Anda di halaman 1dari 13

Basastra: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya

Vol. 9, No. 1, April 2021, Hal 61-73


ISSN 2302-6405(print) dan ISSN 2714-9765(online)

KRITIK SOSIAL DALAM CERPEN PELAJARAN


MENGARANG KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA
MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIKA PIERCE

Aprillia Ratna Sasmita


Universitas Negeri Yogyakarta
E-mail: aprilliaratnasasmita.ars@gmail.com

Abstrak: Sebagai sebuah respon yang menginterpretasikan kepekaan pengarang terhadap berbagai
fenomena di sekitarnya, karya sastra hadir dengan berbagai muatan kritik, nilai, dan norma. Cerpen
Pelajaran Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma merupakan salah satu karya sastra yang hadir
dengan muatan nilai-nilai dan kritik sosial untuk merespon realitas kehidupan lain masyarakat
marjinal ibukota. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kritik sosial pada cerpen Pelajaran
Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma dengan menggunakan pendekatan semiotika tanda Pierce
pada objek trikotomi relasi (makna) berupa ikon, indeks, dan simbol. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode analisis isi (studi pustaka). Metode pengumpulan
data pada penelitian ini meliputi kegiatan membaca, mengidentifikasi, mencatat, dan menafsirkan
data dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif berupa studi pustaka (analisis isi). Hasil
penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kritik sosial yang dihadirkan pengarang melalui
cerpen Pelajaan Mengarang, ditinjau dari pendekatan semiotika Pierce mengenai tanda, yaitu ikon,
indeks, dan simbol. Kritik sosial yang ditemukan antara lain: (1) kesalahan paradigma masyarakat
tentang perkotaan; (2) status sosial pada masyarakat yang termarjinalkan bukanlah menjadi prioritas
penting; dan (3) lingkungan sosial memiliki berbagai dampak kehidupan individu tersebut melekat
pada karakter, tingkah laku, konflik batin, bahkan satuan bahasa yang digunakan oleh tokoh-tokoh
di dalam cerpen.

Kata Kunci: karya sastra, cerpen, kritik sosial, semotika Pierce.

SOCIAL CRITICISM IN THE SHORT STORY OF “PELAJARAN


MENGARANG” BY SENO GUMIRA AJIDARMA THROUGH
PIERCE SEMIOTIC APPROACH
Abstract: As a response that interprets the author's sensitivity to the various phenomena around
him, literary works come with a variety of criticisms, values, and norms. Seno Gumira Ajidarma's
short story “Pelajaran Mengarang” is one of the literary works that comes with a content of values
and social criticism to respond to the other realities of life of marginalized communities in the
capital. The purpose of this study was to determine the social criticism of Seno Gumira Ajidarma's
short story “Pelajaran Mengarang” by using the semiotic approach of Pierce's sign on the
trichotomy object of relations (meaning) in the form of icons, indexes and symbols. This study used
a qualitative descriptive approach with content analysis methods (literature study). Data collection
methods in this study include reading, identifying, recording, and interpreting data using qualitative
descriptive data analysis techniques in the form of literature studies (content analysis). The results
obtained show that the social criticism presented by the author through the short story “Pelajaran
Mengarang” is viewed from Pierce's semiotic approach to signs, namely icons, indexes, and
symbols. The social criticisms found include: (1) the wrong paradigm of urban society; (2) social
status in marginalized communities is not an important priority; and (3) the social environment has

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 9 Nomor 1, April 2021, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
61
various impacts on the individual's life which is attached to the character, behavior, inner conflict,
even the language unit used by the characters in the short story.

Keywords: literary works, short story, social criticism, Pierce's semiotics.

PENDAHULUAN mencangkup relasi antara individu,


Sastra dikenal sebagai sebuah kelompok, dan peristiwa yang terjadi
karya yang bertolak dari imaji atau dalam batin seseorang (Damono, 1978:
khayalan pengarang sehingga bersifat 1). Selain menampilkan kehidupan
imajinatif (Wellek & Warren, 1993: sebagai kenyataan sosial yang relevan,
20). Karya sastra pada hakikatnya cerpen merupakan salah satu jenis
merupakan representasi kehidupan, prosa fiksi dengan plot dan jumlah kata
hasil proses kreatif pengarang sebagai yang ringkas, sehingga cerita dapat
respon atau tanggapan dari berbagai dibaca habis dalam waktu yang singkat
fenomena yang melingkupinya. Peran (Nurgiyantoro, 2019: 2).
seorang pengarang dalam penciptaan Sebagai sebuah hasil proses
sebuah karya sastra memiliki kreatif pengarang untuk dapat
kedudukan yang sangat penting dan merespon suatu fenomena ataupun
krusial. Hal tersebut karena dalam peristiwa dalam masyarakat, cerpen
penyusunan karya sastra dilandasi diciptakan dengan membawa sebuah
pengalaman-pengalaman hidup pada pesan, nilai, dan amanat yang sekaligus
realitas bermasyarakat di dunia nyata dapat menjadi sarana atau media untuk
dengan objek materi kajian berupa menyuarakan sebuah kritik berdasarkan
curahan masalah kehidupan sosial fenomena-fenomena tertentu kepada
budaya. Itu sebabnya, setiap hal yang masyarakat kultur di Indonesia. Hal
tertangkap oleh alat indra (pengecapan, tersebut selaras dengan objek yang
pendengaran, perasaan, penciuman, menjadi fokus kajian ini yaitu kritik
dan perabaan) yang memiliki memori sosial pada cerpen Pelajaran Mengarang
atau kedalaman kesan tertentu bagi karya Seno Gumira Ajidarma.
pengarang akan mampu menjadi Sugiwardana (2014) mendefinisikan
sebuah bahan kajian penciptaan karya kritik sosial sebagai salah satu bentuk
sastra. komunikasi, khususnya pada masyarakat
Salah satu jenis genre karya tutur yang sekaligus berfungsi untuk
sastra adalah prosa. Prosa merupakan menjadi kontrol atau kendali dalam
sebuah teks sejenis fiksi, naratif, atau jalannya suatu sistem sosial.
wacana naratif. Cerpen atau cerita Salah satu kedalaman pesan
pendek merupakan salah satu bentuk berupa kritik sosial terlihat dalam
prosa fiksi yang popular. Cerpen dalam esensi isi cerpen Pelajaran Mengarang
karya Seno Gumira Ajidarma yang
karya sastra menampilkan kehidupan
sebagai suatu kenyataan sosial dengan keras menghardik paradigma
mengenai kultur (budaya) masyarakat

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 9 Nomor 1, April 2021, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
62
marjinal di Indonesia. Secara singkat, Ajidarma dengan menggunakan
cerpen ini menceritakan mengenai pendekatan semiotika Pierce.
kehidupan seorang anak perempuan, Represetamen
bernama Sandra, yang tinggal dan
tumbuh di sebuah lingkungan dengan
latar sosial masyarakat marjinal
ibukota. Permasalahan yang dihadirkan
sejak awal cerita mengenai pelajaran
mengarang merupakan benang merah Objek Interpretan
yang menghubungkan setiap peristiwa Gambar 1. Model Segitiga Makna
mengenai kehidupan keras Sandra. Ia Charles Sanders Pierce
tumbuh dan dibesarkan oleh seorang (Sumber: Piliang, 2010)
wanita yang bekerja sebagai seorang Charles Sanders Pierce adalah
penghibur di lingkungan sosial yang salah satu filsuf berkembangsaan
keras, kumuh bahkan dianggap hina Amerika yang paling orisinil dan
oleh masyarakat awam. multidimensional. Pierce terkenal
Fakta-fakta mengenai keadaan dengan teori tandanya yang memiliki
sosial dan kehidupan masyarakat
prinsip dasar bahwa tanda bersifat
marjinal, sisi lain dari perjuangan
representatif karena merupakan sesuatu
seorang wanita untuk dapat memenuhi
yang mewakili sesuatu yang lain
serta mencukupi kebutuhan hidup,
(something that represent something
hingga dampak kerasnya lingkungan
else). Titik sentral kajian semiotika
tersebut terhadap pertumbuhan dan
Pierce adalah trikotomi relasi tiga unsur
perkembangan seorang anak,
tanda yaitu hubungan antara
merupakan inti objek kajian kritik
sosial pada cerpen. Penjelasan dan represetamen, objek, dan interpretan
penjabaran mengenai kritik sosial atau yang juga dikenal sebagai model
segitiga makna sebagai berikut. Fokus
dalam cerpen tersebut dapat
kajian yang akan digunakan untuk
diungkapkan melalui teori semiotika
menelaah dan menjabarkan kritik sosial
Charles Sanders Pierce.
pada cerpen Pelajaran Mengarang karya
Kajian ini bertujuan untuk dapat
Seno Gumira Ajidarma adalah unsur
mengetahui, mendeskripsikan: (1)
objek pada trikotomi relasi tanda Pierce.
tanda (dalam hubungan dengan objek)
Ditinjau dari hubungan yang
meliputi ikon, indeks, dan simbol terdapat antara representamen dengan
dalam cerpen Pelajaran Mengarang objeknya, yakni sebagai hubungan yang
karya Seno Gumira Ajidarma. (2) ‘menggantikan’ atau ‘the standing for
makna tanda berupa ikon, indeks, dan relation’, tanda-tanda oleh Pierce
simbol dalam cerpan Pelajaran diklasifikasikan menjadi ikon (icon),
Mengarang karya Seno Gumira indeks (index), dan simbol (symbol).
Pierce berpendapat bahwa trikotomi

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 9 Nomor 1, April 2021, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
63
tersebut merupakan sarana, media, atau mengidentifikasi bagian-bagian
alat pembagian tanda yang paling tertentu dalam cerpen sebagai data
fundamental. Ikon merupakan tanda yang diperlukan untuk mengkaji cerpen
yang memiliki sifat persamaan bentuk dengan pendekatan semiotika Pierce;
alamiah antara hubungan penanda dan (3) mencatat hasil identifikasi data
petandanya. Indeks diartikan sebagai berupa kutipan-kutipan baik berupa
sebuah tanda yang menunjukkan frasa, kalimat, maupun paragraf; (4)
hubungan alamiah bersifat klausal mengategorikan data yang telah
(hubungan yang memiliki sifat timbal terkumpul berdasarkan jenis dan
balik-sebab akibat). Sobur (2006) karakteristik tanda menurut semiotika
mendefinisikan simbol sebagai sebuah Pierce; (5) menganalisis,
tanda yang menunjukkan adanya menginterpretasi, dan menafsirkan data
hubungan alamiah antara penanda dan untuk disajikan dan ditarik
petandanya yang bersifat arbitrer. kesimpulannya.
Teknik analisis data dilakukan
METODE dengan menggunakan metode analisis
Penelitian ini adalah penelitian isi (studi pustaka) pada cerpen
desktiptif kualitatif dengan Pelajaran Mengarang, karya Seno
menggunakan metode analisis isi (studi Gumiro Ajidarma. Analisis isi (studi
pustaka). Objek material pada kajian pustaka) dilakukan dengan cara
penelitian ini adalah cerpen Pelajaran menginterpretasi data-data yang telah
Mengarang karya Seno Gumira diperoleh dalam cerpen berdasarkan
Ajidarma. Data penelitian ini berupa kesesuaiannya dengan pembahasan
kata, frasa, kalimat atau paragraf yang penelitian untuk dapat mengetahui
menunjukkan adanya kritik sosial yang adanya kritik sosial pada cepen tersebut
disampaikan secara tersirat melalui ditinjau dari pendekatan semiotika
kehidupan Sandra sebagai salah satu tanda Pierce, yaitu ikon, indeks, dan
contoh kerasnya kehidupan masyarakat simbol.
marjinal untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode pengumpulan data pada Hasil dari kajian penelitian ini
penelitian ini meliputi kegiatan adalah bahwa di dalam Cerpen
membaca, mengidentifikasi, mencatat, Pelajaran Mengarang, karya Seno
dan menafsirkan data. Adapun Gumiro Ajidarma, pengarang
langkah-langkah yang dilakukan dalam membangun paradigma mengenai
pengumpulan data meliputi kegiatan kritik sosial yang banyak ditemukan
(1) membaca dan memahami isi dan pada masyarakat marjinal ibukota.
inti cerita dari cerpen Pelajaran Kritik sosial tersebut dikaji
Mengarang karya Seno Gumira berdasarkan analisis tanda dalam
Ajidarma secara intensif; (2) trikotomi relasi Pierce yang

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 9 Nomor 1, April 2021, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
64
menekankan pada eksistensi dari analisis tanda yang terdapat di dalam
berbagai fenomena sosial dan cerpen Pelajaran Mengarang karya
penyimpangan norma-norma Seno Gumira Ajidarma berupa simbol,
masyarakat, khususnya norma asusila, ikon, indeks, dan dapat diketahui
yang serius namun kurang diperhatikan melalui tabel berikut.
sebagai permasalahan sosial. Hasil

Tabel 1. Analisis Ikon, Indeks, dan Simbol dalam Cerpen Pelajaran Mengarang
karya Seno Gumiro Ajidarma
Jenis Tanda
dalam
Inti Kutipan dalam Cerpen Makna yang Dihasilkan
Trikotomi
Pierce dari Analisis Tanda

Ikon Penggambaran keadaan lingkungan Lingkungan sosial


rumah yang berantakan dan kumuh.
Penggambaran tempat kerja yang identik dengan
kondisi remang-remang dan dipenuhi aktivitas
yang memuat unsur-unsur asusila.

Tingkah laku tokoh utama yang sering bepergian


untuk memenuhi pesanan dan jarang pulang Wanita penghibur
selama berhari-hari.

Indeks Banyak menggunakan kosa kata makian dalam Status sosial yang rendah
percakapan sehari-hari.

Penggambaran perilaku tokoh sebagai identitas Penyimpangan sosial


diri sekaligus respon dari lingkungan sosial yang
ditinggali. Penggambaran perilaku tokoh sebagai
salah salah satu bentuk cara menjalankan
pekerjaan atau profesi.

Adanya pergumulan batin yangmenandai adanya Gangguan psikologis


krisis identitas.

Simbol Perilaku menyimpang tokoh dalam Gaya hidup


kehidupan sehari-hari. Penggambaran
keadaan rumah yang berantakan. Pemenuhan
kebutuhan hidup yang tinggi (mahal).

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 9 Nomor 1, April 2021, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
65
HASIL DAN PEMBAHASAN mendengkur, bahkan ketika Sandra
pulang dari sekolah.” (Ajidarma, 1991)
Berdasarkan identifikasi tanda Lingkungan sosial yang ter-
dalam cerpen Pelajaran Mengarang gambar melalui citraan penglihatan
karya Seno Gumira Ajidarma yang dalam cerpen tersebut
dilakukan dengan mengadaptasi jenis- mengindikasikan bahwa rumah yang
jenis tanda Pierce, diperoleh hasil berantakan tersebut bukan merupakan
bahwa terdapat tanda-tanda berupa keadaan yang tidak disengaja dan
ikon, indeks, dan simbol yang terjadi dalam waktu yang singkat,
menunjukkan adanya makna tetapi nyaris terjadi hampir setiap hari
penggambaran kritik sosial dalam dibuktikan dengan adanya detail-detail
cerpen tersebut. seperti letak botol minuman keras yang
ada di meja, tempat tidur yang
Ikon dalam Cerpen Pelajaran berantakan dan pintu yang tidak pernah
Mengarang Karya Seno Gumira tertutup. Pintu yang tidak pernah
Ajidarma tertutup juga mengindikasikan adanya
Ikon sebagai hasil kajian cerpen faktor kesengajaan yang dimaksudkan
Pelajaran Mengarang karya Seno untuk memudahkan tamu atau
Gumira Ajidarma dibedakan menjadi pelanggan bagi Ibu Sandra yang
dua kategori yang berfungsi sebagai umumnya datang di malam hari.
penanda lingkungan sosial dan sebuah Hal-hal tersebut sekaligus merujuk
profesi yaitu wanita penghibur atau kepada fakta bahwa lingkungan tempat
wania malam. Ikon yang berfungsi tinggal Sandra merupakan lingkungan
sebagai penanda lingkungan sosial sosial yang keras, yang juga
terlihat dari banyaknya kutipan di dikategorikan sebagai pemukiman
dalam cerpen yang merujuk pada kumuh. Di perkotaan, pemukiman
tempat-tempat tertentu seperti rumah, kumuh merupakan fenomena yang lekat
kamar, dan ‘tempat kerja’. dengan gemerlap penampakan ibukota.
Biasanya pemukiman kumuh banyak
Kutipan 1 ditinggali oleh masyarakat marjinal yang
“Sandra hanya mendapatkan tinggal dengan berbagai penyimpangan
gambaran sebuah rumah yang sosial. Salah satu bentuk penyimpangan
berantakan. Botol-botol dan kaleng- tersebut adalah adanya prostitiusi
kaleng minuman yang kosong sebagai mata pencaharian, dibuktikan
berserakan di meja, di lantai, bahkan dengan adanya citraan pendengaran
sampai ke atas tempat tidur. Tumpahan ‘mendengkur’ yang menunjukkan
bir berceceran diatas kasur yang adanya eksistensi manusia (laki-laki)
spreinya terseret entah ke mana.
asing.
Bantal-bantal tak bersarung. Pintu
Umumnya di lingkungan sosial
yang tak pernah tertutup dan sejumlah
manusia yang terus menerus masyarakat yang masih mengedepankan

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 9 Nomor 1, April 2021, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
66
nilai dan norma, pintu yang tidak ditutup tempat kerja Ibu Sandra yang merupakan
pada malam hari akan menimbulkan rumah prostitiusi atau klub malam.
stigma yang buruk atau bahkan stigma Tempat yang remang-remang dengan
negatif sehingga dapat menyebabkan banyak wanita dan pria saling berpelukan
sanksi sosial berupa gunjingan. Bahkan hingga menghilangkan sekat merupakan
minuman keras serta orang-orang asing penanda sebuah tempat kerja yang sangat
yang menginap secara silih berganti umum lekat dengan penyimpangan sosial
merupakan suatu pemandangan tabu norma dan nilai asusila.
yang sangat dikecam dengan keras. Oleh Musik keras pada kutipan
karena itu, ikon pada kutipan tersebut dapat menjadi tanda sebagai
tersebut menandakan fenomena salah satu cara untuk menyiasati hal-hal
lingkungan sosial yang keras di yang terjadi di dalam tempat prostitusi
perkotaan dan biasanya ditandai oleh tersebut. Oleh karena itu, pada cerpen
keberadaan kawasan kumuh seperti Pelajaran Mengarang, Sandra yang
pada pemukiman di sekitar kolong merupakan siswi SD tidak
jembatan, bantaran sungai, rel kereta, diperbolehkan masuk karena memang
bahkan hingga pemukiman di sekitar tempat tersebut dikhususkan bagi
TPA (tempat pembuangan akhir) yang orang-orang dewasa.
masyarakatnya pada umumnya Ikon lingkungan sosial ini juga
berpenghasilan rendah di bawah rata- beresonansi dan berkorelasi dengan
rata pendapatan per kapita masyarakat pekerjaan Ibu Sandra sebagai wanita
kota. malam yang tampak pada kutipan
Lingkungan sosial tersebut berikut.
mendukung adanya tempat-tempat Kutipan 3
hiburan yang biasa dimanfaatkan “Sandra tahu, setiap kali pager ini
masyarakat sekitar sebagai ladang menyebut nama hotel, nomor kamar, dan
untuk dapat menghasilkan uang secara sebuah jam pertemuan, ibunya akan
pulang terlambat. Kadang-kadang
instan demi memenuhi gaya hidup dan malah tidak pulang sampai dua atau tiga
meningkatkan status sosial di hari.”
masyarakat. Kutipan tersebut menjadi sebuah
ikon yang menandakan bahwa aktivitas
Kutipan 2 atau kegiatan Ibu Sandra tersebut
“Di tempat kerja wanita itu, sangat lekat dengan kehidupan malam
meskipun gelap, Sandra melihat dan tempat-tempat privat seperti kamar
banyak orang dewasa berpeluk- hotel. Selain itu, keterangan waktu
pelukan sampai lengket. Sandra juga
yang menyatakan bahwa pekerjaan
mendengar musik yang keras, tapi
Mami itu melarangnya nonton.” tersebut sering dilakukan dengan
(Ajidarma, 1991) memakan waktu lebih dari sehari juga
Berdasarkan kutipan tersebut ikon mengindikasikan bahwa tamu atau
lingkungan sosial juga tampak pada pelanggan dari pekerjaan yang dilakoni

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 9 Nomor 1, April 2021, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
67
oleh ibunya tidak hanya berasal dari sosial yang rendah ditunjukkan oleh
orang-orang biasa saja, tetapi juga kutipan-kutipan berikut.
orang-orang berkantong tebal yang Kutipan 1
berani membayar mahal untuk “Diam, Anak Setan!” atau
mendapatkan kebahagiaan duniawi “Bukan urusanmu, Anak Jadah” atau
yang datang sekejap. “Sudah untung kamu ku kasih makan
dan ku sekolahkan baik-baik. Jangan
Oleh karena itu, ikon wanita
cerewet kamu, Anak Sialan!”
malam sebagai sebuah profesi sangat “Tentu saja punya, Anak Setan!
lekat dengan wanita ataupun Tapi, tidak jelas siapa! Dan kalau jelas
perempuan-perempuan muda yang siapa belum tentu ia mau jadi Papa
tinggal di kawasan pemukiman dengan kamu! Jelas? Belajarlah untuk hidup
lingkungan sosial yang keras. Karena tanpa seorang Papa! Taik Kucing
dengan demikian mereka dapat dengan Papa!”
Penggunaan bahasa sebagai
menghasilkan uang secara cepat
satuan lingual yang umum digunakan
(instan).
dalam percakapan sehari-hari merupakan
salah satu identitas dari status sosial yang
Indeks dalam Cerpen Pelajaran
melekat pada diri seseorang khususnya
Mengarang Karya Seno Gumiro
wanita. Semakin banyaknya penggunaan
Ajidarma
kosa kata kasar atau umpatan (memiliki
Indeks diterjemahkan secara makna negatif dan kurang sopan) yang
literal sebagai some sensory feature digunakan oleh seorang wanita dalam
(sesuatu yang dapat dilihat, didengar, komunikasinya, maka semakin rendah
atau mudah tercium baunya) yang pula status sosial masyarakat tersebut
kemudian menghubungkannya dengan ditinjau dari kacamata masyarakat
objek tertentu. Indeks juga dapat kultur pada umumnya.
diartikan sebagai tanda yang Lingkungan sosial yang menjadi
menunjukkan adanya hubungan klausal penanda sekaligus pembentuk karakter
atau sebab akibat. Berdasarkan hasil masyarakat berperan besar dalam
analisis cerpen Pelajaran Mengarang perkembangan lingustik seseorang,
terdapat beberapa kategori indeks tidak terkecuali perkembangan
sebagai penanda adanya kritik sosial linguistik pada cerpen Pelajaran
yang muncul di dalam cerpen tersebut, Mengarang karya Seno Gumira
yaitu indeks status sosial yang rendah, Ajidarma. Dalam cerpen tersebut
penyimpangan sosial oleh masyarakat diketahui bahwa Ibu Sandra merupakan
marjinal ibukota, dan dampaknya salah satu warga yang menetap dan
terhadap perkembangan psikologis bertempat tinggal di lingkungan sosial
anak. yang keras, karena itu perkembangan
Indeks sebagai tanda yang bahasanya cenderung mengikuti
menunjukkan makna mengenai linguistik bahasa yang umumnya
identitas masyarakat dengan status

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 9 Nomor 1, April 2021, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
68
digunakan oleh penduduk kawasan Kutipan 2
tersebut. Karenanya bahasa yang “Ia juga hanya berbisik malam itu,
digunakan pun memiliki interpretasi ketika terbangun karena dipindahkan
negatif. ke kolong ranjang. Wanita itu
barangkali mengira ia masih tidur.
Meskipun memang digunakan
Wanita itu barangkali mengira, karena
dalam konteks untuk meluapkan masih tidur maka Sandra tak akan
amarah atau emosi, tetapi kosa kata pernah mendengar suara lenguhnya
seperti pada kutipan cerpen tersebut yang panjang maupun yang pendek di
hanya dapat ditemui di tengah atas ranjang. Wanita itu juga tak
masyarakat dengan norma sosial yang mengira bahwa Sandra masih
rendah sehingga memunculkan banyak terbangun ketika dirinya terkapar
tanpa daya dan lelaki yang
perbendaharaan kata negatif. Selain itu,
memeluknya sudah mendengkur keras
jika ditinjau lebih dalam, terdapat sekali.”
korelasi antara pekerjaan Ibu Sandra Penyimpangan sosial yang jelas
dengan penggunaan bahasa yang terlihat pada cerpen Pelajaran
bermuara pada status sosialnya di Mengarang adalah bahwa pekerjaan
masyarakat. yang dilakukan oleh Ibu Sandra
Sebagai seorang penghibur, merupakan pekerjaan yang salah namun
status sosial Ibu Sandra dilihat dari tetap dibenarkan oleh masyarakat di
pandangan masyarakat kultur termasuk lingkungannya yang memiliki kesamaan
status sosial yang rendah. Hal tersebut nasib serupa. Penyimpangan sosial ini
seolah kembali ditegaskan dengan dapat ditinjau dari hilangnya peran
perbendahaaraan kata yang ia gunakan norma-norma asusila baik dari perilaku
untuk dapat berkomunikasi dalam Ibu Sandra dalam pekerjaannya yang
kehidupan sehari-hari. selalu melibatkan kontak dengan lelaki
Sebagai bagian dari masyarakat asing, maupun melalui gaya hidup
marjinal ditinjau dari lingkungan Ibunya yang selalu pulang malam dan
mengonsumsi banyak minuman keras.
sosial, tempat tinggal, bahkan
Kutipan 3
pekerjaan yang dilakukan oleh Ibu
“Suatu malam wanita itu pulang
Sandra, maka dapat diketahui bahwa
merangkak-rangkak karena mabuk. Di
aktivitas atau tindakan-tindakan ruang depan ia muntah-muntah dan
tersebut bermuara pada penyimpangan tergelatak tidak bisa bangun lagi.
sosial secara umum (general). Sandra mengepel muntahan-muntahan
Penyimpangan sosial tersebut dapat itu tanpa bertanya-tanya. Wanita
ditinjau lebih lanjut dari tindakan- yang dikenalnya sebagai ibunya itu
tindakan yang dilakukan oleh beberapa sudah biasa pulang dalam keadaan
mabuk.”
wanita terhadap laki-laki asing yang
Pengaruh dari adanya lingkungan
mereka temui. Seperti terdapat pada sosial yang keras dan penyimpangan
kutipan cerpen berikut. tersebut berdampak pada aspek psikologi

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 9 Nomor 1, April 2021, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
69
pada anak yang dalam cerpen tersebut Sandra karena lingkungan sosial dan
diwakilkan oleh kehadiran Sandra. Salah keluarga yang keras.
satu dampak yang nyata terlihat adalah
hilangnya figur seorang ibu pada diri Simbol dalam Cerpen Pelajaran
Sandra sebagai dampak dari berbagai Mengarang Karya Seno Gumiro
faktor di antaranya adalah perilaku Ajidarma
Marni—Ibu Sandra, yang tidak Berdasarkan hasil identifikasi
menunjukkan perilaku keibuan, hampir cerpen Pelajaran Mengarang simbol
tidak pernah memberikan sentuhan sebagai bagian dari kajian Trikotomi
afeksi untuk menunjukkan rasa kasih Relasi Pierce ditunjukkan oleh kutipan-
sayang kepada anaknya, serta kata-kata kutipan berikut.
kasar dan umpatan yang lebih sering Kutipan 1
dilontarkan kepada Sandra “Di ruang depan ia muntah-
dibandingkan kata-kata yang muntah dan tergelatak tidak bisa
menunjukkan perasaan sayang. Serta bangun lagi. Sandra mengepel
juga ditambah oleh fakta yang muntahan-muntahan itu tanpa
menunjukkan bahwa Ibu Sandra sering bertanya-tanya. Wanita yang
melayani lebih dari satu lelaki. dikenalnya sebagai ibunya itu sudah
biasa pulang dalam keadaan mabuk.”
Kutipan 4
Kutipan 2
“Sandra mencoba berpikir
“Wanita itu juga tak mengira
tentang “Ibu”. Apakah ia akan menulis
bahwa Sandra masih terbangun ketika
tentang ibunya? Sandra melihat
dirinya terkapar tanpa daya dan lelaki
seorang wanita yang cantik. Seorang
yang memeluknya sudah mendengkur
wanita yang selalu merokok, selalu
keras sekali.”
bangun siang, yang kalau makan selalu Dari hasil analisis tersebut dapat
pakai tangan dan kaki kanannya selalu
diketahui adanya simbol yang menjadi
naik keatas kursi.”
“Apakah wanita itu Ibuku?” penanda gaya hidup Sandra dan ibunya.
Pertanyaan retoris dalam kutipan Sandra yang masih merupakan seorang
tersebut menjadi penanda kebingungan siswi SD harus selalu sabar menghadapi
batin yang berkecamuk dalam pikiran setiap tingkah laku ibunya yang selalu
Sandra. Hal tersebut diperkuat oleh pulang malam, mabuk, dan terkadang
tidur bersama pria asing. Hal tersebut
fakta bahwa sifat ibunya tidak dapat ia
karena tuntutan profesi ibunya yang
pahami karena sering berkata dan
bekerja sebagai wanita penghibur
berperilaku kasar kepadanya, tetapi
sehingga kehidupannya penuh dan lekat
tidak jarang berbuat baik kepada
dengan minuman keras dan hubungan
Sandra. Hal-hal tersebut membuat
dengan banyak laki-laki asing.
eksistensi dan figur Ibu dalam Kutipan 3
pemikiran Sandra menjadi bias dan “Sandra hanya mendapatkan
buram yang sekaligus menjadi penanda gambaran sebuah rumah yang
adanya gangguan psikologis pada diri berantakan. Botol-botol dan kaleng-

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 9 Nomor 1, April 2021, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
70
kaleng minuman yang kosong dimaksudkan untuk memberi
berserakan di meja, di lantai, bahkan gambaran mengenai usaha masyarakat
sampai ke atas tempat tidur. Tumpahan marjinal di perkotaan dalam upaya
bir berceceran diatas kasur yang memenuhi kebutuhan hidupnya,
spreinya terseret entah ke mana.
Bantal-bantal tak bersarung. Pintu khususnya gaya hidup yang tinggi,
yang tak pernah tertutup dan sejumlah demi menjaga, mempertahankan,
manusia yang terus menerus maupun meningkatkan status sosial.
mendengkur, bahkan ketika Sandra
pulang dari sekolah.” Pembahasan Kritik Sosial pada
Gaya hidup lainnya juga tampak Cerpen Pelajaran Mengarang Karya
terlihat dari pernyataan mengenai Seno Gumira Ajidarma
keadaan fisik lingkungan rumah Sandra Melalui hasil pembacaan cerpen
yang lekat dengan kata berantakan. dan analisis cerpen tersebut
Selain itu, hal-hal yang berdasarkan semiotika Pierce
mengindikasikan sebagai peletak dasar mengenai ikon, indeks, dan simbol
berantakan tersebut terlihat dari terdapat beberapa jenis kritik sosial
berbagai botol minuman keras, keadaan yang dapat ditemukan atau muncul.
tempat tidur yang selalu berantakan, Kritik sosial yang pertama
dan pintu rumah yang tidak pernah membahas mengenai kesalahan
tertutup agar kapan pun seorang pria paradigma masyarakat yang memandang
ingin bermalam dengan ibunya tidak bahwa kehidupan di kota adalah
perlu mengetuk pintu terlebih dahulu kehidupan dengan berlimpah pilihan dan
peluang pekerjaan. Nyatanya, tidak
dan menunggu.
semua penduduk kota mengalami
Gaya hidup lainnya yang juga
kesejahteraan dan terdesak oleh pilihan
terlihat pada cerpen Pelajaran untuk dapat melakukan segala cara demi
Mengarang karya Seno Gumira dapat mencukupi kehidupan dan hidup
Ajidarma tersebut ditunjukkan oleh dengan layak.
adanya gaya hidup masyarakat Kritik sosial yang kedua adalah
perkotaan yang konsumtif dan bahwa status sosial pada masyarakat
cenderung hidup mewah atau glamor. yang termarjinalkan di ibukota bukanlah
Kutipan 4 menjadi prioritas penting, karena mereka
“Setiap hari minggu wanita itu lebih takut untuk tidak dapat menghidupi
mengajaknya jalan-jalan ke plaza ini kehidupannya dengan layak daripada
atau ke plaza itu.” menjadi seorang berstatus sosial tinggi
Plaza atau mal merupakan suatu tetapi mlarat di kehidupannya.
identitas tempat yang umumnya lekat Kritik sosial yang ketiga adalah
dengan masyarakat konsumif dan bahwa lingkungan sosial memiliki
burjois. Oleh karena itu, pada cerpen berbagai dampak yang dapat cukup
tersebut gaya hidup yang ditampilkan memberikan perombakan besar dalam
dan dimunculkan pengarang juga kehidupan individu. Oleh karena itu,
tidak jarang ada bahasa-bahasa slang

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 9 Nomor 1, April 2021, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
71
yang lahir dan berkembang di suatu SIMPULAN
masyarakat dan menjadi identitas Berdasarkan hasil kajian karya
masyarakat tersebut. Selain itu, tidak sastra tersebut dapat diketahui bahwa
dapat dipungkiri bahwa hal-hal tersebut fenomena-fenomena sosial yang ada di
dapat menjadi suatu awal dari adanya dalam cerpen Pelajaran Mengarang
penyimpangan sosial di masyarakat tersebut dapat dianalisis dengan
yang kemudian dapat berdampak pada menggunakan Trikotomi Relasi
psikologis masyarakat itu sendiri. Semiotika Pierce yaitu ikon, indeks,
Melalui cerpen Pelajaran dan simbol. Ikon digunakan untuk
Mengarang tersebut pengarang sekaligus dapat mengkaji lingkungan sosial dan
mengkritisi pemikiran dan perilaku profesi wanita dalam cerpen, indeks
masyarakat Indonesia sebagai digunakan untuk mengkaji
masyarakat kultur yang sangat penyimpangan sosial, status sosial, dan
memegang teguh norma dan nilai-nilai gangguan psikologi anak, sedangkan
luhur. Tetapi pada kenyataannya, simbol digunakan untuk mengkaji
fenomena yang terjadi termasuk di mengenai gaya hidup masyarakat
dalamnya juga penyimpangan- marjinal perkotaan yang juga terlihat
penyimpangan sosial yang ada tidak dari lingkungan tempat tinggal Sandra.
dapat diatasi secara maksimal dan Hasil analisis tersebut
malah semakin menjamur serta mengungkapkan bahwa cerpen tersebut
mengakar di dalam masyarakat. merupakan perwakilan atau representasi
Masyarakat ibukota khususnya dari fenomena-fenomena sosial yang ada
dan masyarakat Indonesia umumnya di antara mayarakat kultur Indonesia.
sudah terlalu puas untuk melabeli diri Sehingga, beberapa kritik sosial yang
sebagai masyarakat yang berbudaya berhasil dikaji untuk merespon hasil
tetapi masih menutup mata terhadap telaah sistem tanda semiotika Pierce
berbagai fenomena yang menyangkut tersebut di antaranya mengenai bentuk-
penyimpangan norma moral dan bentuk penyimpangan sosial pada
asusila. Sehingga penyimpangan- masyarakat marjinal ibukota dan
penyimpangan yang terjadi kemudian dampaknya terhadap diri sendiri, orang
menjadi alasan terbentuknya lain, maupun masyarakat.
permasalahan sosial yang bermuara
pada sebuah penyimpangan budaya REFERENSI
dengan pandangan atau stigma yang
salah untuk membenarkan berbagai Artanti, Y., Sofyanti, D., Reza, M. D.,
perbuatan tersebut sebagai tindakan & Hartanti, W. (2020). Eksistensi
yang lazim dan benar untuk dapat Diri Tiga Perempuan dalam Trois
dilakukan. Femmes Puissantes Karya Marie
Ndiaye. Litera, 19 (3), 487-503.
Christina. (2017). Sebuah Analisis
Semiotik Logo Koko Cici

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 9 Nomor 1, April 2021, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
72
Indonesia (Penguatan Identitas Matinya Makna. Yogyakarta:
dalam Koko Cici). SEMIOTIKA: Jalasutra.
Jurnal Komunikasi, 10 (2), 241- Reinaldy, D. (2017). Gambaran
266. Masyarakat Rusia Abad XIX
Damono, S. D. (1978). Sosiologi dalam Cerpen Munafik Karya
Sastra (Sebuah Pengantar Anton Chekov Versi Koesalah
Ringkas). Jakarta: Depdikbud. Subagyo Toer Melalui Jalur
Dewi, M. C. (2013). Representasi Logika Pierce. Jurnal Sasindo
Pakaian Muslimah dalam Iklan Unpam, 4 (1), 39-61.
(Analisis Semiotika Charles Sugiwardana, R. (2014). Pemaknaan
Sanders Peirce pada Iklan Realitas serta Bentuk Kritik
Kosmetik Wardah di Tabloid Sosial dalam Lirik Lagu Slank.
Nova). Jurnal Komunikasi Skriptorium, 2 (2), 86-94.
PROFETIK, 6 (2), 63-72. Supriyono. (2020). Novel American
Fitria, R. (2017). Analisis Semiotika Wife Sittenfeld Karya
Charles Sanders Peirce dalam Elizabeth Curtis: Pengaruh Laki-
Iklan Kampanye Pasangan Calon Laki terhadap Perempuan.
Gubernur dan Wakil Gubernur Basastra: Jurnal Bahasa, Sastra,
Provinsi Bengkulu Tahun 2015. dan Pengajarannya, 8 (2), 273-
Manhaj, 1 (1), 43-49. 280.
Hendri, Z. (2004). Pemanfaatan Taqiyya, K. F. K., Udasmoro, W., &
Semiotik Visual untuk Firmonasari, A. (2020).
Memahami Karya Seni Rupa. Peliyanan terhadap Perempuan
Imaji, 2 (1), 101-112. Dunia Ketiga pada Ruang
Jasnain, T. (2017). Tindak Tutur Seksual dalam Novel Plateforme
Ridwan Remin pada Stand Up Karya Michel Houellebecq.
Comedy Indonesia Season 7 Litera, 19 (3), 457-469.
Kompas TV Edisi Juni 2017. Wellek, R., & Warren, A. (1995). Teori
Basastra: Jurnal Bahasa, Kesusastraan. Diterjemahkan
Sastra, dan Pengajarannya, 8 Melani Budianta) Jakarta:
(2), 453-464. Gramedia.
Kadir, H. & Palilati, J. (2017). Ikonitas Wibowo, E. (2017). Makna Semiotik
Perempuan dalam Novel Grafis dalam Novel Anomie Karya Rilda
Embroideries Karya Marjane A. Oe. Taneko. Jentera: Jurnal
Satrapi. Litera, 16 (2), 318-328. Kajian Sastra, 6 (2), 129-139.
Nurgiyantoro, B. (2005). Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gajah Mada Press.
Piliang, Y.A. (2010). Hipersemiotika:
Tafsir Cultural Studies atas

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 9 Nomor 1, April 2021, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
73

Anda mungkin juga menyukai