Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HUBUNGAN STILISTIKA DENGAN ILMU LAIN


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : STILISTIKA
Dosen pengampu : CUCU SITI MARYAM, M. Pd

HENDRI
NENG ERLI ERLINA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
SETIA BUDHI RANGKASBITUNG POKDI BAYAH
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt., Tuhan semesta alam, yang telah memberikan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kita sampai sekarang masih diberi kesempatan untuk masih
dapat menghirup udara segar dengan keadaan yang ingsya Allah sehat wal'afiat, baik jasmani
maupun rohani.
Solawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita, yakni
habibana wanabiyana Muhammad saw., yang telah membawa kita dari zaman jahiliah ke
zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menemui banyak hambatan dan kesulitan. Akan
tetapi, berkat semangat, dorongan dan bimbingan dari semua pihak, akhirnya makalah ini dapat
selesai disusun.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Bayah, 21 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2

2.1 Hubungan Stilistika dengan Retorika ...................................................... 2


2.2 Hubungan Stilistika dengan Semiotika .................................................... 4

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 6


3.1 Simpulan .................................................................................................. 6
3.2 Kritik dan Saran .............................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stilistika menurut Sudjima (dalam Satoto, 1995: 6) adalah ilmu yang meneliti
penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra. Sangat menarik bahwa
dalam perkembangan linguistik terapan bahwa munculnya minat bahkan
kesungguhan hati para pakar linguis untuk menerapkan teori dan pendekatan
linguistik dalam rangka pengkajian sastra (Satoto, 1995:6). Begitu eratnya
pengkajian bahasa dan sastra, sehingga bidang studi stilistika menjadi incaran yang
menggairahkan bagi para ahli bahasa dan ahli sastra. Stilistika adalah studi yang
menjembatani pengkajian bahasa dan sastra dengan mengkaji apa sebenarnya
hubungan antara bahasa dan sastra (Satoto, 1995:6).

Ciri khas sebuah karya sastra tidak saja dilihat berdasarkan genrenya, tetapi
dapat pula dilihat melalui konvensi sastra maupun konvensi bahasanya. Khusus
dalam kaitan bahasa dalam sastra, pengarang mengeksploitasi potensi-potensi
bahasa untuk menyampaikan gagasannya dengan tujuan tertentu.

Menurut Aminuddin (2008) gaya merupakan perwujudan penggunaan bahasa


oleh seorang penulis untuk mengemukakan gambaran, gagasan, pendapat, dan
membuahkan efek tertentu bagi penanggapnya sebagaimana cara yang
digunakannya. Sebagai wujud cara menggunakan kode kebahasaan, gaya
merupakan relasional yang berhubungan dengan rentetan kata, kalimat dan
berbagai kemungkinan manifestasi kode kebahasaan sebagai sistem tanda. Jadi,
gaya merupakan simbol verbal.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :

1) Hubungan stilistika dengan retorika


2) Hubungan stilistika dengan semiotika
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1) Untuk mendeskripsikan hubungan stilistika dengan retorika
2) Untuk mendeskripsikan hubungan stilistika dengan semiotika

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Stilistika dengan Retorika
Stilistika dan retorika merupakan dua ilmu yang saling berhubungan, berjalan
bersama-sama, kadang-kadang berimpitan. Hal tersebut terjadi karena kedua ilmu
menyangkut kajian yang sama, yaitu mempersoalkan kehebatan atau keandalan
menggunakan bahasa yang bergaya, yang menarik dan memikat.

Retorika adalah ilmu yang mengajarkan tindak dan usaha yang efektif dalam
persiapan, penataan, dan penampilan tutur untuk membina saling mengerti dan
kerja sama serta kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat (Oka, 1976). Ahli lain,
Keraf (1986) menyebutkan batasan retorika sebagai cara pemakaian bahasa sebagai
seni baik lisan maupun tertulis yang didasarkan pada suatu pengetahuan atau suatu
metode yang teratur atau tersusun baik. Kedua rumusan tersebut mempunyai
maksud yang sama yaitu, retorika merupakan ilmu pemakaian bahasa yang
sistematis dan efektif yang memiliki seni.

Di dalam kehidupan berbahasa khususnya retorika modern, memang lebih


ditekankan pada kemampuan berbahasa tulis yang efektif dan efisien. Keefektifan
diarahkan pada pencapaian sasaran yang tepat dan pemahaman utuh. Sedangkan
keefisienan dimaksudkan adalah bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tertata
rapi tanpa mengumbar kata yang banyak.

Untuk memperoleh kemampuan berbahasa yang efektif dan efisien harus


menempuh berbagai cara, antara lain sebagai berikut:

1) Penguasaan secara efektif sejumlah besar kosa kata agar mampu memilih
kata yang paling tepat dan sesuai untuk mewadahi gagasan.
2) Penguasaan kaidah kebahasaan (gramatika) sehingga memberi peluang
yang bersangkutan memilih berbagai variasi bentuk pengungkapan dengan
nuansa dan konotasi yang berbeda.
3) Mengenal dan menguasai berbagai macam ragam dan gaya bahasa, serta
mampu menciptakan gaya yang baru dan lebih hidup.
4) Mengenal aturan teknis penyusunan berbagai jenis wacana karena setiap
wacana memiliki persyaratan khusus yang dalam pengembangannya.
5) Memiliki kemampuan bernalar yang benar sehingga gagasan dapat dikelola
secara sistematis dan sekaligus mencegah terjadinya konsep salah nalar
dalam berkomunikasi.

Unsur-unsur yang mendukung terjadinya efek komunikasi yang kuat menurut


Ignas Kleden (1983), antara lain sebagai berikut:
1) Penting atau berbobotnya pesan yang dikandungnya.
2) Adanya kecerdasan dan kecendekiaan.

2
3) Adanya elokuensia (eloquence).

Stilistika dan retorika merupakan dua ilmu yang memiliki beberapa persamaan,
yaitu sebagai berikut:

1) Sama-sama menggunakan topik bahasan pokok yang sama, yaitu


kemampuan berkomunikasi verbal, baik dalam bentuk lisan dan tulisan.
2) Sama-sama menganut pandangan bahwa komunikasi yang baik dapat
dicapai dengan persiapan atau perencanaan yang baik dapat dicapai dengan
persiapan atau perencanaan yang baik dan dengan menggunakan teknik atau
tata krama penyajian yang baik pula.
3) Sama-sama menganggap bahwa pencapaian hasil atau tujuan komunikasi
yang baik ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor kemampuan
penutur, faktor kualitas topik atau gagasan, faktor sistem penyajian gagasan
dengan menggunakan bahasa yang bergaya dan bernilai estetik, dan faktor
kemampuan penanggapan atau penikmatan oleh pembaca atau pendengar.

Beberapa perbedaan antara komunikasi sastra (stilistika) dengan komunikasi


non sastra (retorika) adalah sebagai berikut:

1) Stilistika bersifat subjektif sedangkan retorika bersifat objektif.


2) Stilistika bersifat ekpresif sedangkan retorika bersifat impresif.
3) Stilistika sasarannya perasaan sedangkan retorika sasarannya adalah
pikiran.
4) Stilistika merupakan komunikasi yang memancing keindahan, sedangkan
retorika merupakan komunikasi yang memancing kekuatan.
5) Stilistika berkecendrungan memunculkan keragaman makna sedangkan
retorika memunculkan kesatuan makna.

2.2 Hubungan Stilistika dengan Semiotika


Istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti tanda atau
sign. Tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif,
dapat menggantikan suatu yang lain yang dapat dipikirkan (broadben 1980).
Dengan kata lain Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori
tentang pemberian tanda.

A Teew (1984:6) mendefinisikan Semiotik adalah tanda sebagai tindak


komunikasi dan kemudian disempurnakan menjadi model sastra yang
mempertanggungjawabkan semua faktor untuk pemahaman gejala sastra. Pada
mulanya, istilah semiotik digunakan oleh orang Yunani untuk merujuk pada sains
yang mengkaji sistem perlambangan atau sistem tanda dalam kehidupan manusia.
Dari akar kata inilah terbentuk istilah semiotik yaitu kajian sastra yang saintifik
yang meneliti sistem perlambangan yang berhubung dengan tanggapan dalam

3
karya. Bukan saja merangkumi bahasa, tetapi juga lukisan, ukiran, potografi, atau
yang bersifat visual.

Kajian semiotika adalah mengkaji dan mencari tanda-tanda dalam wacana serta
menerangkan maksud dari tanda-tanda tersebut dan mencari hubungannya dengan
ciri-ciri tanda-tanda itu untuk mendapatkan makna signifikasinya. Semiotik adalah
ilmu sastra yang memahami sastra yang mengalami tanda-tanda/perlambangan
yang di temui dalam teks. Bahasa sebagai sistem tanda, sering kali mengandung
sesuatu yang terkadang apa yang dilihat tidak sesuai dengan realita. Apalagi dalam
karya sastra, banyak sekali di temukan bahasa-bahasa pengarang yang mengandung
makna yang ambigu, sehingga menimbulkan interprestasi yang berbeda di setiap
pembaca.
Tanda ada 3, yaitu sebagai berikut.

1) Ikon, yaitu segala sesuatu yang dikaitkan dengan sesuatu yang lain karena
ada kemiripan/persamaan. Antara penanda dan petanda ada kemiripan.
Menunjukkan sesuatu bukan pada kemiripan tetapi menekankan pada
keterkaitan logisnya. Contoh, foto langsung menunjukkan sesuatu objek
yang dimaksud.
2) Indeks(index), yaitu suatu tanda yang mempunyai kaitan kausal dengan apa
yang diwakilinya. Contoh, asap menunjukan adanya api.
3) Simbol, yaitu menekankan kepada kesepakatan masyarakat tentang penanda
dan petanda bersifat abitrer. Contoh : Bendera hitam di Sumatera Barat
(berduka), Bendera kuning di Jakarta (berduka). Contoh tersebut karena ada
kesepakatan antara masyarakat setempat.

Berdasarkan penjabaran defenisi diatas, dapat dilihat kedekatan hubungan


stilistika dengan retorika yaitu sama-sama mengkaji bahasa dalam karya sastra,
namun subkajiannya yang berbeda yaitu stilistika mengkaji gaya bahasa, sedangkan
semiotik mengkaji tanda-tanda / perlambangan dalam karya sastra.

Persamaan stilistika dan semiotika terdapat pada bidangnya yaitu sama-sama


mengkaji sastra, stilistika mengkaji gaya bahasa dalam sastra sedangkan semiotika
mengkaji tanda (penanda dan petanda) dalam karya sastra. Selain itu, stilistika dan
semiotika sama-sama menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Perbedaan stilistika dengan semiotika secara garis besar dapat dikatakan


terletak pada kajiannya, stilistika mengkaji bahasa yang digunakan pengarang
dalam mencapai efek keindahan, sedangkan semiotika mengkaji bahasa dalam
karya sastra berdasarkan tanda-tanda/perlambangan.

4
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Stilistika merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sastra. Bahkan ada yang
mengungkapkan bahwa sastra itu adalah stilistika, dan stilistika itu adalah sastra.

Stilistika dan estetika mempunyai kesatu paduan dimana stilistika itu adalah
gaya. Gaya selalu dihubungkan dengan pemakaian bahasa dalam karya sastra.
Karya sastra tersebut merupakan keindahan. Dari keindahan tersebut Estetika
berperan sebagai ilmu yang membahas keindahan, bagaimana karya sastra itu
terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya.
Beberapan perbedaan antara komunikasi sastra (stilistika) dengan komunikasi
nonsastra (retorika) adalah sebagai berikut:

1) Stilistika bersifat subjektif sedangkan retorika bersifat objektif.


2) Stilistika bersifat ekpresif sedangkan retorika bersifat impresif.
3) Stilistika sasarannya perasaan sedangkan retorika sasarannya adalah
pikiran.
4) Stilistika merupakan komunikasi yang memancing keindahan, sedangkan
retorika merupakan komunikasi yang memancing kekuatan.
5) Stilistika berkecendrungan memunculkan keragaman makna sedangkan
retorika memunculkan kesatuan makna.

Hubungan stilistika dengan retorika yaitu sama-sama mengkaji bahasa dalam


karya sastra, namun subkajiannya yang berbeda yaitu stilistika mengkaji gaya
bahasa, sedangkan retorika mengkaji bahasa lebih sistematis dan efektif.

Selain itu, hubungan stilistika dengan semiotika adalah juga sama-sama


mengkaji bahasa dalam karya sastra, namun subkajiannya pun juga berbeda yaitu
stilistika mengkaji gaya bahasa, sedangkan semiotika mengkaji sistem tanda.

3.2 Kritik dan Saran


Kritik dan saran sangat diharapkan dari semua pihak agar kedepannya menjadi
bahan penulis agar kedepannya dalam penulisan makalah selanjutnya menjadi lebih
baik lagi.

5
DAFTAR PUSTAKA

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keraf, Gorys. 2005. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.


Semarang: IKIP Semarang Press.

Anda mungkin juga menyukai