Anda di halaman 1dari 21

SOSIOLOGI SEBAGAI

CARA PANDANG BARU


DALAM DUNIA
ANALISIS SASTRA
1.
2.
3.
4.
1. Pengertian sosiologi

2. Pengertian sastra

3. Relasi sosiologi dan


sastra

4. Objek kajian sosiologi


sastra

5. Pendekatan sosiologi
sastra
Pengantar Sosiologi Sastra: Dari Strukturalisme
Genetik Sampai Post-Modernisme, Faruk (2012)
mengemukakan sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari manusia sebagai individu yang
terkait dengan individu lain, manusia yang hidup
dalam lingkungan dan berada di antara
manusia-manusia lain, manusia sebagai sebuah
kolektivitas, baik yang disebut dengan komunitas
maupun sosietas.
Dalam bahasa barat kata “sastra” itu
sepengertian dengan kata literature dalam
bahasa inggris, literatur dalam bahasa Jerman,
dan litterature dalam bahasa prancis yang
semuanya berasal dari bahasa latin litteratura.
Kata Litteratura, sebetulnya diciptakan sebagai
terjemahan dari kata yunani gramatika :
Litteratura dan gram›atika, yang masing masing
berasal dari kata littera dan gram›a yang
berarti “huruf”. Dengan demikian, dalam bahasa
barat modern sastra memiliki arti “segala
sesuatu yang tertulis”, yaitu pemakain bahasa
dalam bentuk tertulis. ( Teeuw, 1988:22 ).
Sastra selalu menyampaikan nilai atau makna kepada
pembaca dengan konsep keindahannya. Sebagai hasil
cipta, karya kerap dituangkan dalam bentuk artefak
tulisan yang merupakan perwujudan budaya.
Hubungan sastra dengan budaya menunjukan
kekhasan sastra dibanding dengan seni-seni lainnya.
Oleh karena itu sastra dapat berupa wujud artefak
budaya yang sebagian besar diinskripsikan dalam
bentuk tulisan sebagai representasi pikiran dan
perasaan manusia sebagai mahluk sosial.
Sastra memiliki hubungan yang khas
dengan sistem sosial dan budaya sebagai
basis kehidupan penulisnya, maka sastra
selalu hidup dan dihidupi oleh
masyarakat, dan masyarakat sebagai
objek kajian sosiologi menegaskan
adanya hubungan antara sastra sebagai
disiplin ilmu dengan sosiologi sebagai
disiplin ilmu lainnya.
Pertama, relasi sosiologi dengan sastra dimediasi oleh pengarang.
Penulis karya sastra adalah pengarang sebagai individu yang hidup
dalam konteks masyarakat sehingga pikiran dan perasaan yang
ditulis pengarang dalam karya sastra selalu merepresentasikan
pandangan-pandangannya pada masyarakat tempat pengarang itu
berasal.

Kedua, hubungan sosiologi dengan sastra dimediasi oleh fakta


sastra. Sastra adalah dunia yang disusun dalam deskripsi kata-kata
yang merepresentasikan kehidupan. Dunia yang berupa peristiwa
dan kejadian yang dideskripsikan dalam sastra, sekalipun
merupakan hasil rekaan, tetapi secara substansi merepresentasikan
pandangan dunia pengarang terhadap suatu kondisi sosial
masyarakat tertentu.
Relasi sosiologi dengan sastra yang dimediasi
fakta sastra melahirkan analisis sosiologis
yang bersifat objektif, yaitu menggunakan
seperangkat hukum, teori, dan konsep ilmu
sosiologi untuk menganalisis karya sastra
dengan tujuan untuk mendeskripsikan relasi
antara karya sastra dengan kenyataan
masyarakat yang direpresentasikan.
Objek kajian sosiologi sastra
mencakup tiga bidang kajian,
yakni:
Sastra tulis
Sastra lisan
Kesenian
Sastra Tulis
Sastra tulis berupa karya sastra yang
diwujudkan dalam bentuk cetakan (tulisan).
Wujud sastra tulis dapat berupa puisi, cerpen,
novelet, novel, prosa liris, dan drama
(naskah).

Sastra Lisan
Sastra lisan adalah karya sastra yang
terekspresikan lewat bahasa lisan dan
disebarkan melalui mulut. Wujud sastra lisan
dapat berupa nyanyian rakyat, puisi rakyat,
pujian-pujian, fabel, mite, sage, dan legenda.
Kesenian
Bidang kesenian merupakan bidang
sastra yang mengacu pada sebuah
pertunjukan kesenian.
Bidang kajian kesenian mencakup
wayang kulit, wayang jemblung
(kentrung), wayang orang, wayang
krucil, wayang beber, wayang
golek, kethoprak, ludruk, jedor,
hadroh, film, sandiwara, sinetron,
dan kesenian khas daerah.
Karya sastra dapat didekati dari struktur dalam
(Unsur intrinsik) dan struktur luarnya (Unsur
ekstrinsik). Dari struktur dalam dapat dilihat
tentang tema, alur, penokohan, latar, sudut
pandang, bahasa,dll. Struktur luar dapat dilihat
dari biografi pengarang, sosiologi, psikologi,
religius, filsafat, dll. Dengan demikian sosiologi
sastra merupakan pendekatan yang bergerak dari
luar diri karya sastra.
Pendekatan sosiologi sastra atau telaah
sosiologis terhadap karya sastra terdapat dua
kecenderungan yang utama. Pertama, pendekatan
yang beranggapan bahwa sastra merupakan
cermin proses sosial ekonomi belaka. Pendekatan
ini dalam membicarakan sastra bergerak dari
faktor-faktor di luar sastra itu sendiri. Kedua,
pendekatan yang mengutamakan teks sastra
sebagai bahan penelaahan. Pendekatan ini
biasanya menggunakan metode analisis teks
untuk mengetahui strukturnya, kemudian
digunakan untuk memahami gejala sosial yang
ada di luar teks itu sendiri.
Pendekatan sosiologi sastra ini sudah
diklasifikasikan oleh beberapa penulis. Dalam
pengelompokannya para ahli sastra itu meski ada
perbedaan, pada hakikatnya adalah sama. Pada
prinsipnya semua penulis itu membicarakan
hubungan sastra dengan masyarakatnya.
1. Sosiologi Pengarang
Masalah yang berkaitan dengan sosiologi
pengarang adalah jenis kelamin pengarang, umur
pengarang, tempat kelahiran pengarang, status
sosial pengarang, profesi pengarang, ideologi
pengarang, latar belakang pengarang, ekonomi
pengarang, agama dan keyakinan pengarang,
tempat tinggal pengarang, dan kesenangan
pengarang.
2. Sosiologi Karya Sastra
Masalah yang berkaitan dengan sosiologi karya
sastra adalah isi karya sastra, tujuan karya
sastra, dan hal-hal yang tersirat dalam karya
sastra dan yang berkaitan dengan masalah
sosial. Dalam hal ini sosiologi karya sastra dapat
mencakup: aspek sosial, aspek adat istiadat,
aspek religius, aspek etika, aspek moral, aspek
nilai
3. Sosiologi Pembaca
Masalah yang dibahas dalam sosiologi pembaca
ini adalah masalah pembaca dan dampak sosial
karya sastra terhadap masyarakatnya. Dalam
kaitannya dengan sosiologi pembaca ini dapat
dikaji dari (jenis kelamin pembaca, umur pembaca,
pekerjaan pembaca, kegemaran pembaca, status
sosial pembaca, profesi pembaca, tendensi
pembaca).
1. Konteks Sosial Pengarang
Dalam konteks ini yang perlu dikaji adalah posisi
pengarang dalam masyarakat dan kaitannya
dengan masyarakat pembaca. Dalam hal ini
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi si
pengarang sebagai makhluk individu di samping isi
karya sastranya. Hal ini berkaitan dengan
bagaimanakah mata pencaharian pengarang,
profesionalisme dalam kepengarangannya, dan
masyarakat yang dituju.
2. Sastra sebagai Cermin Masyarakat
Hal yang perlu diperhatikan dalam sejauh mana sastra
mencerminkan keadaan masyarakatnya adalah sastra
mungkin tidak dapat dikatakan mencerminkan keadaan
masyarakat pada waktu sastra itu ditulis, sifat lain
dari yang lain (seorang pengarang sering mempengaruhi
pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial dalam
karyanya), genre sastra sering merupakan sikap sosial
suatu kelompok tertentu dan bukan sikap sosial seluruh
masyarakat, sastra yang berusaha mencerminkan
masyarakat secermat-cermatnya mungkin saja tidak
bisa dipercaya sebagai cermin masyarakat.
3. Fungsi Sosial Sastra
Dalam hubungan sejauh mana nilai sastra berkaitan
dengan nilai sosial dan sejauh mana nilai sastra
dipengaruhi oleh nilai sosial maka perlu
diperhatikan: pandangan kaum romantik yang
sangat ekstrim, kaum romantik beranggapan bahwa
sastra sama derajatnya dengan karya pendeta atau
nabi. Sastra harus berfungsi sebagai pembaharu
atau perombak nilai- nilai sosial masyarakat,
sastra bertugas sebagai penghibur belaka, sastra
harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur.
Merci
Beaucoup

Anda mungkin juga menyukai