Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS STRUKTURAL NASKAH DRAMA CINDUA MATO

KARYA WISRAN HADI

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan
(Strata 1)

SISKA MARDALENA
NPM 10080284

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2014
ANALISIS STRUKTURAL NASKAH DRAMA CINDUA MATO
KARYA WISRAN HADI

Oleh

1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat


2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hal-hal berikut: Pertama, dalam naskah drama Cindua
Mato karya Wisran Hadi terdapat unsur tokoh, peran dan karakter. Kedua, adanya unsur motif yang
menyebabkan terjadinya suatu peristiwa dan konflik. Ketiga, penggarapan bahasa yang digunakan
mudah dipahami dan tidak bertele-tele. Keempat, dalam naskah drama Cindua Mato karya Wisran
Hadi terdapat tema tentang perjuangan dalam membela kebenaran. Kelima, banyak amanat yang dapat
dipetik dalam naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan unsur tokoh, peran, karakter, motif, peristiwa, konflik, alur, latar, ruang, penggarapan
bahasa, tema dan amanat yang terdapat dalam naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Berdasarkan hasil
penelitian, dapat disimpulkan bahwa naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi ini memiliki tiga
belas orang tokoh. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peran dan karakternya masing-masing. Alur yang
digunakan adalah alur maju. Latar yang terdapat dalam naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi
terdiri dari latar tempat, waktu dan sosial. Penggarapan bahasa dalam naskah drama Cindua Mato
sesuai dengan gaya atau style Wisran Hadi. Naskah drama ini memiliki tema yaitu keberanian Cindua
Mato dalam membela kebenaran. Amanat yang dapat diambil dari naskah drama Cindua Mato karya
Wisran Hadi adalah: (a) janganlah merebut hak milik orang lain, (b) janganlah melibatkan rakyat atas
kepentingan pribadi. (c) janganlah menuduh dan menaruh curiga terhadap orang lain. (d) janganlah
menyimpan dendam terhadap orang lain.

Kata Kunci: Analisis, Struktural, dan Naskah Drama Cindua Mato


ANALISIS STRUKTURAL NASKAH DRAMA CINDUAMATO
KARYA WISRAN HADI

Oleh

1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat


2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research is motivated by the following points: First , in Cindua Mato plays Wisran
Hadi works contained elements of character , and character roles . Second , there is an element motifs
that causes an event and conflict . Third , the cultivation of the language used is easy to understand and
straightforward . Fourth , in Cindua Mato plays Wisran Hadi works are the theme of the struggle in
defense of truth . Fifth , many mandate that can be learned in a play Cindua Mato Wisran Hadi works .
This study aimed to describe the elements of character, role, character, motives, events, conflict, plot,
setting, space, the cultivation of language, theme, and the mandate contained in the works of
playwright Cindua Mato Wisran Hadi.
This research is a descriptive qualitative research method. Based on the results, it can be
concluded that plays Cindua Mato Wisran work this Hadi has thirteen figures. These figures have the
role and character of each. The flow used was developed flow. Background contained in the works of
playwright Cindua Mato Wisran Hadi consists of setting the place, time and social. The appropriation
of the language in the plays Cindua Mato according to the style or styles Wisran Hadi. The text of the
play has a theme that is Cindua Mato courage in defense of truth . Mandate that can be taken from a
play by Cindua Mato Wisran Hadi works are: ( a) do not seize the property of others, ( b ) do not
involve the people above personal interests. ( c ) do not be accusatory and suspicious of others. ( d )
do not hold a grudge against someone else .

Keywords: Analysis , Structural , and Cindua Mato Drama Script


PENDAHULUAN
Karya sastra dibangun oleh sebuah struktur. Struktur karya sastra merupakan unsur-unsur
bersistem dan memiliki hubungan timbal balik yang saling berkaitan dan saling menentukan satu sama
lain. Unsur-unsur tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur
yang membangun karya sastra dari dalam atau karya itu sendiri, sedangkan unsur ekstrinsik adalah
unsur yang membangun karya sastra dari luar karya sastra. Drama sebagai salah satu genre sastra juga
dibangun oleh sebuah struktur. Selain dari itu drama juga memiliki karakteristik khusus yaitu berupa
dialog. Semua peristiwa dan konflik yang terjadi dipaparkan dan dibeberkan melalui dialog. Drama
ditulis dalam bentuk dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukan. Oleh
karena itu drama disebut karya sastra dua dimensi yaitu dimensi sastra dan dimensi pertunjukan.
Sebagai karya dua dimensi, drama dalam dimensi sastralah yang pengkajiannya terkait dengan
struktur.
Salah satu naskah drama yang penting untuk diteliti adalah naskah drama Cindua Mato karya
Wisran Hadi. Naskah drama Cindua Mato merupakan salah satu naskah yang menang sayembara
penulisan naskah sandiwara Indonesia yang diselenggarakan oleh DKJ pada tahun 1977. Naskah
drama ini dimuat dalam buku Empat Sandiwara Orang Melayu. Naskah drama tersebut merupakan
salah satu karya sastra Minangkabau yang diangkat dari mitos. Dulunya mitos Cindua Mato tersebut
dimuat dalam bentuk cerita kaba atau tambo. Cindua Mato versi drama ditulis oleh Wisran Hadi.
Wisran Hadi dengan kreatifitasnya sendiri mengobrak-abrik dan menginterpretasikan mitos tersebut
menjadi sesuatu yang baru tanpa mengubah keselurahan isi dan maksud dari cerita. Pendekatan yang
digunakan dalam menganalisis struktural naskah drama adalah dengan pendekatan objektif.
Berdasarkan uraian di atas, fokus masalah penelitian ini adalah analisis struktural naskah
drama Cindua Mato karya Wisran Hadi. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan unsur tokoh,
peran, dan karakter yang terdapat dalam naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi.
2)Mendeskripsikan unsur motif, konflik, peristiwa, alur yang terdapat dalam naskah drama Cindua
Mato karya Wisran Hadi. 3) Mendeskripsikan unsur latar dan ruang yang terdapat dalam naskah drama
Cindua Mato karya Wisran Hadi. 4) Mendeskripsikan unsur penggarapan bahasa yang terdapat dalam
naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi. 5) Mendeskripsikan unsur tema dan amanat yang
terdapat dalam naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi.
Teori yang berhubungan dengan permasalah yang akan diteliti yaitu teori unsur intrinsik
drama menurut Hasanuddin WS (1996:76), membagi unsur intrinsik drama yaitu: 1) tokoh, peran dan
karakter, 2) motif, peristiwa, konflik dan alur, 3) latar dan ruang, 4) penggarapan bahasa, 5) tema dan
amanat. Menurut Nurgiyantoro (1994: 165), istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita,
sedangkan watak dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh
pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Wellek dan Warren (dalam
Nurgiyantoro,1995:122) menyatakan bahwa konflik adalah sesuatu dramatik, mengacu pada
pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan.
Abrams (dalam Nurgiyantoro,1995:216) mengatakan bahwa latar atau setting disebut juga sebagai
landas tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa- peristiwa yang diharapkan. Semi (1988:47), berpendapat bahwa gaya bahasa
adalah tingkah laku pengarang dalam menggunakan bahasa. Semi (1988: 42) menyatakan bahwa tema
adalah suatu gagasan sentral atau pokok pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai oleh pengarang
dengan topiknya tadi. Menurut Nurgiyantoro (1995: 322) moral dalam karya sastra biasanya
mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai
kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca.

METODE PENELITIAN

Data penelitian ini adalah berupa kata-kata, kalimat dan dialog yang terdapat dalam naskah drama
Cindua Mato karya Wisran Hadi yang telah diinventarisasi serta diklasifikasi sesuai dengan format
pencatatan, selanjutnya dianalisis berdasarkan teori menurut Hasanuddin WS yang telah dipaparkan
dalam keranga teoritis. Tahap analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara sebagai
berikut: (1) mendeskripsikan data yang berhubungan dengan struktural naskah drama Cindua Mato
karya Wisran Hadi, (2) mengidentifikasi data sesuai dengan struktur naskah drama Cindua Mato karya
Wisran Hadi, (3) menginventarisasi struktur naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi, (4)
membuat kesimpulan berdasarkan hasil penelitian, (5) melaporkan hasil penelitian. Teknik
pengabsahan data yang digunakan adalah teknik uraian rinci.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian mengenai analisis struktural naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi
ditemukan unsur-unsur yang membangun naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi meliputi:
unsur tokoh, peran, karakter, motif, konflik, peristiwa, alur, penggarapan bahasa, latar, tema dan
amanat. Namun, dalam naskah drama ini tidak ditemukan indikasi-indikasi yang menerangkan tentang
unsur ruang. Berdasarkan hasil penelitian tentang struktur naskah drama Cindua Mato karya Wisran
Hadi dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Unsur Tokoh, Peran dan Karakter
Tokoh yang ditemukan terdiri dari tiga belas orang. Dengan peran dan karakternya masing-
masing. Tokoh, peran serta karakter dalam naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi dapat
dilihat sebagai berikut: 1) Cindua Mato memiliki nama asli Bunjang Kacinduan, ia adalah saudara
seayah dengan Dang Tuanku. Cindua Mato berperan sebagai lion atau disebut juga dengan istilah
protagonis. Cindua Mato memIliki karakter pemberani dan mau melakukan apa saja demi
mempertahan kajayaan kerajaan Pagaruyung. 2) Dang Tuanku adalah raja Pagaruyung, putra Bundo
Kandung. Dang Tuanku berperan sebagai lion. Ia telah dijodohakn dengan Puti Bungsu. Dang Tuanku
memiliki karakter pengecut, dan tidak berani berperang dan cepat marah. Karakter cepat marah yang
dimiliki oleh Dang Tuanku dapat dilihat dari kutipan berikut:
Dang Tuanku : Rambutnya tidak boleh disentuh hiasan pengantin! Di harus dijemput
dan dibawa ke sini! Cindua Mato siapkan perang kita. (Cindua Mato, 1976: 260).
3) Bundo Kandung adalah ratu Pagaruyung, ibu dari Dang Tuanku. Bundo Kandung berperan sebagai
lion. Ia memiliki sifat cepat marah dan manuruti semua perkataan Basa Ampek Balai. 4) Puti Bungsu
adalah tunangan Dang Tuanku. Puti Bungsu berperan sebagai sun. ia memiliki sifat patuh terhadap
orang tuanya. 5) Imbang Jaya berperan sebagai mars. Ia memiliki karakter serakah yang suka
merebut hak milik orang lain. 6) Tiang Bungkuk adalah ayah dari Imbang Jaya. Tiang Bungkuk
berperan sebagai earth. Ia memiliki karakter kuat dan memiliki kesaktian yang luar biasa. 7) Datuak
Indomo adalah Basa Ampek Balai dalam kerajaan yang berperan sebagai scale. Ia memiliki karakter
penakut. 8) Datuak Mahkudun berperan sebagai scale dan memiliki karakter penakut. 9) Datuak
Bandaro adalah Basa Ampek Balai yang berperan sebagai scale. Ia memliki karakter penakut. 10)
Tuan Kadi adalah Basa Ampek Balai yang berperan sebagai scale. Ia memiliki karakter penakut,
mudah curiga dan selalu berlindung di bawah nama besar Bundo Kandung. 11) Dubalang berperan
sebagai moon. Ia memiliki sifat setia dan patuh terhadap perintah yang ditujukan kepadanya. 12)
Dayang berperan sebagai moon. Ia memiliki karakter patuh terhdap perintah. 13) Pendendang
berperan sebagai moon. Ia memiliki karakter baik.
b. Unsur Motif, Peristiwa, Konflik, Alur
Motif dalam naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi adalah direbutnya tunangan Dang
Tuanku oleh Imbang Jaya. Peristiwa yang terjadi adalah terbunuhnya Imbang Jaya oleh Tuan Kadi.
Konflik yang terjadi adalah adanya motif balas dendam Tiang Bungkuk atas kematian anaknya Imbang
Jaya, hingga akhirnya Tiang Bungkuk kalah dalam perperangan melawan pasukan yang dipimpin oleh
Cindua Mato. Alur yang digunakan adalah alur maju atau alur konvesional.
c. Unsur Latar dan Ruang
Latar tempat yang dapat ditemukan dalam naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi adalah
latar Pagaruyung, latar Ranah Sikalawi, dan latar Bukit Timbun Tulang. Latar waktu terdiri dari latar
waktu hari ini, dan besok. Latar sosial adalah adanya sistim perjodohan dan tradisi penulisan kisah
dan sejarah ke dalam naskah. Sementara itu, dalam naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi,
tidak ditemukan indikasi-indikasi yang menjelaskan tentang latar ruang. Latar tempat yang terdapat
dalam naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi dapat dilihat dari kutipan berikut:
Datuak Bandaro : Bagai mana kau dapat begitu saja melewati Bukit Tambun Tulang
yang terkenal mengerikan itu? Sedangkan orang lain yang lewat disana tak pernah ada
yang hidup. (Cindua Mato, 1976: 288).
d. Unsur Penggarapan Bahasa
Penggarapan bahasa dalam naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi dipaparkan
berdasarkan style Wisran Hadi sebagai pengarangnya, yaitu mengetengahkan kembali mitos-mitos
yang berkembang di masyarakat.
e. Tema dan Amanat
Tema dalam naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi adalah keberanian Cindua Mato
dalam membela kebenaran. Amanat yang dapat diambil adalah: (a) janganlah merebut hak milik orang
lain, (b) janganlah melibatkan rakyat atas kepentingan pribadi. (c) janganlah menuduh dan menaruh
curiga terhadap orang lain. (d) janganlah menyimpan dendam terhadap orang lain.

KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis strukutural naskah drama Cindua Mato karya
Wisran Hadi, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi
memiliki tiga belas orang tokoh dengan peran serta karakternya masing-masing. 2) motif dalam naskah
drama Cindua Mato karya Wisran Hadi adalah direbutnya tunangan Dang Tuanku oleh Imbang Jaya.
Peristiwa yang terjadi adalah terbunuhnya Imbang Jaya oleh Tuan Kadi. Konflik yang terjadi adalah
adanya motif balas dendam Tiang Bungkuk atas kematian anaknya Imbang Jaya, hingga akhirnya
Tiang Bungkuk kalah dalam perperangan melawan pasukan yang dipimpin oleh Cindua Mato. Alur
yang digunakan adalah alur maju atau alur konvesional. 3) latar tempat yang dapat ditemukan dalam
naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi adalah latar Pagaruyung, latar Ranah Sikalawi, dan
latar Bukit Timbun Tulang. Latar waktu terdiri dari latar waktu hari ini, dan besok. Latar sosial adalah
adanya sistim perjodohan sejak kecil. Latar sosial lainya adalah adanya tradisi penulisan kisah dan
sejarah ke dalam bentuk naskah. Sementara itu, dalam naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi,
tidak ditemukan indikasi-indikasi yang menjelaskan tentang latar ruang. 4) penggarapan bahasa dalam
naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi dipaparkan berdasarkan style Wisran Hadi sebagai
pengarangnya. 5) tema dalam naskah drama Cindua Mato adalah keberanian Cindua Mato dalam
membela keberanian. Amanat yang dapat diambil dari naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi
adalah: (a) janganlah merebut hak milik orang lain, (b) janganlah melibatkan rakyat atas kepentingan
pribadi. (c) janganlah menuduh dan menaruh curiga terhadap orang lain. (d) janganlah menyimpan
dendam terhadap orang lain.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan (1) bagi pembaca, agar dapat
manambah ilmu pengetahuan tentang struktur atau unsur intrinsik yang membangun sebuah naskah
drama dan dapat mengambil pesan atau amanat yang disampaikan pengarang secara tersirat, (2) bagi
bidang pendidikan, dapat digunakan oleh guru sebagai masukan dalam pengajaran apresiasi sastra
khususnya naskah drama. (3) bagi peneliti lain, disarankan untuk menganalisis naskah drama ini dari
cara pandang yang lain. Dan penulis juga menyarankan agar skripsi ini dapat dijadikan pedoman,
masukan dan bahan perbandingan dalam penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Hasanuddin WS. 1996. Drama Karya dalam Dua Dimensi Kajian Teori, Sejarah Dan Analisis.
Bandung: Angkasa.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Agkasa Raya.

Anda mungkin juga menyukai