Anda di halaman 1dari 23

Darsita : “Deiksis” dalam … 343

“Deiksis” dalam Kumpulan Cerpen Al-Kabuus


Tinjauan Sosiopragmatik
Darsita

Abstrak
Penelitian ini berupaya untuk menggambarkan pemakaian deiksis dalam teks
terjemahan berbahasa Indonesia dari bahasa sumbernya, bahasa Arab. Deiksis
dipahami sebagai bagian dari studi pragmatik, dengan begitu deiksis merupakan salah
satu objek bidang kajian dari pragmatik. Masalah dalam penelitian ini: 1)
bagaimanakah jenis-jenis deiksis; 2) bagaimanakan maksud dibalik penggunaan
deiksis sosial pada kumpulan cerpen Al-Kabuus. Tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah: 1) untuk mendeskripsikan aneka jenis deiksis, 2) mendeskripsikan
maksud penggunaan deiksis sosial pada kumpulan cerpen Al-Kabuus.
Objek penelitian yang dikaji adalah jenis, maksud serta hubungan deiksis sosial
dengan yang terdapat pada cerpen Al-Kabuus. Subjek penelitiannya adalah cerpen
karya Najib Kailani yang diterjemahkan oleh Zuriyati. Data dalam penelitian ini
adalah kata, frase, klausa, kalimat yang di dalamnya terdapat jenis dan maksud
penggunaan deiksis sosial dalam cerpen Al-Kabuus. Sumber data dalam penelitian ini
terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 20 cerpen dari Al-Kabuus diperoleh
60 deiksis sosial, terdapat 5 deiksis sosial jenis gelar, 4 deiksis sosial jenis jabatan, 12
deiksis sosial jenis profesi, dan terdapat 36 deiksis sosial jenis julukan.
Kata Kunci: deiksis, deiksis sosial, al-kabuus, cerpen

Abstract
This study attempted to describe the use of deixis in Indonesian language translation
text from the source language, Arabic. Deixis understood as part of a pragmatic study,
so deixis is one of the object field of study of pragmatics. The problem in this research:
1) how the types of deixis; 2) how is the intention behind the use of social deixis on a
collection of short stories Al-Kabuus. Goals to be achieved in this research are: 1) to
describe the various types of deixis, 2) describe the intended use of social deixis on a
collection of short stories Al-Kabuus.
The object of research by reviewing the type, purpose and relationship with the social
deixis contained in Al-Kabuus short stories. Subject of research is the short story by
Najib Kailani translated by Zuriyati. The data in this study are words, phrases, clauses,
sentences in which there are different types and the intended use of social deixis in
short stories Al-Kabuus. Sources of data in this study consisted of primary data sources
and secondary data sources.
Data collection techniques in this study using documentation. The results of this study
indicate that as many as 20 short stories from Al-Kabuus obtained 60 social deixis,
social deixis there are 5 types of titles, positions four types of social deixis, social deixis
12 kinds of professions, and social deixis there are 36 kinds of nicknames.
Keywords: deixis, social deixis, al-kabuus, short stories
344 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015

Pendahuluan karya ini banyak dikisahkan berbagai


aspek kehidupan manusia, khususnya
Karya sastra merupakan salah yang mengandung nilai-nilai asal
satu hasil cipta seni. Seni diyakini kebudayaan Arab, khususnya di Mesir,
berumur setua peradaban manusia. Bagi yang meliputi nama-nama orang seperti
umat Islam jalan pintas untuk memahami Fuad, Muhammad, Salim, Laila, Najyah,
awal mula seni Islam dapat ditelusuri Abdullah, Abdul Aziz, Said, Bakri,
pada wahyu pertrama diturunkan, yaitu Alhajah Khadrah, tentang budi pekerti,
perintah membaca kepada Nabi kehidupan keluarga, perbudakan, aib,
Muhammad SAW. Kata iqra adalah keadaan alam, kehidupan beragama,
verba imperatif yang berarti ekonomi, sosial, pendidikan dan lain
‘Bacalah!’.1turunnya iqra adalah bunyi sebagainya.
peluit dimulainya revolusi literasi yang Karya sastra berupa cerpen
dimomando Jibril untuk mencerdaskan dalam telaah ini dianggap sama dengan
manusia. Membaca mengandung sebuah cipta sastra. Karya sastra cerpen
serentang makna kognitif, afektif, dan diasumsikan merupakan gambaran
motorik seperti mengetahui, meneliti, kehidupan berdasarkan kenyataan sosial.
mengamati, merenungkan dan Fakta dalam cerita pendek hasil
merasakan. Kata Iqra merupakan verba terjemahan dari bahasa Arab ke bahasa
transitif dalam surat Al-Alaq tidak Indonesia itu menggambarkan masalah
diikuti oleh objek. Ini ditafsirkan bahwa manusia dalam kehidupannya. Dalam
membaca di sini tidak terbatas hanya kisahan cerpen ini pengarang
pada tulisan, tetapi merujuk pada objek mengungkapan gagasan tentang
yang lebih umum termasuk alam kehidupan bangsa Arab di Mesir yang
semesta.2 diolah melalui perenungan penghayatan
Mengamalkan perintah yang dan imajinasinya yang dituangkan dalam
tertera di dalam Al-Quran seperti tertera teks berbahasa Arab untuk dinikmati
di atas adalah membaca sebuah karya oleh para pembaca. Pertanyaan yang
sastra, yang berupa cerpen terjemahan dapat diajukan Apa yang dimaksud karya
dari satu bahasa ke bahasa lain sastra? Karya sastera menurut pendapat
merupakan kegiatan yang sangat Teeuw (1997) adalah pengarang selalu
menyenangkan, pendapat ini hadir dalam karya yang diciptakannya
disampaikan atas dasar pengalaman yang dengan seluruh kemanusiaanya, suka dan
bersifat pribadi. Karya sastra yang dukanya, impiannya, sukses, kegagalan,
diambil sebagai objek kajian ini adalah dengan perlawanan dan penyerahannya
karya sastra berupa cerpen yang pada situasi hidup. 3
diterjemahkan dari bahasa Arab ke Pembaca yang membaca sebuah
dalam bahasa Indonesian oleh Zuriyati karya sastra terjemahan dari bahasa Arab
(2005). Karya sastra itu berupa ke dalam bahasa Indonesia, akan
kumpulan cerpen yang berjudul “Al- mengalami kontak budaya. Kontak
Kabuus” yang ditulis oleh Najib Kailani budaya itu terjadi karena pembaca
seorang sastrawan yang lahir pada tahun melakukan pengenalan, pemahaman
1931 di kota Sarsabah, Mesir. Di dalam terhadap karya sastra yang dibacanya itu,
sehingga ia dapat melakukan penilaian,
1 dan muncul kegairahan serta
A. Chaedar Alwasilah. Filsafat Bahasa dan
Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
3
2010)., hal 207-208 A.Teeuw. Citra Manusia dalam Karya Sastra.
2
Ibid. (Jakarta: Gramedia, 1997 ) ., hal 2
Darsita : “Deiksis” dalam … 345

kenikmatan yang timbul sebagai akibat terlibat secara intelektual,


dari membaca karya itu. Mengapa emosional, imajinatif dengan karya
pembaca dapat ikut larut dengan itu;
keadaan yang disajikan dalam sebuah 2) Tingkat ke dua apresiasi sastra
karya sastra itu? Shipley (1962) dalam terjadi apabila daya intelektual
Rusyana (1979) menjelaskan bahwa pembaca bekerja lebih giat.
pembaca yang dapat memetik nilai Pembaca mulai bertanya kepada
kehidupan yang terkandung dalam dirinya tentang makna pengalaman
sebuah karya sastra karena ada daya yang diperolehnya, tentang pesan
empati yang memungkinkan pembaca yang disampaikan pengarang,
terbawa ke dalam suasana dan gerak hati, tentang hal yang tersembunyi di
dalam karya itu.4 Lebih lanjut, Rusyana belakang alur, dan lain-lain.
(1979) mengemukakan bahwa 3) Tingkat ke tiga apresiasi terjadi
kemampuan mengalami pengalaman apabila pembaca menyadari pula
pengarang yang tertuang dalam karyanya hubungan karya sastra itu dengan
dapat menimbulkan rasa nikmat pada dunia di luarnya sehingga
pembaca. Kenikmatan itu timbul karena pemahaman dan penikmatannya
pembaca, merasakan beberapa situasi pun dapat dilakukan dengan lebih
berikut: 1) berhasil dalam menerima luas dan mendalam.6
pengalaman orang lain; 2) bertambah Apresiasi sastra memiliki relasi
pengalaman sehingga dapat menjalankan erat dengan kegiatan apresiasi. Frase
kehidupan dengan lebih baik; 3) kagum kegiatan apresiasi untuk penjelasannya,
akan kemampuan sastrawan yang terlebih dahulu dijelaskan kata kegiatan,
mengerahkan segala alat yang ada padea kemudian gabungan kata kegiatan
medium seninya sehingga ia apresiasi. Makna masing-masing satuan
memperjelas, memadukan dan lingual itu secara leskikal dijelaskan satu
memberikan makna terhadap persatu. Merujuk konsepsi Rusyana
pengalamann yang diolahnya, dan 4) (1979) yang menjelaskan bahwa
menikmati sesuatu demi sesuatu itu kegiatan adalah perbuatan yang
sendiri, yaitu kenikmatan estetik.5 dilakukan dengan sadar dan bertujuan,
Pembaca yang demikian itu, yaitu perbuatan yang direncanakan
menurut Rusyana (1979) adalah pembaca berdasarkan asas-asas untuk mencapai
yang melakukan apresiasi sastra. sasaran yang ditentukan, untuk
Selanjutnya, dijelaskan bahwa apresiasi memenuhi baik kebutuhan jasmani
sastra memiliki beberapa tingkatan, maupun kebutuhan sosial budaya.
yaitu: Kegiatan apresiasi adalah perbuatan yang
1) Tingkat pertama, apresiasi sastra dilakukan dengan sadar dan bertujuan
terjadi apabila seseorang untuk mengenal dan memahami dengan
mengalami pengalaman yang ada tepat nilai sastra, untuk menumbuhkan
dalam sebuah karya. Pembaca itu kegairahan kepadanya dan memperoleh
kenikmatan daripadanya.
Bertumpu dari pendapat ini
4
Rusyana, Rus. “Meningkatkan Kegiatan dipahami bahwa karya sastra Arab
Apresiasi Sastra di Sekolah Lanjutan” dalam
menggambarkan manusia dalam
Jurnal Pengajaran Bahasa dan Sastra Tahun 4
Nomor 1. (Jakarta: Pusat Pembinaan dan kehidupannya dan dunia sastra adalah
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1979)., hal 23.
5 6
Ibid., Rusyana (1979)., hal 24 Ibid.
346 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015

dunia yang menarik karena sastra tidak Selanjutnya, “Perempuan yang


hanya menggambarkan imajinasi kreatif mengalahkan Setan” (2008), “Di Tahun
yang dikembangkan pengarangnya tapi Sejuta Masehi” (2008), “Perempuan itu
juga merupakan gambaran situasi sosial Sungguh Misteirus” (2008) adalah
bangsa Arab Mesir yang sebenarnya. naskah kumpulan cerita pendek
Berangkat dari pendapat ini cerita berbahasa Arab Arinillah karya Taufiq
pendek terjemahan Arab-Indoensia El Hakim yang diterjemahkan ke dalam
dianggap sebagai sebuah dunia yang bahasa Indonesia oleh Arif Sirsaeba
menarik, unik, dan spesifik, karena cerita (2008). Berdasarkan karya-karya karya
pendek itu menyajikan imajinasi kreatif terjemahan itu, pada kesempatan ini
yang disuguhkan oleh pengarang kepada dipilih satu cerpen berjudul “Hati
pembacanya, jadi cerpen dapat dianggap Perempuan”. Cerita pendek tersebut
sebagai sebuah dokumen sosial. Salah diambil dari kumpulan cerpen yang
satu produk cerita pendek berasal dari berjudul Al-Kabuus karya Najib Jailani.
Arab yang berjudul “Halusinasi” Karya itu dapat diperoleh dari hasil
merupakan karya yang ditampilkan, terjemahan. Berkat adanya kegiatan
digagas, dibuat oleh pengarang Arab di penerjemahan deari bahasa Arab ke
Mesir. Sebuah karya sastra entah cerita dalam bahasa Indonesia yang
pendek, entah novel, atau drama dapat berkembang saat ini, hal itu
memperlihatkan kekhasan, keunikan memudahkan setiap orang untuk dapat
yang berkaitan dengan kultur etnik suatu membaca karya itu yang layak untuk
suku bangsa, bangsa yang sekian lama dibaca. Karya sastra itu pada umumnya
mengeram, mendekam, dan mengalir menyampaikan pesan-pesan berupa
menjadi pola pikir, prilaku, dan sikap pendidikan, nilai, moral, etika, persoalan
hidup, tatakrama dan etika, tindakan dan ekonomi, sosial, politik dan pentingnya
ekspresi diri pandangan dan orientasi seorang istri taat kepada suami demikian
tentang alam dan lingkungannya, bahkan pula sebaliknya. Karya sastra cerpen
juga sampai pada wawasan estetiknya. 7 “Hati Perempuan”, yang dibaca
Seluk beluk kehidupan orang kemudian dipikirkan lalu diputuskan
Arab di Mesir seperti konflik kehidupan oleh penulis untuk dijadikan objek
berumah tangga, kesenjangan sosial, bahasan dalam kajian ini.
kegelisahan batin orang-orang tertindas, Masalah yang dibahas, antara lain
harapan, kekecewaan, keadilan, berupa: a) jenis-jenis deiksis; b) maksud
kekejaman, kemiskinan, kekayaan yang dibalik pemakaian deiksis dalam karya
berlimpah ruah, perkuliahan, percintaan, terjemahan berbahasa Indonesia.
pelecehan seksual, menjadi tema yang
sering ditampilkan dalam karya-karya Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu :
sastra Arab sejak dulu hingga sekarang 1. Mengetahui berbagai jenis deiksis
contohnya cerpen “Orang Asing“ (2005), dalam karya terjemahan Arab
“Otoriter” (2005), “Aib” (2005), “Hati Indonesia yang berjudul “Hati
Perempuan (2005)”; adalah cerita pendek Perempuan” meliputi yaitu : a)
yang disaru oleh Zuriyati (2005) dari deiksis persona ; b) deiksis tempat ;
buku Al-Kabuus karya Najib Jailani. c) deiksis wacana ; d) deiksis sosial
meliputi gestural, dan simbolik.
7
Maman S.Mahayana.. Esktrinsikalitas Sastra 2. Mencari tahu maksud dibalik
Indonesia (Jakarta : Raja Grafindo Perasada. pemakaian deiksis dalam karya
2007)., cerita pendek itu.
hal 4
Darsita : “Deiksis” dalam … 347

termasuk gestural dan simbolik,


Masalah yang diangkat dalam kajian ini khususnya untuk mengetahui distribusi
berfokus pada hal-hal itu sebagai berikut deiksis itu dan analisis wacana deiksis
: untuk mengetahui wujud-wujud
1. Bagaimana bentuk-bentuk deiksis ungkapan pragmatik serta makna-
dalam Cerpen karya Najib Kailani maknanya dan keterlibatan konteksnya.
terjemahan Arab Indonesia yang Metode yang digunakan dalam
berjudul “Al-Kabuus” meliputi penelitian ini adalah metode dekriptif.
yaitu : a) deiksis persona ; b) Metode deskriptif adalah metode yang
deiksis tempat ; c) deiksis wacana ; dilakukan semata-mata hanya
d) deiksis sosial berdasarkan pada fakta yang ada atau
2. Bagaimana pamakaian deiksis fenomena yang memang secara empiris
dalam kalimat imperatif bahasa hidup pada penutur-penuturnya sehingga
Indonesia karya cerita pendek itu. yang dihasilkan adalah paparan seperti
apa adanya.8 Penelitian ini membedakan
Penelitian ini hasilnya akan bermanfaat istilah metode dan teknik sebagaimana
baik secara teoretis maupun secara disarankan oleh Sudaryanto (1988).
praktis uraiannya sebagai berikut : 1. Istilah teknik tidak dipakai dalam
Manfaat teoretis. Penelitian ini memberi hubungan sinomimi dengan istilah
dua manfaat teoretis yaitu: 1) Memahami metode, melainkan dipakai dalam
pemakaian deiksis dalam karya hubungan hiponimi. Konsep teknik
terjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa diturunkan dari konsep metode. Atas
Indonesia; 2) Memahami kerangka teori dasar konsepsi itu penelitian ini
pragmatik yang terdapat dalam karya dilakukan dengan tahap-tahap sebagai
terjemahan itu . 2. Manfaat praktis. berikut:
Penelitian ini memberi dua manfaat 1. Pengumpulan Data
praktis yaitu : 1) Sebagai bahan Kalimat di dalam teks yang
pertimbangan bagi praktek menjadi data penelitian ini dikumpulkan
penerjemahan bahasa Arab ke dalam melalui pengamatan langsung, yaitu
bahasa Indonesia dalam menyusun dengan cara membaca, data yang diamati
dalam perencanaan pemakaian bahasa itu kemudian dicatat. Penelitian ini
Indonesia; 2) Hasil penelitian ini menggunakan konsepsi Sudaryanto
bermanfaat untuk mengetahui jenis-jenis (1988) menjelaskan metode yang dapat
deiksis bahasa Indonesia digunakan untuk pengumpulan data
lingual berupa teks. Penyimakan atau
Objek penelitian ini diarahkan metode simak atau penyimakan, adalah
pada deiksis yang terdapat dalam teks metode menyimak penggunaan bahasa
hasil terjemahan dari bahasa Arab ke pada sebuah teks. Metode simak dapat
dalam bahasa Indonesia yang terdapat di dijabarkan dalam sebuah wujud teknik
dalam kumpula cerpen berjudul sesuai macam alatnya, yaitu teknik
“Halusisnasi” karya Zuriyati. Analisis catat.9
menyangkut deiksis tersebut dilakukan
melalui distribusi deiksis di dalam
kalimat dan konteks penggunaan deiksis
itu dalam setiap peristiwa tutur. Analisis 8
Sudaryanto. Metode Linguistik: Ke Arah
dibatasi pada analisis deiksis persona, Memahami Metode Linguistik. (Yogyakarta:
waktu, tempat, deiksis wacdana, sosial Gadjah Mada Univeresity Press, 1992)., hal 62.
9
Ibid., Sudaryanto., hal 2
348 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015

yang digunakan dan hasil pengamatan


Metode secara cermat.

2. Pengolahan Data
Data berupa hasil pencatatan
yang telah dihimpun dikelola dengan
Metode Simak tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Hasil catatan terlebih
dahulu dimasukkan ke
dalam komputer/labtop;
2) Hasil catatan dibaca
Teknik Catat berulang-ulang;
3) Data yang mengandung
deiksis yang dijadikan
Bagan 1 Hierarki Metode Penelitian ini korpus untuk selanjutnya
dianalisis.
Bagan 1 di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Konsepsi metode dalam 3. Analisis Data
Data yang sudah diperoleh
penelitian ini berposisi sebagai hiponimi
dianalisis menggunakan:
dari konsep teknik. Metode yang
1) tabel-tabel yang disarankan
digunakan dalam penelitian ini ada dua
oleh Rahardi (2011). Setiap
jenis, yaitu:
tabel analisis berisi: nomor
Metode simak yaitu metode
data, lokasi percakapan,
pemerolehan data yang dilakukan
konteks tuturan, wujud
peneliti dengan cara melakukan
deiksis, jenis kalimat dan
penyimakan penggunaan bahasa di
makna imperatif.10
dalam teks terjemahan yang digunakan
2) Untuk mencari tahu
yang digunakan penerjemah bahasa
berbagai deiksis dilakukan
untuk menggambarkan setiap peristiwa
dengan menganalisis
tutur. Metode ini memiliki teknik dasar
deiksis itu sesuai dengan
berupa teknik catat. Dikatakan teknik
distribusinya.
catat karena penyimakan dilakukan
dengan pencataan. Pencatatan dapat
Sumber data yang digunakan
dilakukan secara tersistmatisasi dari
adalah:
setiap topik pembicaraan. Pencatatan
1) Data penelitian deiksis
dilakukan secara bertahap agar data yang
mencakupi semua tuturan
diperoleh bersifat teratur sehingga dapat
dalam teks terjemahan;
diamati penggunaan bahasanya.
2) Identitas sebuah deiksis
Bertumpu kepada metode ini, alat tulis
sebagai objek sasaran apabila
yang digunakan peneliti berupa alat ketik
deiksis itu muncul bersama
seperti laptob. Alat tulis berupa pulpen,
dengan respons atau
pensil, dan stabilo warna warni
tanggapannya. Alasannya,
digunakan untuk menandai data yang
tanggapan dapat berupa
diperlukan dari naskah terjemahan itu.
ungkapan yang di dalamnya
Alasan penggunaan metode ini adalah
untuk mendapatkan keaslian dari bahasa
10
Op.cit., Rahadi Kundjana, 2011., hal 51
Darsita : “Deiksis” dalam … 349

da kandungan gestural atau oleh seorang penutur. Mey (1993: 89)


simbol. dalam Nadar (2009) memberikan contoh
3) Data diambil pada kurun seorang tamu hotel di negara asing yang
waktu 1November- sedang berada di kamarnya. Tiba-tiba
31Desember 2015 ada ketukan di pintu kamarnya, dan dia
bertanya “Who is there?”, serta dijawab
II. Tinjauan Pustaka dan Kerangka dengan “It’s me”. Bagi tamu hotel
Teoretis tersebut, kata me tidak memperjelas
A.Tinjauan Pustaka siapa penuturnya, karena me menunjuk
pada seseorang yang bagi tamu tersebut
Kaswanti (1984) dalam
juga tidak jelas. Dengan demikian me
penelitiannya yang berjudul Deiksis
adalah kata deiksis, yang menunjukkan
dalam Bahasa Indoensia, membedakan
pada diri orang yang mengucapkannya.
deiksis menjadi: deiksis luar tuturan atau
Kalau orangnya berubah, maka me
eksofora dan deiksis dalam tuturan atau
menunjuk pada orang yang berbeda pula.
endofora. Yang membedakan labuhan
Mengingat kekhususan penggunaan me,
“setting anchorage” luar tuturan dengan
sebagaimana dalam konteks percakapan
labuhan dalam tuturan adalah bidang
antara tamu hotel dengan orang yang
permasalahannya. Yang
mengetuk pintu tersebut.
dipermasalahkan dalam pembahasan
tentang eksofora adalah bidang semantik
leksikal, meskipun bidang sintaksis tidak B. Kerangka Teoretis
dapat dilepaskan sama sekali dari Deiksis menurut Purwo (1990)
pembahasan bidang semantik leksikal.11 merupakan salah satu aspek pragmatik di
Mey (1993) mengemukakan kata antara tiga aspek lainnya yaitu (i)
deiksi berasal dari kata Yunani deiktitos praanggapan (presuppsition), (ii) tindak
yang berarti ‘hal penunjukkan secara ujaran (speech act), dan (iii) implikatur
langsung. Sebuah kata dikatakan bersifat percakapan (conversational
13
deiktis apabila referennya berpindah- implicature). Dijelaskan lebih lanjut
pindah atau berganti-ganti tergantung kata seperti, saya sini, sekarang adalah
pada saat dan tempat dituturkannya kata kata-kata deiksis. Kata-kata ini tidak
itu.12 Mey menjelaskan bahwa seorang memiliki referen yang tetap. Berbeda
penutur yang berbicara dengan lawan halnya dengan kata kursi, rumah, kertas.
tuturnya seringkali menggunakan kata- Siapapun yang mengucapkan kata kursi,
kata yang menunjuk baik pada orang, rumah, kertas di tempat mana pun, pada
waktu maupun tempat. Kata-kata yang waktu kapan pun, referen yang diacu
lazim disebut dengan deiksis tersebut tetaplah sama. Akan tetapi referen dari
berfungsi menunjukkan sesuatu, kata saya, sini, sekarang barulah dapat
sehingga keberhasilan suatu interaksi diketahui jika diketahui pula siapa, di
antara penutur dan lawan tutur sedikit tempat mana, dan padea waktu kapan
banyak akan bergantung pada kata-kata itu diucapkan. Konsep deiksis
pemahaman deiksis yang dipergunakan selanjutnya dapat disimak dari Lyons
(1977). Dijelaskan oleh beliau bahwa
11
Bambang Kaswanti Purwo. Deiksis dalam deiksis dipakai untuk menggambarkan
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1984)., hal 19
12 13
Jacob L Mey. Pragmatics An Introduction. Bambang Kaswanti Purwo. Pragmatik dan
(Cambridge: Cambridge University Press)., 89- Pengajaran Bahasa Menyibak Kurikulum 1984.
98pp (Yojyakarta: Kanisius, 1990)., hal 17
350 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015

beberapa fungsi: 1) pronomina persona, Deiksis waktu merujuk kepada


2) demostrativa, 3) fungsi waktu, 4) pemberian bentuk pada rentang waktu
aneka ciri gramatikal, serta 5) leksikal saat ujaran dituturkan. Deiksis ini
lainnya yang menghubungkan ujaran merujuk kepada waktu
dengan jalinan ruang dan waktu dalam berlangsungnya sebuah peristiwa,
tindak ujaran. 14 Sedangkan, menurut baik kala lampau, kala kini, maupun
Levinson (1983) mengemukakan bahwa kala mendatang.
deiksis dibedakan atas lima macam yakni
deiksis persona, deiksis waktu, deiksis 1. Deikis Wacana
tempat, deiksis wacana dan deiksis Untuk memahami deiksis
sosial.15 Uraiannya sebagai berikut: wacana, pertama dikemukakan
1) Deikis Persona adalah menunjuk pengertian wacana. Wacana adalah: 1)
peran dari partisipan dalam peristiwa rentetan kalimat yang berkaitan, yang
bahasa saat ujaran tersebut diucapkan. menghubungkan proposisi yang satu
Deiksis orang terdiri dari kategori dengan proposisi yang lainnya,
orang pertama, orang kedua, dan membentuk satu kesatuan sehingga
orang ketiga. Konsepsi ini kemudian terbentuklah makna yang serasi di antara
digunakan sebagai landasan berpikir kaimat-kalimat itu; 2) kesatuan bahasa
untuk memetakan pronominal dalam yang terlengkap dan tertinggi atau
bahasa Indonesia yang dipakai untuk terbesar di atas kalimat atau klausa
memahami pronominal dalam objek dengan koherensi dan kohesi yang tinggi
kajian ini. Uraiannya sebagai berikut: dan berkesinambungan, yang
Deiksis orang pertama yaitu kata yang mempunyai awal dan akhir yang nyata,
menggantikan diri orang yang dan disampaikan secara lisan dan
berbicara. tertulis.16 Konsepsi Deiksis wacana
Deiksis orang kedua yaitu kata yang merujuk kepada bagian-bagian tertentu
menggantikan diri orang yang diajak dalam wacana yang telah diberikan atau
bicara. sedang dikembangkan. Deiksis wacana
Deiksis orang ketiga yaitu kata yang berkaitan dengan penggunaan ungkapan
menggantikan diri orang yang dalam suatu ujaran untuk mengacu pada
dibicarakan bagian dari ujaran yang mengandung
2) Deiksis Tempat ungkapan.
Deiksis tempat merujuk kepadea
pemberian bentuk pada tempat 2. Deiksis Sosial
menurut peserta dalam peristiwa Deiksis sosial ialah
bahasa. Deiksis tempat digunakan pemberian bentuk menurut perbedaan
untuk mengacu kepada tempat sosial yang mengacu pada peran peserta,
terjadinya suatu peristiwa tutur, baik khususnya aspek-aspek hubungan sosial
tempat dekat (proksimal), agak jauh antara pembicara dan pendengar atau
(semi- proksimal), maupun tempat pembicara dengan beberapa rujukan.
yang jauh (distal). Deiksis ini bertemali erat berkaitan
3) Deiksis Waktu dengan para partisipan (penyapa, pesapa,
acuan), karena itu dalam deiksis terlibat

14 16
Lyons, John. Semantics (Cambridge: Cambridge J.S Badudu (2000) dalam I Dewa Putu Wujaya
University Press, 1977)., p. 636 dan Muhammad Rohmadi. Analisis Wacana
15
Steven C. Levinson. Pragmatics. (Cambridge: Pragmatik Kajian Teori dan Analisis (Surakarta:
Cambridge Univeersity Press, 1983)., hal 64. Yuma Pustaka, 2011)., hal 69
Darsita : “Deiksis” dalam … 351

unsur honorik atau sebutan melainkan hanya dengan mengetahui


penghormatan dan etika bahasa.17 faktor atau konteks yang menyertai
3. Penggunaan Ekspresi Deiksis ungkapan tersebut.
Levinson (1983) mengemukakan
bahwa penggunaan ekspresi deiksis ini
dapat dibagi menjadi dua hal yaitu
penggunaan gestural dan simbolik.
Uraian secara konseptual sebagai
berikut:
1) Gerak Fisik (gestural)
Penggunaan deiksis secara
gestural merujuk pada penggunaan
ekspresi deiksis yang memerlukan
informasi indikasi gerakan atau audio
visual yang dapat memahami
penggunaan ekspresi deiksis tersebut.
Untuk memahami makna dari
penggunaan suatu rujukan, penggunaan
ekspresi deiksis tersebut dibutuhkan
pengamatan atau pemantauan aspek
indikasi fisikal dalam suatu konteks
ujaran. Indikasi yang bersifat fisik ini
dapat berupa gerakan tubuh seperti
pandangan mata, gerakan tangan, atau
ekspresi wajah dari partisipan.
Penggunaan gestural berfungsi untuk
mengarah perhatian dari lawan bicara
dengan memberikan gerakan visual
untuk menunjuk kepada rujukan
sehingga dapat membantu memahami ke
mana rujukan itu ditujukan.
2) Simbolik (symbolic)
Penggunaan deiksis simbolik
yaitu penggunaan yang penafsirannya
dilakukan dengan menganalisis aspek
situasi yang terdapat dalam suatu
konteks ujaran. Ujaran tersebut untuk
memahami maksud rujukan. Ekspresi
simbolik tersebut dilakukan dengan
faktor tempat, waktu, ataupun melihat
rujukan lawan bicara. Untuk memahami
rujukan atau ungkapan dapat dipahami
tanpa gerakan fisik dan rujukannya dapat
diketahui hanya dari tuturannya,

17
Charles J. Fillmore. Santa Cruz Lectures on
Deixis 1971. (Bloomington: Indiana University
Linguistics Club)., 76p
352 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015

Selanjutnya, Kaswanti Purwo deiksis persona, ruang, waktu. Contoh-


(1984) menyusun diagram yang contoh berikut diambil dari diagram
menjelaskan secara rinci contoh-contoh tersebut:

Deiksis Persona

Persona Pertama aku, daku, saya (bentuk bebas)


ku- (bentuk terikat lekat kiri)
-ku (bentuk terikat lekat kanan)

Persona pertama dengan persona kita (bentuk bebas)


kedua
Persona pertama tanpa persona kami (bentuk bebas)
kedua
Persona Kedua engkau, kau, dikau, kamu, (bentuk bebas)
anda, kamu sekalian, kalian,
kau- -mu
(bentuk terikat kiri)
(bentuk terikat kanan)

Persona kedua lebih dari satu kamu (sekalian), kalian (bentuk bebas)
(bentuk bebas)

Persona Ketiga ia, dia, beliau, mereka (bentuk bebas)


-nya (bentuk terikat lekat kanan)

Persona ketiga lebih dari satu mereka (bentuk bebas)

Sumber: Kaswanti Purwo (1984) dalam Nadar (2011:58)18 yang dimodifikasi oleh peneliti ini

Deiksis ruang
Lokatif sini,situ, sana

Demonstratif ini, itu, begini, begiut

Temporal kini, dini

Sumber: Kaswanti Purwo (1984) dalam Nadar (2011:58)19 yang dimodifikasi oleh peneliti ini

Deiksis Waktu

18
Abdul Chaer. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. (Jakarta: Rineka Cipta, 2000)., hal 91-98
19
Ibid.
Darsita : “Deiksis” dalam … 353

Waktu yang telah lalu Waktu sekarang Waktu yang akan datang

minggu (yang) lalu minggu ini besuk, (hari) lusa, besuk lusa

(hari) Kamis (yang) lalu hari Kamis ini nanti, kelak

bulan (yang) lalu bulan ini bulan depan

(bulan) April (yang) lalu bulan April ini minggu yang akan datang

tahun (yang lalu) tahun ini

(tahun) 1951 yang lalu (tahun) 1983 ini

kemarin dulu, kemarin sekarang

tadi

Sumber: Kaswanti Purwo (1984) dalam Nadar (2011:58)20 yang dimodifikasi oleh peneliti ini.

20
Ibid.
354 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015

Dalam endofora dibahasa antara 1) Dalam kumpulan cerpen


lain masalah pemarkah anaphora data berupa deiksis diambil dari setiap
(mengacu padea konstituen di sebelah kisahan. Buku kumpulan cerpen ini
kirinya) dan dan katafora (mengacu memuat 17 buah cerpen. Untuk mencari
pada konstituen di sebelah kanannya) data deiksis persona diambil secara acak
baik yang persona maupun bukan menggunakan tabel-tabel dengan alasan
perosna, dan juga pemarkah anaphora untuk memudahkan analisis. Analisis
dan katafora yang berupa konstituen deiksis persona itu sebagai berikut.
Nol.21 Mengenai pemarkah anaphora
dan katafora ditegaskan bahwa hanya
kata ganti persona ketiga yang dapat
menjadi pemarkah anaphora dan
katafora. Contoh pemarkah anaphora
dapat dilihat pada penggunaan kata
“ia” dan “dia”. Kerangka teorietis di
atas digunakan untuk menganalisis
data deiksis yang terdapat dalam
cerpen ini.

III. Analisis dan Pembahasan


1. Analisis

Seperti yang telah dijelaskan


pada bagian sebelumnya, penelitiann
yang penulis lakukan adalah mengenai
deiksis persona, deiksis ruang, deiksis
waktu, deiksis wacana, deiksis sosial.
Data yang penulis peroleh, didapat dari
buku kumpulan cerpen yang berjudul
Al-Kabuus yang diterjemahkan
‘halusinasi’ oleh Zuriyati (2005).
Pembagian deiksis dalam penelitian ini
menggunakan konsep kategori Kaswanti
Purwo (1984) dalam bahasa Indonesia
yang ditulis oleh Kaswanti Purwo
(1984).

1) Deiksis Persona Pertama


Tunggal
Deiksis persona pertama
tunggal berhubungan dengan
pemahaman mengenai peserta tuturan
dalam situasi pertuturan di mana tuturan
itu dibuat. Berikut contoh penggunaan
deiksis persona.

21
Op.cit. hal 103-105
Darsita : “Deiksis” dalam … 355

Tabel 1
Analisis Deiksis Persona Pertama

No Lokasi terjadinya tuturan Wujud Imperatif Konteks tuturan Makna imperatif Deikis
persona

h.21 Dialog di dalam rumah “Hasil Mereka punya harta pernyataan ‘aku’
pemeriksaan berlimpah.. tapi
dokter dengan sekejap mata
menyalahkan tragedi datang
aku”. merenggut
kebahagiaan mereka
karena ada satu yang
mereka tidak miliki
yaitu anak

h.42 “Aku tidak mau Setelah mengetahui pernyataan ‘aku’


dikatakan seorang hasil pemeriksaan
laki-laki lemah. dokter
Selama ini aku
mampu
mendapatkan apa
saja yang aku
inginkan

h.31 Di ruang makan di dalam “Aku harus punya Tokoh Salim harapan ‘aku’
rumah punya anak, menyangkal hasil
harus”. pemeriksaan dokter

h.49 Di ruang keluarga di dalam “Aku bisa gila, di Tokoh Salim iri pertanyaan ‘aku’
rumah mana keadilan? dengan istri
tetangganya yang bisa
hamil, sedang istrinya
tidak bisa hamil

h.53 Di ruang praktek dokter “Saya pastikan Laila memeriksakan pernyataan ‘saya’
kandungan untuk kunjungan Anda sehat dan kandungannya ke
pertama tidak mandul. dokter kandungan

h.56 Di ruang praktek dokter “Saya ingin Laila memeriksakan pertanyaan ‘saya’
kandungan untuk kunjungan bertanya kandungannya ke
ke-2 sejujurnya. dokter kandungan
Mengapa kau
harus berbuat
zalim…?”

h.71 Di ruang tidur di dalam “Kau bagiku Setelah mendapat pernyataan ‘-ku’
rumah adalah suami, penjelasan dari dokter
saudara dan kandungan bahwa
anak” Salim mandul

Analisis data seperti tertera pada tabel 1 dalam konteks situasi yang akrab, dan
menunjukkan bahwa, penggunaan saya digunakan pada konteks situasi
deiksis persona pertama pada umumnya yang formal. Satuan ku- bentuk terikat
menggunakan aku, saya, dan –ku bentuk lekat kiri tidak ditemukan dalam data
terikat lekat kanan. Aku, dan -ku penelitian ini.
digunakan pada konteks tuturan
pembicara dan kawan bicara berada
356 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015

Tabel 2
Analisis Deiksis Persona Pertama dengan Persona Kedua

No Lokasi terjadinya tuturan Wujud Imperatif Konteks tuturan Makna imperatif Deikis
persona

h.31 Di jalan menuju rumah sakit “Kenapa Ausyah Ausyah dituduh Pertanyaan ‘kita’
tidak kita beri berbuat zina oleh
kesempatan”? masyarakat sekitar
tempat tinggalnya

h.20 Di rumah di ruang tidur “Kalau begini, Salim marah kepada Dugaan ‘kita’
berarti bahtera istrinya
hidup kita selama
ini hanya
merupakan suatu
kebohongan”

Tabel 3
Analisis Deiksis Persona Pertama dengan Tanpa Persona Kedua

No Lokasi terjadinya tuturan Wujud Imperatif Konteks tuturan Makna imperatif Deikis
persona

1 Di tengah laut di atas kapal “Kami saling Saat kapal yang Penyataan ‘kami’
berantukkan dan dinaiki penumpan
berteriak” goleh ditiup angin

2 Di tengah laut di atas kapal “Kepala kami Saat kapal yang Pernyataan ‘kami’
saling beradu dan dinaiki penumpan
kami goleh ditiup angin
bergantungan
kemana saja”

H 30 Di rumah direktur Hasan “Kami heran Teman-teman Hasan Pernyataan ‘kami’


dengan heran melhat Hasan
pendekatan yang sangat dekat
Hasan tersebut” dengan direkturnya

Tabel 4
Analisis Deiksis Persona Kedua

No Lokasi terjadinya tuturan Wujud Imperatif Konteks tuturan Makna Deikis


imperatif persona

1 Di ruang tidur di dalam “Kenapa tidak? Sebelum penjelasan dari Pertanyaan ‘kau’
rumah Bukankah kau yang dokter kandungan bahwa
hamil dan Salim mandul
melahirkan?

2 Di ruang praktek dokter “Kau perempuan Dokter menjelaskan tak Pernyataan ‘kau’
berhati tulus” perlu cemburu pada suami
Darsita : “Deiksis” dalam … 357

3 Di ruang praktek dokter “Saya pastikan Dokter menjelaskan hasil Pernyataan ‘Anda’
Anda sehat dan pemeriksaan laboratorium
tidak mandul. Laila

4 Di ruang praktek dokter “Tapi Anda sudah Laila menegaskan hasil Penegasan ‘Anda’
meemriksanya, pemeriksaan kandungan
Dok”

5 Di ruang rapat di kantor “Apa maksudmu?” Direktur bertanya harga Pertanyaan ‘-mu’
minyak yang tak tetap

6 Di ruang rapat di kantor “Kau harus Direktur memberi Imbauan ‘-mu’


merobah pola penjelasan kesalahan yang
pikiranmu” dilakukan Fuad

Analisis data seperti tertera pada tabel 4 dalam konteks situasi yang akrab, dan
menunjukkan bahwa, penggunaan Anda digunakan pada konteks situasi
deiksis persona kedua pada umumnya yang formal. Satuan kamu bentuk bebas
menggunakan kau, Anda, dan –mu tidak ditemukan dalam data penelitian
bentuk terikat lekat kanan. Kau, dan -mu ini.
digunakan pada konteks tuturan
pembicara dan kawan bicara berada
Tabel 5
Analisis Deiksis Persona Kedua Lebih Dari Satu

No Lokasi terjadinya tuturan Wujud Imperatif Konteks tuturan Makna imperatif Deikis persona

1 Di pasar, di toko minuman “Apa kamu Pedagang yang pertanyaan ‘kamu’


sekalian belum berkata sinis dengan
mendengar tentang orang-orang di pasar
orang sholeh yang yang dekat dengan
berbuat tempat jualannya
kontradiktif?”

h.138 Di dalam kapal di atas air “Para penumpang! Kapal laut mengalami imabauan ‘kalian’
laut Kalian tetap di kerusakan sehingga
tempat, siapa yang kapal akan tenggelam
bergerak saya akan
lemparkan ke
tengah laut”.

h. 40 Di pasar ikan “Dia sudah Ruqayah berbisik pemberitahuan ‘kalian’


menceritakan kepada suaminya di
hubungan kalian dalam kamar tidur
kepada ayahnya” tanpa merasa ada
yang mendengarkan
pembicaraan mereka
di luar kamar

Analisis data seperti tertera pada tabel 5 pada konteks tuturan pembicara dan
menunjukkan bahwa, penggunaan kawan bicara, baik berada dalam
deiksis persona kedua lebih dari satu konteks situasi yang akrab maupun
kamu, kalian tidak banyak digunakan konteks situasi yang formal.

Tabel 6
Analisis Deiksis Persona Ketiga
358 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015

No Lokasi terjadinya tuturan Wujud Imperatif Konteks tuturan Makna imperatif Deikis persona

h.51 Di kafe Perempuan- Setelah simuman dari pertanyaan ‘mereka’


perempuan itu mabuk
tertawa, sesorang
di antara mereka
berkata kepadaku:
Apa yang kau
takutkan saudaraku

h.40 Di kantor “Mereka sebarkan Perbuatan iri yang pernyataan ‘mereka’


isu bahwa dilakukan teman
pergaulan ayah Sultan di kantor
Sultan itu buruk
dan keji”

h.152 Di masjid “di antara mereka Berita pernikahan pemberitahuan ‘mereka’


ada Abdul Na’nah dengan
Muthalib” Ahmad sudah
diketahui oleh Abdul
Muthalib

Analisis data seperti tertera pada tabel 6 pembicara dan kawan bicara, baik berada
menunjukkan bahwa, penggunaan dalam konteks situasi yang akrab
deiksis persona ketiga mereka banyak maupun konteks situasi yang formal.
digunakan pada konteks tuturan
Tabel 7
Analisis Deiksis Ruang

No Lokasi terjadinya tuturan Wujud Imperatif Konteks tuturan Makna imperatif Deikis ruang

h.51 Di rumah Na’nah “Berita itu Berita pernikahan pernyataan ‘itu’


mengundang Na’nah dan Ahmad
komentar-komentar yang mengejutkan
yang bersifat Abdul Muthalib
mengecam”

h.32 Di ruang kerja “Mengapa tidak dari Hasan sudah lama pertanyaan ‘ke sini’
dulu kau datang ke tidak pernah datang
sini?” ke ruang kerja Haki
Adnan

h.32 Di pasar “Hidup ini kejam, Hasan mengetahui pernyataan ‘di sini’
Oh.., aku lihat di sini keadaan nasi
bermaam-macam
jenis manusia,
bermacam-macam
ide, bermacam-
macam jenis
manusia.

h.2 Masyarakat yang “Kini rasa haus dan Seorang yang tidak pernyataan ‘kini
mempunyai pemimpin dahaga seakan memiliki pekerjaan
yang zalim, di suatu membunuhnya”. yang tidak dapat
tempat membli sesuatu
Darsita : “Deiksis” dalam … 359

Analisis data seperti tertera pada tabel 7 banyak digunakan pada konteks tuturan
menunjukkan bahwa, penggunaan pembicara dan kawan bicara, baik berada
deiksis demonstratif ‘itu’, lokatif, ‘di dalam konteks situasi yang akrab
sini, di situ, ke sana’ dan temporal ‘kini’ maupun konteks situasi yang formal.
Tabel 8
Analisis Deiksis Waktu

No Lokasi terjadinya tuturan Wujud Imperatif Konteks tuturan Makna imperatif Deikis waktu

h.164 Di rumah “Dulu, memang dia Membahasa pernyataan ‘dulu


pernah mendengar keberadaan kelompok
nama kelompok Al-Ikhwan
itu”

h.140 Di desa “Hari-hari yang Peristiwa serangan pernyataan ‘hari-hari’


mencekam terus dari kelompok Al-
berlalu” Ikhwan terhadap
penduduk desa

h.165 Di desa “Peristiwa itu Peristiwa serangan pernyataan ‘tahun 1965’


terjadi pada tahun dari kelompok Al-
1965” Ikhwan terhadap
penduduk desa

h.34 Di rumah tokoh Hasan ‘Di suatu pagi pada Setelah bangun dari pernyataan ‘pagi
musim panas yang tidurnya Hasan
ceria’ merasakan situasi
pagi

Analisis data seperti tertera pada tabel 8 tuturan pembicara dan kawan bicara,
menunjukkan bahwa, penggunaan baik berada dalam konteks situasi yang
deiksis waktu dulu, hari-hari, tahun akrab maupun konteks situasi yang
1965 banyak digunakan pada konteks formal.
Tabel 9
Analisis Deiksis Wacana

No Lokasi terjadinya tuturan Wujud Imperatif Konteks tuturan Makna Deikis wacana
imperatif

h.4 Di suatu tempat “Ucapan itu Ketika seorang pernyataan ‘ucapan


laksana petir yang pemimpin turun dari laksana petir’
menyambar jabatannya, seolah-olah
telinganya. berkata padanya: Hai
Ditatapnya pembohong!

h.140 Di bekas ruang kerja “Sekarang dia Sang mantan penguasa pernyataan ‘congkak’
berani menatap meja antic
membesarkan yang pernah menjadi
batang hidungnya ruang kerjanya
alias congkak”

h.11 Ruang khayalan/halusinasi “Lapangan Halusinasi yang pernyataan ‘lidah mereka


penghisapan ini menggambarka alam laksana bunga
sudah dipadati oleh akhirat api’
makhluk yang
sedang kehausan.
Lidah-lidah
360 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015

mnereka semakin
panjang menjulur
laksana bunga api

h.34 Di rumah tokoh Salim, “Ketika padang Salim dalam keadaan pernyataan ‘kegembiraan
istri sedang membujuknya pasir menghijau ya melamun mengusir air
Salim, aku merasa mataku’
benar-benar hidup,
harapan yang
indah bernyanyi di
kalbuku dan
kegembriaan
mengusir air
mataku”

Analisis data seperti tertera pada tabel 9 yang menggigit tangan orang yang telah
menunjukkan bahwa, penggunaan menolongnya, direktur tak mampu
deiksis wacana yakni penggunaan bahasa mengunci bibirnya banyak digunakan
dalam kaitan dengan penggunaan pada konteks tuturan pembicara dan
ungkapan dalam ujaran seperti Matahari kawan bicara, baik berada dalam konteks
dengan ronanya yang pucat semakin situasi yang akrab maupun konteks
condong ke barat, Fudah adalah orang situasi yang formal.
yang tak pantas dihargai. Ibarat anjing
Tabel 10
Analisis Deiksis Sosial

No Lokasi terjadinya tuturan Wujud Imperatif Konteks tuturan Makna Deikis sosial
imperatif

h.149 Di rumah Na’nah “Selamat datang Seorang pemuda pernyataan ‘etika bahasa’
kekasih!” menghempaskan pintu
dengan marah lalu
mendekatkan Na’nah
dengan kepalan
tinjunya. Na’nah
langsung berkata…

h.150 Di rumah Na’nah “Hei wanita laknat Pemuda beranama hardikan ‘etika sosial’
Ahmad tu meemgang
tangan Na’nah sambil
menghardik…

h.150 Di rumah Na’nah “Kekasihmu wanita Dituduh sebagai wanita pertanyaan ‘etika sosial’
laknat?” laknat Na’nah
menjawab histeris
tanpa rasa takut

h.150 Di rumah Na’nah “Hentikan tipu Bersikukuh menuduh pernyataan ‘etika sosial’
dayamu” Na’nah melakukan tipu
daya terhadap dirinya

h.150 Di rumah Na’nah “Apa yang tejadi?” Dituduh sebagai wanita pertanyaan ‘etika bahasa’
laknat Na’nah
menjawab histeris
tanpa rasa takut

h.150 Di rumah Na’nah “Istirahat dulu kau Dituduh sebagai wanita permohonan ‘etika sosial’
laknat Na’nah
Darsita : “Deiksis” dalam … 361

sedang stress?” menjawab histeris


tanpa rasa takut

Analisis data seperti tertera pada tabel pertuturan yang bersifat akrab, misalnya
10 menunjukkan bahwa, penggunaan dalam keluarga, biasa digunakan kata-
deiksis sosial yakni penggunaan bahasa kata nama diri. Dalam penggunaannya
dalam kaitan dengan penggunaan dijelaskan bahwa kata ganti saya
ungkapan dalam ujaran seperti etika digunakan kepada orang yang lebih tua,
sosial dan etika bahasa yang banyak orang yang belum dikenal, orang yang
digunakan pada konteks tuturan dihormati dan salam situasi resmi.22
pembicara dan kawan bicara, baik Karya terjemahan ini menggunakan kata
berada dalam konteks situasi yang akrab ganti persona pertama, sesuai situasi
maupun konteks situasi yang formal. seperti tersebut di atas. Sedangkan, kata
ganti aku dipakai untuk menggantikan
2) Pembahasan diri pembicara dapat digunakan kepada
teman akrab yang sudah akrab, orang
Uaraian pembahasan ini
yang lebih muda, orang yang lebih
dimaksudkan untuk mengungkapka
rendah status atau kedudukan sosialnya
kembali temuan-temuan hasil analisis
dan dalam situasi-situasi tertentu sedang
data penelitia, dilihat dari segi teori-teori
marah, atau jengkel. Contoh: “Oh hari
yang menjadi landasannya dan hasil
ini aku sungguh bahagia. Aku
hasil penelietian yang relevan
memberimu hadiah.” … data (hal 39).
sebelumnya. Pembahasan ini dipaparkan
Di sisi lain, kata ganti –ku dignakan
menurut urutan permasalahan dan tujuan
dalam kalimat dengan kata kerja pasif,
yang diajukan pada bagian pendahuluan,
sebagai objek dalam kalimat berkata
dan uraian pembahasan ini pada
kerja transitif, dalam kontruksi yang
akhirnya memperlihatkan deiksis yang
menyatakan kepunyaan. Contoh:
digunakan dalam kumpulan cerpen ini.
“Adapun saudaraku Husein berdiri
Di dalam kumpulan cerpen karya
dengan kepala tertunduk malu, sambil
Najib Kailani yang berjudul Al-Kabuus
berkata: Dari mana isu selama ini”? ..
yang diterjemahkan ke dalam bahasa
data (hal 47).
Indonesia menjadi “Halusinasi” oleh
Zuriyati. Di dalam karya itu banyak (2) Deiksis Persona Kedua
digunakan deiksis persona aku, saya dan Deiksis persona kamu, Anda, kau
–ku bentuk terikat lekat kanan. dan -mu merupakan deiksis yang
Sedangkan bentuk daku dan ku- bentuk dominan digunakan dalam karya ini.
terikat lekat kiri tidak digunakan di Chaer (2010) mengemukakan bahwa
dalam karya terjemahan ini. kata ganti atau deiksis Anda untuk
menyatakan diri kedua, atau orang yang
(1) Deiksis persona pertama diajak bicara, dapat digunakian kepada
orang yang belum dikenal dan
Deiksis persona pertama yang
diperkirakan berusia sebaya, atau dalam
dominan digunakan dalam karya ini
situasi resmi.23 Contoh: “Saya pastikan
adalah saya, aku dan -ku. Chaer (2010)
Anda sehat dan tidak mandul. Tinggal
mengemukakan bahwa kata ganti atau
deiksis saya untuk menggantikan diri si
22
pembicara dapat digunakan oleh siapa Abdul Chaer. Tata Bahasa Praktis Bahasa
saja terhadap siapa saja. Dalam Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)., hal 92.
23
Ibid., Abdul Chaer., hal 96
362 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015

pemeriksaan suami Anda.” … data (hal bahwa deiksis tempat atau ruang untuk
75). menyatakan lokatif, yaitu sini, situ, sana,
Di sisi lain, kata ganti atau di sini, di situ, di sana. 25 Contoh:
deiksis kau utnuk menyatakan diri orang “Inilah drama Shaira karya Muhammad
kedua, atau orang yang diajak bicara Bakri. Produser Fulan selamat
dapat digunakan kepada orang yang mendengarkan.” … data (hal 111).
sudah akrab, orang yang lebih muda, “Aku juga mau ke sana”. Ayo ikut aku?
orang yang lebih rendah status atau data (hal 110). “Kau kenal dengan
kedudukan sosialnya atau dalam situasi- orang-orang dibagian produksi itu”? …
situasi tertentu misalnya sedang marah data (hal 110).
atau jengkel. Deikis kau digunakan
untuk hubungan kekerabatan. Kau (5) Deiksis Wacana
digunakan dalam kalimat berkata kerja Deiksis wacana merujuk
pasif dan dalam kontruksi yang penggunaan bahasa dalam bentuk
menyatkan kepunyaan atau pemilihan. ungkapan. Ungkapan yang digunakan
Contoh: “Kau jual”? protes Muhamad .. dalam karya ini berupa beraneka gaya
data (hal 106). “Kau menjual ide”? … bahasa kiasan. Ungkapan dalam hal ini
data (hal 107). “Apa kau tidak makan pemakaian gaya bahasa kiasan. Satuan
malam?” … (data hal 107). bahasa itu merupakan deiksis yang
dominan digunakan dalam karya ini.
(3) Deiksis Persona Ketiga Keraf (1981) mengemukakan bahwa
Deiksis persona ketiga mereka gaya bahasa kiasan adalah gaya yang
merupakan deiksis yang dominan dilihat dari segi makna tidak dapat
digunakan dalam karya ini. Chaer ditafsirkan sesuai dengan makna kata-
(2010) mengemukakan bahwa kata ganti kata yang membentuknya. Orang harus
atau deiksis mereka untuk menyatakan mencari makna di luar rangkaian kata
diri orang ketiga, atau orang yang atau kalimatnya. Jenis gaya bahasa ini
dibicarakan, yang jumlahnya lebih dari disebut juga dengan trope.26 Lebih
seorang. Dapat digunakan terhadap lanjut, Keraf (1981) menjelaskan bahwa
siapa saja dan oleh siapa saja.24 Contoh: trope menurut arti katanya adalah
“Tatkala mereka yakin bahwa usaha ‘penyimpangan’ makna dari kata atau
mereka sia-sia mereka menyelimutinya kalimat-kalimat.
dengan sehelai kain woll lalu mereka Gaya bahasa ini menurut Keraf
dudukkan di atas kudanya yang (1981) merupakan gaya kiasan yang
pincang.” … data (hal 80). dibentuk berdasarkan persamaan atau
“ Hari demi hari pun berlalu sementara perbandingan. Membandingkan sesuatu
mereka tidak bisa menabung satu qursy dengan sesuatu hal yang lain berarti
pun”? data (hal 86). “Mereka tertawa- mencoba menemukan ciri-ciri yang
tawa dan berlari-lari di dalam rumah menunjukkan kesamaan antra kedua hal
sambil berteriak”? … data (hal 86). tersebut.27 Contoh: “Nama Fuad
menjadi harum.” … data (hal 118).
(4) Deiksis Tempat
25
Deiksis tempat merupakan F.X. Nadar. Pragmatik dan Penelitian
Pragmatik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009)., hal
deiksis yang dominan digunakan dalam 59.
karya ini. Nadar (2009) mengemukakan 26
Gorys Keraf. Diksi dan Gaya Bahasa (Ende:
Nusa Indah, 1981)., hal 121.
24 27
Ibid., Abdul Chaer., hal 96 Ibid.
Darsita : “Deiksis” dalam … 363

“Akan tetapi sekertaris pribadinya diri orang ketiga, atau orang yang
itulah yang senantiasa menghembus- dibicarakan, yang jumlahnya lebih dari
hembuskan berita buruk sehingga dia seorang. Dapat digunakan terhadap
mengambilkan keputusan yang pahit siapa saja dan oleh siapa saja.29 Contoh:
untuk Fuad”? data (hal 118). “Seiring “Tatkala mereka yakin bahwa usaha
denga itu, suara azan sayup-sayup mereka sia-sia mereka menyelimutinya
berkumandeang memanggil manusia dengan sehelai kain woll lalu mereka
untuk shalat fajar, Abdul Jabbar dudukkan di atas kudanya yang
mengulurkan tangannya sambil berakta pincang.” … data (hal 80).
“ Aku berjanji padamu”? … data (hal “ Hari demi hari pun berlalu sementara
160). mereka tidak bisa menabung satu qursy
pun”? data (hal 86). Kalimat ini
(6) Deiksis Sosial merupakan kalimat imperatif literal
dengan modus kalimat beritra yang
Deiksis sosial berkaitan dengan
digunakan saat suasana santai dan tidak
tiga aspek partisipan yaitu, penyapa,
ada perasaan kesal atau marah.
pesapa, acuan, demikian deikis sosial ini
tercakupi unsur honorifik atau sebutan
penghormatan dan etika bahasa. IV. Simpulan
Levinson (1983) mengemukakan bahwa Uraian di atas dapat disimpulkan
penggunaan ekspresi deiksis ini ada dua sebagai berikut:
jenis, yaitu dilihat melalui : 1) gestrual, 1. Jenis satuan bahswa pengungkap
yaitu penggunaan ekspresi deiksis yang waktu dapat berupa satuan
memerlukan informasi gerak fisikal lingual ruang dan satuan lingual
dalam suatu konteks ujaran.28 Contoh: waktu
“Direktur itu menggelengkan kepalanya 2. Penentuan pengelompokkan
keheranan lalu melanjutkan konsep waktu yang digunakan
pekerjaannya seperti menandatangani penerjemah secara deiktis
surat-surat yang sudah menumpuk di merujuk kepadea satuan lingual
mejanya dan membuat catatan penting.” itu didasarkan kepada titik
… data (hal 117). peristiwa dengan masing-masing
“Dengan penuh doa dari lubuk hatinya, konteks yang melingkupinya.
sambil menengadahkan ke langit: Ooh 3. Berkenaan dengan acuan waktu
Tuhan demi Rajak, Ibrahim dan istriku dari satuan lingual waktu
yang malang”? data (hal 116). ditemukan beberapa konsep
Deiksis gestural adalah kegiatan yang waktu yang mengarah: a) maju,
dilakukan oleh para tokoh pada saat b) mundur, c) durasi, d) waktu
berlangsungnya sebua peristiwa bersamaan dan e) jangka waktu.
4. Untuk mengungkap deiksis
(7) Deiksis Pemakaian Deiksis waktu digunakan bentuk bahasa
dalam Kalimat Imperatif yang memposisikan waktu
terjadinya peristiwa, keadaan
Deiksis persona ketiga mereka
yang tercermin di dalam sebuah
merupakan deiksis yang dominan
tuturan atau kalimat penggambar
digunakan dalam karya ini. Chaer
peristiwa itu.
(2010) mengemukakan bahwa kata ganti
atau deiksis mereka untuk menyatakan
28 29
Op.cit., Levinson., hal 96 Ibid., Abdul Chaer., hal 96
364 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015

DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 2000. dalam I Dewa Putu
Wujaya dan Muhammad
Rohmadi. Analisis Wacana
Pragmatik Kajian Teori dan
Analisis. 2011. Surakarta: Yuma
Pustaka

Chaer, Abdul. 2010. Tata Bahasa


Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta

Fillmore, Charles, J. 1971. Santa Cruz


Lectures on Deixis 1971.
Bloomington: Indiana University
Linguistics Club

F.X. Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan


Penelitian Pragmatik. Yogyakarta:
Graha Ilmu

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa.


Ende: Nusa Indah.

Kaswanti Purwo, Bambang. 1990.


Pragmatik dan Pengajaran
Bahasa Menyibak Kurikulum
1984. Yogyakarta: Kanisius

Lyons, John. 1977. Semantics.


Cambridge: Cambridge University Press
Steven C. Levinson. 1983. Pragmatics.
Cambridge: Cambridge Univeersity
Press.
Darsita : “Deiksis” dalam … 365

Anda mungkin juga menyukai