id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Novel
a. Pengertian Novel
Karya sastra mengandung prosa lama dan prosa baru. Novel dapat diartikan
sebagai salah satu bentuk dari karya sastra fiksi yang paling baru. Secara etimologis
novel berasal dari kata novellus memiliki arti "Sesuatu baru ". Novel dapat berarti
baru karena kemunculannya kemudian dipadankan dengan jenis-jenis lain seperti
roman atau puisi (Tarigan, 2003: 164). Penokohan dalam novel mengalami
kebingungan atau konflik, seperti perubahan nasib hidup (Waluyo, 2011: 6).
Berbeda dengan pendapat yang diungkapkan Saraswati bahwa novel adalah salah
satu jenis karya sastra yang menyajikan bagan-bagan seperti episode kehidupan
manusia yang dianggap menarik, dalam penciptaannya menggunakan bahasa yang
baik penyampaiannya, memiliki nilai estetis dan etis sehingga pembaca akan lebih
mudah dalam memahami maupun menangkap amanatnya (2013: 14).
Stanton (dalam Akbar, Winarni & Andayani, 2013: 57) mengatakan karya
sastra seperti novel merupakan karya sastra yang mudah maupun lebih sulit dibaca
jika dibandingkan dengan cerpen. Dikatakan lebih mudah karena sebuah novel tidak
dibebani tangung jawab untuk menyampaikan cerita dalam bentuk ringkas, cepat
dan padat. Sedangkan dianggap lebih sulit, isi dari novel memiliki skala lebih besar
dan luas dibanding cerpen. Berhubungan dengan itu, Nurgiyantoro (2015 :13)
menyatakan bahwa novel menyajikan sebuah cerita secara bebas menyatakan bahwa
novel secara bebas dan secara rinci menyajikan cerita dan menyajikan masalah yang
utuh. Selain itu, sebagai pembaca yang berpengalaman, dapat memahami bahwa
novel terpendek harus memiliki setidaknya 100 halaman.
Karya fiksi yang paling banyak digemari oleh masyarakat salah satunya
adalah novel khususnya pecinta sastra. Bentuk karya sastra novel banyak yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dwiarah (dialektik) antara sastra dengan msyarakat, dan (5) usaha menemukan
kualitas interpedensi antara sastra dengan masyarakat. Selanjutnya Endraswara
(2013: 339) berpendapat bahwa Sosiologi sastra dapat mengkaji sastra melalui
setidaknya tiga aspek, yaitu (a) analisis terhadap masalah-masalah sosial yang
terdapat dalam karya sastra itu sendiri dan kemudian mengaitkannya dengan realitas
yang terjadi. Secara umum yang disebut aspek eksternal dari model hubungan yang
muncul disebut refleksi (b) dengan cara yang sama seperti di atas, tetapi dengan
menentukan hubungan antar struktur daripada aspek-aspek tertentu dengan model
hubungan dialektis (c) menganalisis karya untuk memperoleh informasi tertentu
dilakukan oleh disiplin ilmu tertentu, model analisis ini umumnya menghasilkan
penelitian sastra sebagai gejala lain.
Menurut Rosdiana,Sukirna&Bagiya (2018:494) mengutip kesimpulan
Sapardi Djoko Damono bahwa sosiologi sastra adalah studi objektif dan ilmiah
mengenai manusia dalam masyarakat, studi tentang institusi dan proses sosial.
Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana
ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada, dengan mempelajari aspek-aspek sosial
dan segala masalah perekonomian sosial. Pendidikan, kekerabatan dan lain-lain
merupakan struktur sosial yang mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi proses
pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat ditempatnya masing-masing.
Damono (1979:2) menjelaskan kecenderungan telaah sosiologi dalam sastra yakni;
pertama, pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan
cermin proses sosial ekonomis belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor faktor luar
sastra untuk membicarakan sastra, sastra hanya berharga dalam hubungannya dengan
faktor faktor di luar sastra itu sendiri. Jelas dalam pendekatan ini teks sastra tidak
dianggap sebagai objek yang utama sastra hanya sebagai gejala kedua. Kedua,
pendekatan yang mengutamakan sastra sebagai bahan kajian. Metode ini digunakan,
yaitu sosiologi sastra merupakan analisis sastra untuk mengenal strukturnya,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kemudian digunakan untuk menelaah lebih dalam fenomena sosial yang ada dalam
karya sastra.
Sosiologi sastra berfokus pada isi karya sastra, tujuan, dan hal-hal lain
yang terlibat dalam karya sastra itu sendiri dan terkait dengan masalah sosial (Wellek
dan Warren,1994). Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
sosiologi sastra adalah penelitian sastra yang mengkaji unsur teks dan unsur nonteks
dalam karya sastra. Unsur teks ini mengenai segala aspek yang terdapat dalam teks,
sedangkan unsur nonteksnya yang berupa kehidupan pengarang, realitas masyarakat
atau latar sosial budaya tertentu. Karya sastra tersebut dianggap mencerminkan
keadaan masyarakat dalam kehidupan nyata, dan sejauh mana pula sifat pribadi
pengarang atau lingkungan sosial pengarang mempengaruhi gambaran masyarakat
yang ingin disampaikanya lewat karya sastranya. Permasalahan studi sastra
menyiratkan atau merupakan masalah sosial seperti masalah tradisi, konvensi, norma,
jenis sastra symbol dan mitos. Sastra dikaitkan dengan situasi tertentu atau dengan
sistem politik, ekonomi dan sosial tertentu. Penelitian terhadap Novel Guru Aini
karya Andrea Hirata ini akan berfokus pada isi karya sastra dengan memaparkan
masalah masalah sosial yang terkandung dalam cerita novel.
Nasional Pendidikan (SNP) secara tegas menyatakan bahwa berbagai aspek tidak
hanya berkaitan dengan intelek tetapi juga karakter. Semua ini menunjukkan
bahwa pendidikan sebenarnya bertanggung jawab atas pengembangan karakter
dan intelektualitas dalam bentuk kompetensi siswa. Menurut Brady dalam
(Madusari&Emzir.,2015) dampak dari nilai-nilai pendidikan dari kurikulum
tersembunyi terus-menerus menggaris bawahi bahwa siswa belajar dari nilai-nilai
yang secara eksplisit tidak diajarkan untuk mereka. Misalnya, nilai-nilai yang
termasuk dalam novel adalah berbagai ekspresi dari Toleransi, menghormati
orang lain, hati nurani sosial dan tanggung jawab pribadi.
1) Religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh terhadap ajaran agama yang
dianut; nilai Pendidikan karakter religius dapat ditandai dengan prilaku tokoh
yang mencerminkan keberimanan pada tuhan,bertoleransi dengan agama lain
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2) Jujur yaitu sikap untuk menjadi orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan; nilai pendidikan karakter jujur dapat
ditandai dengan prilaku tokoh yang tidak pernah membohongi diri sendiri
maupun orang lain dari segi perkataan, perilaku,tindakan sehingga menjadi
pribadi yang selalu dapat dipercaya.
3) Toleran yaitu sikap dan tindakan menghargai perbedaan agama,kebangsaan,
suku, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya;
pendidikan karakter toleran dapat ditandai dengan prilaku tokoh yang
menghormati dan menghargai perbedaan dalam segala hal.
4) Disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan; pendidikan karakter disiplin dapat ditandai
dengan prilaku tokoh yang memiliki cara berfikir dan bersikap untuk patuh
terhadap peraturan serta menghargai waktu untuk menuju pribadi yang lebih
baik.
5) Bekerja keras yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan; pendidikan karakter kerja keras dapat ditandai
dengan prilaku tokoh yang ulet, bersungguh sungguh dan tidak kenal lelah
untuk mendapatkan sebuah pencapaian/prestasi.
6) Kreatif yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru; pendidikan karakter kreatif dapat ditandai dengan prilaku tokoh
yang mempunyai cara berfikir yang berbeda dan unik dari yang lain.
7) Mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas; pendidikan karakter mandiri dapat ditandai
dengan prilaku tokoh yang meyakini potensinya sendiri untuk dapat
menyelasaikan masalahnya sendiri.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8) Demokratis yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain; pendidikan karakter demokratis dapat
ditandai dengan prilaku tokoh yang dapat menilai bahwa semua orang memiliki
hak dan kewajiban yang sama.
9) Rasa ingin tahu yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas; pendidikan karakter rasa ingin tau
dapat ditandai dengan prilaku tokoh yang memiliki semangat tinngi untuk
memahami atau mengetahui hal baru.
10) Semangat kebangsaan yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya; pendidikan karakter semangat kebangsaan dapat ditandai
dengan prilaku tokoh yang rela berkorban untuk lebih memikirkan kepentingan
negara dari pada kepentingan pribadi.
11) Cinta tanah air yaitu menunjukan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa;
pendidikan karakter cinta tanah air dapat ditandai dengan prilaku tokoh yang
cerita yang menunjukan kesetian,kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12) Menghargai prestasi yaitu sikap untuk menghargai hasil kerjanya sendiri
maupun hasil kerja orang lain; pendidikan karakter menghargai prestasi dapat
ditandai dengan prilaku tokoh yang selalu dapat menghargai proses dan
menerima setiap prestasi dari hasil kerja keras prbadi atau prestasi orang lain.
13) Komunikatif yaitu tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama; pendidikan karakter komunikatif dapat ditandai
dengan prilaku tokoh yang dapat menjaga perilaku untuk dapat menjalin
hubungan baik dengan orang lain ataupun bekerja sama dengan orang lain.
14) Cinta damai yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya; pendidikan karakter cinta
damai dapat ditandai dengan prilaku tokoh yang menjaga sikap perkataan dan
Tindakan untuk menciptakan kehidupan yang harmonis.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
nilai yang harus dilaksanakan sebagai prioritas gerakan PPK. Lima nilai utama
karakter bangsa yang dimaksud sebagai berikut:
1.Religius
Nilai karakter mandiri yakni sikap dan perilaku yang mandiri dari orang
lain dan menggunakan seluruh tenaga, pikiran, waktu untuk mewujudkan
harapan, impian dan cita-cita. Sub nilai mandiri meliputi etos kerja (kerja
keras), ketahanan, daya saing, profesionalisme, kreativitas, keberanian, dan
pembelajaran sepanjang hayat.
4.Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai
semangat gotong royong dan gotong royong dalam memecahkan masalah
bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberikan bantuan/bantuan
kepada orang yang membutuhkan. Sub nilai gotong royong meliputi rasa
hormat, kerjasama, inklusi, komitmen pada keputusan bersama, refleksi atas
mufakat, gotong royong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan
dan kerelawanan.
5.Integritas
Nilai karakter integritas yakni nilai-nilai yang menjadi dasar perilaku
yang didasarkan pada usaha untuk menjadikan diri seseorang yang selalu dapat
kita percayai dengan perkataan, tindakan, dan pekerjaan yang memiliki
komitmen dan loyalitas terhadap nilai kemanusiaan dan moral (moral integrity).
Karakter melibatkan sikap tanggung jawab, sebagai warga negara yang terlibat
aktif dalam kehidupan sosial, dengan tindakan dan perkataan yang konsisten
berdasarkan kebenaran. Sub nilai integritas antara lain kejujuran, cinta
kebenaran, kesetiaan, komitmen moral, perang melawan korupsi, keadilan,
tanggung jawab, panutan dan penghormatan terhadap harkat dan martabat
individu (khususnya penyandang disabilitas).
Penelitian ini, mengkaji nilai pembentukan karakter dalam novel, yang
dicirikan oleh teori delapan belas nilai pembentukan karakter yang diungkapkan oleh
Muzakkir dalam Perpres Republik Indonesia. Dunia pendidikan di Indonesia, nilai
pendidikan karakter ditanamkan dalam kurikulum dengan menambahkan karakter nilai
pendidikan dalam mata pelajaran Kompetensi Dasar (KI) dan Keterampilan Dasar
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(KD) yang kemudian dikembangkan oleh guru atau Rencana Program Pembelajaran
(RPP). Karya sastra dapat mengandung nilai-nilai pendidikan berkarakter. Sastra dapat
juga menjadi sarana mendidik. Melalui bahan ajar yang sesuai, nilai pendidikan
karakter diimplisitkan dalam pembelajaran di kelas, selain melatih berimajinasi,
pemilihan sastra sebagai media penanaman nilai pendidikan karakter bermanfaat pula
untuk membentuk siswa yang kreatif sekaligus berakhlak mulia.
Masalah sosial disebabkan oleh perbedaan yang nyata antara nilai-nilai sosial
dengan realitas yang ada, dan menimbulkan masalah sosial seperti proses sosial dan
bencana alam. Keberadaan isu-isu sosial di masyarakat ditentukan oleh lembaga-
lembaga yang berwenang secara khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah,
organisasi sosial, dan debat masyarakat. Berdasar penjelasan berbagai pendapat
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa masalah sosial adalah fenomena sosial yang
tidak memuaskan kebutuhan masyarakat sehingga merugikan mereka.
a. Faktor ekonomi terdapat masalah kemiskinan, yang dalam hal ini kemiskinan
dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan struktural dan kemiskinan absolut.
c. Faktor biologis yang di dalamnya terdapat persoalan yang harus dipecahkan seperti
masalah endemis atau penyakit menular sebagaimana terjadi dewasa ini, yaitu kasus
flu burung, viris SARS, HIV, penyakit kelamin yang menyerang di beberapa daerah
penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
Elly dan Usman (2011: 53-59) menyatakan bahwa jenis masalah sosial yang
biasa dihadapi masyarakat antara lain: kemiskinan, kriminalitas, disorganisasi
keluarga, masalah pemuda, perang, gangguan seksual, masalah kependudukan,
masalah gender, dan masalah kekerasan. Selain itu, menurut Soekanto (1990: 406-
439), ada beberapa masalah sosial penting yang didasarkan pada ketimpangan, yang
oleh masyarakat dianggap sebagai masalah sosial, tergantung pada sistem nilai sosial
masyarakat tersebut. Beberapa masalah yang dihadapi masyarakat secara umum, yaitu
1. Kemiskinan
Soetomo (2015:196) berpendapat bahwa budaya sangat mewarnai
kehidupan seseorang, dari perspektif ini kondisi kehidupan masyarakat dipandang
sebagai masalah sosial yang mencerminkan budaya masyarakat sehingga disebut
dengan kemiskinan kultural. Masyarakat miskin dinyatakan mempunyai nilai dan
gaya hidup tertentu yang memepengaruhi kemampuan antisispasinya terhadap
perekembanagan dan perubahan lingkungan hidupnya serta mempengaruhi taraf
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
hidup sosial ekonomi. Aspek aspek kultural yang dimaksud merupakan lemahnya
achievement motivation kurang berorientasi kedepannya. Keadaan kemiskinan
dengan dimensi dan konsekuensi yang bervariasi merupakan bentuk masalah sosial
yang menggambarkan keadaan kesejahteraan yang rendah.
Kemiskinan dapat diartikan keadaan dimana seseorang tidak dapat
memelihara dirinya sendiri dengan menyesuaikan taraf hidup kelompok dan juga tidak
mampu memanfaatkan tenaga atau mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut
(Soekanto,1990:406). Pesatnya perkembangan dagang di seluruh dunia penetapan
taraf kehidupan tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakat,kemiskinan muncul
sebagai masalah sosial. Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial ketika
perbedaan situasi ekonomi warga diidentifikasi dengan jelas. Faktor faktor yang
menyebabkan masyarakat membenci kemiskinan adalah kesadaran bahwa mereka
gagal untuk memperoleh lebih daripada apa yang telah dimlikinya dan perasaan akan
adanya ketidakadilan. Era masyarakat modern yang rumit ini kemiskinan menjadi
problema sosial disebabkan munculnya sikap yang membenci kemiskinan. Seseorang
dianggap miskin jika harta miliknya dianggap tidak cukup untuk memenuhi taraf
kehidupan yang ada.
Lain halnya dengan mereka yang mengikuti arus urbanisasi tetapi tidak dapat
menemukan pekerjaan. Bagi mereka pokok persoalan kemiskinan disebabkan tidak
mampu kebutuhan primer sehingga timbul tuna karya,tuna susila dan lain sebagainya.
Secara sosiologis sebab sebab timbulnya masalah tersebut yakni salah satu lembaga
kemasyarakatan tidak berfungsi dengan baik, yaitu lembaga kemasyarakatan tidak
berfungsi dengan baik, yaitu lembaga kemasyarakatan di bidang ekonomi.
Kepincangan tersebut akan menjalar ke bidang bidang lainnya, misalnya pada
kehidupan keluarga yang tertimpa kemiskinan tersebut. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa masalah sosial yang diceritakan dalam karya sastra terjadi kemiskinan ditandai
dengan penggambaran tokoh dengan kondisi kesejahteraan yang rendah dengan tidak
dapat memenuhi taraf hidup sehingga tidak memiliki orientasi hidup kedepan yang
disebabkan karena tidak mampu memanfaatkan tenaga atau mental maupun fisiknya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Kejahatan
Sosiologi berpendapat bahwa kejahatan disebabkan oleh kondisi dan proses
yang sama dari proses sosial yang menghasilkan perilaku sosial lainnya. Jumlah
tingkat kejahatan berkaitan erat dengan bentuk dan organisasi organisasi sosial tempat
kejahatan itu terjadi. Masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok yang berbeda, yang
masing-masing memiliki kepentingan dan nilai yang berbeda dalam proses interaksi,
setiap kelompok berusaha agar kelompok lain mengikuti nilai-nilai yang digunakan
ketika masing-masing nilai dan kepentingan tersebut bertentangan dan masing-masing
bertahan melawan nilai dan kepentingan yang bertentangan menciptakan konflik nilai.
Hal ini menyebabkan sumber masalah sosial (Soetomo,2015:194). Hal tersebut sesuai
dengan kesimpulan Weinberg (Soetomo,2015:194) disebabkan oleh konflik alamiah
antar segmen masyarakat yang berbeda. Soekanto (1990:408) juga menjelaskan
bahwa angka angka kejahatan dalam masyarakat,golongan masyarakat,dan kelompok
sosial mempunyai keterkaitan dengan kondisi kondisi dan proses proses. Misalnya
gerak sosial persaingan serta pertentangan kebudayaan, ideologi politik, agama,
ekonomi, dan seterusnya. Sehubungan dengan pendekatan sosiologis dapat ditemukan
teori sosiologis tentang perilaku jahat. Salah satu diantara sekian teori tersebut adalah
teori dari E.H Sutherland yang mengatakan bahwa berprilaku jahat dengan cara yang
sama dengan perilaku yang tidak jahat. Artinya perilaku jahat dapat dipelajari dalam
interaksi dengan orang lain, dan orang tersebut mendapat perlakuan jahat karena telah
berinteraksi dengan orang orang yang beprilaku melawan norma norma hukum yang
ada.
Gejala lain yang patut mendapat perhatian adalah gejala dari apa yang disebut
dengan kejahatan kerah putih yang terjadi di zaman modern ini. Tindak pidana ini
dilakukan oleh pengusaha dan pejabat publik dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Elly dan Usman (2011: 530) berpendapat bahwa kejahatan yang disebutkan dalam
penelitian ini tidak hanya berfokus pada perilaku seseorang atau kelompok yang
merugikan orang atau kelompok, tetapi juga pada korupsi, pemalsuan, dan penipuan
yang merugikan tubuh seseorang bisa hidup. Posisi keuangan mereka yang relatif kuat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a) Unit keluarga yang tidak lengkap karena hubungan di luar nikah. Meskipun dalam
hal hukum dan sosial belum terbentuk keluarga , dapat diartikan sebagai disorganisasi
keluarga. Ayah (biologis) gagal memenuhi peran sosialnya dan begitu pula dengan
keluarga ayah dan ibu.
d) Krisis keluarga karena seseorang yang bertindak sebagai kepala keluarga di luar
kemampuannya untuk meninggalkan rumah tangga, mungkin karena kematian,
hukuman atau perang.
e) Krisis keluarga yang disebabkan oleh faktor internal, misalnya karena
keseimbangan jiwa anggota keluarga terganggu.
Pada dasarnya telah disepakati bahwa masyarakat sebagai individu
mempunyai berbagai kebutuhan dasar,dengan fakta tersebut wajar apabila setiap
orang mencoba dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Masalah akan timbul
apabila pemenuhan kebutuhan terhambat. Hambatan tersebut dapat berasal dari aspek
individual maupun structural. Disorganisasi keluarga mungkin terjadi pada
masyarakat masyarakat sederhana,karena suami sebagai kepala keluarga gagal
memenuh kebutuhan kebutuhan primer keluarganya pada umumnya masalah tersebut
disebabkan oleh kesulitan kesulitan untuk menyesuaikan tuntutan kebudayaan. Pada
zaman modern ini disorganisasi keluarga mungkin terjadi karena konflik peranan
sosial atas dasar perbedaan ras agama atau faktor sosial ekonomis. Hakikatnya
disorganisasi keluarga pada masyarakat yang sedang dalam transisi menuju
masyarakat yang modern dan kompleks disebabkan karena keterlambatan untuk
menyesuaikan diri dengan situasi sosial ekonomis yang baru. Berbeda dengan
pendapat sebelumnya Soetomo (2015:178) menjelaskan bahwa bentuk lain dari
pandangan structural yang ingin menjelaskan sumber masalah mengapa seorang
berprilaku menyimpang atau berada dikondisi yang tidak diharapkan merupakan tesis
tentang diskriminasi institusional. Menurut pandangan ini mengapa seorang menjadi
jahat atau miskin bukan kesalahan individu yang bersangkutan tetapi karena kebetulan
orang tersebut dilahirkan dibagian kota tertentu atau lingkungan strata sosial yang
tidak menguntungkan tersebut menyebabkan dia tidak dapat mengembangkan dirinya
secara optimal karena berbagai hambatan. Selanjutnya Elly dan Usman (2011:54)
berpendapat bahwa keluarga dikatakan mengalami disorganisasi apabila salah satu
anggota keluarga menyimpang dari aturan keluarga yang menyebabkan perpecahan
keluarga. Ditarik kesimpulan bahwa masalah sosial yang diceritakan dalam karya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ditarik kesimpulan bahwa masalah sosial yang diceritakan dalam karya sastra terjadi
masalah generasi muda ditandai dengan penggambaran seorang tokoh melakukan hal
yang menyimpang karena masih labil jiwanya dan terpengaruh faktor lingkungan
serta dominan mengabaikan nasehat orang tua.
5. Peperangan
Kemajuan teknologi yang pesat semakin memodernisasi cara berperang dan
menyebabkan kerusakan yang lebih besar daripada di masa lalu. Menurut Elly dan
Usman (2011: 55) peperangan merupakan suatu gejala sosial dimana terdapat lebih
dari satu kelompok manusia yang berambisi untuk saling serang dengan demi
memperoleh kemenagan. Sosiologi menganggap peperangan sebagai suatu gejala
yang disebabkan oleh berbagai faktor. Peperangan merupakan suatu bentuk
pertentangan dan juga suatu lembaga kemasyarakatan. Peperangan merupakan bentuk
pertentangan yang setiap kali diakhiri dengan suatu akomodasi yang sering disebut
perang dingin (Soekanto ,1990:413). Dampak dari peperangan ini menyebabkan
disorganisasi dalam berbagai aspek kemasyarakatan, baik itu dari negara yang menang
maupun negara yang kalah. Ditarik kesimpulan bahwa masalah sosial yang
diceritakan dalam karya sastra terjadi peperagan ditandai dengan penggambaran
pertentangan antar kelompok yang menimbulkan aksi saling serang untuk
mendapatkan kemenangan.
6. Pelanggaran terhadap norma” masyarakat
Menurut Soekanto (1990:417-430) perilaku pelanggaran terhadap norma norma
masyarakat dapat dibagi menjadi 4 jenis:
a) Pelacuran
Tindakan ini dapat diartikan sebagai suatu perkejaan yang bersifat menyerahkan
diri kepada umum untuk melakukan perbuatan perbuatan seksual untuk mendapat
upah. Tindakan ini dapat dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor eksogen dan endogen.
Faktor endogen sendiri adalah nafsu kelamin yang besar dan rasa malas untuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9. Birokrasi
Birokrasi menunjuk pada organisasi yang dimaksudkan untuk mengerahkan
tenaga dengan teratur dan terus menerus untuk mencapai tujuan tertentu
(Soekanto:1990:435). Terdapat 5 (lima) unsur yang mengenai birokrasi yaitu:
organisasi,pengerahan tenaga,sifat yang teratur,bersifat terus menerus,mempunyai
tujuan. Birokrasi mempunyai tujuan tertentu, maka birokrasi tersebut tidak boleh
menyimpangdari dasar dasar kehidupan masyarakat dimana birokrasi itu berada.
Biasanya digunakan istilah bureaucratims untuk menunjukkan pada birokrasi yang
justru menghambat roda pemerintah yang berarti bahwa birokrasi tersebut
menyimpang dari tujuannya dan sering disebut red tape. Makna pokok pengertian
birokrasi terletak pada kenyataan bahwa organisasi tersebut menghimpun tenaga
tenaga demi jalannya organisasi tanpa terlalu menekankan pada tujuan tujuan pokok
yang hendak dituju. Pengerahan tenaga dimaksudkan sebagai pengaturan tenaga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tenaga secara terstruktur untuk melaksanakan suatu kerja tertentu. Apabila suatu
birokrasi telah mempunyai tujuan tertentu maka birokrasi tidak boleh menyimpang
dari tujuan semula. Hal itu sesuai dengan pendapat Soekanto (1990:439) mengutip
kesimpulan Max weber bahwa birokrasi merupakan organisasi dalam masyarakat
,karena itu birokrasi tidak boleh menyimpang dari tujuan tujuannya. Hubungan
informal yang terjadi antara anggota anggota dalam organisasi resmi senantiasa harus
terpelihara dengan baik, terlepas dari peranan formal yang mereka miliki. Ditarik
kesimpulan bahwa masalah sosial yang diceritakan dalam karya sastra terjadi masalah
birokrasi ditandai dengan penggambaran suatu organisasi dalam masyarakat tidak
berjalan sesuai dengan tujuannya ataupun apabila hubungan informal anggota dalam
suatu organisasi resmi tidak berjalan baik/tidak harmonis yang menyebabkan
terhambatnya tujuan awal dari organisasi tersebut.
5. Hakikat Bahan Ajar
brosur, leaflet, wallchart, audio visual seperti: video atau film, VCD dan lain-lain
(Setyorini, 2016: 93).
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
merupakan sesuatu bentuk bahan pembelajaran yang disusun secara sistematis dalam
menunjang proses belajar mengajar agar sesuai dengan kompetensi atau
subkompetensi yang berlaku. Peran seorang guru dalam menentukan maupun
merancang bahan ajar merupakan patokan penting dalam menentukan keberhasilan
proses belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru. Melihat hal tersebut guru
harus memilih dan mempunyai bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum dan
mempertimbangkan kebutuhan siswa.
(sastra lama) cerpen, novel, puisi, drama ataupun essai. Sejalan dengan dengan hal
tersebut pendapat Enraswara (2019:20-22) secara umum , memilih buku bahan ajar
sastra dapat diuraikan sebagai berikut,
1) Mutu sastra dan daya tarik keterbacaan, dalam hal ini bahan ajar yang digunakan
harus melihat mutu sastra dan daya tarik keterbacaan, selain itu estetika sastra yang
tinggi juga diperlukan sehinga mampu mengundang minat baca siswa.
2) Selaras dengan tuntutan kurikulum, pemilihan bahan ajar juga harus selaras
dengan kurikulum yang sedang berlaku. Melalui bahan ajar sastra tuntutan
kurikulum bisa diimplementasikan secara nyata.
3) Mempresentasikan perkemabangan sejarah sastra Indonesia, bahan ajar yang
digunakan harus memperlihatkan dan mempresentasikan perkembangan
kesusastraan Indonesia mulai dari awal hingga akhir.
4) Kandungan budaya dan nilai moral, adanya pengajaran sastra di SMA
diperuntukkan untuk membentuk jiwa dan perilaku siswa , maka dari itu baahn ajar
yang dipilih harus mengandung nilai nilai budaya,susila,moral,dann budi pekerti.
5) Perkembanagan psikologi dan kemampuan anak (kompetensi membaca
siswa), bahan ajar sastra perlu juga dipertimbangkan perkembangan psikologi siswa
dan kemampuan membaca siswa. Buku yang akan dipilih tidak terlalu berat atau
sesuai jenjang kelas dan tidak mengandung filsafat yang rumit walaupun berfilsafat
guru harus bisa menyampaikan ulang dengan Bahasa yang lebih mudah dipahami.
Selain kelima hal yang sudah disebutkan dalam pemilihan bahan ajar secara umum
agar teks-teks sastra yang digunakan dapat sampai ke siswa selain harus sesuai
dengan kompetensi dasar yang dicapai perlu dipertimbangkan seperti, fakktor
kedekatan dan keakraban siswa,menarik dan berkualitas,mudah dan memungkinkan
diakses siswa,up to date memberikan gambaran perkemabangan sastra,serta kaya
dan dekat dengan lingkungan sosial budaya.
Pemilihan bahan ajar juga dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan no.8 Tahun 2016 tentang buku yang digunakan satuan pendidikan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dalam Pasal 2 (1) Buku yang digunakan oleh satuan pendidikan terdiri atas: a. Buku
teks b. Buku non teks Pelajaran (2) Buku yang digunakan oleh satuan pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan nilai/norma positif yang
berlaku di masyarakat, antara lain tidak adanya unsur pornografi, ekstremisme,
radikalisme, kekerasan, SARA, bias. jenis kelamin, dan tidak mengandung nilai
penyimpangan lainnya. (3) Selain memenuhi nilai/norma positif yang berlaku di
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), buku ajar dan bukan buku ajar
harus memenuhi kriteria penilaian sebagai buku yang layak digunakan pada suatu
satuan pendidikan.
Kelayakan buku non teks tersebut dapat dinilai dengan menggunakan
Instrumen Penilaian Buku Pengayaan Kepribadian yang menilai dari komponen
materi yang terdiri dari 5 butir diantaranya; Butir 1. Materi/isi sesuai dan
mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional. Butir 2. Materi/isi tidak
bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Butir 3.Materi/isi merupakan karya orisinal (bukan hasil plagiat), tidak
menimbulkan masalah SARA, dan tidak diskriminasi gender Butir 4. Materi/isi
diuraikan secara mendalam dan memiliki nilai kreativitas tinggi. Butir 5.
Materi/isi membangun karakter bangsa Indonesia yang mantap, stabil, dan
diidamkan.
Kedua, komponen penyajian terbagi menjadi dua jenis yaitu jenis fiksi dan
nonfiksi. Ketiga komponen berbahasa meliputi dua butir penilaian, yaitu (1) bahasa
yang digunakan etis dan estetis, komunikatif, dan fungsional, sesuai dengan
pembaca sasaran; dan (2) bahasa (ejaan, tanda baca, kosakata, kalimat, dan paragraf)
sesuai dengan kaidah, dan istilah yang digunakan buku. Keempat, komponen
grafika yang mengatur fisik dari buku. Terdapat 2 butir penjelasan, yaitu (1) tata
letak unsur unsur grafika estetis,dinamis,dan menarik serta menggunakan ilustrasi
yang memperjelas pemahaman atau materi/isi buku, (2) tipografi yang digunakan
mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Asumsi dasar Bahan ajar adalah bentuk bahan pembelajaran yang didalamnya
memuat materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara penilaian guru
disusun guna menunjang proses belajar mengajar agar sesuai dengan kompetensi atau
subkompetensi yang berlaku di sekolah. Sejalan dengan pendapat tersebut Erlina,
Rakhmawati & Setiawan (2016: 207) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran
diperlukan bahan ajar untuk menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Bahan atau
materi ajar adalah sesuatu yang dapat memberikan pelajaran serta ilmu yang berguna
bagi siswa. Pembelajaran di sekolah khususnya pada pembelajaran sastra, perlu
menggunakan bahan ajar dari karya-karya sastra yang mengandung nilai-nilai
pendidikan. Karya sastra yang sering digunakan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia adalah pantun, puisi, cerpen, novel dan lain-lain (Elisa, Wardhani & Suyitno,
2016: 36).
Sastra dalam pendidikan anak dapat berperan dalam perkembangan aspek
kognitif, emosional, psikomotorik, perkembangan kepribadian, dan perkembangan
kepribadian sosial. Di sisi lain, novel dapat digunakan tidak hanya untuk kesenangan
membaca tetapi juga sebagai bahan ajar, terutama sebagai bahan ajar untuk apresiasi
sastra. Pembelajaran sangat diperlukan pemilihan materi yang akan dijadikan sebagai
bahan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. (Mustikasari Suryanto &
Hastuti, 2019: 70). Belajar sastra di sekolah sangat sulit untuk menyajikan novel atau
roman untuk buku teks yang diterbitkan di kelas. Karena banyaknya materi atau materi
pembelajaran yang berupa novel. Jadi, dalam proses evaluasi novel, perpustakaan
sekolah harus memiliki novel yang sesuai, Waluyo (2011: 32).
Menilai kelayakan sebuah karya sastra sebagai bahan ajar, pada penelitian
ini akan menggunakan penilaian dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah
mengatur kriteria yang harus dipenuhi sastra tulis fiksi maupun nonfiksi dalam
Instrumen dan Rubrik B3 Penilaian Buku Pengayaan Kepribadian. Dalam instrumen
ini, terdapat 4 komponen yang harus dipenuhi oleh bahan ajar.Pertama, komponen
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
budaya, dan jati diri bangsa Indonesia. Materi ini membangun kepribadian dan tidak
bertentangan dengan perilaku dan karakteristik bangsa Indonesia. Kepribadian yang
mantap itu meliputi sikap keramahtamahan, konsistensi, bergairah, dapat membuka
hati, dan memiliki emosi yang stabil).
Kedua, komponen penyajian terbagi menjadi dua jenis yaitu jenis fiksi dan
nonfiksi. Ketiga komponen berbahasa meliputi dua butir penilaian, yaitu (1) bahasa
yang digunakan etis dan estetis, komunikatif, dan fungsional, sesuai dengan pembaca
sasaran; dan (2) bahasa (ejaan, tanda baca, kosakata, kalimat, dan paragraf) sesuai
dengan kaidah, dan istilah yang digunakan buku. Keempat, komponen grafika yang
mengatur fisik dari buku. Terdapat 2 butir penjelasan, yaitu (1) tata letak unsur unsur
grafika estetis,dinamis,dan menarik serta menggunakan ilustrasi yang memperjelas
pemahaman atau materi/isi buku, (2) tipografi yang digunakan mempunyai tingkat
keterbacaan yang tinggi.
B. Kerangka Berpikir
Novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang banyak digemari
pembaca,selain untuk menghibur karya sastra ini juga dipelajari dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia SMA kelas XI hal tersebut dicantumkan pada
kopetensi dasar 3.7 dan 4.7. Novel merupakan karya fiksi yang menyuguhkan
tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa kehidupan dan latar secara tersusun,
merupakan hasil karya manusia untuk menuangkan ide,gagasan perasaan dalam
bentuk Bahasa yang mengandung keindahan. Novel dalam karya sastra Indonesia
merupakan realitas sosial masyarakat sehingga didalamnya terdapat pengolahan
masalah masalah sosial dalam masyarakat. Berdasar pemaparan tersebut
dibutuhkan pendekatan untuk meneliti, yaitu dengan menggunakan pendekatan
sosiologi sastra. Kajian dalam penelitian ini difokuskan pada aspek masalah sosial,
nilai pendidikan karakter ,serta relevansinya sebagai bahan ajar sastra di SMA.
Berdasarkan hal di atas, penulis bermaksud untuk mengkaji novel Guru
Aini karya Andrea Hirata. Fokus penelitian ini adalah mengkaji isi karya sastra
yang berusaha mengungkap masalah-masalah sosial yang diceritakan dalam novel
yang menggambarkan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Selain mengungkap permasalahan sosial yang ada, peneliti juga akan mengungkap
seperti apa pendidikan karakter yang terkandung dalam novel tersebut, berdasarkan
18 jenis nilai pendidikan yang telah diidentifikasi. Sebuah novel dikatakan
berkualitas jika karangannya menyajikan nilai-nilai kehidupan yang bermakna,
mempesona, menggairahkan, tampil sebagai karya kreatif, tampil sebagai karangan
imajiner yang diungkapkan dalam narasi, puisi atau drama, ceramah , esai disajikan
dengan lancar, bagus dan mudah.
Novel Guru Aini dijadikan sebagai alternatif bahan ajar sastra di sekolah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Religius,
Masalah Sosial :
2. Jujur,
3. Toleran,
1. Kemiskinan,
4. Disiplin,
2. Kejahatan,
5. Bekerja Keras,
3. Disorganisasi Keluarga,
6. Kreatif,
4. Masalah Generasi Muda,
5. Peperangan, 7. Mandiri,
6. Pelangaran terhadap 8. Demokratis,
Norma Masyarakat, 9. Rasa Ingin Tahu,
7. Masalah Kependudukan, 10. Semangat Kebangsaan,
8. Masalah Lingkungan hidup, 11. Cinta Tanah Air,
9. Birokrasi. 12. Menghargai Prestasi,
13. Komunikatif,
14. Cinta Damai,
15. Gemar Membaca,
16. Peduli Lingkungan,
17. Peduli Sosial,
18. Tanggung Jawab.
1. Komponen Materi
2. Komponen penyajian terbagi menjadi dua jenis yaitu jenis fiksi dan
nonfiksi.
3. Komponen berbahasa.
Kesimpulan