Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA PADA CERPEN-CERPEN KARYA

PUTU WIJAYA

Syahroni
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia
syahroni@student.uns.ac.id

Abstract : Literary works are created by authors to be enjoyed, experienced, understood and
utilized by the public. The author himself is a member of society and associated with a certain
social status. The research method used in this research is descriptive method. Descriptive
method is solving the problem investigated by describing or describing the state of the object
of research based on the facts. Descriptive method is used because this study aims to describe
the sociology of literature in Putu Wijaya's four short stories, namely protest, wakyat, focus,
and amnesty. Sociology of literature is an understanding of literary works seen from their social
structure and social phenomena that arise. The theory of sociology of literature is not solely
used to explain the social reality expressed by the author in a literary work. This theory was
also formulated to analyze the relationship between the author's cultural area and his work, the
relationship between a literary work and a social group, the relationship between a literary
creation and the relationship between social phenomena that arise around the author and his
work. The social aspect is focused on the economic aspect of the problem of poverty. Poverty
appears in the collection of short stories Protes by Putu Wijaya which contains the most
dominant social aspect of poverty.
Keywords: Short Story, Putu Wijaya, Sociology of Literature

Abstrak: Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dialami, dipahami dan
dimanfaatkan oleh masyarakat. Penulis sendiri adalah anggota masyarakat dan terkait dengan
status sosial tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif adalah pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada.
Metode deskriptif digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan sosiologi
sastra dalam empat cerpen Putu Wijaya yaitu protes, wakyat, fokus, dan amnesti. Sosiologi
sastra adalah pemahaman karya sastra dilihat dari struktur sosialnya dan gejala sosial yang
timbul. Teori sosiologi sastra tidak semata -mata digunakan untuk menjelaskan kenyataan
sosial yang diekspresikan pengarang ke dalam sebuah karya sastra. Teori ini juga digubahkan
untuk menganalisis hubungan wilayah budaya pengarang dengan karyannya, hubungan karya
sastra dengan suatu kelompok sosial, hubungan antara suatu cipta sastra serta hubungan
antara gejala sosial yang timbul di sekitar pengarang dengan karyannya. Adapun aspek sosial
difokuskan pada aspek ekonomi masalah kemiskinan. Kemiskinan muncul dalam kumpulan
cerpen Protes karya Putu Wijaya mengandung aspek sosial kemiskinan yang paling dominan.
Kata Kunci: Cerpen, Putu Wijaya, Sosiologi Sastra
1. PENDAHULUAN pembagian sosiologi sastra oleh Rene
Karya sastra diciptakan oleh Wellek dan Austin Warren, serta Ian Watt
pengarang untuk dinikmati, dialami, (dalam Wiyatmi,2013:25)
dipahami dan dimanfaatkan oleh Karya sastra merupakan bangunan
masyarakat. Penulis sendiri adalah anggota bahasa yang: (1) utuh dan lengkap pada
masyarakat dan terkait dengan status sosial dirinya sendiri; (2) mewujudkan dunia
tertentu. Sastra adalah gambaran kehidupan rekaan; (3) mengacu pada dunia nyata atau
dan kehidupan itu sendiri adalah realitas realitas, dan (4) dapat dipahami berdasarkan
sosial. Berdasarkan pemikiran tersebut, kode norma yang melekatpada sistem
pendekatan terhadap karya sastra sastra, bahasa, dan sosial budaya tertentu
mempertimbangkan (Noor,2004:5). Karya Sastra adalah sebuah
aspek sosial. Pendekatan ini dijelaskan oleh dunia tersendiri yang diciptakan oleh
beberapa peneliti dengan istilah sosiologi pengarang untuk diterima, diserap,
sastra, pendekatan sosiologis, pendekatan ditanggapi pembacanya.
sosioliterasi atau sosiokultural.
Berdasarkan hal tersebut maka
Pendekatan terhadap sastra yang
karya sastra dapat dilihat dari segi sosiologi.
mempertimbangkan segi-segi
Damono (2003:2-10) mengungkapkan,
kemasyarakatan oleh beberapa penulis
karya sastra dapat dilihat dari segi sosiologi
disebut sosiologi sastra. lstilah itu pada
dengan mempertimbangkan segisegi
dasarnya tidak berbeda pengertiannya
kemasyarakatan, menyangkut manusia
dengan sosio-sastra. Pendekatan sosiologis,
dengan lingkungannya, struktur
atau pendekatan sosiokultural terhadap
masyarakat, lembaga, dan proses sosial.
sastra. Sosiologi sastra dalam pengertian ini
Diungkapkan lebih lanjut bahwa di dalam
mencakup pelbagai pendekatan, masing-
ilmu sastra apabila sastra dikaitkan dengan
masing didasarkan pada sikap dan
struktur sosial, hubungan kekeluargaan,
pandangan teoritis tertentu.
pertentangan kelas, dan lain-lain dapat
Keberadaan karya sastra tidak
digunakan sosiologi sastra
terlepas dari adanya hubungan timbal balik
antara pengarang, masyarakat, dan
pembaca. Hubungan tersebut menjadi dasar
Sosiologi sastra adalah suatu telaah mementingkan reaksi dan penerimaan
sosiologis terhadap suatu karya sastra. pembaca terhadap karya sastra tersebut.
Wellek dan Warren (dalam Suhandi Menurut Wiyatmi (2013:7) Baik
dkk,2013) menjelaskan bahwa telaah sosiologi maupun sastra memiliki objek
sosiologis itu mempunyai tiga klasifikasi, kajian yang sama, yaitu manusia dalam
yaitu sebagai berikut. masyarakat, memahami hubungan-
1. Sosiologi Pengarang hubungan antarmanusia dan proses yang
Sosiologi pengarang dapat dimaknai timbul dari hubungan-hubungan tersebut di
sebagai sa-lah satu kajian sosiologi dalam masyarakat. Kehidupan sosial
sastra yang memfokuskan perhatian masyarakat tidak bisa dilepas dari lahirnya
pada pengarang sebagai pencipta karya atau terciptanya sebuah karya sastra
sastra. Dalam sosiologi pengarang,
pengarang sebagai pencipta karya sastra
2. METODE PENELITIAN
dianggap merupakan makhluk sosial
Metode penelitian yang digunakan
yang keberadaannya terikat oleh status
dalam penelitian ini adalah metode
sosialnya dalam masyarakat, ideologi
deskriptif. Metode deskriptif adalah
yang dianut, posisinya dalam
pemecahan masalah yang diselidiki
masyarakat, juga hubungannya dengan
dengan menggambarkan atau melukiskan
pembaca.
keadaan objek penelitian berdasarkan
2. Sosiologi Karya Sastra
fakta-fakta yang ada. Metode deskriptif
Sosiologi karya sastra adalah kajian
digunakan karena penelitian ini bertujuan
sosiologi sastra yang mengkaji karya
untuk mendiskripsikan sosiologi sastra
sastra dalam hubungannya dengan
dalam empat cerpen Putu Wijaya yaitu
masalah-masalah sosial yang ada dalam
protes, wakyat, fokus, dan amnesti.
masyarakat.
Menurut Sugiyono (2019:9) metode
3. Sosiologi Pembaca
deskriptif kualitatif adalah metode
Sosiologi pembaca mencakup dampak
penelitian yang berdasarkan pada filsafat
sosial suatu karya sastra terhadap
postpositivisme digunakan untuk meneliti
masyarakat. Saat menganalisis sosiologi
pada kondisi objek yang alamiah (sebagai
pembaca, pengarang harus
lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci majalah dan surat kabar. Sama
teknik pengumpulan data dilakukan secara seperti drama dan novelnya, cerita
trigulasi (gabungan), analisis data bersifat pendek Putu Wijaya juga bercorak
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian baru, beraliran kesadaran baru, dan
kualitatif lebih menekankan makna mengungkapkan banyak stream of
daripada generalisasi. Penelitian deskriptif consciousness.
kualitatif bertujuan untuk Setelah pindah ke Jakarta,
menggambarkan, melukiskan, Putu Wijaya bergabung dengan
menerangkan,menjelaskan dan menjawab kelompok Teater Kecil pimpinan
secara lebih rinci permasalahan yang akan Arifin C. Noer. Dia juga
diteliti dengan mempelajari semaksimal menggabungkan diri dengan
mungkin seorang individu, suatu kelompok Teater Populer pimpinan
kelompok atau suatu kejadian. Dalam hal Teguh Karya. Di samping itu, Putu
ini akad mendeskripsikan masalah sosial Wijaya juga bekerja sebagai
yang muncul dalam empat cerpen Putu redaktur majalah Ekspres. Setelah
Wijaya yaitu protes, wakyat, fokus, dan memimpin majalah Ekspres
amnesti. (karena majalah itu mati), ia
bekerja sebagai redaktur majalah
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tempo. Pada saat itulah Putu
A. Sosiologi Pengarang Wijaya mendapat dukungan dari
a) Status Sosial Pengarang beberapa temannya di Tempo
Putu Wijaya dikenal sebagai untuk mendirikan sebuah teater.
novelis, cerpenis, dramawan, dan Akhirnya, Putu Wijaya mendirikan
wartawan. Ia lahir tanggal 11 April Teater Mandiri. Dia juga pernah
1944 di Puri Anom, Tabanan, Bali. menjadi redaktur majalah Zaman.
Nama lengkapnya adalah I Gusti Dari pengalaman menulis dan
Ngurah Putu Wijaya. Putu Wijaya redaktur beberapa media massa
juga menulis cerita pendek. membuat Putu Wijaya dekat
Sejumlah cerita pendeknya dengan kehidupan sosial.
muncul, baik yang berupa buku Kehidupan sosial inilah yang selalu
maupun yang terbit di berbagai
muncul dalam berbagai cerpen dan 3. Fokus
"Semua ngaco, tidak ada yang
sastra lainnya.
benar" , gerutu Amat setelah sampai
di rumah. "Ngomong seenak perut
saja. Asu tenan! Semua! Apa yang
b) Ideologi Sosial Pengarang
ada di perut langsung di semburkan.
Menurut Endraswara (dalam Suhandi Ngumpul-ngumpul memang lebih
banyak negatifnya! Pembicaraan
dkk,2013) menjelaskan bahwa Ideologi
ngalor ngidul tidak pernah fokus!
sosial pengarang berhubungan erat Hanya tambah mengacaukan,
mengapungkan persoalan. Itulah
dengan norma, nilai, dan pandangan
wajah kita sekarang.
yang dianut oleh pengaran. Pandangan
4. Amnesti
dunia sering disejajarkan dengan
Tak hanya terbatas menjarah orang
pandangan hidup. Pandangan dunia kaya, bandit itu juga tak segan-
dapat membentuk karakteristik perilaku segan merampok, memperkosa,
membantai rakyat jelata yang hidup
seseorang dan menjadi dasar perilaku di bawah garis kemiskinan. Dengan
kelompok sosial. Hal ini dapat darah dingin, saraf baja, ia hirup
nikmat kutukan biadab bagai
dibuktikan seperti kutipan yang terdapat
pujian, sembari nyengir gila. Ia
dalam cerpen berikut: meyakini dapat kepercayaan untuk
menyelamatkan dunia dan
1. Protes kehidupan dengan dana dari
"Semua ngaco, tidak ada yang perdagangan narkoba.
benar" , gerutu Amat setelah sampai
di rumah. "Ngomong seenak perut
Dalam kutipan-kutipan tersebut tampak
saja. Asu tenan! Semua! Apa yang
jelas ideologi pengarang yang muncul
ada di perut langsung di semburkan.
dalam karya sastra. Ideologi pengarang
Ngumpul-ngumpul memang lebih
yang muncul dalam karya sastra
banyak negatifnya! Pembicaraan
tersebut tidak lepas dari status sosial dan
ngalor ngidul tidak pernah fokus!
kedudukan sosial pengarang dalam
Hanya tambah mengacaukan,
masyarakat.
mengapungkan persoalan. Itulah
wajah kita sekarang.
c) Masyarakat yang Dituju
2. Wakyat Cerpen yang dianalisis memiliki kritik
Habis uangnya itu kan sejatinya
sosial yang ditujukan pada masyarakat
wakil rakyat wakil seluruh rakyat,
tapi kenapa prakteknya hanya wakil umum. Dari empat cerpen yang
partai wakil kelompok yang kurang dianalisis menunjukkan bahwa Putu
peduli nasib rakyat
keseluruhannya? Wijaya memberikan sindiran-sindrian
lembut kepada masyarat. Bagaimana
masyarakat dipecundangi oleh seorang diungkapkan adalah masalah
wakyat yang selanjutnya disebut wakil seputar kemiskinan, kekuasaan,
rakyat. Atau bagaimana tidak korupsi, dan tingkah laku
berdayanya masyarakat yang penguasa. Kritik sosial terjadi
diwakilkan pada took Pak Amat karena ketidakmerataan ekonomi
terhadap tipu daya uang dan kekuasaan dan politik di masyarakat.
yang muncul pada karakter tokoh b) Aspek Sosial Politik
Baron pada cerpen protes. Putu Wijaya dalam karyanya
mencoba mengungkap
B. Sosiologi Karya Sastra ketimpanganketimpangan yang
a) Aspek Budaya terjadi dalam masyarakat.
Menurut Pradopo (2003: Ketimpangan tersebut dapat berupa
113) karya sastra dicipta oleh kemiskinan, Perilaku sewenang-
pengarang ia tidak terlepas dari wenang penguasa, dan kesenjangan
masyarakat dan budayanya. sosial. Kemiskinan merupakan hal
Seringkali sastrawan menonjo lkan yang paling penting untuk dibahas
kekayaan budaya masyarakat, karena termasuk aspek sosial yang
suku bangsa, atau bangsanya. paling banyak terjadi. Kekuasaan
Aspek budaya pada cerpen-cerpen merupakan media untuk
Putu Wijaya ini adalah kebiasaan menyejahterakan rakyat, tetapi
masyrakat yang hanya mampu sekarang banyak penguasa yang
berbicara dibelakang, tanpa menyalahgunakan tujuan utama
mampu berkomunikasi secara tersebut menjadi sarana untuk
terbuka saat forum dibuka. Selain menindas rakyat. Akibat dari
itu juga Di dalam kumpulan Cerpen kemiskinan dan perilaku otoriter
Protes terdapat aspek sosial yang penguasa dapat menyebabkan
diinginkan, diciptakan, diharapkan, kesenjangan sosial antara rakyat dan
dan dianggap penting oleh pemimpinnya.
masyarakat. Aspek sosial tersebut
4. SIMPULAN
berupa sosial politik dan sosial
Sosiologi sastra adalah pemahaman
Ekonomi. Masalah yang
karya sastra dilihat dari struktur sosialnya
dan gejala sosial yang timbul. Teori
sosiologi sastra tidak semata -mata
digunakan untuk menjelaskan kenyataan
sosial yang diekspresikan pengarang ke 5. Referensi
dalam sebuah karya sastra. Teori ini juga Djoko Damono, Sapardi. 1977. Sosiologi
Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta:
digubahkan untuk menganalisis hubungan
Pusat Pembinaan dan Pengembangan
wilayah budaya pengarang dengan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
karyannya, hubungan karya sastra dengan
suatu kelompok sosial, hubungan antara
Sugono, Dendy. 2021. Insiklopedia Sastra
suatu cipta sastra serta hubungan antara Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa Kementerian
gejala sosial yang timbul di sekitar
Pendidikan dan Kebudayaan Republik
pengarang dengan karyannya. Adapun Indonesi.
http://ensiklopedia.kemdikbud.go.i
aspek sosial difokuskan pada aspek
d/sastra/artikel/Putu_Wijaya:
ekonomi masalah kemiskinan. Kemiskinan Diunduh 1 Oktober 2021.
muncul dalam kumpulan cerpen Protes
Sujarwa. 2019. Model & Paradigma Teori
karya Putu Wijaya mengandung aspek Sosiologi Sastra. Jogjakarta.
sosial kemiskinan yang paling dominan.
Wiyatmi, 2013.Sosiologi Sastra.
Selain itu, Putu Wijaya dalam karyanya
Yogyakarta: Kanwa Publisher.
mencoba mengungkap
ketimpanganketimpangan yang terjadi
Wellek, R. & Warren, A. 2014. Teori
dalam masyarakat. Ketimpangan tersebut Kesusastraan. Terj.Melani Budianta.
Jakarta: PT GramediaPustaka Utama.
dapat berupa kemiskinan, Perilaku
(Buku asli diterbitkan 1977)
sewenang-wenang penguasa, dan
kesenjangan sosial

Anda mungkin juga menyukai