HENDRI
NENG ERLI ERLINA
Segala puji bagi Allah swt., Tuhan semesta alam, yang telah memberikan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kita sampai sekarang masih diberi kesempatan untuk masih
dapat menghirup udara segar dengan keadaan yang ingsya Allah sehat wal'afiat, baik jasmani
maupun rohani.
Solawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita, yakni
habibana wanabiyana Muhammad saw., yang telah membawa kita dari zaman jahiliah ke
zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menemui banyak hambatan dan kesulitan. Akan
tetapi, berkat semangat, dorongan dan bimbingan dari semua pihak, akhirnya makalah ini dapat
selesai disusun.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stilistika menurut Sudjima (dalam Satoto, 1995: 6) adalah ilmu yang meneliti
penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra. Sangat menarik bahwa
dalam perkembangan linguistik terapan bahwa munculnya minat bahkan
kesungguhan hati para pakar linguis untuk menerapkan teori dan pendekatan
linguistik dalam rangka pengkajian sastra (Satoto, 1995:6). Begitu eratnya
pengkajian bahasa dan sastra, sehingga bidang studi stilistika menjadi incaran yang
menggairahkan bagi para ahli bahasa dan ahli sastra. Stilistika adalah studi yang
menjembatani pengkajian bahasa dan sastra dengan mengkaji apa sebenarnya
hubungan antara bahasa dan sastra (Satoto, 1995:6).
Ciri khas sebuah karya sastra tidak saja dilihat berdasarkan genrenya, tetapi
dapat pula dilihat melalui konvensi sastra maupun konvensi bahasanya. Khusus
dalam kaitan bahasa dalam sastra, pengarang mengeksploitasi potensi-potensi
bahasa untuk menyampaikan gagasannya dengan tujuan tertentu.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Stilistika dengan Retorika
Stilistika dan retorika merupakan dua ilmu yang saling berhubungan, berjalan
bersama-sama, kadang-kadang berimpitan. Hal tersebut terjadi karena kedua ilmu
menyangkut kajian yang sama, yaitu mempersoalkan kehebatan atau keandalan
menggunakan bahasa yang bergaya, yang menarik dan memikat.
Retorika adalah ilmu yang mengajarkan tindak dan usaha yang efektif dalam
persiapan, penataan, dan penampilan tutur untuk membina saling mengerti dan
kerja sama serta kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat (Oka, 1976). Ahli lain,
Keraf (1986) menyebutkan batasan retorika sebagai cara pemakaian bahasa sebagai
seni baik lisan maupun tertulis yang didasarkan pada suatu pengetahuan atau suatu
metode yang teratur atau tersusun baik. Kedua rumusan tersebut mempunyai
maksud yang sama yaitu, retorika merupakan ilmu pemakaian bahasa yang
sistematis dan efektif yang memiliki seni.
1) Penguasaan secara efektif sejumlah besar kosa kata agar mampu memilih
kata yang paling tepat dan sesuai untuk mewadahi gagasan.
2) Penguasaan kaidah kebahasaan (gramatika) sehingga memberi peluang
yang bersangkutan memilih berbagai variasi bentuk pengungkapan dengan
nuansa dan konotasi yang berbeda.
3) Mengenal dan menguasai berbagai macam ragam dan gaya bahasa, serta
mampu menciptakan gaya yang baru dan lebih hidup.
4) Mengenal aturan teknis penyusunan berbagai jenis wacana karena setiap
wacana memiliki persyaratan khusus yang dalam pengembangannya.
5) Memiliki kemampuan bernalar yang benar sehingga gagasan dapat dikelola
secara sistematis dan sekaligus mencegah terjadinya konsep salah nalar
dalam berkomunikasi.
2
3) Adanya elokuensia (eloquence).
Stilistika dan retorika merupakan dua ilmu yang memiliki beberapa persamaan,
yaitu sebagai berikut:
3
karya. Bukan saja merangkumi bahasa, tetapi juga lukisan, ukiran, potografi, atau
yang bersifat visual.
Kajian semiotika adalah mengkaji dan mencari tanda-tanda dalam wacana serta
menerangkan maksud dari tanda-tanda tersebut dan mencari hubungannya dengan
ciri-ciri tanda-tanda itu untuk mendapatkan makna signifikasinya. Semiotik adalah
ilmu sastra yang memahami sastra yang mengalami tanda-tanda/perlambangan
yang di temui dalam teks. Bahasa sebagai sistem tanda, sering kali mengandung
sesuatu yang terkadang apa yang dilihat tidak sesuai dengan realita. Apalagi dalam
karya sastra, banyak sekali di temukan bahasa-bahasa pengarang yang mengandung
makna yang ambigu, sehingga menimbulkan interprestasi yang berbeda di setiap
pembaca.
Tanda ada 3, yaitu sebagai berikut.
1) Ikon, yaitu segala sesuatu yang dikaitkan dengan sesuatu yang lain karena
ada kemiripan/persamaan. Antara penanda dan petanda ada kemiripan.
Menunjukkan sesuatu bukan pada kemiripan tetapi menekankan pada
keterkaitan logisnya. Contoh, foto langsung menunjukkan sesuatu objek
yang dimaksud.
2) Indeks(index), yaitu suatu tanda yang mempunyai kaitan kausal dengan apa
yang diwakilinya. Contoh, asap menunjukan adanya api.
3) Simbol, yaitu menekankan kepada kesepakatan masyarakat tentang penanda
dan petanda bersifat abitrer. Contoh : Bendera hitam di Sumatera Barat
(berduka), Bendera kuning di Jakarta (berduka). Contoh tersebut karena ada
kesepakatan antara masyarakat setempat.
4
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Stilistika merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sastra. Bahkan ada yang
mengungkapkan bahwa sastra itu adalah stilistika, dan stilistika itu adalah sastra.
Stilistika dan estetika mempunyai kesatu paduan dimana stilistika itu adalah
gaya. Gaya selalu dihubungkan dengan pemakaian bahasa dalam karya sastra.
Karya sastra tersebut merupakan keindahan. Dari keindahan tersebut Estetika
berperan sebagai ilmu yang membahas keindahan, bagaimana karya sastra itu
terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya.
Beberapan perbedaan antara komunikasi sastra (stilistika) dengan komunikasi
nonsastra (retorika) adalah sebagai berikut:
5
DAFTAR PUSTAKA
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keraf, Gorys. 2005. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.