Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR JAWAB UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL

Mata Kuliah : Metode Penelitian Pendidikan


Bahasa dan Sastra Indonesia
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Harjito, M. Hum

Oleh:
Saiful Jihad
22520001

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI SEMARANG


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
SOAL
1. Bagaimana tahapan yang dilakukan seorang peneliti ketika akan meneliti karya sastra menggunakan
pendekatan sosiologi sastra?
2. Pada perkuliahan, Bapak/Ibu telah menyelesaikan membaca 1 novel atau cerpen.
a. Apakah novel yang telah Bapak/Ibu baca dapat diteliti berdasarkan penelitian sosiologi sastra?
Jelaskan!
b. Temukan sosiologi sastra yang terdapat dalam novel atau cerpen tersebut berdasarkan teori
sosiologi sastra yang telah Bapak/Ibu pelajari sebelumnya. Buatlah laporan analisis yang
mencakup judul, pendahuluan, pembahasan, dan penutup

JAWABAN
1. Tahapan dalam penelitian sastra dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra yaitu:
a. Pengumpulan data dengan memperhatikan pendekatan struktural, pendeketan heuristik dan
hermeneutik.
b. Mengklasifikasi data sesuai dengan teori yang akan digunakan (sosiologi pengarang, sosiologi
karya sastra, maupun sosiologi pembaca).
c. Analisis data menggunakan pemaknaan secara sosial.
2. Mengenai penelitian sosiologi sastra kami
a. Dapat ditelti. Dalam penelitian sosiologi sastra kami, cerpen yang kami dapat memilki unsur
sosiologi pengarang berupa ideologi sosial pengarang dan masyarakat pembaca yang dituju;
unsur sosiologi karya sastra berupa aspek kebudayaan dan aspek nilai pendidikan; serta memiliki
unsur sosiologi bagi pembaca.
b. Laporan Analisis Penelitian Sosiologi Sastra dalam Cerpen “Mimpi Yang Menjadi Kenyataan”
1) Judul:
Kajian Sosiologi Sastra Pada Cerpen “Mimpi Yang Menjadi Kenyataan” Karya Ario Wibowo
2) Pendahuluan
Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami dan
dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat dan ia terikat
oleh status sosial tertentu. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan sendiri
merupakan kenyataan sosial. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut pendektan terhadap karya
satra mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Pendekatan ini oleh beberapa peneliti
menyebutdengan istilah sosiologi sastra, pendekatan sosiologis, sosiosastra atau pendekatan
sosiokultural. Di era globalisasi ini banyak orang memilih sastra untuk menuangkan ide dan
pendapatnya. Salah satunya adalah cerpen dengan judul corat-coret toilet karya Eka
Kurniawan. Dalam cerpen “Tertangkapnya Si Bandit Pencuri Roti” menekankan bahwa
perubahan yang signifikan dari pembangun-pembangun pada kota tersebut kebiasaan
masyarakat yang awalnya sangat ramah bahkan para anggota kepolisian. Dampak dari
pembangunan tersebut diperburuk dengan adanya peralihan budaya, norma, dan nilai-nilai
yang hidup sebelumnya tidak pernah dilakukan masyarat dalam cerpen “Tertangkapnya Si
Bandit Pencuri Roti”. Pengarang sangat cerdik dalam menyajikan jalannya cerita sehingga
banyak peristiwa-peristiwa yang secara realitas mampu dituangkan dalam cerpen tersebut.
Pengarang juga menjadi seorang anak kecil sebagai subjek yang lagi-lagi sangat realitas pada
masa sekarang.
Sosiologi berasal dari kata “sosio” dari bahasa Yunani (socius berarti bersama sama,
bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda, perumpamaan). Perkembangan tersebut
mengalami perubahan makna, soio/socious berarti masyarakat, logi/ logos berarti ilmu
mengenai usul dan pertumbuhan masyarakat, ilmu pengetahuan. Sastra berasal dari kata sas
(sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan intruksi. Akhiran “tra”
berarti alat, sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau
pengajaran yang baik. Secara definitif sosiologi sastra adalah analisis, pembicaraan terhadap
karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya.
Menurut Ratna (2011: 25) mengatakan, sosiologi sastra adalah penelitian terhadap karya
sastra dan keterlibatan struktur sosialnya. Kajian sosiologi sastra dilakukan dengan cara
pemberian makna pada sistem dan latar belakang suatu masyarakat serta dinamika yang
terjadi di dalamnnya. Pada dasarnya karya sastra bercerita tentang persoalan-persoalan
manusia. Pengarang secara langsung atau tidak langsung telah mengungkapkan persoalan
sosial di dalam karyanya. Hal itu dipengaruhi oleh yang dirasakan, dilihat dan dialami dalam
kehidupan sehari-hari.
Kehadiran sastra mempunyai peranan penting dalam membentuk struktur masyarakatnya.
Pengarang dan karyanya merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan dalam kaitannya
membicarakan sebuah karya sastra. Pengarang adalah anggota dari kelompok masyarakat
yang hidup di tengah-tengah kelompok masyarakat tersebut. Menurut Saraswati(2003: 57)
mengungkapkan masyarakat pertama dihuni oleh pengarang, keberadaanya tetap, tidak
berubah sebab merupakan proses sejarah. Masyarakat yang kedua dihuni oleh tokoh-tokoh
rekaan, sebagai manifestasi subjek pengarang. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut,
sosiologi sastra merupakan penelitian yang kompleks mengenai dinamika, kejadian-kejadian
yang terjadi di masyarkat, dan sistem yang terjadi di masyarakat.
Sosiologi sastra adalah suatu telaah sosiologis terhadap suatu karya sastra. Wellek dan
Warren (2014: 53) menjelaskan bahwa telaah sosiologis itu mempunyai tiga klasifikasi, yaitu
sebagai berikut.
- Sosiologi Pengarang
Sosiologi pengarang dapat dimaknai sebagai sa-lah satu kajian sosiologi sastra yang
memfokuskan perhatian pada pengarang sebagai pencipta karya sastra. Dalam sosiologi
pengarang, pengarang seba-gai pencipta karya sastra dianggap merupakan makhluk sosial
yang keberadaannya terikat oleh status sosialnya dalam masyarakat, ideologi yang dianut,
posisinya dalam masyarakat, juga hubungannya dengan pembaca.
- Sosiologi Karya Sastra
Sosiologi karya sastra adalah kajian sosiologi sastra yang mengkaji karya sastra dalam
hubungannya dengan masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat.
- Sosiologi Pembaca
Sosiologi pembaca mencakup dampak sosial suatu karya sastra terhadap masyarakat.
Saat menganalisis sosiologi pembaca, pengarang harus mementingkan reaksi da
penerimaan pembaca terhadap karya sastra tersebut, sedangkan karya sastra itu sendiri
diabaikan atau menjadi sesuatu yang periferal (Junus dalam Wiyatmi, 2013: 64).
Menurut Ratna (2010: 282) menjelaskan bahwa pembaca dapat memberikan pemahaman
atau interpretasi yang berbeda-beda terhadap suatu karya sastra. Pemahaman atau interpretasi
itu dipengaruhi oleh latar belakang pembaca. Berdasarkan penjelas tersebut, saya tertarik
untuk mengkaji salah satu karya sastra, yaitu cerpen yang berjudul “Tertangkapnya Si Bandit
Pencuri Roti” karya Eka Kurniawan dengan menggunakan kajian sosiologi sastra.
3) Pembahasan
a. Sosiologi Pengarang
1) Ideologi Sosial Pengarang
Menurut (Endraswara, 2012) menjelaskan bahwa Ideologi sosial pengarang
berhubungan erat dengan norma, nilai, dan pandangan yang dianut oleh pengarang.
Norma sering dibahas dalam kehidupan sehari-hari oleh segelintir manusia yang
menjadi tolok ukur baik buruknya seseorang. Hal ini dibuktikan dalam kutipan yang
terdapat dalam cerpen “Mimpi Yang Menjadi Kenyataan”.
“Dua hari silam, Michael dan Andrew masih belum menemukan anggota band. Mereka
jadi pusing dan hampir putus asa. Namun , mereka tidak mau mengalah begitu saja.
Sesudah berjuang cukup keras, perlahan mereka menemukan anggota. Dimulai dari
Thomas, siswa XI IPS 3, yang bergabung menjadi bassist, kemudian disusul dengan
bergabungnya George, siswa kelas XI IPA 1, sebagai keyboardist. Lalu, Richard, anak
kelas XI IPA 2, juga bergabung sebagai drummer.”
Pada kutipan tersebut membuktikan bahwa bahwa norma baik yang dianut
seseorang justru menentukan baik buruknya karakter dan sifat seseorang.
2) Masyarakat Pembaca Yang Dituju
Cerpen “Mimpi Yang Menjadi Kenyataan” ini ditujukan kepada pembaca yang tertarik
pada kehidupan sekolah pada kalangan atas, kehidupan sosial di perkotaan. Cerpen ini
menggambarkan kehidupan sekolah elit pada masyarakat kalangan atas yang terdapat
kegiatan ekstrakurikuler musik band, penuh dengan kualitas mewah, serta dipenuhi
dengan siswa dengan bakat yang dimiliki oleh kalangan atas saja.
b. Sosiologi Karya Sastra
1) Aspek Kebudayaan
Nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati, dan tertanam dalam suatu
masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu
kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang
dapat dibedakan dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan
terjadi atau sedang terjadi. Budaya yang tergambar dalam cerpen “Mimpi Yang
Menjadi Kenyataan” adalah sebagai berikut.
“Tak terasa waktu silam, jam istirahat pun tiba. Andrew duduk di dingklik taman dan
termenung. Michael, anak XI IPS 2 yang melihat Andrew sedang termenung, berniat
mengusili Andrew. Jadilah Michael rahasia berjalan ke arah belakang dingklik dan,
tiba-tiba…
“Doooooooorrrrrrrrrrrrrrrr!!!!!!!! “teriak Michael .
“Sialan !! Ngagetin gue aja lo !!“ gerutu Andrew .
“Ya, sorry…. cuman bercanda , bro !! tapi lo kenapa?? kok kayak nya lo gak
semangat?? “ tanya Michael.”
Kebudayaan ini menggambarkan kehidupan masyarakat daerah metropolitan,
ditandai dengan penggunaan bahasa keseharian yang gaul, gampang mengucapkan
perkataan umpatan. Budaya tersebut hanya dapat ditemui pada daerah kota-kota besar
yang mengesampingkan norma kesopanan dalam berbicara walaupun dengan umur
yang sebaya.
2) Aspek Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan dalam cerpen “Mimpi Yang Menjadi Kenyataan” terdapat pada
kutipan berikut.
“Akhirnya grup band mereka pun lengkap, kemudian mereka berlima mendiskusikan
nama untuk grup band mereka. Sempat terjadi perdebatan, hingga tiba-tiba Andrew
mengusulkan nama Project Revolution Band, yang bermakna bahwa grup band itu
ialah proyek mereka untuk merevolusi dunia musik. Michael, Thomas, George, dan
Richard pun menyetujui ajakan Andrew . Jadilah, grup band Project Revolution
mendaftar dan risikonya Project Revolution pun mengikuti lomba. Project Revolution
tampil dengan tepat Hingga Akhirnya grup band mereka pun berhasil menjuarai lomba
grup band tersebut. Andrew merasa bahagia bahwa ia bisa menunjukan kepada mitra
sekelasnya akan kemampuan bermusiknya.”
Berdasarkan kutipan cerpen tersebut, nilai yang dapat dipelajari dari cerpen tersebut
yaitu tentang pantang menyerah dan semangat yang membara. Hal tersebut dibuktikan
dengan Andrew yang mulanya hampir putus asa karena belum mendapatkan anggota
untuk membuat band, hingga akhirnya dengan semangat juang yang tinggi dan pantang
menyerah akhirnya Andrew dan bandnya mampu menjuarai lomba band yang diadakan
sekolahnya.
c. Sosiologi Pembaca
Cerpen “Mimpi Yang Menjadi Kenyataan” menggambarkan tentang mimpi seorang
anak yang bersekolah di daerah metropolitan bernama Andrew untuk menjadi bintang
musik. Karena mimpinya yang besar, Andrew menjadi kurang populer di kalangan teman-
teman sekelasnya. Suatu hari dia membaca pengumuman bahwa sekolah akan
mengadakan kompetisi musik untuk semua siswa kelas 11. Singkat cerita, dengan sikap
pantang menyerahnya dia bisa mendapat anggota band dan menjuarai perlombaan musik
yang diadakan oleh sekolahnya, serta mampu membuktikan kemampuanmya kepada mitra
di sekolahnya yang pernah mengkhianatinya.
4) Penutup
Sosiologi sastra adalah penelitian terhadap karya sastra dan keterlibatan struktur sosialnya.
Kajian sosiologi sastra dilakukan dengan cara pemberian makna pada sistem dan latar
belakang suatu masyarakat serta dinamika yang terjadi di dalamnnya (Ratna, 2011). Sosiologi
sastra yang terdapat dalam cerpen “Mimpi Yang Menjadi Kenyataan” yaitu a) ideologi sosial
pengarang, b) masyarakat pembaca yang dituju, c) aspek kebudayaan, d) aspek nilai
pendidikan, dan e) sosiologi pembaca.

Anda mungkin juga menyukai