Spesialisasi tersebut disatu pihak dan penyebarannya dipihak lain, mencapai titik kritis
disekitar tahun 1800. Pada masa itulah mulai disadari orang dimensi sosial kesusastraan.
Karya Madame de Stael yang diterbitbak waktu itu “De la literature considereedans ses rapports
avec les institutions socials” ‘Kesusastraan ditinjau dari hubungannya dengan lembaga-lembaga
sosial’, mungkin menrupakan usaha pertama di Prancis untuk menghimpun masalah sastra dan
masyarakat dalam suatu studi yang sistematis.
Menurut Ratna (2003: 332) ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan mengapa sastra
memiliki kaitan erat dengan masyarakat dan dengan demikian harus diteliti dalam kaitannya
dengan masyarakat, sebagai berikut:
1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, dan
ketiganya adalah anggota masyarakat.
2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang terjadi dalam
masyarakat yang pada gilirannya juga di fungsikan oleh masyarakat.
3. Medium karya sastra baik lisan maupun tulisan dipinjam melalui kompetensi masyarakat
yang dengan sendirinya telah mengandung masalah kemasyarakatan.
4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat dan tradisi yang lain, dalam karya
sastra terkandung estetik, etika, bahkan juga logika. Masyarakat jelas sangat berkepentigan
terhadap ketiga aspek tersebut.
5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas, masyarakat
menemukan citra dirinya dalam suatu karya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa sosiologi sastra dapat meneliti melalui tiga
perspektif. Pertama, perspektif teks sastra, artinya peneliti menganalisisnya sebagai sebuah
refleksi kehidupan masyarakat dan sebaliknya.Kedua, persepektif biologis yaitu peneliti
menganalisis dari sisi pengarang. Perspektif ini akan berhubungan dengan kehidupan pengarang
dan latar kehidupan sosial, budayanya. Ketiga, perspektif reseptif, yaitu peneliti menganalisis
penerimaan masyarakat terhadap teks sastra.
Tiga Sudut Pandang Perspektif
1. Perspektif karya sastra, artinya peneliti menganalisi karya sastra sebagai sebuah refleksi
kehidupan masyarakat dan sebaliknya.
2. Perspektif pengarang yakni, peneliti menganalisis pengarang, persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan sejarah kehidupan pengarang dan latar belakang sosialnya yang bisa
mempengaruhi pengarang dan isi karya sastranya.
3. Perspektif pembaca, yakni penelitian menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks sastra
dan pengaruh sosial karya sastra.
Teori Strukturalisme Genetik : memasukan faktor genetic dalam upaya memahami karya
sastra. Genetic sastra artinya asal-usul karya sastra yang ditentukan oleh faktor-faktor,antara lain
pengarang dan kenyataan sejarah yang turut mengkondisikan karya sastra saat diciptakan. Latar
belakang sejarah, zaman, dan sosial masyarakat berpengaruh terhadap proses penciptaan karya
sastra baik dari segi isi maupun segi bentuknya atau strukturnya.