Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEORANG LAKI-LAKI

YANG KELUAR DARI RUMAH KARYA PUTHUT E.A

1. Latar Belakang

Sastra merupakan sebuah karya yang indah penuh dengan kesan imajinasi

yang baik dari seorang sastrawan, ditulis dengan menggunakan bahasa yang dirangkai

dengan indah berdasarkan hati menggunakan pemikiran yang jernih untuk

mengungkapkan perasaan, ide, semangat, dan pengalaman hidup dari seorang

sastrawan. Karya sastra menggambarkan suatu keadaan kehidupan dalam masyarakat,

karena manusia adalah pelaku utama terbentuknya karya sastra. Karya sastra

diciptakan oleh pengarang sedangkan pengarang sendiri adalah bagian dari

masyarakat yang berada ditengah-tengah masyarakat dan hidup di antara kelompok

masyarakat.

Karya sastra tidak lepas dari berbagai problematika yang dialami manusia baik

secara pribadi maupun kolektif. Menurut Endaswara (2013:3) karya sastra adalah

karya yang unik, ia juga fenomena. Didalamnya penuh serangkaian makna dan fungsi.

Sedangkan menurut Laelasari dan Nurlailah (2008:136) mengemukakan bahwa karya

sastra adalah bentuk komunikasi khas berupa bahasa yang diabadikan pada fungsi

estetik, gambaran atau cerminan masyarakat, bahkan merupakan cerminan jiwa dan

pribadi sastrawan pencipta karya sastra itu sendiri.

Selain sebagai media atau sarana yang tepat bagi pengarang untuk

mengungkapkan perasaan, pemikiran, ide, dan pengalamanya dalam kehidupan

bermasyarakat, karya sastra juga bisa menjadi mata pencarian bagi sastrawan yang
menciptakan karya sastra terbaik (best seller). Berkenaan dengan kreativitas yang

dimilikinya, manusia memiliki kreativitas bobot dan makna terhadap kehidupan

secara praktis.

Kesanggupan seorang pengarang menghasilkan sebuah karya sastra

kemungkinan ia telah banyak membaca karya sastra lain sebelumnya. Hasil dari

bacaannya dapat dijadikan acuan atau pedoman untuk menciptakan karya sastra hasil

dari pemikirannya sendiri. Disadari atau tidak karya sastra menjadi model bagi

kehidupan pembaca. Setiap persoalan maupun gambaran-gambaran hidup yang

dialami tokoh dalam cerita akan menimbulkan perenunggan atau refleksi bagi

pembaca dalam menentukan sikap atau prilakunya untuk masa yang akan datang

dalam kehidupan bermasyarakat.

Sehubungan dengan berpengaruhnya karya sastra dalam kehidupan

bermasyarakat. Penelitian sosiologi sangat berperan bagi karya sastra, karena dalam

karya sastra seperti drama, prosa maupun puisi, pasti berisi tentang masyarakat. Oleh

karena itu, karya sastra sebagai salah satu struktur dari suatu budaya menjadi sangat

penting artinya sejalan dengan perkembangan ilmu sosial (sosiologi).

Menurut Soekanto (2012:21) sosiologi adalah ilmu yang memusatkan

perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk

mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat. Selain itu menurut Syahrial

Syarbaini dan Rusdiyanta (2009:1) sosiologi adalah cabang ilmu sosial yang

mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat. Dari

beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu sosiologi adalah ilmu yang

mempelajari masyarakat secara keseluruhan dan hubungannya dalam masyarakat

tersebut.
Dalam karya sastra, ilmu yang mempelajari tentang masyarakat disebut

sosiologi sastra. Sosiologi sastra merupakan salah satu jenis pendekatan yang terfokus

pada masalah manusia, karena sastra sering mengungkapkan perjuangan manusia

dalam menentukan masa depannya melalui imajinasi, perasaan dan intuisi

(Endraswara, 2008:79). Pendekatan ini sangat relevan untuk mengkaji hubungan

antara karya sastra dengan masyarakat karena sastra menyajikan “kehidupan yang

sebagian besar terdiri atas kenyataan sosial, dunia subjektif manusia dan tiruan alam

(Faruk, 2015:12).

Novel adalah kesusatraan yang berbentuk prosa, yang menceritakan kejadian

tentang kehidupan seseorang, dari kejadian itu terbentuklah suatu problematika yang

membuat cerita dalam karya sastra semakin menarik. Novel terbentuk melalui

penghayatan yang mendalam dengan imajinasi yang baik, yang dilakukan dengan

kesadaran dan ketelitian untuk menghasilkan karya sastra yang menarik. Menurut

Nurgianto (2012:10), novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang menarik

untuk dikaji. Pengkajian ini selain dimaksudkan untuk mengungkapkan nilai estetis

dari jalinan keterkaitan antar unsur pembangun karya sastra tersebut juga diharapkan

dapat mengungkapkan nilai-nilai positif yang terkandung didalamnya. Menurut Lubis

(1994:161) novel adalah hasil kesusastraan yang berbentuk prosa yang menceritakan

suatu kejadian yang luar biasa dan dari kejadian itu lahirlah satu konflik suatu

pertikaian yang merubah nasib mereka, novel lebih luas dari cerpen dan lebih singkat

dari roman.

Dengan pernyataan diatas penulis melakukan penelitian dengan mengunakan

pendekatan sosiologi sastra pada novel seorang laki-laki yang keluar dari rumah

karya Puthut E.A. Karena dalam prosa yaitu novel umumnya menceritakan berbagai

hal atau kejadian yang terjadi dalam kehidupan masyarakat sehingga sudah tentu
terdapat interaksi sosial, dimana setiap tokoh saling berkaitan satu sama lain yang

menjadi suatu ciri khas tersendiri dalam sebuah karya sastra.

Novel seorang laki-laki yang keluar dari rumah karya Puthut E.A. Novel ini

ditulis dengan sangat kreatif, terdapat dua plot (alur) dalam satu novel,

menceritakan seorang tokoh laki-laki yang menjelaskan tentang kegiatannya diluar

rumah. Novel ini juga sangat bernilai positif untuk dibaca, karena banyak

menceritakan tentang kebudayaan adat jawa, ketakutan akan munculnya kelompok

komunisme dan perlawanan rakyat jawa mempertahankan hak mereka, sampai

pemerintaha Era 98-2017 pemerintahan presiden Jokowi dibahas dalam novel ini.

2. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kajian sosiologi sastra

dalam novel seorang laki-laki yang keluar dari rumah karya Puthut E.A.

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kajian

sosiologi sastra dalam novel seorang laki-laki yang keluar dari rumah karya Puthut

E.A.

4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengajaran sastra, bagi

penikmat sastra dan bagi peneliti lain, sebagai berikut.

1) Bagi pengajaran sastra, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam

pembelajaran mengenai sosiologi sastra dalam karya sastra.

2) Bagi penikmat sastra, dapat menambah wawasan mengenai kajian sosiologi

dalam novel seorang laki-laki yang keluar dari rumah karya Puthut E.A.
3) Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai pedoman dan masukan dalam

mengkaji penelitian tentang sosiologi sastra.

2. Kajian Literatur

2.1 Novel

Novel merupakan suatu cerita prosa fiksi yang melukiskan para tokoh, gerak

serta adegan kehidupan nyata yang presentatif dalam satu alur atau dalam suatu

keadaan” (Tarigan 1994:164) . Selanjutnya menurut Nurgiyantoro (2000:16) “novel

adalah suatu cerita yang bermain dalam manusia dan benda yang ada disekitar kita,

tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat kehidupan seseorang, dan lebih

mengenai suatu episode. Menurut Suliyati (1988:137) mengemukakan, “novel adalah

prosa yang agak pendek atau sederhana, yang menceritakan suatu kejadian kehidupan

pelakuanya yang menyebabkan perubahan sikap hidup atau menentukan nasibnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa novel

merupakan cerita prosa fiksi yang agak pendek atau sederhana yang menceritakan

watak para tokoh, gerak, serta adegan suatu kejadian kehidupan seseorang yang

menyebabkan perubahan sikap hidup yang nyata dalam satu alur.

2.2 Sosiologi Sastra

Dalam karya sastra disiplin ilmu yang membahas tentang masyarakat pada

umumnya adalah kajian sosiologi sastra. Menurut jobrohim (2012:215), “sosiologi

adalah ilmu tentang kehidupan masyarakat yang objek kajiannya mencakup fakta
sosial, definisi sosial, dan perilaku soaial yang menunjukkan hubungan masyarakat.

Sedangkan menurut Mayor polak (dikutip Gunawan, 2010:3), sosiologi merupakan

suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni

hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok

dengan kelompok baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis. Pendapat

lain dikemukakan oleh Chaer dan Agustina (2010:2), sosiologi adalah kajian yang

objektif yang ilmiah mengenai manusia didalam masyarakat dan mengenai

lembaga-lembaga, proses sosial yang ada didalam masyarakat. Dari beberapa

pendapat diatas dapat disimpulkan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur

sosial dan proses sosial dalm masyarakat.

Menurut Semi (1989:52), “sosiologi sastra adalah bagian mutlak dari kritik

sastra. Kajiam ini mengkhususkan diri dalam menelaah karya sastra dengan

memperhatikan segi-segi sosial kemasyarakatan. Adapun menurut Wolff (dikutip

Endaswara, 2009:77) sosiologi sastra merupakan disiplin yang tanpa bentuk, tidak

terdefinisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dan berbagai

percobaan pada teori yang agak lebih general, yang masing-masing hanya mempunyai

kesamaan dalam hal bahwa semuanya berurusan dengan hubungan sastra dengan

masyarakat.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra

adalah suatu cabang penelitian sastra yang terfokus pada masyarakat sebagai objek

penelitian, sebagai cermin kehidupan masyarakat yang dituangkan dalam sebuah

karya sastra, kaitanya dengan pengaruh sosial-budaya yang ikut mempengaruhi cerita

dalam suatu karya sastra yang dituliskan oleh pencipta sastra itu sendiri sesuai dengan

pengalaman dan imajinasinya. Faruk (2010:218) mengemukakan tujuan penelitian

sosiologi sastra adalah untuk mendapatkan gambaran yang lengkap, utuh dan
menyeluruh tentang hubungan timbal balik antara sastrawan, karya sastra, dan

masyarakat.

Menurut Lauren dan Swingewood (Endraswara, 2011:79), terdapat tiga

perspektif berkaitan dengan sosiologi sastra yaitu:

1) Penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang

didalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan.

2) Penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya.

3) Penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan

keadaan sosial masyarakat.

2.3 Sasaran Penelitian Sosiologi Sastra

Menurut Jabrohim (2012:218), mengemukakan bahwa sasaran sosiologi sastra

dapat diperincikan dalam beberapa bidang pokok,yakni (1) konteks sosial pengarang,

(2) sastra sebagai cerminan masyarakat dan (3) fungsi sosial sastra. Adapun

penjelasanya antara lain sebagai berikut.

1) Konteks sosial sastrawan, ada hubunganya dengan posisi sosial sastrawan

dalam masyarakat dan kaitanya dengan masyarakat pembaca. Termasuk juga

faktor-faktor sosial yang mempengaruhi sastrawan sebagai perseorangan

disamping dapat mempengaruhi karya sastranya.

2) Sastra sebagai cerminan masyarakat, sastra yang berusaha menampilkan

keadaan masyarakat yang secermat-cermatnya mungkin sebagai cerminan

masyarakat yang menggambarkan masyarakat secara teliti sebagai bahan

untuk mengetahui keadaan masyarakat.


3) Fungsi sosial sastra, dalam pandangan ini mencakup pandangan bahwa sastra

berfungsi sebagai pembaharu atau perombak yang berkaitan dengan

nilai-nilai sosial, bagaimana sastra dipengaruhi oleh nilai sosial dan

bagaimana sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus

sebagai pendidik masyarakat pembaca.

Pendapat diatas menunjukan bahwa sasaran sosiologi sastra terdiri dari tiga

bidang pokok, yakni: konteks sosial pengarang, sastra sebagai cerminan masyarakat,

dan fungsi sosial sastra. Dalam sebuah karya sastra termasuk juga novel, dapat dilihat

sebagai pesan yang disampaikan pengarang melalui karyanya yang dapat dianggap

oleh pembacanya, karena karya sastra seorang pengarang mengungkapkan masalah

kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada didalamnya. Karya sastra menerima

pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap

masyarakat.

2.4 Proses Sosial

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2011:1106) proses sosial adalah

proses pengaruh timbal balik antara berbagai bidang kehidupan. Menurut Ratna

(2011:123) “Proses sosial adalah proses sosialisasi yang mencapai klimaks pada saat

pemisahan ego alter, sekaligus eksistensi afirmatif individu sebagai anggota

masyarakat. Pada gilirannya, pikiran, pengalaman, dan keseluruhan perilaku, tidak

hanya dialami oleh individu masing-masing, melainkan merupakan

pengalaman-pengalaman terbagi, yang dapat diimajinasikan oleh dan dalam

pengalaman orang lain. Adapun menurut Hasan Alwi (2011:106) ,”Proses sosial

adalah proses pengaruh timbal balik antara berbagai bidang kehidupan”.Sedangkan


menurut Ahmadi (2007:99) mendefinisikan bahwa “Proses sosial dapat terjadi antara

orang dengan orang, orang dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.

Pendapat lain dikemukakan oleh Soekanto (2012:55), bahwa proses sosial hanya

merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.

Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat itu sendiri,

karena di dalamnya terdapat suatu proses hubungan antara manusia yang satu dengan

yang lain. Proses hubungan itu berupa interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari secara terus menerus baik hubungan interaksi dengan individu, individu

dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses sosial

adalah proses yang berpengaruh terhadap masyarakat baik individu maupun

kelompok, dengan terjadinya proses interaksi timbal balik antara masyarakat.

Sehingga proses sosial antara masyarakat dapat berjalan dengan baik.

Adapun hal yang berkaitan denganproses sosial, berikut ini akan dikemukakan

konsep-konsep dasar tentang proses interaksi sosial dan bentuk bentuk interaksi

sosial.

2.4.1 Proses interaksi sosial

Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan

yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan didalam

masyarakat. Menurut Booner (dalam Effendi, 2012:92) menyatakan interaksi sosial

adalah hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu

mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau

sebaliknya.
Proses interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis

yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok

manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Soekanto

2012:55). Sedangkan menurut Ahmadi (2007:93) proses interaksi sosial terjadi secara

fundamental antara individu dengan individu didalam dan dengan seluruh pola

kebudayaan yang ada disekitar individu-individu, baik materil maupun non materil,

baik individual maupun sosial. Manusia itu dilahirkan dalam masyarakat mempunyai

tata hidup dan penghidupan serta pola tingkah laku yang kompleks.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa proses interaksi

sosial adalah hubungan sosial yang terjadi dalam lingkungan sosial masyarakat yang

dipengaruhi oleh kebudayaan dan tingkah laku masyarakat itu sendiri, sehingga

terjadinya interaksi timbal balik antara perseorangan dengan perseorangan,

perseorangan dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.

Menurut soekanto (2012:57) berlangsungnya proses interaksi didasarkan pada

empat faktor, yaitu imitasi, sugesti, identifikasi, simpati adapun penjelasanya sebagai

berikut.

2.4.1.1 Imitasi

Imitasi adalah suatu tindakan meniru orang lain yang dilakukan dalam

bermacam-macam bentuk, seperti gaya bicara, tingkah laku, adat dan kebiasaan, pola

pikir serta apa saja yang dimiliki atau dilakukan seseorang (Rusdiyanta 2009:27).

Sementara itu menurut Basrowi (2005:144), ”Imitasi adalah suatu proses belajar

dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa imitasi dapat

mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.


Imitasi merupakan sikap seseorang untuk mengikuti setiap gaya orang yang disukai

atau meniru gaya orang yang disukai.

2.4.1.2 Sugesti

Sugesti merupakan pandangan dari seseorang yang memiliki pengaruh,

wibawa, kharismatik, kedudukan tinggi, atau dari kelompok mayoritas kepada

kelompok minoritas (Rusdiyanta 2009:27). Adapun menurut Baswori (2005:144),

“Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang

kepada orang lain dengan car tertentu sehingga orang tersebut dapat mengikuti

pandangan atau pegaruh tersebut. Sedangkan menurut Soekanto (2014:57), “faktor

sugesti berlangsung apabila seseorang memberi pandangan atau suatu siakp tang

berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sugesti adalah

pengaruh atau dorongan yang dapat menggerakkan hati orang, yang menerima suatu

pandangan dan sikap dari orang lain.

2.4.1.3 Identifikasi

Identifikasi merupakan kecendrungan seseorang untuk menjadi sama dengan

pihak lain, sifatnya lebih mendalam dari imitasi karena membentuk kepribadian

seseorang (Rusdiyanta 2009:27). selanjutnya menurut Soekanto 92014:57) identifikasi

merupakan kecendrungan-kecendrungan atau keinginan-keinginan dalam diri

seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih

mendalam dari imitasi karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses

ini. Sedangkan menurut Baswori (2005:144), “ identifikasi adalah kecendrungan atau

keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa identifikasi adalah

kecendrungan atau keinginan dalam diri untuk menjadisama dengan orang lain yang

dipengaruhi dari segi kepribadian orang tersebut.

2.4.1.4 Simpati

Menurut Soekanto 92014:57), “simpati merupakan suatu proses dimana

seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Didalam proses ini, perasaan memegang

peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah

keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya”.

Selanjutnya menurut Rudiyanta (2009:27), “Simpati merupakan proses yang dialami

seseorang ketika merasa tertarik kepada pihak lain”. Selain itu, menurut Baswori

(2005:144), “Simpati adalah perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan

membuatnya merasa seolah-olah berada dalam keadaan orang lain.”

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa simpati adalah proses

seseorang merasa tertarik dengan kehidupan pribadi orang lain, sehingga penilaian itu

terjadi berdasarkan perasaan simpati terhadap orang lain timbul dengan sendirinya.

2.5 Bentuk-bentuk interaksi

Anda mungkin juga menyukai