NIM: 1205030243
Kelas: 6/B Sastra Inggris
Sociology of Literature
Reading Report
Ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu dipertimbangkan dalam
menemukan objektivitas hubungan antara karya sastra dan masyarakat, antara lain
sebagai berikut:
Ada dua corak perspektif kajian sastra secara sosiologis, yaitu sebagai berikut:
Sosiologi sastra apabila kita kaji lebih mendalam, cangkupannya begitu luas. Hal ini
dikarenakan sosiologi sastra bisa dibahas dalam segi realitas, reflektif, warna sosial,
sesuatu yang imajiner dan mimesis, dan lain-lain.
Dalam konteks retorika itu, sastra juga tidak akan lepas dari lembaga sosial.
Karya sastra terdiri atas dua dimensi, yaitu:
Menurut Endaswara ada dua moral yang digambarkan dalam sastra, yaitu:
Tugas peneliti sastra dari sisi sosiologi sastra adalah menangkap beberapa hal:
Pertama, temuan kondisi yang menganggap bahwa yang disebut unit sastra
belum tentu seluruh teks sastra, tetapi bagian-bagian itu melibatkan imajinasi
penulis. Imajinasi menjadi bagian dari unit analisis sastra.
Kedua, untuk mengakui secara terbuka bahwa konsep pengalaman sosial
digunakan dalam sastra; salah satu yang dirancang untuk memungkinkan
kepercayaan (ideologi) dan kenyataan sosial sebagai konstituen yang
diperlukan dalam berbagai proposisi.
7. Refleksi sosial sastra.
Menurut Endaswara, ada dua kemungkinan sosial rujukan atau refektor perlu
diperhatikan peneliti sosiologi sastra.
Teori realitas sastra adalah dunia yang imajiner. Dunia penuh dengan wacana
simbolik. Dunia simbolik adalah wilayah gagasan yang menjadi realitas ketika
terwujud dalam ekspresi.
B. Sosiologi Pengarang
Sosiologi pengarang dapat dimaknai sebagai salah satu kajian sosiologi sastra yang
memfokuskan perhatian pada pengarang sebagai pencipta karya sastra. Dalam
sosiologi pengarang, pengarang sebagai pencipta karya sastra dianggap sebagai
makhluk sosial yang keberadaannya terikat oleh status sosialnya dalam masyarakat,
ideologi yang dianutnya, posisinya dalam masyarakat, juga hubungannya dengan
pembaca. Dalam penciptaan karya sastra, campur tangan penulis sangat
menentukan. Realitas yang digambarkan dalam karya sastra ditentukan oleh pikiran
penulisnya (Caute, via Junus, 1986: 8).
Dari hal-hal yang dikemukakan oleh Wellek dan Warren, serta Watt, wilayah yang
menjadi kajian sosiologi pengarang antara lain sebagai berikut.
Dalam kaitannya dengan kajian sastra, pengertian ideologi ini sering disamakan
dengan pandangan dunia (world view), yaitu kompleks yang menyeluruh dari
gagasan, aspirasi, dan perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama
anggota suatu kelompok sosial tertentu dan mempertentangkannya dengan
kelompok sosial lainnya (Goldmann, 1977: 17).
Latar belakang sosial budaya pengarang adalah masyarakat dan kondisi sosial
budaya tempat pengarang dilahirkan, tinggal, dan berkarya. Latar belakang
tersebut, secara langsung ataupun tidak langsung, memiliki hubungan dengan
karya sastra yang dihasilkannya.
Kita bisa memahami sastra (dengan mempertimbangkan banyak hal mengenai ras
manusia, gender, teori kelas, seksualitas, nasionalisme, periode kesastraan serta para
penulis dan karya sastra mereka, dan banyak hal lainnya) dengan mengungkapkan
pemahaman sendiri bahwa ada suatu ideologi yang diangkat, diwajibkan, dan
diwariskan turun-temurun.
Ada sejumlah pengarang dan kritikus yang memiliki kesadaran semacam itu, dengan
mempertimbangkan satu atau beberapa hal tersebut. Ada pula pengarang yang
mampu memahami dengan baik berbagai kondisi sosial dan proses sosial di
sekitarnya yang jelas-jelas memengaruhi hampir seluruh kondisi dan kreasi
budayanya.
Eksistensi pengarang dalam struktur sosial bukan eksistensi yang otonom, tetapi
eksistensi alternatif, personalitas pengarang sebagai personalitas sosial. Sebagai
anggota masyarakat, partisipasi subjek pengarang dalam kehidupan sehari-hari tidak
terbatas pada partisipasi kreatif dan aktivitas intelektual, tetapi meliputi totalitas
kehidupan praktis.
Isi karya mensyaratkan relevansi dunia pengarang dalam struktur naratif, yang
secara jelas dapat diidentifikasi melalui eksistensi semesta tokoh dan kejadian. Isi
karya sastra, sesuai dengan proposisi (Swingewood, 1972: 48), terutama mengacu
pada khazanah sosiokultural. Karya-karya sastra yang berhasil pada umumnya
adalah karya sastra yang melukiskan komplikasi problematika sosial.