Anda di halaman 1dari 63

1

PROPOSAL PENELITIAN

A. Judul Penelitian

“Nilai Moral dalam Kumpulan Cerita Rakyat Gadis Keladi dan Pangeran

Ulat Tanduk Karya Mariyadi.”

B. Latar Belakang

Cerita rakyat merupakan satu di antara sekian banyak ragam tradisi

lisan di Kabupaten Sambas Kecamatan Jawai. Cerita rakyat bagi masyarakat

Jawai berperan penting bagi kehidupannya. Melalui cerita rakyat, masyarakat

merasa hidup aman, tenteram dan damai karena fungsi salah satu cerita rakyat

itu adalah menjadikan mereka merasa bersaudara, karena mereka yakin bahwa

mereka berasal dari nenek moyang yang sama. Cerita rakyat sangat besar

pengaruhnya terhada masyarakat, karena mampu menjadi pedoman hidup bagi

masyarakatnya, itu juga berlaku pada cerita rakyat masyarakat di Kecamatan

Jawai, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.

Sastra juga merupakan cabang dari seni, yang kedua unsur integral

dari kebudayaan, usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan

dengan adanya manusia, karena ia diciptakan dan dinikmati manusia. Sastra

telah menjadi bagian dari pengalaman hidup manusia, baik dari aspek manusia

yang memanfaatkanya bagi pengalaman hidupnya, maupun dari aspek

penciptanya, yang mengekspresikan pengalaman batinnya ke dalam karya

sastra.

1
2

Ditinjau dari segi pencipta (pengarang dalam sastra tulis dan pawing

atau pelipur lara dalam sastra lisan), karya sastra  merupakan pengalaman

batin penciptanya mengenai kehidupan masyarakat dalam suatu kurun waktu

dan situasi budaya tertentu. Karya sastra dilukiskan dalam keadaan dan

kehidupan sosial suatu masyarakat, peristiwa-peristiwa, ide atau gagasan,

serta nilai-nilai yang diamanatkan.

Sastra lisan ialah kesusastraan yang lahir dan berkembang dikalangan

masyarakat. Lazimnya, sastra lisan merujuk kepada kesusastraan masyarakat

masa lampau, yang telah menjadi warisan kepada generasi selanjutnya. Sastra

lisan adalah bagian daripada kehidupan budaya bagi masyarakat lama.

Misalnya, dalam masyarakat Melayu Lama terdapat cerita rakyat merupakan

satu bentuk hiburan untuk masyarakat yang penciptaannya lewat tokoh-tokoh

cerita. Sastra mempersoalkan manusia dalam berbagai aspek kehidupanya,

sehingga karya sastra berguna untuk mengenal manusia, kebudayaan serta

zamannya.

Berpikir tentang sastra, maka perhatian kita akan tertuju pada

kenyataan bahwa sastra sebagai seni. Sastra sebagai cabang dari seni yang

kedua unsur integral dari kebudayaan, usianya sudah semakin tua.

Kehadirannya hampir bersamaan dengan manusia karenanya diciptakan dan

dinikmati oleh manusia.

Karya sastra merupakan salah satu sarana untuk mengungkapkan

masalah manusia dan kemanusiaan. Melalui karya sastra, seorang pengarang

berusaha untuk mengungkapkan nilai-nilai kemanusiaan yang telah tinggi.


3

Penciptaan karya sastra dilatarbelakangi oleh keinginan pengarang untuk

menyampaikan sesuatu yang dicita-citakan. Jadi, karya sastra menyelami

segala kehidupan manusia di dunia ini (Kurniawan, 2008:3).

Karya sastra lahir tidak saja karena fenomena-fenomena yang lugas,  tetapi

juga dari kesadaran pengarangnya bahwa sastra sebagai sesuatu yang

imajinatif, fiktif, juga harus mengandung nilai-nilai yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Karya sastra pada dasarnya berisi tentang permasalahan yang

melingkupi kehidupan sosial. Setiap bangsa atau suku bangsa memiliki

kehidupan sosial yang berbeda dengan suku bangsa lain. Sastra terlahir atas

hasil karya perilaku manusia dalam kebudayaan yang beranekaragam suku,

ras, agama, dan tradisi yang berbeda-beda.

Karya sastra merupakan hasil dari kreativitas manusia baik secara

tertulis maupun secara lisan. Karya sastra yang tertulis misalnya prosa, cerita

pendek, cerita bersambung, novel dan lain-lain, sedangkan karya sastra lisan

adalah karya sastra yang diwariskan turun-temurun secara lisan, dan salah

satu jenis karya sastra lisan adalah cerita rakyat. Pemahaman terhadap karya

sastra akan memberikan manfaat dalam kehidupan manusia, misalnya saja

mengenai nilai-nilai sejarah, nilai-nilai sosial dan nilai-nilai pendidikan yang

terdapat dalam karya sastra. Namun, dewasa ini budaya lokal yang menjadi

ciri khas dan jiwa bangsa semakin terkikis oleh pengaruh budaya asing. Hal

itu terjadi karena arus globalisasi yang melibatkan negara-negara di dunia

menjadikan begitu mudahnya budaya-budaya asing masuk dan berbaur


4

dengan budaya yang secara langsung mempengaruhi tatanan budaya bangsa.

Demikian halnya dengan sastra lisan yang berbentuk cerita rakyat seolah-olah

terlupakan dan enggan dikaji.

Sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi sekarang ini,

bertambahnya pengetahuan dan berubahnya gaya hidup masyarakat

berpengaruh pada dunia sastra. Banyak bermunculan sastra-sastra modern

dengan asas kebebasan yang sering kali mengabaikan nilai jati diri bangsa.

Bersamaan itu pula cerita rakyat semakin ditinggalkan dan dilupakan dalam

masyarakat. Cerita rakyat sebagai salah satu hiburan dalam masyarakat

tampaknya tenggelam oleh cerita sinetron dan sejenisnya yang disuguhkan di

televisi. Salah satu alasannya karena sinetron lebih nyata alurnya sehingga

mudah dipahami dan dinikmati. Padahal cerita rakyat merupakan tradisi

budaya yang memegang teguh nilai-nilai luhur, didalamnya terdapat terdapat

ajaran-ajaran moral yang bermanfaat bagi generasi penerus untuk menjaga

sifat-sifat budaya bangsa yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

Cerita rakyat merupakan sastra lisan yang penyebarannya dilakukan

secara lisan dari mulut ke mulut. Dalam bahasa sehari-hari cerita rakyat lebih

dikenal oleh masyarakat sebagai dongeng. Hutomo (dalam Kurniawan

2008:3) berpendapat bahwa sastra lisan mengandung nilai budaya nenek

moyang, sebab sastra lisan termasuk bagian dari folklor. Selanjutnya menurut

Danandjaja (1997: 2) folklor adalah sebagian dari kebudayaan suatu kolektif

yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun di antara kolektif macam


5

apa saja secara tradisional dalam versi yang berbeda baik dalam bentuk lisan

maupun disertai contoh dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat.

Dongeng (cerita rakyat) meupakan suatu cerita fantasi yang kejadian-

kejadiannya tidak benar-benar terjadi. Dongeng disajikan dengan cara

bertutur lisan oleh tukang cerita. Pada umumnya dongeng berkaitan dengan

kepercayaan masyarakat dan kebudayaan primitif terhadap hal-hal yang

supranatural dan manifestasinya dalam alam kehidupan manusia seperti

animisme. Bagi manusia dongeng berfungsi sebagai hiburan, kepercayaan

yang bersifat didaktik yaitu pengajaran moral dan nasehat bagi kehidupan

sehari-hari, dan sebagai sumber pengetahuan (Zulfahnur, dkk, 1997:43-44).

Seperti halnya dalam kumpulan cerita rakyat Nusantara Gadis Keladi

dan Pangeran Ulat Tanduk karya Mariyadi merupakan satu di antara sastra

sastra lisan yang berasal dari Kecamatan Jawai, Kabupaten Sambas,

Kalimantan Barat. Dalam kumpulan cerita rakyat Gadis Keladi dan Pangeran

Ulat Tanduk dikisahkan ketangguhan seorang gadis yaitu gadis keladi. Gadis

keladi merupakan seorang anak yatim yang sejakdari kecil sudah ditinggal

mati ayahnya. Gadis keladi hanya hidup dengan ibunya. Ibunya hanyalah

seorang petani umbi-umbian seperti ubi kayu, ubi jalar, dan keladi. Dalam

cerita ini dikisahkan tentang sifat seorang anak yang pekerja keras untuk

mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Selain itu, cerita Gadis Keladi dan

Pangeran Ulat Tanduk juga menggambarkan kehidupan masyarakat zaman

dahulu yang damai, bahu membahu satu sama lain untuk menjalin sikap

sosial yang harmonis.


6

Sehingga, itulah yang menjadi alasan penulis untuk menganalisis

nilai-nilai moral dalam cerita rakyat Gadis keladi dan pangeran ulat tanduk ini,

yang selanjutnya akan disingkat dengan GKPUT. Selain itu penulis juga

membuat point-point dasar yang membuat penulis tertarik untuk mengambil

dan menganalisisnya.

1. Cerita GKPUT itu satu di antara cerita rakyat yang berasal dari kabupaten

sambas dan juga merupakan cerita rakyat yang belum banyak diketahui

oleh masyarakat umum.

2. Cerita GKPUT sarat ajaran moral yang dapat dijadikan pedoman dalam

kehidupan, bukan hanya berfungsi untuk menghibur bur, tetapi juga dapat

mengajarkan nilai-nilai terkait dengan kemanusiaan.

3. Cerita GKPUT mencerminkan kehidupan masyarakat Melayu yang sarat

dengan ajaran moral yang dapat diteladani dalam kehidupan

bermasyarakat.

4. Selain itu, penulis juga ingin mendokumentasikan dalam bentuk analisis

tertulis nilai moral yang tergambar dalam Cerita GKPUT. Penulis berharap

masyarakat tidak lagi memandang cerita rakyat sebagai dongeng untuk

hiburn belaka, tetapi juga sadar bahwa banyak pesan moral yang ada pada

cerita rakyat yang dapat diambil sebagai pedoman dalam kehidupan

bermasyarakat.

5. Penulis juga ingin memaparkan nilai moral apa saja yang dapat diteladani

dari cerita GKPUT. Hal itulah yang membuat penulis tertarik untuk
7

meneliti masalah yang berjudul Analisis Nilai Moral dalam Kumpulan

Cerita Rakyat GKPUT.

Penelitian ini dapat dijadikan bahan ajar untuk Kurikulum 2013 (K13)

siswa kelas X Semester Ganjil pada KD 3.7 Mengidentifikasi nilai-nilai dan

isi yang terkandung dalam cerita rakyat (hikayat) baik lisan maupun tulis. KD

4.7 Menceritakan kembali isi cerita rakyat (hikayat) yang didengar dan

dibaca. Diharapkan melalui penelitian ini hasilnya, dapat memberikan

kontribusi bagi peserta didik dan guru di Kabupaten Sambas guna

melestarikan floklor yang ada di Kabupaten Sambas.

C. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, maka penulis

merumuskan masalah umum dalam penelitian ini yaitu, “bagaimanakah nilai

moral yang terkandung dalam kumpulan cerita rakyat GKPUT?” Dari

masalah umum tersebut penulis membatasi menjadi beberapa submasalah,

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah nilai moral dalam kumpulan cerita rakyat GKPUT yang

menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan?

2. Bagaimanakah nilai moral dalam kumpulan cerita rakyat GKPUT yang

menggambarkan hubungan manusia dengan dirinya sendiri?

3. Bagaimanakah nilai moral dalam kumpulan cerita rakyat GKPUT yang

menggambarkan hubungan manusia dengan sesama manusia?

4. Bagaimanakah nilai moral dalam kumpulan cerita rakyat GKPUT yang

menggambarkan hubungan manusia dengan lingkungan sekitar?


8

5. Bagaimanakah rencana implementasi hasil penelitian ini dalam

pembelajaran bahasa dan sastra di SMA∕SMP?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian tersebut maka, tujuan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan hasil analisis nilai moral dalam cerita rakyat GKPUT

yang menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan.

2. Mendeskripsikan nilai moral dalam kumpulan cerita rakyat GKPUT yang

menggambarkan hubungan manusia dengan dirinya sendiri

3. Mendeskripsikan hasil analisis nilai moral dalam kumpulan cerita rakyat

GKPUT yang menggambarkan hubungan manusia dengan sesama

manusia.

4. Mendeskripsikan hasil analisis nilai moral dalam kumpulan cerita rakyat

GKPUT yang menggambarkan hubungan manusia dengan lingkungan

sekitar.

5. Mendeskripsikan rencana implementasi hasil penelitian ini dalam

pembelajaran bahasa dan sastra di SMP ∕SMA.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini penulis kembangkan menjadi dua aspek

yaitu, manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

Secara umum manfaat teoretis dalam penelitian ini adalah untuk

melestarikan keberadaan cagar budaya yang di Kalimantan Barat. Selain itu


9

khusus dari manfaat teoretis ini adalah untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan dibidang kesusastraan khususnya cerita rakyat yang berkaitan

dengan nilai moral dalam kumpulan cerita rakyat GKPUT karya Mariyadi.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini, sebagai berikut.

a. Guru bahasa Indonesia dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai

bahan pembelajaran sastra di Sekolah.

b. Siswa dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk meningkatkan

pengetahuan mengenai nilai moral.

c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penambahan ilmu terkait

dengan ilmu sastra khusunya nilai moral.

d. Selanjutnya, dalam penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

perbandingan pada penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Cerita yang diteliti adalah kumpulan cerita Rakyat GKPUT. yang

dianalisis dalam cerita ini adalah nilai moral yang menggambarkan hubungan

manusia dengan Tuhan, nilai moral yang menggambarkan manusia dengan

sesama manusia, nilai moral yang menggambarkan manusia dengan

lingkungan sekitar.

G. Penjelasan istilah
10

Penulis membuat penjelasan istilah dalam penelitian ini bertujuan

untuk mengindari kesalahan pemahaman dalam menafsirkan istilah-istilah

yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut.

1. Nilai moral

Nilai merupakan realitas abstrak yang dapat dirasakan dalam diri

manusia masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang

menjadi pedoman dalam hidup. Moral adalah kualitas dalam perbuatan

manusia yang bersifat normatif, yang dapat dikatakan bahwa perbuatan itu

baik atau buruk. Dengan demikian, nilai moral mencakup tentang baik

buruknya perbuatan manusia berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat.

2. Cerita Rakyat

Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat, kemudian

cerita tersebut di ceritakan secara turun temurundan berkembang dalam

masyarakat pada masa lampau. Umumnya cerita rakyat tersebut menjadi ciri

khas setiap bangsa atau daerah yang memiliki kultur budaya yang beraneka

ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing

bangsa.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang

dianalisis pada cerita rakyat GKPUT adalah banyak mengandung nilai-nilai,

satu di antara nilai yang terkandung dalam cerita rakyat adalah nilai moral.

Penerapan nilai moral dalam cerita rakyat dapat dilihat dari sikap dan tingkah
11

laku para tokoh baik secara analitik (langsung) maupun dramatic (tidak

langsung).

3. Cerita Rakyat GKPUT

Cerita rakyat Cerita rakyat Gadis Keladi dan Pangeran Ulat Tanduk

karya Mariyadi merupakan satu di antara ragam sastra lisan yang berasal dari

Kecamatan Jawai, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Cerita rakyat

GKPUT ini sangat syarakat akan muatan pendidikan karakter, moral, agama,

social, dan sebagainya.

H. Kajian pustaka

1. Cerita Rakyat

Cerita rakyat (prosa) merupakan tradisi dan kebudayaan yang dimilki

oleh sekelompok masyarakat di suatu daerah yang diwariskan turun-temurun

secara lisan. Syam (2010:52), “prosa yang diturun-temurunkan dari satu

generasi ke generasi berikutnya itu merupakan cerita yang isinya pada

dasarnya berhubungan dengan kejadian atau peristiwa sehari-hari yang pernah

dialami olek pemiliknya.”

Bentuk cerita rakyat yang diwariskan turun-temurun secara lisan pada

suatu kelompok masyarakat dapat dibedakan menjadi mite, legenda, dan

dongeng. Menurut Syam (2010:20), bentuk sastra daerah sebagai berikut,

“Pengetahuan dan/atau kebiasaan yang disebarkan dan dituru-


temurunkan secara lisan itu di antaranya adalah beberapa bentuk sastra
daerah seperti (1) prosa berupa cerita rakyat (mite, legenda, dongeng), (2)
puisi atau sajak rakyat, (3) drama atau sandiwara tradisional, dan (4)
ungkapan tradisonal, ujaran, bahasa atau ujaran rakyat (folksay; folk
speech) seperti pepatah dan berbagai perumpamaan.”
12

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prosa berupa

cerita rakyat dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk sebagai berikut.

a. Mite

Menurut Bascom (dalam Syam, 2010:52), mite adalah cerita rakyat

“diyakini benar-benar terjadi, dianggap suci oleh pemilik cerita tersebut yang

tokoh ceritanya adalah para dewa atau makhluk setengah dewa, dengan

peristiwa yang terjadi di dunia yang tidak pernah dikenal dan yang terjadi

pada masa lampau.” Syam (2010:54), menyatakan bahwa,

“Mite adalah cerita rakyat yang menggambarkan ritual, sistem upacara


atau adat istiadat, praktik pemujaan, kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya di alam semesta, yang peristiwanya diyakini benar-
benar terjadi, yang diperankan oleh tokoh cerita berupa dewa atau
makhluk setengah dewa yang mengalami berbagai peristiwa dan
konflik yang terjadi di suatu tempat tertentu atau di dunia lain yang
berbeda dengan tempat yang dikenal oleh manusia.”
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa mite

adalah cerita rakyat yang menggambarkan sistem upacara atau adat istiadat,

kehidupan manusia dengan makhluk hidup lainnya yang tokoh ceritanya

berupa dewa atau makhluk setengah dewa yang mengalami berbagai konflik

yang terjadi di dunia lain.

b. Legenda

Syam (2010:54), “legenda adalah dongeng yang isinya menceritakan

berbagai peristiwa tentang terjadinya suatu tempat tertentu atau asal usul

nama dan atau sifat dan ciri-ciri suatu tempat, hewan, dan tumbuh-tumbuhan

tertentu.” Berdasarkan pendapat tersebut cerita BM dapat digolongkan cerita

rakyat yang berbentuk legenda


13

Selain itu, Legenda dapat dipahami sebagai cerita magis yang sering

dikaitkan dengan tokoh, peristiwa, dan tempat-tempat yang nyata.Berbagai

cerita diangangakat menjadi legenda adalah tokoh dan peristiwa yang memang

nyata, ada dan terjadi didalam sejarah. Misalnya, cereita Robin Hoodt, yang

sudah difelemkan dalam beberapa fersi, adalah tokoh sejarah yang hidup pada

masa pemerintahan Raja Arthur (King Arthur) di Inggris dan peristiwa

tenggelamnya kapal Titanik pada awal abad ke-20, sebuah kapal pesiar mewah

yang juga sudah difelemkan, kini jaga dipandang sebagai legenda

(Nurgiyantoro, 2005: 182).

c. Dongeng

Menurut Syam (2010:53), “dongeng yakni cerita khayal yang

kebanyakan isinya menceritakan peristiwa yang serba aneh, tidak akan pernah

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, atau serba ajaib, dan yang

menceritakan pula peristiwa yang serupa dengan kehidupan manusia sehari-

hari.” Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dongeng

adalah cerita khayalan yang tidak akan ada dalam kehidupan sehari-hari.

d. Sage

Sebutan Sage dalam bahasa Indonesia dikenal dengan legenda. “Eine

Sageist eine kurze Erzählung, die auf einer mündlichen Überlieferung

basiert”. Legenda adalah narasi singkat berdasarkan tradisi lisan

(http://www.buecher-wiki.ch/index.php/BuecherWiki/Sage), diunduh tanggal

10 Agustus 2019). Sage adalah tradisi lisan, yang berkaitan dengan peristiwa

sejarah. “Sage handelt es sich um eine kurze, anspruchslose und einfache


14

Erzählung, die zunächst auf mündlicher Überlieferung beruht.” Sage adalah

sebuah narasi pendek, sederhana dan sederhana, yang pada awalnya

didasarkan pada tradisi lisan

(http://www.buecher-wiki.de/index.php/BuecherWiki/Sage), diunduh 10

Agustus 2019)

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sage

merupakan sebuah cerita yang didasarkan atas tradisi maupun sejarah yang

bersifat lisan yang keakuratan sumber rujukan atau referensi tidak dapat

diidentifikasi. Jadi, Sage berkembang melalui cerita-cerita lisan dan

berkembang dari waktu ke waktu dengan keadaan

e. Fabel

Fabel adalah cerita yang pelakunya adalah binatang yang merupakan

simbol perilaku manusia. Biasanya cerita itu memiliki ajaran moral yang

sangat eksplisit dan Bahasa yang sederhana, dan sesuai dengan perkembangan

Bahasa anak. Cerita binatang (Fables, Fable) salah bentuk cerita (tradisional)

yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita.Binatang-binatang tersebut

dapat berpikir dan berintergrasi layaknya komunitas manusia, juga dengan

permasalahan hidup layaknya manusia.mereka dapat berpikir, berlogika,

berperasaan, berbicara, bersikap, bertingkahlaku, dan lain-;ain sebagaimana

halnya bahasa manusia.

Cerita binatang hadir sebagai personifikasi manusia, baik yang

menyangkut penokohan yang lengkap dengan karakternya maupunpersoalan

hidup yang diungkapkanya.Artinya, manusia dan berbagai persoalannya


15

manusia itu diungkapkan lewat binatang.Jadi, cerita inipun juga berupa kisah

tentang mssanusia dan kemanusiaan yang juga ditinjukan kepada manusia,

tetapi dengan komunitas perbinatangan.Tujuan cerita ini jelas, yaitu untuk

memberikan pesan-pesan moral (Mustakim. 2005:245). Parah tokoh binatang

itu hanya dijadikansarana, personifikasi, untuk memberikan pelajaran

moral.Tujuan pemberian ajaran moral inilah yang menjadi fokus penceritaan

dan sekaligus yang menyebabkan hadirnya cerita binatang ditengah

masyarakat.

f. Sifat Cerita Rakyat

Disampaikan secara lisan. Satu sifat sastra rakyat yang utama terletak

pada cara penyampaiannya. Pada lazimnya sastra rakyat disampaikan melalui

pertuturan. Ia dituturkan secara individu kepada indivdu yang lain atau

sekumpulan individu yang lain. Misalnya seorang datuk akan menuturkan

suatu cerita kepada seorang bapak, seterusnya dari seorang bapak dituturkan

kepada seorang cucu. Selain itu, ia juga disampaikan oleh seorang yang

profesional, yang kerjanya "bercerita" kepada anggota masyarakat yang lain.

Dalam masyarakat melayu, profesional ini dikenali sebagi "tok cerita" ataupun

"pawang", yang telah menghafal cerita-cerita tertentu daripada seorang guru,

untuk menyampaikan cerita dengan cara yang menarik kepada orang

kampung, untuk  menghiburkan orang kampung yang berkenaan.

Seringkali kali mengalami perubahan. Sastra rakyat merupakan suatu

yang dinamik, di mana ia akan mengalami pokok tambah ataupun , menurut

peredaran zaman. Daripada itu, kita boleh menjumpai berbagai variasi untuk
16

suatu cerita rakyat di tempat yang berlain. Malahan, bagi seorang tok cerita,

beliau mungkin akan melakukan perbuahan ke atas ceritanya secara spontan,

semasa menyampaikan cerita kepada khalayak.

Merupakan kepunyaan bersama. Soal hak cipta tidak wujud pada sastra

rakyat. Tiada siapa-siapa yang akan mengaku bahwa dialah pengarang bagi

cerita rakyat yang tertentu. Bagi tok cerita ataupun pelipurlara yang kerjanya

bercerira, beliau juga tidak mengakui dirinya sebagai pengarang cerita

berkenan, melainkan meletakkan kepengarangan cerita berkenan kepada

seorang individu yang anonmious, yakni yang punya Cerita.

Sering memiliki unsur irama. Cerita pelipur lara yang disampaikan oleh

pawang ataupun tok cerita senantiasa melindungi unsur irama yang menarik.

Pengaturan ini adalah supaya cerita itu lebih menghibur bersamping untuk

memudahkan tok cerita menghafal.

g. Folklor di Kabupaten Sambas

Kabupaten Sambas merupakan satu diantara banyaknya kabupaten yang

ada di Kalimantan Barat yang memiliki berbagai macam folklor. Folklor-

folklor tersebut merupakan peninggalan nenek moyang terdahulu. Kebiasaan-

kebiasaan mendongeng, bercerita, dan melakukan ritual-ritual yang dilakukan

oleh nenek moyang terdahulu secara tidak langsung menciptakan sebuah karya

yang oleh mereka dianggap hanya hal biasa. Dongeng dan cerita yang mereka

ada yang bersifat fiktif belaka dan ada pula yang benar-benar terjadi dan

dialami oleh tokoh pencerita.


17

Beberapa diantara folklor yang terkenal di Sambas adalah cerita rakyat

GKPUT yang berasal dari suku Melayu. Folklor yang ada di Sambas tidak

hanya cerita rakyat saja masih banyak kebudayaan lainnya seperti, tarian adat,

lagu daerah, pepatah, dan masih banyak lagi yang lainnya. Hal itu dikarenakan

masyarakat Sambas masih mempertahankan kebudayaan yang telah

diwariskan secara turun-temurun. Akan tetapi, tidak sedikit juga folklor-

folklor yang ada di Kabupaten Sambas telah ditinggalkan atau dilupakan. Hal

tersebut dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat terhadap sebuah

kebudayaan.

h. Hubungan Cerita Rakyat dan Folklor

Menurut Syam (2010:18), hubungan cerita rakyat dan folklor sebagai

berikut,

“hubungan antara sastra daerah dan folklor, dengan demikian, terletak


pada unsur “lor” di dalam folklor itu. Unsur “lor” di dalam folklor itu
memiliki berbagai wujud dan bentuk, dan satu diantar berbagai-bagai
bentuk floklor itu ada yang merupakan sastra daerah seperti prosa dan
sajak rakyat, teater tradisional, termasuk perumpamaan, pepatah, atau
ungkapan tradisional, dan bahasa atau ujaran lainnya yang digunakan
dalam kehidupan masyarakat. Dengan kata lain dapat dikemukakan
bahwa, sastra daerah itu merupakan bagian dari bentuk folklor atau
sastra daerah itu adalah folklor.”

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat

adalah satu diantara sastra daerah yang juga berhubungan dengan folklor.

Hubungan tersebut dapat dilihat dari unsur “lor” di dalam folklor yang

merupakan satra daerah seperti prosa dan sajak rakyat dan masih banyak lagi,

dengan kata lain santra daerah itu adalah folklor.

2. Nilai Moral
18

Menurut Soelaeman (2005:35), “nilai moral adalah sesuatu yang

dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik

atau yang buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau maksud dari berbagai

pengalaman dengan seleksi prilaku yang ketat.” Pendapat pendapat tersebut

sejalan dengan pemikiran Darmadi (dalam Suwandini, 2009:16) “nilai adalah

sesuatu yang berharga, baik menurut standar logika (benar-salah) estetika

(bagus-buruk), etika (adil/layak-tidak adil), agama (dosan-dan haram-halal).”

Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas maka nilai merupakan sesuatu yang

begitu berharga, yang dianggap bernilai, adil, baik, dan indah serta menjadi

pedoman atau pegangan diri.

Moral adalah sesuatu yang berkaitan dengan masalah baik-buruk yang

berbkaitan dengan sikap dan perbuatan manusia. Moral merupakan suatu

peraturan yang sangat penting ditegakkan pada suatu masyarakat karena dapat

menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta pelindung bagi

masyarakatnya itu sendiri. Nurgiantoro (2005:321) “moral dalam karya sastra

biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan,

pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin

disampaikannya kepada pembaca.

Pertimbangan moral bergantung pada susasana atau keadaan yang

membentuk individu tersebut. “Moral itu tatanan yang akan dianut oleh

pribadi dalam bertindak (Endarswara, 2008:257).” Sejalan dengan pendapat

tersebut Nurgiantoro (2005:265) dalam bukunya menjelaskan “kehadiran

moral dalam cerita fiksi dapat dipandang sebagai semacam saran terhadap
19

prilaku moral tertentu yang bersifat praktis, tetapi bukan resep atau petunjuk

bertingkah laku.” Dengan begitu moral adalah nilai-nilai dan norma-norma

yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur

tingkah lakunya. Moral biasanya mengatur prilaku individu dalam

hubungannya dengan kehidupan sosial dan masyarakat. Moral merupakan

standar baik dan buruk. Moralitas juga sering dikaitkan dengan aspek

kepribadian yang diperlukn seseorang untuk mencapai kehidupan sosial yang

harmonis, adil, dan seimbang.

Nilai moral akan terlihat dalam sikap terhadap apa yang yang akan

diungkapkan dalam sebuah ciptasastra cara bagaimana pengungkapannya ittu

dan sebuah ciptasastra mengungkapkan masalah manusia dan kemanusiaan.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa moral

adalah sesuatu yang berkaitan dengan sikap baik dan buruk. Moral yang baik

sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyaarkat dan deapat dijadikan

pedoman hidup.

Nilai moral adalah sebuah nilai yang berhubungan dengan tingkah laku

manusia. Hal ini terkait dalam baik buruknya moral yang dimiliki oleh

seseorang yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Nilai moral atau

kebaikan yakni bersumber dari unsur kehendak atau kemauan dari seseorang.

Nilai moral dalam karya sastra termasuk ke dalam unsur intrinsik yang

berupa amanat atau pesan yang ingin disampaikan pengarang. Nilai moral

merupakan nilai yang penting bagi kehidupan manusia, baik sebagai makhluk

pribadi, makhluk ciptaan tuhan, maupun makhluk sosial. Nilai moral


20

merupakan nilai yang digunakan sebagai dasar tuntunan dan tujuan manusia

dalam kehidupannya.

Menurut Darmadi (2007:33), “manusia Indonesia pada hakekatnya sejak

dini nilai moral dan keyakinannya sudah diisi dengan nilai moral budaya dan

agama.” Lebih lanjutnya Darmadi menjelaskan (2007:59), “sesuatu yang

mengandung cita, rasa, dan karsa pasti mengandung manfaat bagi dirinya

senidri, bagi masyarakat, bagi bangsa dan negara, dan bagi hubungannya

dengan tuhan.” Hal tersebut sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro

(2010:323), “secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia dapat

dibedakan kedalam persoalan hubungan manusia dengan dirinya sendiri,

hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial, hubungan

manusia dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan.

“Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nurgiantoro (2005:266),


mengemukakakn bahwa dilihat dari sudut persoalan kehidupan
manusia yang terjalin atas hubungan-hubungan tertentu yang mungkin
ada dan terjadi moral dapat dikategorikan ke dalam beberapa macam-
macam hubungan. Dari sudut pandang ini moral dapat dikelompokkan
ke dalam persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan
mansuia dengan sesama, hubungan manusia dengan lingkungan alam,
hubungan manusia Tuhan.”

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat penulis simpulkan

bahwa nilai moral merupakan nilai yang mencerminkan sikap baik buruknya

sikap yang dimiliki oleh seseorang. Sikap baik buruknya itu dapat tercermin

dari sikap dan tingkah laku dan hubungan mansuia dengan Tuhan, hubungan

mansuia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia, serta

hubungan manusia dengan alam sekitar.


21

a. Nilai Moral yang Menggambarkan Hubungan Manusia dengan

Tuhan

Manusia mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan makhluk

yang lainnya. Manusia unggul dalam segi intelektual serta cara berpikir,

mempunyai tujuan dan program untuk mengambil langkah-langkah yang

sistematis guna mencapai tujuan. Dengan keunggulan berpikir intelektual

tersebut manusia dapat menbedakan baik dan buruk. Manusia hidup selalu

berpegang teguh pada norma agama atau yang sering disebut dengan nilai

moral yang berhubungan manusia dengan Tuhan. Berikut bentuk nilai moral

yang menggambarkan berhubungan manusia dengan Tuhan.

1) Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa

Keyakinan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan bentuk

keyakinan yang paling tinggi, paling utama dalam agama. Pengakuan bahwa

Tuhan Yang Maha Easa merupakan dasar sikap seorang mukmin. Dalam

agama Islam dikenal adanya Tauhid Rubibiyah, yakni keimanan yang

menegaskan bahwa hanya Tuhanlah yang menciptakan, memberi hukuman,

mengatur, dan memelihara alam ini. Iman kepada keesaan Tuhan juga berarti

iman atau yakin bahwa hanya kepada Tuhanlah manusia harus bertuhan,

beribadah, memohon pertolongan, tunduk, patuh, dan merendahkan diri. Dia

satu-satunya zat yanbg harus ditaati dan ditakuti (Tafsir dkk. dalam Martono,

2009:237—238).

2) Salat
22

Umat Islam diwajibkan salat lima waktu yaitu, salat subuh, zuhur, asar,

magrib, dan isya. Sholat menjadi kewajiban yang utama dan penting sehingga

Rasullah Saw menyatakan bahwa sholat adalah tiang agama dan barang siapa

yang melaksanakannya berarti menguatkan agama, dan siapa yang

meninggalkannya berarti meruntuhkan agama. Salat adalah sembayang yang

diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Salat artinya berdoa yaitu bersyukur atas rahmat allah dan memohon

bimbingan serta perlindungan Allah. Salat berimplikasi moral kepada upaya

mencegah dari perbuatan jahat dan membantu manusia dalam mengatasi

kesulitan-kesulitan, terutama apabila digabungkan dengan kesabaran.

Salat merupakan dialog antara manusia dengan Tuhan. Selain itu, salat

menjadi wujud pemujaan kemahasucian Tuhan, memohon diberi ampun dan

dibersihkan diri dari dosa, dijauhkan dari kesesatan, serta perbuatan yang tidak

baik.

3) Berdoa kepada Allah

Berdoa merupakan salah aktivitas umat beragama yang sangat penting.

Berdoa kepada tuhan selain sebagai tanda syukur manusia kepada

penciptanya, juga sebagai ejawantah rasa kecil, lemah, dan tiodak berdaya.

Dengan berdoa seseorang merasa lebih tenang, optimis dan percaya diri di

dalam hidupnya.

4) Menghormati Ibu

Ibu merupakan sosok wanita yang telah Tuhan anugerahi untuk

mengandung dan melahirkan anak, sehingga kedudukannya lebih tinggi dari


23

seorang ayah. Ibu telah menderita kepayahan dan kelemahan berbulan-bulan

lamanya ketika kita masih di dalam rahimnya. Setelah kita lahir di dunia ini,

kita dirawatnya dengan segala kasih sayang.oleh karena itu, seorang anak

wajib menghormati dan menyayangi orang kedua orang tuanya. Nabi telah

bersabda “Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan

murka Allah terletak pada murka kedua orang tua,” (AR. Al-hakim).

5) Manusia Mahluk Lemah

Manusia sebagai ciptaan Tuhan memiliki kelemahan dan kekurangan

sesungguhnya hanyalah Tuhan yang maha sempurna. Hal ini perlu disadari

sepenuhnya, bukan untuk “rendah diri” melaikan agar manusia “tahu diri”

sehingga tidak sombong karena jabatan, pangkat, gelar, kekuasaan atau

kekayaan yang melekat pada dirinya. Jika hal ini tidak disadari benar oleh

manusia maka keistimewahan tadi justru akan menjadi malapetaka bagi

dirinya dan kehidupan pada umumnya.

6) Setan Musuh Manusia

Setan adalah makhluk ciptaan Tuhan yang selalu menggoda menusia

untuk melakukan kejahatan. Segala yang dilakukan kepada manusia telah

mendapatkan ijin Tuhan. Manusia yang lemah imannya akan mudah terbujuk

rayu setan. Setan selalu menggoda manusia untuk berbuat jahat. Sifat hasut,

iri, dan dendam yang ada pada manusia merupakan hasil godaan setan. Jika

manusia tidak dapat mengendalikan sifat itu, maka manusia akan terjerumus

dalam hasutan setan. Setan tidak akan menggoda manusia jika iman manusia

kuat. Dengan cara apapun dan seberat apapun godaan manusia tidak akan
24

berhasil menggoda manusia jika keyakinan dan kebenaran ada di dalam hati

manusia.

7) Bertaubat

Bertaubat merupakan penyesalan yang disertai memohon ampun kepada

Tuhan atas segala dosa-dosa dan kesalahan yang telah dilakukannya. Orang

yang selalu mengikuti jalan kebaikan adalh orang terjaga kesucian jiwanya.

Jiwa yang suci akan selalu mendapatkan petunjuk Tuhan dan tidak akan

mengalami kesesatan tentang kesengsaraan melainkan akan memperoleh

kebahagiaan. Sebagai manusia yang lemah kita tidak akan luput dari khilaf

dan dosan.

8) Percaya kepada Takdir Tuhan

Sikap manusia dalam menghadapi dan menjalani hidup jangan menyerah

begitu saja pada nasib tetapi manusia harus berikhtiar menyerahkan

sepenuhnya pada Tuhan. Jika manusia berhasil mencapai keinginannya berarti

memperoleh karunia dari Tuhan, sedangkan bila mengalami kegagalanpun

merupakan kuasa Tuhan.

b. Nilai Moral yang Menggambarkan Hubungan Manusia dengan diri

sendiri

Nilai moral yang berhubungan dengan diri sendiri merupakan suatu

wujud bagaimana seseorang berprilaku dan memperlakukan dirinya senidri.

Manusia yang mempunyai akhlak baik apa bila tindakan serta sikapnya

dilandasi oleh kesadaran atau pertimbangan yang mendalam tentang baik

buruknya tindakkan tersebut. Menurut Nurgiyantoro (2005:325”, “ persoalan


25

manusia dengan dirinya sendiri dapat bermacam-macam jenis dan tingkat

intesitasna. Ia dapat berhubungan dengan masalah-masalah seperti eksistensi

diri, harga diri, rasa percaya diri, takut, maut, rindu, dendam, kesepian, dan

lain-lain yang bersifat melihat ke dalam diri dan kejiawaan individu.” “Sikap

individu merupakan berperibadian yang kuat dan dapat dilihat dari

perilakunya sehari-hari (Suhaini, 2012:14). Sikap kepribadian moral itu

meliputi kejujuran, tanggungjawab, kemandirian, keberanian, dan kerendahan

hati. Sejalan dengan pendapat tersebut Priyadi (dalam Suhaini, 2012:15),

“nilai moral yang berhubungan dengan individu, yaitu (1) berkeinginan kuat,

(2)tidak cepat putus asa, (3) rajin, (4) rendah hati, (5) tidak mudah putus asa,

(6) berani demi kebaikan, (7) cerdik, (8) bersemangat, (9) bertanggung jawab,

(10) jujur, (11) patuh terhadpa orang tua, (12) merasa iba kepada orang lain,

(13) pantang menyerah.”

Setiap orang memiliki kesadaran dan keinginan dalam melakukan

tindakan. Kesadaran dalam bertindak membuat manusia merasa bebas untuk

menentukan dirinya serta mempertanggung jawabkan semua yang

dilakukannya. Wujud dari nilai moral yang berhubungan dirinya sendiri, yaitu:

1) Keteguhan

Menurut Martono (2009:277) keteguhan berati kekuatan atau ketetapan

(hati, iman, niat, dsb). Keteguhan hati dapat berarti keteguhan dalam

keyakinan atau keimanan kepada Allah Swt. Tetap komitmen terhadap ajaran-

ajaran-Nya, teguh dalam memegang prinsip-prinsip kebenaran dan kuat dalam

memperjuangkan keyakinan yang bersumber dari hati nuraninya.


26

2) Rajin

Menurut Marzuki (2015:188) Tekun artinya rajin, keras hati, dan

bersungguh-sungguh. Orang yang tekun adalah orang yang bekerja secara

teratur, mampu menahan rasa bosan/jemu, dan mau belajar dari kesalahan

(orang lain maupun dirinya) di masa lalu agar tidak terulang kembali.

Ketekunan merupakan modal utama untuk suksesnya perbuatan yang kita

lakukan.

Banyak orang yang memiliki perbuatan yang kecil dan sederhana,

namun berkat ketekunannya perbuatan tersebut dapat mendatangkan manfaat

yang sangat besar bagi mereka. Sebaliknya banyak orang yang melakukan

pekerjaan yang besar dan kompleks, namun karena dilakukannya dengan tidak

hati-hati dan tidak didasari dengan sikap tekun, maka perbuatan itu tidak dapat

mendatangkan manfaat bagi mereka, bahkan justeru pekerjaan itu banyak

mendatangkan madarat bagi mereka. Di sinilah arti pentingnya ketekunan

dalam diri seseorang yang melakukan suatu pekerjaan.

3) Cerdik

Cerdik berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cepat tanggap

dalam menghadapi masalah dan cepat mengerti jika mendengar keterangan.

Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi. Kecerdasan

adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi,

dalam hal ini adalah masalah yang menuntut kemampuan fikiran. Selain itu,

cerdik juga memiliki makna sebagai kemampuan seseorang untuk mengambil


27

keputusan dan melaksanakan tindakan yang mendatangkan keuntungan

dengan manfaatkan situasi dan kondisi yang ada.

4) Rendah Hati

Rendah hati merupakan sikap tidak sombong dan sikap tidak angkuh.

Sikap rendah hati merupakan sikat utama yang harus dimiliki oleh manusia.

Rendah hati pada hakekatnya bermakna kesadaran akan keterbatasan akan

kemampuan diri, jauh dari kesempurnaan, dan dihindar dari setiap bentuk

keangkuhan. Sikap rendah hati yang mencerminkan bahwa seseorang tidak

sombong dan tidak angkuh dan tersebut termasuk orang yang bermoral.

5) Bersemangat

Menurut Badudu (1996:1259), “semangat adalah sesuatu yang ada dalam

tubuh manusia atau makhluk bernyawa lain yang menyebabkan timbulnya

kegembiraan, keberanian, dan harapan. Tipe pelaku bersemangat adalah

orang-orang periang dan spontan. Mereka memiliki pemikiran dan pandangan

yang jernih sekalipun berada dalam situasi sulit.

6) Berpengharapan

Menurut Martono (2009:295), “harapan adalah gairah untuk mengatasi

kesulitan. Harapan membuat manusia berani menghadapi dan menjalani hidup

yang penuh tantangan. Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan

akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau sesuatu kejadian berbuah

kebaikan diwaktu yang akan datang.

7) Jujur
28

Menurut Martono (2009:283) “jujur atau kejujuran berarti apa yang

dikatakan seseorang akan sesuai dengan hati nuraninya. Jujur dapat pula

diartikan seseorang yang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang

dilarang oleh agama dan hukum. Jujr juga dapat diartikan tidak suka

berbohong, tidak curang, dan mau melakukan sesuatu dengan ikhlas.

8) Pantang Menyerah

Pantang menyerah merupakan satu di antara sikap yang tidak mau

mengalah pada kenyataan yang terjadi, dalam arti tidak menurut saja terhadap

apa yang terjadi. Pantang menyerah adalah aspek dari komitmen tinggi, yakni

sikap bertahan untuk tetap ingin mencapai apa yang diinginkan kendati

mengalami kegagalan, mendapat hambatan, dan rintangan. Sikap pantang

menyerah juga membuat seseorang menjadi kreatif, hal itu dikarenakan is

selalu berusaha untuk menjadi atau melakukan yang terbaik bagi dirinya.

9) Bertanggung Jawab

Menurut Badudu (1996:1428), “bertanggung jawab aalah mengambl

risiko atas baik buruknya sesuatu yang dikerjakan. Secara umum tanggung

jawab diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan suatu atau berprilaku

menurut cara tertentu. Rasa tanggung jawab yang dimiliki manusia harus

sesuai dengan apa yang telah dilakukan.tanggung jawab juga dapat diartikan

sebagai kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang dilakukan

baik yang disengaja maupun tidak.


29

10) Kerja Keras

Bekerja kerasa merupakan usaha yang dilakukan untuk dapat

melangsungkan hidup pribadi dan keluarga (Martono, 2009:282). Manusia

bekerja keras agar terlepas dari penderitaan. Kerja keras artinya berusaha

dengan sepenuh hati dengan sekuat tenaga untuk berupaya mendapatkan

keinginan mencapai hasil yang maksimal pada umumnya. Bekerja keras

haruslah diperuntukkan pada hal-hal yang bersifat positif jangan pada hal-hal

yang bersifat negatif.

11) Kegelisahan

Kegelisahan berasal dari kata gelisah, artinya resah, rasa tidak tentram,

rasa selalu khawatir, tidak tenang, tidak bisa sabar, cemas dsb (Martono,

2009:290). Keadaan psikologi dan fisiologis dicirikan oleh komponen

somatik, emosional, kognitif, dan prilaku. Kegelisahan dapatb dikatakan juga

sebagai penggambaran perasaan hati seseorang yang tidak pernah tentram dan

enang hatinya, tingkah laku, dan perbuatannya.

12) Kesedihan

Menurut Martono (2009:293), “kesedihan bermakna perasaan sedih,

duka cita, kesusahan hati. Kesedihan sebagai akibat dari penderitaan.”

Kesedihan adalah suatu emosi yang tertandai oleh perasaan tidak beruntung,

kehilangan, dan ketidak berdayaan. Kesedihan juga dapat diartikan sebagai

penurunan suasana hati.


30

c. Nilai Moral yang Menggambarkan Hubungan Manusia dengan

Manusia

Manusia merupakan makhluk sosial yang terjalin dalam bentuk

berinteraksi sesuai dengan tujuan dan keinginan masing-masing. Interaksi

antara manusia satu dengan yang lain yang berwujud pada sikap dan perilaku.

Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk yang saling bergantungan.

Setiap manusia pastilah memerlukan orang lain baik untuk kepentingan dan

keinginannya maupun yang lainnya. Nilai merupakan Menurut Suseno (dalam

Suhaini, 2012:16), mengatakan bahwa moral adalah tolok-tolok ukur yang

dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Lebih lanjut Nata

(dalam Suhaini, 2012:16), mengatakan bahwa moral lebih mengacu pada

suatu nilai atau sistem hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh

masyarakat yang diyakini sebagai ketentraman.

Tidakan dan sikap manusia yang dilandasi oleh kesadaran dapat

membuat manusia memiliki kepribadian yang baik, yakni suka melakukan

kebaikan, menjauhi kejahatan, menyayangi dan mengasihi orang lain

meskipun telah disakiti orang tersebut, menhargai orang lain, serta dan tidak

lari dari tanggung jawab. Menurut Nurgiyantoro (2010:325), “hubungan antar

manusia itu antara lain dapat berwujud persahabatan yang kokoh ataupun yang

rapuh, kesetiaan, penghianatan, kekeluargaan: hubungan suami-istri, orang

tua-anak, cinta kasih terhadap suami/istri, anak, orang tua, sesama, atasan-

bawahan, dan lain-lain yang melibatkan interaksi antar manusia.” Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Marimba (dalam Suhaini, 2012:19), secara garis


31

besar permasalahan nilai moral kemasyarakatan dapat dikaitkan dengan

masalah hubungan antar manusia, yaitu tolong menolong, menghormati

martabat manusia, dan kasih sayang antar manusia. Menurut Martono

(2001:45), sebagai makhluk sosial, manusia hidup bermasyarakat, manusia

saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota

masyarakat, saling mencintai.

1) Kasih Sayang

Menurut Martono (2009:271), kekasih sayangan dapat diartikan sebagai

perasaan sayang, perasaan cinta, atau perasaan suka kepada seseorang. Dalam

kasih sayang paling tidak dituntut adanya dua pihak yang terlibat di dalamnya,

yaitu seseorang yang mencurahkan perasaan sayang, cinta atau suka, dan

seseorang yang memperoleh curahan kasih sayang, cinta, dan suka. Rasa cinta

kasih akan muncul dari hati seseorang, hal tersebut dikarenakan adanya

perhatian dari orang lain. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Martono

(2009:271), dalam pengalaman hidup sehari-hari, kehidupan seseorang akan

memiliki arti jika mendapat perhatian dari orang lain. Jika demikian, perhatian

merupakan salah satu unsur dasar dari cinta kasih.

2) Kegotongroyongan atau Saling Tolong Menolong

Menurut Martono (2009:271), kegotongroyongan berasal dari kata

gotong royong yang artinya bekerja bersama-sama (tolong menolong). Gotong

royong akan terlaksana jika ada rasa tanggung jawab. Tolong menolong

merupakan kewajiban bagi setiap manusia, dengan tolong menolong kita akan
32

dapat membantu orang lain dan jika kita perlu bantuan tentunya orangpun

akan menolong kita.

3) Kepedulian

Menurut Martono (2009:27), kepeduliaan bersal dari kata peduli yang

artinya mengindahkan; memperhatikan; dan menghiraukan kesesahan orang

lain. Kepedulian didefinisikan sebagai suatu sikap untuk ikut serta dalam

mengerti dan memahami masalah serta kesusahan orang lain, yang

diwujudkan dengan membantu berupa dukungan materi ataupun dukungan

non materi.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa,

hubungan manusia dengan sesama manusia yang mencerminkan nilai moral

dapat dibedakan, antara lain hormat menghormati, saling tolong menolong,

kasih sayang antar sesama manusia, dan menghargai harkat dan martabat

orang lain. Sikap tersebut dapat diwujudkan pada orang tua, teman, guru,

anak, istri, dan orang lain.

d. Nilai Moral yang Menggambarkan Hubungan Manusia dengan

Lingkungan Sekitar

Nilai moral yang mencerminkan hubungan manusia dengan lungkungan

dapat dikatakan hampir sama dengan hubungan manusia dengan diri sendiri,

hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan

Tuhan, yakni berbuat baik, sopan, santun, dan saling mengasihi. Hal tersebut

dikarenakan Tuhan menciptakan manusia sebagai khalifah atau penjaga bumi

dan isinya. Sebagai penjaga bumi sudah selayaknya manusia berbuat baik
33

kepda segala isi alam semesta dengan cara memelihara, melestarikan, dan

menjaga keberadaannya.

Sebagai penjaga bumi manusia diharapkan mampu memanfaatkan alam

semesta guna mempertahankan dirinya. Akan tetapi, harus dengan sebaik

mungkin agar tidak menimbulkan masalah dan kesulitan bagi manusia itu

sendiri. Manusia berkewajiban untuk menjaga kelangsungan hidup hewan-

hewan dan tumbuh-tumbuhan. Hal yang dapat dilakukan manusia antaranya

jangan membunuh hewan yang tidak mengganggunya, jangan menebang

pohon sesuka hati dan tidak menanam kembali. Dalam mengeksplorasi

sumber daya alam sebaiknya dilakukan dengan baik tanpa merusak ekosistem

lain.

Alam diciptakan untuk kepentingan manusia, karena itu alam

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dengan penuh rasa tanggung jawab

tanpa merusakanya. Berakhlak pada alam berarti menyikapi alam dengan cara

memelihara kelestariannya, dengan menghimbau pada manusia untuk

mengendalikan dirinya dalam mengeksplorasi alam, sebab alam yang rusak

akan merugikan bahkan menghancurkan manusia sendiri.

1) Menyayangi Binatang dan Tumbuhan

Menyayangi binatang adalah dengan memperhatikan keberlangsungan

kehidupan mereka dan menjaga lingkungannya. Apabila kita hendak

mengambil manfaat darinya, ambillah sekedar kebutuhan saja.


34

2) Peduli Terhadap Binatang

Menurut Martono (2009:27), kepedulian berasal dari kata peduli yang

artinya mengindahkan, memperhatikan, dan menghiraukan kesusahan orang

lain. Kepedulian didefinisikan sebagai suatu sikap untuk ikut serta dalam

mengerti dan memahami masalah serta kesusahan orang lain, yang

diwujudkan dengan membantu berupa dukungan materi ataupun dukungan

non materi.

3. Teori tentang Pembelajaran Sastra

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-

unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

memengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Yang menjadi kunci dalam

rangka menentukan dan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata

ajaran, dan guru itu sendiri. Beradasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan

apa yang hendak dicapai, dan dikembangkan dan diapresiasi (Hamalik, 2005:

76).

UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran ialah

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. Kemudian Dimyati ddan Mudjiono (2009: 297)

menyatakan bahwa pembelajaran ialah kegiatan guru secara terprogram dalam

desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang

menekankan pada penyediaan sumber belajar. Hamzah (2006:2) menyatakan

bahwa pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan sebagai

upaya untuk membelajarkan siswa.


35

Proses pembelajaran di sekolah juga merupakan proses pembudayaan

yang formal dalam penyampaian suatu informasi baik dari guru kepada siswa

ataupun siswa kepada guru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru

untuk mengetahu kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi

kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar

belakang sosial ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk

mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama

penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan

pembelajaran.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

pembelajaran ialah proses komunikasi dua arah, yang dilakukan oleh pihak

guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau

murid, secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa

belajar secara aktif serta mencapai tujuan yang diinginkan.

Hasil dari pembelajaran yaitu adanya ketercapaian kompetensi dasar atau

kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pengalaman belajar. Hasil

belajar ini berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan tingkah laku,

pengetahuan maupun keterampilan siswa.

a. Kurikulum

Menurut Ismawati, (2015:5) kurikulum adalah suatu program pendidikan

yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan

pendidikan tertentu. Defenisi tersebut dipandang cukup baik pertama,


36

pendidikan itu adalah suatu usaha atau kegiatan yang memiliki tujuan; kedua,

rencana tersebut dilaksanakan di sekolah melalui cara-cara yang telah

ditetapkan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya

adalah membelajarkan peserta didik tentang keterampilan berbahasa Indonesia

yang baik dan benar sesuai tujuan dan fungsinya. Menurut Atmazaki (2013),

mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan

etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, menghargai dan bangga

menggunakan bahasaIndonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara,

memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif

untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan

kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, menikmati

dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, budi pekerti,

serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan menghargai

dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual

manusia Indonesia.

Implementasikan tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia tersebut, maka

pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 disajikan dengan

menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis

maupun teks lisan. Teks merupakan ungkapan pikiran manusia yang lengkap

yang di dalamnya memiliki situasi dan konteks. Dengan kata lain, belajar

Bahasa Indonesia tidak sekadar memakai bahasa Indonesia sebagai alat


37

komunikasi, tetapi perlu juga mengetahui makna atau bagaimana memilih kata

yang tepat yang sesuai tatanan budaya dan masyarakat pemakainya.

Mahsun (2013: 39) menyatakan, dalam pembelajaran Bahasa ada dua

komponen yang harus dipelajarai, yaitu masalah makna dan bentuk. Kedua

unsur tersebut harus hadir secara stimulant dan keduanya harus ada. Namun

pemakai bahasa harus menyadari bahwa komponen makna menjadi unsur

utama dalam pembentuk bahasa, dan karena itu bahasa menjadi sarana

pembentukan pikiran manusia. Untuk itu guru perlu menyadari, bahwa

kemampuan berpikir yang harusnya dibentuk dalam bahasa adalah

kemampuan berpikir sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis. Secara

stipulatif kemampuan berpikir tersebut disebut dengan berpikir metodologis

yang hanya dapat dicapai melalui pembelajaran teks berdasarkan pendekatan

ilmiah/saintifik.

Pada kesempatan lain Mahsun (2013) menyatakan , kehadiran konteks

budaya, selain konteks situasi yang melatarbelakangi lahirnya suatu teks

menunjukkan adanya kesejajaran antara pembelajaran berbasis teks (konsep

bahasa) dengan filosofi pengembangan Kurikulum 2013. Khusus yang terkait

dengan rumusan kebutuhan kompetensi peserta didik dalam bentuk

kompetensi inti (KI) atas domein sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Kompetensi inti yang menyangkut sikap, baik sikap spiritual (KI: 1 ) maupun

sikap sosial (KI: 2) terkait dengan konsep kebahasaan tentang nilai, norma

kultural, serta konteks sosial yang menjadi dasar terbentuknya register


38

(bahasa sebagai teks); kompetensi inti yang menyangkut pengetahuan (KI: 3)

dan keterampilan (KI: 4) terkait langsung dengan konsep kebahasaan yang

berhubungan dengan proses sosial (genre) dan register (bahasa sebagai teks).

Selain itu, antarkompetensi dasar (KD) yang dikelompokkan berdasarkan KI

tersebut memiliki hubungan pendasaran satu sama lain.

Ketercapaian KD dalam kelompok KI: 1 dan 2 ditentukan oleh

ketercapaian KD dalam kelompok KI: 3 dan 4. KD dalam kelompok KI: 1 dan

2 bukan untuk diajarkan melainkan implikasi dari ketercapaian KD dalam

kelompok KI: 3 dan 4. Hal lain yang perlu dicermati oleh guru, bahwa

karakteristik pembelajaran terkait erat dengan Standar  Kompetensi  Lulusan

dan Standar Isi.

Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang

sasaran pembelajaran yang  harus dicapai, dan Standar Isi memberikan

kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang

dikembangkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai

dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup

pengembangan domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang memiliki

karakteristik berbeda untuk masing-masing mata pelajaran.

Domain Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan,

menghargai, menghayati,  dan mengamalkan.  Domain pengetahuan

diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta.  Domain keterampilan diperoleh melalui

aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.


39

Pencapain kompetensi tersebut berkaitan erat dengan proses pembelajaran

yang dilaksanakan. Untuk itu, guru harus merencanakan pembelajaran sesuai

tuntutan kurikulum dengan menggunakan pendekatan saintifik dan model

pembelajaran yang mendorong kemampuan peserta didik untuk melakukan

penyingkapan/penelitian, serta dapat menghasilkan karya kontekstual, baik

individual maupun kelompok.

Dengan memahami keterkaitan masing-masing kompetensi dalam

pembelajaran, khusunya pembelajaran bahasa Indonesia dengan pembelajaran

berbasis teks akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik

secara kreatif dan kritis. Di samping itu, pembelajaran Bahasa Indonesia dapat

berperan sebagai penghela dan pengintegrasi ilmu lain.

b. Tujuan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Bloom, dkk. (dalam Suciati 1997: 10-17) membagi tujuan kognitif ke

dalam enam katagori. Keenam katagori ini diasumsikan bersifat hirarki, yang

berarti tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai hanya apabila tujuan level

yang lebih rendah telah dikuasai. Keenam tujuan tingkat pengetahuan itu

adalah: (1) pengetahuan/ pengenalan, (2) pemahaman, (3) penerapan, (4)

analisis, (5) sintesis dan (6) evaluasi.

Anderson and Krathwohl (2001: 28) melaksanakan revisi yang

merupakan upaya menginovasi taksonomi Bloom yang sudah sangat lama

dipergunakan dalam dunia pendidikan. Mereka menyatakan dimensi proses

kognitif terdiri atas:  remember, understand, apply, analyze,

evaluate, dan create. Maksud dari enam dimensi kognitif tersebut:


40

1) Mengingat berarti untuk mendapatkan kembali pengetahuan relevan dari

memori jangka panjang; 2) Memahami didefinisikan sebagai membangun

makna dari pesan instruksional, baik secara lisan, tertulis, dan komunikasi

grafik; 3) Menerapkan berarti membawa keluar atau menggunakan prosedur

pada situasi tertentu; 4) Menganalisis adalah memecah materi menjadi bagian-

bagian penyusunnya dan memisahkan bagian-bagian yang terkait satu sama

lain serta struktur keseluruhan tujuan; 5) mengevaluasi berarti membuat

pertimbangan berdasarkan kriteria dan atau standar tertentu;

6) Menciptakanberarti meletakkan elemen-elemen bersama menjadi bentuk,

kesatuan yang utuh, atau untuk membuat sebuah produk original.

c. Materi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Materi pembelajaran merupakan unsur belajar yang penting mendapat

perhatian oleh guru. Materi pelajaran merupakan medium untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang “dikonsumsi” oleh siswa. Karena itu, penentuan

materi pelajaran mesti berdasarkan tujuan yang hendak di capai.

Salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

pembelajaran secara keseluruhan adalah kemampuan dan keberhasilan guru

merancang materi pembelajaran.  Materi   Pembelajaran   pada   hakekatnya

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi

dan proyeksi tentang apa yang akan  dilakukan pada saat Kegiatan

Pembelajaran.
41

Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa Materi  pembelajaran

(instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

harus dikuasai   peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi

yang ditetapkan. Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting

dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan

pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan

Standar Kompetensi dan Kompetensi Inti yang harus dicapai oleh   peserta

didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran

hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar

kompetensi dan kompetensi  dasar, serta tercapainya indikator. 

Ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam menetapkan materi

pelajaran diantaranya :

1. Materi pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan

instruksional.

2. Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan atau

perkembangan siswa pada umumnya.

3. Menetapkan materi pembelajaran harus serasi dengan urutan tujuan.

 Urutan materi pelajaran hendaknya memperhatikan kesinambungan

(kontinuitas).

4. Materi pelajaran di susun dari hal yang sederhana menuju yang komplek,

dari yang mudak menuju yang sulit, dari yang konkret menuju yang

abstark. Dengan cara ini siswa akan mudah memahaminya.


42

5. Materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual

maupun konseptual.

d. Model Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Model pembelajaran dapat diartikan dengan istilah sebagai gaya atau

strategi yang dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan

belajar mengajar. dalam penerapannya itu gaya yang dilakukan tersebut

mencakup beberapa hal strategi atau prosedur agar tujuan yang ingin

dikehendaki dapat tercapai. Banyak para ahli pendidikan mengungkapkan

berbagai pendapatnya menganai pengertian model pembelajaran.

Model pembelajaran tidak terlepas dari kata strategi atau model

pembelajaran identik dengan istilah strategi. model pembelajaran dan strategi

merupakan satu yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus beriringan,

sejalan, dan saling mempengaruhi. Istilah strategi itu sendiri dapat diuraikan

sebagai taktik atau sesuatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru

dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Selain itu strategi dalam pembelajaran dapat didevinisikan sebagai suatu

perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-

sama, terpadu untuk menciptakan hasil belajar yang diinginkan guru pada

siswa agar tujuan pendidikan yang telah disusun dapat secara optimal tercapai,

maka perlu suatu metode yang diterapkan untuk merealisasikan strategi yang

telah ditetapkan tersebut. Dengan demikian dapat dijabarkan bahwa dalam

satu strategi pembelajaran menggunakan beberapa metode. Contohnya bila

ingin melaksanakan sebuah strategi ekspositori misalnya, dapat menggunakan


43

metode ceramah, metode tanya jawab, atau metode diskusi dengan

memanfaatkan sumber daya yang ada dan mudah didapatkan di sekitar

sekolah yaitu bisa dengan menambahkan media pembelajaran. Oleh sebab itu,

strategi berbeda dengan metode. Strategi lebih menunjukkan pada

sebuah perencanaan atau yang biasa dikenal dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran, tentu dengan maksud untuk mencapai sesuatu. Sedangkan

metode adalah suatu cara tersendiri yang dapat digunakan untuk melaksanakan

strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving

something, sedangkan metode adalah a way in echieving something.

Model pembelajaran merupakan cara/teknik penyajian yang digunakan

guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Ada

beberapa model pembelajaran seperti ceramah, diskusi, demonstrasi, studi

kasus, bermain peran (role play) dan lain sebagainya. Yang tentu saja masing-

masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Metode/ model sangat penting

peranannya dalam pembelajaran, karena melalui pemilihan model/ metode

yang tepat dapat mengarahkan guru pada kualitas pembelajaran efektif.

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat

juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama

dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak

dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana


44

sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat

bantu dalam penerapannya.

e. Pendekatan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya belajar adalah kombinasi

dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya

belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses

informasi (perceptual modality). Gaya belajar atau learning style adalah suatu

karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator

yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar merasa saling berhubungan

dan bereaksi terhadap lingkungan belajar (NASSP dalam Ardhana dan Willis,

1989 : 4).

Majid (2005:132) mengemukakan bahwa pendekatan dapat diartikan

sebagai seperangkat asumsi mengenai belajar-mengajar. Belajar-mengajar

dalam hal ini mencakup semua bidang studi sehingga dikenal adanya

pendekatan dalam pembelajaran bahasa, pendekatan dalam pembelajaran

matematika, pendekatan dalam pembelajaran IPS, dan pendekatan dalam

pembelajaran bidang studi-bidang studi yang lain, di samping adanya

pendekatan yang dikenal secara umum dalam bidang pembelajaran apa pun.

Metode adalah rencana menyeluruh tentang penyajian bahan ajar secara

sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Teknik adalah

kegiatan spesifik yang diimplementasikan dalam kelas sesuai dengan metode

dan pendekatan yang dipilih. Dengan demikian dapat dipahami bahwa


45

pendekatan bersifat aksiomatis, metode bersifat prosedural, dan teknik bersifat

implementasional.

Dalam pembelajaran, dikenal beberapa macam pendekatan, di antaranya

pendekatan keterampilan proses, pendekatan CBSA, pendekatan komunikatif,

pendekatan integratif,  pendekatan kebermaknaan (whole language), dan

pendekatan yang populer dewasa ini, yaitu PAKEM (pembelajaran aktif,

kreatif, efektif, dan menyenangkan). Istilah pendekatan dalam konteks

pembelajaran bahasa mengacu kepada teori-teori tentang hakikat bahasa dan

pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai landasan dan prinsip

pembelajaran bahasa (Syafi’ie dalam Rahim, 2005:31).

f. Metode Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Menurut Martono, (2016:116) Metode pembelajaran bahsa dan sastra

Indonesia merupakan bagian dari system dalam proses belajar mengajar.

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dilaksanakan tidak hanya

mengutamakan dari aspek bahasa saja melainkan dari aspek atau kegiatan

apresiasi sastra. Hal itu menyarankan agar siswa diperkenalkan atau

dipertemukan dengan karya sastra secara langsung dan sebanyak-banyaknya.

Karya-karya sastra itu tentu sudah dipilih oleh guru dengan berbagai

pertimbangan, di antaranya pertimbangan faktor usia, bahasa, kematangan

jiwa, dan prioritas.

Metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi

pelajaran bahasa secara teratur, bersifaty procedural yang meliputi


46

penyusunan, penyajian, dan evaluasi pelajaran satuan pelajaran (Martono,

2016:118). Sejalan dengan pendapat ahli tersebut maka memberi siswa

kesempatan untuk mengembangkan sendiri kemampuan apresiasinya, bersifat

membantu menyajikan lingkungan dan suasana yang kondusif, misalnya

menyediakan bahan bacaan sastra dan mendorong siswa senang membaca

merupakan teknik dalam mengembangkan metode. Siswa hendaknya didorong

agar berkenalan dengan karya sastra, mengadakan kontak dan dialog langsung

dengan karya dengan cara membaca dan menikmatinya. Untuk seterusnya

dapat saja diadakan ruang pembahasan atau diskusi, misalnya tentang

pengalaman-pengalaman yang terkandung di dalamnya, tokoh-tokoh cerita,

diksi, dan seterusnya.

Kegiatan menggauli karya sastra dilakukan secara langsung,

dimaksudkan bahwa siswa itu sendiri harus secara langsung membaca

bermacam sajak, cerita, atau drama dari berbagai sastrawan dan zaman, atau

secara langsung mendengarkan sajak dideklamasikan atau dibacakan (poetry

reading) dan menyaksikan drama yang dipentaskan. Agar siswa memperoleh

pengertian yang sebaik-baiknya tentang wujud dan fungsi karya sastra dan

dapat menghargainya secara wajar, kegiatan tersebut (membaca,

mendengarkan, menyaksikan) harus dilakukan secara sungguh-sungguh dan

sebanyak-banyaknya.

Perlu diingat bahwasannya kegiatan apresiasi sastra belum berhenti

hanya sampai di situ saja. Demi sempurnanya kegiatan apresiasi memang


47

masih perlu diikuti dengan pemberian pengetahuan tentang sastra. Pemberian

pengetahuan ini dapat disebut kegiatan tak langsung, artinya siswa tidak

langsung menjamah karya sastranya.

Cara langsung merupakan cara yang paling diutamakan, yang akan

ditingkatkan oleh hadirnya cara yang tak langsung tersebut. Sesudah siswa

bergaul, berdialog langsung dan mendalam dengan karya (mengenal,

memahami, menganalisis, menghayati) mereka diperkuat dengan pengetahuan

tentang sastra. Kecuali itu, dua kegiatan lagi sebagai pelengkap, yaitu kegiatan

dokumentasi dan kegiatan kreatif (Effendi, 1974: 19). Kegiatan dokumentasi

berupa kegiatan mengumpulkan dan menyusun buku-buku dan majalah-

majalah sastra, membuat kliping, dan sebagainya, sementara itu, kegiatan

kreatif berupa kegiatan belajar atau berlatih mencipta sendiri sajak, cerpen,

atau drama kecil.

Metode Imersi (Immersion Method) yang ditawarkan di sini berangkat

dari pandangan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan apresiasi sastra

(pembelajaran sastra) siswa layaknya dibenamkan ke dalam sesuatu atau

dibenami sesuatu. Siswa dibenamkan ke dalam sebuah dunia yang sarat

dengan aneka ragam karya sastra ditambah pengetahuan sastra). Dapat juga

dikatakan bahwa siswa dibenami dengan beronggok-onggok karya sastra

(Sumaryadi, 2008).

g. Media Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia


48

Kata media berasal dari bahasa Latin mediusyang secara harfiah berarti

tengah, perantara, atau pengantar . Pengertian media dalam proses belajar

mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau

elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi

visual atau verbal (Azhar, 2007:3).

Media pembelajaran merupakan media yang mengandung pesan-pesan

atau informasi yang bertujuan insruksional atau mengandung maksud-maksud

pengajaran. Media pembelajaran bertujuan untuk menyampaikan materi

kepada siswa dengan maksud siswa dapat lebih mengerti atas materi yang

diberikan melalui media.

Pemakaian media pmbelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan

rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh

psikologis terhadap siswa ( Hamalik dalam Azhar, 2007:15).

Sebagai suatu alat bantu dalam proses pembelajaran, media mempunyai

beberapa fungsi. Fungsi media pengajaran menjadi enam kategori, sebagai

berikut: Pengunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan

fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk

mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. Penggunaan media

pengajaran merupakan bagian yang integral dari keselurujan situasi mengajar.

Media pengajaran dalam pengjaran, pengunaannya integral dengan tujuan dan

isi pelajaran. Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat


49

hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar

supaya lebih menarik perhatian siswa. Penggunaan media dalam pengajaran

lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu

siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan oleh guru. Penggunaan

media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar

mengajar.

Selain itu, media pembelajaran memiliki empat fungsi, yaitu fungsi

atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Fungsi atensi

media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengerahkan perhatian siswa

untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkatan dengan makna visual

yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa

ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Fungsi kognitif media

visual terlihat fari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa

lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk

memahami dan mengingatkan informasi atau pesan yang terkandung dalam

gambar untuk memahami dan mengingatkan informasi atau pesan yang

terkandung dalam gambar.

Fungsi kompensatoris membantu siswa yang lemah dalam membaca

untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan

siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang
50

disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal (Azhar, 2007: 17). Syaiful

dan Zain (2006: 124-126 ) macam-macam media pembelajaran yaitu: Dilihat

dari jenisnya, media dibagi kedalam: media auditif, media visual, media

audiovisual.

h. Evaluasi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Evaluasi dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai suatu proses

merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi atau data yang

diperlukan sebagai dasar untuk membuat alternatif keputusan. Dengan

demikian, setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses

yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data

(Purwanto, 1992). Informasi atau data yang dikumpulkan haruslah

mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan.

Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, Gronlund (1976)

merumuskan pengertian evaluasi sebagai suatu proses sistematis untuk

menentukan atau membuat keputusan tentang ketercapaian tujuan

pengajaran. Wrighstone (dalam Purwanto, 1992) mengemukakan bahwa

evaluasi ialah penafsiran terhadap pertum-buhan dan kemajuan siswa ke

arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Mengenai hubungan antara evaluasi dengan pengajaran, disebutkan

oleh Parnel (Purwanto, 1984) bahwa pengukuran merupakan langkah awal

pengajaran. Tanpa pengukuran tidak akan terjadi penilaian. Tanpa penilaian

tidak akan terjadi umpanbalik. Tanpa umpanbalik tidak akan diperoleh


51

pengetahuan yang baik tentang hasil. Tanpa pengetahuan tentang hasil tidak

dapat terjadi perbaikan yang sistematis dalam belajar.

Melalui evaluasi, seorang pengajar dapat (1) mengetahui apakah

pembelajar mampu menguasai materi yang telah diajarkan, (2) apakah

mereka bersikap sebagaimana yang diharapkan, (3) apakah mereka telah

memiliki keterampilan berbahasa, (4) mengetahui keberhasilan proses

belajar mengajar yang telah dilaksanakan, dan (5) menentukan kebijakan

selanjutnya.

Bentuk alat ukur evaluasi dapat berupa tes dan nontes. Bentuk alat

ukur yang berupa tes dapat digunakan untuk menguji kompetensi (1)

struktur dan ekspresi tulis, (2) kosakata dan membaca, serta (3) menyimak.

Ujian menyimak biasanya merupa-kan ujian yang berat bagi pembelajar.

Mereka sering cemas dan tegang sebelum atau pada waktu ujian

dilaksanakan. Untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan itu dapat

dimaksudkan selingan musik instrumentalia di sela-sela naskah ujian.

Nontes digunakan untuk menguji kompetensi (1) berbicara dan (2) menulis

dengan bentuk penugasan. Melalui pengamatan, pengukuran kompetensi

berbicara dan menulis dilakukan. Untuk melakukan penskoran digunakan

lembar pengamatan yang dilengkapi skala berjenjang.

I. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriftif. Hal ini dimaksudkan

untuk menggambarkan atau mendeskripsikan objek masalah yang ada dalam


52

penelitiansesuai dengan fakta yang ada dalam bentuk kata-kata atau gambar

bukan dalam bentuk angka-angka. Seperti yang dipaparkan oleh Syam

(2011:11), bahwa,

“metode yang digunakan biasanya adalah metode kualitatif yang


bercirikan deskriftif, sebab data yang akan diperoleh peneliti adalah
data berupa (1) kata-kata, (2) kalimat-kalimat, (3) integrasi dari kata
dan kalimat berupa furmulasi kebahasaan, (4) aspek kebahasaan yang
tidak memiliki referensi (ambiguitas, konotasi, figuratif, metafor).
Selain itu ada pula data yang diolah berupa (1) struktur sastra, (2) nilai-
nilai (moral, edukatif, religius, sosial), (3) aspek ekspresif dari
pengarang/penyair, dan (4) aspek pragmatik bagi pembaca sastra.”

Penulis menggunakan metode kualitatif deskriftif dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengungkapkan, menggambarkan, dan memaparkan nilai

moral yang tergambarkan atau terkandung dalam cerita rakyat GKPUT sesuai

dengan data yang penulis dapatkan pada karya Mariyadi yang telah dibukukan

dalam kumpulan cerita rakyat Nusantara.

2. Bentuk penelitian

Penelitian terhadap nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat

GKPUT karya Mariyadi ini menggunakan bentuk penelitian kualitatif sesuai

dengan karakteristiknya, yakni memberi data seperti apa adanya. Hal ini

disebabkan oleh prosedur penelitian yang digunakan adalah prosedur analisis

yang berbentuk deskriptif, bukan prosedur analisis statistik atau cara

kuantifikasi lainnya. Ciri-ciri penelitian kualitatif menurut moleong (2007:8),

sebabgi berikut.

a. Latar belang ilmiah (natural setting) sebagai sumber data dan peneliti
merupak instrumen kunci.
b. Manusia sebagai alat.
c. Penelitian kualitatif.
d. Mengutamakan proses dan hasil.
53

e. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus.


f. Analisis data secara induktif dan lain-lain.
Penelitian ini dikatakan deskriptif karena dalam laporan penelitian ini

berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran objektif berdasarkan

masalah yang diteliti. Seperti yang telah dikatakan Arikunto (2006:12),

“penelitian kualitatif sebagai berikut: kualitatif naturalistik artinya penelitian

ini terjadi secara ilmiah, apa adanya, dalam situasi normal tidak dimanipulasi

keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami.”

Pengambilan data atau penjaringan fenomena dilakukan dari keadaan yang

sewajarnya ini dikenal dengan sebutan natural artinya pengambilan data secara

alami. Dengan sifatnya ini maka dituntut keterlibatan penulis secara

langsung.di lapangan, tidak seperti penelitian kuantitatif yang dapat diwakilkan

orang lain untuk menyebarkan atau melakukan wawancara terstruktur.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

sosiologi sastra. Menurut Damono (1978:2) “Sosiologi sastra adalah

pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi

kemasyarakatan”. Pendekatan sosiologi sastra bertolak dari asumsi bahwa

sastra merupakan cerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra

seorang pengarang mengungkapkan masalah kehidupan yang pengarang sendiri

ikut berada di dalamnya.

Adapun penjelasan mengenai kaitan karya sastra dengan kehidupan

masyarakat menurut Damono (2014:1) yaitu:


54

“Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan


dimanfaatkan. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat; ia
terikat oleh status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang
menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan
ciptaan sosial. Sastra menampilkan kehidupan, dan kehidupan itu
sendiri adalah suatu kenyataan sosial.Dalam pengertian ini, kehidupan
mencakup hubungan antarmasyarakat, antarmasyarakat dengan orang
seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin
seseorang, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau
dalam masyarakat”.
Keterkaitan sastra dengan masyarakat sudah tidak dapat ditawar lagi.

Sastra menjadi potret keadaan sosial. Melalui pendekatan sosiologi sastra,

peneliti diharapkan menemukan fungsi ajaran dan hiburan karya sastra dalam

hidup bermasyarakat. Tidak hanya fungsi sastra sebagai kebutuhan pribadi,

melainkan juga kebutuhan dengan aspek sosial. Karya sastra memungkinkan

timbulnya rasa persaudaraan, kedamaian, dan membangkitkan gairah manusia

untuk bertindak lebih baik sesuai perannya dalam anggota masyarakat.

Menurut pendapat Welllek dan Werren (1995:111), bahwa sosiologi

sastra dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Sosiologi pembaca, yaitu sosiologi sastra yang mempermasalahkan


pembaca dan pengaruh sosial karya sastra.
b. Sosiologi pengarang, yaitu sosiologi sastra yang mempermasalahkan
status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain yang menyangkut
pengarang sebagai penghasil sastra.
c. Sosiologi teks sastra, yaitu sosiologi sastra yang mempermasalahkan
karya sastra itu sendiri; yang menjadi pokok penelaahan adalah apa
yang tersirat dalam katya sastra dan apaa yang menjadi tujuannya.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan oleh Wellek dan Warren di

atas, maka untuk menganalisis analisis nilai moral yang terkandung dalam

cerita Rakyat GKPUT karya Mariyadi penulis menggunakan klasifikasi yang


55

ketiga, yaitu pendekatan sosiologi sastra yang mempermasalahkan karya sastra

itu sendiri atau disebut dengan sosiologi teks sastra.

4. Sumber Data dan Data Penelitian

a. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah buku kumpulan cerita rakyat

GKPUT karya Mariyadi, berjumlah 55 halaman. Kumpulan cerita rakyat ini

merupakan cetakan pertama yang diterbitkan tahun 2017 oleh Dunia Pustaka

Rumah Aloy, Pontianak. Penetapan sumber data tersebut sejalan dengan teori

Lotfand (dalam Moelong, 2007:157) bahwa “Sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Dengan kata lain, sumber data

adalah semua informasi, baik merupakan benda nyata, abstrak, ataupun dalam

bentuk peristiwa atau gejala.

b. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah nilai moral berupa hubungan manusia

dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan

manusia dengan lingkungan sekitar yang terdapat dalam kumpulan cerita

rakyat GKPUT karya Mariyadi.


56

5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik studi

dokumenter. Studi dokumenter merupakan teknik pengumpulan data dengan

menggunakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono,

2009:82). Sejalan dengan pendapat Guba dan Linclon (dalam Moleong, 2010:

217), dokumen digunakan untuk keperluan penelitian karena alasan-alasan

sebagai berikut.

1. Dokumen digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya,


dan mendorong.
2. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.
3. Sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah,
sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks.
4. Keduanya tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan teknik
kajian isi.
5. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih
memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

Adapun langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai

berikut.

a. Penulis membaca buku kumpulan cerita rakyat GKPUT karya Mariyadi

dengan intensif.

b. Penulis mengidentifikasi data yang berhubungan dengan nilai moral.

c. Penulis mencatat data pada kartu pencatat data.

d. Penulis mengklasifikasikan data berdasarkan permasalahan yang diteliti.


57

e. Penulis menguji keabsahan data melalui ketekunan pengamatan,

triangulasi, dan kecukupan referensial.

b. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penulis sendiri

sebagai instrumen utama yang berkedudukan sebagai perencana, pelaksana,

pengumpul data, penafsir data, dan pada akhirnya sebagai pelapor hasil

penelitian. Selain itu, penulis menggunakan kartu pencatat data yang berisi

catatan-catatan tertulis dari hasil membaca dan menelaah buku kumpulan cerita

rakyat GKPUT karya Mariyadi. Catatan hasil pengamatan yang berupa data

selanjutnya diklasifikasikan sesuai dengan masalah penelitian.

6. Menguji Keabsahan Data

Keabsahan data perlu dilakukan agar data yang diperoleh benar-benar

objektif sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

a. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud agar peneliti mampu menguraikan

secara rinci persoalan yang dicari dengan membaca buku kumpulan cerita

rakyat GKPUT karya Mariyadi. Ketekunan pengamatan bermaksud

menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam penelitian yang sangat relevan

dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri

pada hal-hal tersebut secara rinci (Moelong, 2007:329).

b. Triangulasi

Menurut Moelong (2007:329) “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang dimanfaatkan sesuatu atau yang lain dari luar data itu
58

untuk keperluan pengecekan atau sebagai banding terhadap data itu”.

Selebihnya Denzin (dalam Moelong, 2007:330), “membedakan empat macam

triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan

sumber, metode, peneliti lainnya, dan teori.” Dari keempat macam triangulasi

tersebut, penulis menggunakan teknik triangulasi ketiga, yaitu triangulasi

sebagai teknik pemeriksaan yang menggunakan peneliti lainnya.

Teknik triangulasi yang dilakukan penulis ini adalah dengan cara

memanfaatkan pengamat atau penulis lainnya untuk keperluan pengecekan

kembali derajat kepercayaan data. Hal ini dilakukan untuk membantu

mengurangi penyimpangan dalam pengumpulan data. Selain itu, triangulasi

yang dilakukan penulis antara lain:

1) Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari

satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui

memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari

subjek penelitian. Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak

menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan 

bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan

melahirkan bias baru dari triangulasi.

2) Terakhir adalah triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa

sebuah rumusan informasi atau thesis statement.  Informasi tersebut

selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang televan untuk

menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang

dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman


59

pemahaman asalkan peneliti mampu  menggali pengetahuan teoretik

secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap

ini paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika

membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih jika 

perbandingannya  menunjukkan hasil yang jauh berbeda.

c. Kecukupan Referensial

Penulis berusaha memenuhi kecukupan referensial dengan cara

membaca, mengunjungi, dan menelaah sumber data serta berbagai pustaka

yang relevan dengan masalah penelitian secara berulang-ulang dengan tujuan

agar peneliti dapat menemukan data yang absah. Kecukupan referensial dalam

penelitian ini juga memanfaatkan teori-teori dari para ahli yakni teori-teori.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman

pada langkah-langkah analisis data yang dikemukakan oleh Moelong

(2007:296) yang disesuaikan dengan pendekatan sosiologi karya sastra. Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menganalisis nilai moral dalam kumpulan cerita rakyat GKPUT yang

menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan.

2. Menganalisis nilai moral dalam kumpulan cerita rakyat GKPUT yang

menggambarkan hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

3. Menganalisis nilai moral dalam kumpulan cerita rakyat GKPUT yang

menggambarkan hubungan manusia dengan sesama manusia.


60

4. Menganalisis nilai moral dalam kumpulan cerita rakyat GKPUT yang

menggambarkan hubungan manusia dengan lingkungan sekitar.

5. Merencanakan implementasi hasil penelitian ini dalam bentuk

pembelajaran bahasa dan sastra di SMA∕SMP.

6. Menyimpulkan hasil penelitian sehingga diperoleh deskripsi tentang nilai

moral yang terdapat pada kumpulan cerita rakyat GKPUT.


61

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R. 2001. Kerangka Landasan untuk


Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Revisi Taksonomi). Jakarta:
Pustaka Pelajar.

Aminudin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Atmazaki. 2015. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: Angkasa Raya.

Badudu, J.S. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Sinar
Harapan.

Danadjaja, James. 1986. Folklor Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Utama Aksara.

Damono, Sapardi Djoko. 2014. Sosiologi Sastra Pengantar Ringkas. Jakarta:


Pusast Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

DePoter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2001. Quantum Learning Membiasakan


Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: PT Mizan.

Dimyati dan Mudjjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi Penelitian Folklor : Konsep, Teori, dan  


Aplikasi, Yogyakarta: Media Press.

Farida, Rahim. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, Hamzah. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya dalam Pembelajaran.


Jakarta: Bumi Aksana.

Hemalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan


Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Isnawati, Esti. 2015. Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan Ajar.


Yogyakarta: Ombak.

Kurniawan, Herlan. 2008. Cerita Rakyat Kahyangan di Kelurahan Dlepih


Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri dan Fungsinya bagi
Masyarakat: Tinjauan Resepsi. Surakarta: Skripsi Universitas Surakarta.

Mahsun. 2013. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013.


Jakarta: Rajawali Pers.

57
62

Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Martono. 2001. Sikap Hidup Orang Dayak Keninjal dalam Sastra Lisan Dayak
Keninjal yang Didokumentasikan. (Tesis).

Martono. 2009. Ekspresi Puitik Puisi Munawar Kalahan (Suatu Kajian


Hermeneutika). Pontianak: Stain Pontianak Press.

Martono. 2016. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Pontianak: Stain


Pontianak Press.

Martono. 2017. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Pontianak: Stain


Pontianak Press.

Mariyadi. 2017. Cerita Rakyat Nusantara Gadis Keladi dan Pangeran Ulat
Tanduk. Pontianak: Pustaka Rumah Aloy.

Mustakim, Muh. Nur. 2005. Peranan Cerita Dalam Pembentukan Perkembangan


Anak TK. Jakarta: Depdiknas.

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT angkasa


Remaja Rosdakarya Bandung.

Nurgiantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Nurgiantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.

Semi, Atar: 2003: Kritik Sastra: Jakarta: Angkasa.

Soelaeman, M. Munandar. 2005. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT Refika


Aditama.

Suciati. 1997. Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar. Jakarta.


Bumi Aksara.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Rosdakarya.

Sumardjo, Jakob. 1998. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia.

Suhaini, Ega. 2012. Analisis Nilai Moral dalam Kumpulan Cerpen Coretan di
Langit Kapuas (Skripsi). Pontianak: FKIP Universita Tanjungpura.
63

Suyitno. 1986. Sastra Tata Nilai dan Eksigegis. Yogyakarta: Balai Pustaka.

Syam, Christanto. 2011. Hakikat Penelitian Sastra (Buku Ajar). Pontianak: FKIP
Untan.

Syam, Christanto. 2010. Pengantar ke Arah Studi Sastra Daerah (Buku Ajar).
Pontianak: FKIP Untan.

Syam, Christanto. 2000. Metodologi Penelitian Sastra (Buku Ajar). Pontianak:


FKIP Untan.

Yustinah. 2016. Produktif Berbahasa Indonesi. Kudus: PT Gelora Aksara


Pratama.

Zulfahnur, dkk. 2006. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.i, Yogyakarta: Media


Press.

Anda mungkin juga menyukai