induk tif.
(6) Aneka tujuan membaca juga dicapai melalui pemahaman lang sung terhadap naskah bacaan tanpa penggunaan
kamus atau ter jemahan.
Metode Audiolingual dan Auudiovisual
Metode Audiolingual pertama sekali diterapkan di Army Specialized Training Program (ASTP),
sebuah lembaga yang didirikan oleh Departemen Pertahanan AS pada 1943 dengan meli batkan 50
universitas di Amerika Serikat. Pada 1949 metode ini di terapkan di luar konteks dan suasana tentara
(militer), yakni di Lembaga Bahasa Inggris Universitas Michigan di Ann Arbor, dengan direkturnya
adalah Charles F. Fries, yang terlatih dalam linguistik struktural, dan yang menerapkan prinsip-
prinsipnya pada pelajaran bahasa target.
Ciri-ciri utama metode audiolingual adalah: Metode Audiolingual mempunyai "hukum-hukum
(1) Bahasa adalah ujaran, bukan tulisan. empiris belajar" sebagai dasar pelaksanaan
(2) Bahasa adalah seperangkat pembelajarannya, yakni:
kebiasaan. (1) Hukum dasar hubungan.
tart
(3) Ajarkanlah bahasa dan bukan (2) Hukum latihan
mengenai bahasa. (3) Hukum intensitas.
(4) Bahasa adalah apa yang dikatakan (4) Hukum asimilasi.
oleh penutur asli, bukanyang dipakai (5) Hukum pengaruh
oleh seseorang apa yang harus
dikatakan.
(5) Bahasa-bahasa berbeda-beda dan
beraneka ragam.
Metode Respon Fisik Total
Metode RFT didasarkan pada dua asumsi, yakni:
(1) pemahaman menyimak haruslah dikembangkan secara penuh, seperti halnya anak-anak belajar bahasa ibu
meraka;
(2) keterampilan-keterampilan dapat lebih cepat diasimilasikan jikaguru menarik bagi sistem kinestik-sensori para
siswa.
Langkah-langkah yang diambil dalam penyajiannya adalah:
Ada tiga gagasan utama yang (1) Empat minggu para mahasiswa mengalami "periode diam", yakni
mendasari MRFT ini: mereka hanya menyimak dan mengerjakan segala macam tugas
(1) Pemahaman bahasa lisan haruslah sesuai dengan instruksi dari pengajar.
dikembangkan dalam berbicara. (2) Penyajian menyimak setiap hari yang lamanya satu jam (60 menit)
(2) Pemahaman dan ingatan diperoleh itu diikuti oleh 5 menit "tanya jawab" yang dikerjakan dalam
dengan baik melalui gerakantubuh bahasa sumber. tart
pembelajar dalam menjawab atau (3) Sesudah empat minggu (pada minggu ke-5), para mahasiswa di beri
memberikan respons kepada pelajaran membaca.
perintah-perintah. (4) Sesudah tujuh belas minggu latihan menyimak kemudian mem
(3) Pembelajar hendaknya tidak baca, para mahasiswa secara spontan sudah menunjukkan ke
pernah dipaksa berbicara inginannya untuk menghafal kata kerja bahasa Jerman, aturan
sebelummereka siap. aturan tata bahasanya, dan frasa-frasa idiom. (Menurut Asher, inilah
suatu contoh dari urutan transisi alamiah dari pelajaran implisit ke
pelajaran eskplisit).
Metode Sugestopedia

Metode Sugestopedia pertama sekali Metode Sugestopedia terdiri atas tiga bagian, yakni:
muncul di Bulgaria yang (1) Pertama-tama diadakan tinjauan kembali terhadap bahan-
dikembangkan oleh Georgi Lozanov bahan yang telah dipelajari sebelumnya. Permainan dan lakon
dengan asumsi bahwa teknik-teknik pendek yang lucu sering digunakan untuk mencapai maksud
rileks (santai) dan konsentrasi akan ini.
menolong pem belajar membuka (2) Bahan baru disajikan dalam konteks melalui dialog-dialog
sumber-sumber bawah sadar mereka panjang, yang diperkenalkan atau dilanjutkan dalam dua fase
dan mem peroleh serta menguasai "konser". Dalam fase konser aktif, pembelajar mendengarkan
jumlah kosakata yang lebih banyak musik pada saat guru membacakan baris-baris dialog,
dan juga struktur-struktur yang lebih biasanya satu dialog pada satu waktu. Pembelajar
mantap daripada yang mungkin tart "konser pasif" pembelajar
mengikutinya dalam buku. Selama
pernah mereka pikirkan. Metode ini menyimak dengan mata terpejam pada pembacaan kembali
dikenal pula dengan istilah Belajar teks. Dialog itu dibacakan dengan kecepatan ujaran yang
dan Mengajar Sugestif-Akseleratif normal, diikuti oleh lebih banyak musik yang sayup-sayup
(Suggestive-Accelerative Learning kedengaran.
and Teaching) atau Metode Lozanov. (3) Setelah kedua konser itu selesai, ada pelajaran lanjutan
Metode ini dicirikan oleh pemberian selama delapan jam mengenai bahan atau materi baru, yang
sugesti. disebut fase aktivasi (activation phase).
Metode Silent Way
Metode Silent Way pertama diperkenalkan oleh Gattegno. Asumsi metode ini adalah pembelajar bekerja dengan sumber-sum
ber yang ada pada dirinya. Peranan guru dalam metode ini hanya sebagai pembimbing.

Ciri utama metode ini adalah sebagai berikut. Langkah-langkah penyajian Metode Silent Way sebagai
(1) Mengajar haruslah merupakan (subordinasi) belajar. berikut.
(2) Belajar bukanlah secara primer merupakan tiruan (1) Guru menyajikan satu butir bahasa hanya satu kali.
atau pelatihan. Dengan cara itu ia memaksa pembelajar untuk
(3) Dalam belajar, pikiran memperlengkapi dirinya menyimak dengan baik. Pada permulaan, guru pun
tidak mengatakan apa-apa, hanya menunjuk pada
dengan karya nya sendiri, mencoba-coba (trial and
simbol-simbol yang tertera di papan peraga (chart),
error), eksperimentasi yang disengaja, menunda
untuk diucapkan oleh pembelajar.
keputusan, dan merevisi konklusi (memperbaiki (2) Sesudah pembelajar mampu mengucapkan bunyi-
kesimpulan) bunyi dalam
(4) Dalam pelaksanaannya, pikiran menarik atau tartbahasa target, guru menyajikan papan
peraga yang kedua, yang berisi kosakata yang dipilih
mengambil segala sesuatu yang sudah pernah guru di antara kata-kata yang paling sering digunakan
diperolehnya, terutama sekali pe ngalamannya dalam dalam komunikasi sehari-hari.
belajar bahasa ibu, bahasa asli. (3) Guru menggunakan tongkat-tongkat Cuisenaire yang
(5) Jika aktivitas guru merupakan bawahan atau berwarnawarni, yang berukuran 1 - 10 cm untuk
subordinasi bagi pembelajar, pengajar harus berhenti mendorong para pembelajar berbicara.
mencoba mencampuri atau campur tangan dan
mengalihkan kegiatan tersebut.
Metode Pembelajaran Masyarakat
MPBM pertama sekali diperkenalkan oleh Charles A. Curran dkk pada 1976. Metode yang
diberi nama dengan Community Language Learning ini didasarkan pada model penyuluhan
(counseling). Teori yang mendasari MPBM ini adalah pemikiran bahwa apa yang sebenarnya
dipelajari oleh manusia pada umumnya itu bersifat kognitif dan afektif. Penyajian pelajaran
diupayakan agar terciptanya suatu suasana yang memungkinkan pembelajar berkomunikasi
dan berinteraksi sesama pembelajar secara bebas. Pembelajar mengalami semua masukan
dari luar, secara menyeluruh, yakni melalui pikiran dan perasaannya.

Proses belajar-mengajar dengan metode ini, menurut Curran, terdiri atas lima
tahap, yakni:
(1) Tahap "kelahiran", tart
(2) Tahap "pencapaian kebebasan",
(3) Tahap "berbicara dengan bebas",
(4) Tahap "penerimaan kritik membangun sebagai hal yang dapat di terima",
(5) Tahap "peningkatan gaya bahasa dan pengetahuan bentuk-bentuk
linguistik yang wajar".
Lanjutan

Langkah-langkah penyajian MPBM adalah:


(1) Penggunaan alat perekam (tape-recorder) untuk merekam percakapan dengan
topik yang bebas sesuai kesepakatan antara pembelajar, dibatasi antara 5 - 10
orang agar lebih efektif.
(2) Sesudah sekitar 20 menit rekaman percakapan dihentikan oleh guru. Rekaman
diputar kembali agar pembelajar mendengarkannya.
(3) Sesudah setiap kalimat diperdengarkan, pembelajar mengusulkan saran-saran
perbaikan jika ada kesalahan yang dibuat mereka sendiri.
(4) Pada pertemuan berikutnya, pembelajar disuruh mendengarkan rekaman seperti di
atas sekali lagi dan menulis transkripsi rekaman secara kerja sama.
tart
(5) Sesudah guru membaca transkripsi rekaman itu, ia dapat menentukan struktur-
struktur tata bahasa mana yang harus dipelajari ulang..
(6) Dengan menggunakan kalimat-kalimat yang disusun oleh pembelajar, guru dapat
menginstruksikan untuk mengubah bentuk kalimat dari bentuk yang satu menjadi
bentuk kalimat yang lain.
Kelebihan Buku

1. Jika melihat dari segi stuktur pembuatan buku, buku ini sudah sesuai/memenuhi
sistematika penyusunan buku yang baik.
2. Buku ini sangat sangat sebagai bahan literatur siswa untuk menambah wawasannya
mengenai teori belajar bahasa serta pemerolehan B1 dan B2
3. Secara Keseluruhan penulisan pada buku ini sudah berpedoman kepada Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia ( PUEBI), Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan
penulisan kata berdasarkan pada Kaidah Kebahasaan Bahasa Indonesia (KBBI).
Kekurangan Buku

1. Buku ini banyak berisikan istilah sulit dan rumit yang membutuhkan pemahaman
mendalam sehinggga untuk orang awan akan membutuhkan proses yang lama untuk
menafsirkan apa yang dimaksud penulis.
Terima kasih
Yulia.27rahmatillah@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai