ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan: (1)
gambaran interaksi sosial, dan (2) wujud budaya dalam novel Kalamata karya Ni Made
Purnamasari. Data dalam penelitian ini adalah kata, ungkapan atau kalimat dalam novel
Kalamata karya Ni Made Purnamasari. Sumber data penelitian ini adalah novel Kalamata karya
Ni Made Purnamasari dengan ketebalan xvi+ 226 halaman yang diterbitkan oleh KPG
(kepustakaan Populer Gramedia), Jakarta. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu
teknik baca dan catat.
Hasil analisis data gambaran interaksi sosial dan wujud budaya dalam novel Kalamata karya Ni
Made Purnamasari memuat tentang kehidupan sosial budaya masyarakat Bali yang dikisahkan
berdasarkan wujud yang dapat ditemukan pada realitas masyarakat masa kini. Temuan dalam
penelitian ini meliputi; (1) gambaran interaksi sosial, yang terdiri atas tiga bagian, yaitu
kerjasama, akomodasi, dan asimilasi; (2) wujud-wujud budaya, yang terdiri atas: (1) wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan
dan sebagainya. (2) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks akivitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat. (3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengkaji teori sosiologi dengan lebih dalam lagi saat
meneliti karya sastra, supaya didapatkan konsep-konsep lain interaksi sosial dan wujud budaya.
ABSTRACK
This research is a qualitative research that aims to describe:(1) Description of social interactions,
and (2) Cultural form in the Kalamata novel by Ni Made Purnamasari. The data in this research
is word, expression or sentence on the Kalamata novel by Ni Made Purnamsari.The data source
of this research is Kalamata novel by Ni Made Purnamasari with a thickness of xvi + 226 pages
that published by KPG (Gramedia‟s Populer Library), Jakarta. Data collection technique on this
research is reading and writing techniques.
The results of data analysis on the description of social interactions and cultural manifestation in
Purnamasari‟s novel contain information about the social cultural life of the Balinese people
based on the form that can be found in the reality of today‟ society. The findings in this study
include;(1) description of social interaction, which consists of three parts, namely cooperation,
accomodation, and assimilation; (2) culture forms,:(1) the form of culture as a complex of ideas,
ideas, values, norms, regulations, etc. (2) the form of culture as a complex activity of patterned
behavior from humans in society. (3) the form of ulture as objects produced by humans. For
futher researchers, it is suggested to study sociology theory more deeply when reearching
literature, so that other concepts of social interaction and cultural forms can be obtained.
Keyword: social interaction, culture, Kalmata novel.
1 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar
BAB I permasalahan apapun yang dihadapinya,
kehidupan sehingga kesan yang ditonjolkan karya sastra yang sering digunakan sebagai
bisa dirasakan oleh para pembaca. Fiksi sarana pembelajaran dalam kehidupan
merupakan salah satu bentuk karya sastra sehari-hari, karena di dalam novel terdapat
dan mengembangkan tokoh-tokoh ceritanya antara lain nilai agama, nilai sosial, nilai
pun tidak lepas dari kebebasan pendidikan, nilai moral, nilai budaya, dan
kreatifitasnya. Fiksi mengandung dan lain-lain. Karya sastra tidak dirancang untuk
disikapi dan dialami oleh tokoh-tokoh cerita Karya sastra kadang juga terselip realitas,
cerita sesuai dengan seleranya, siapapun makna dari pengalaman sosial. Realitas yang
orangnya, apapun status sosialnya ada akan mati tanpa pernah diketahui oleh
ragam kehidupan sosial dari kehidupan yang menjadi dalang wayang. Adapun alur
sosial yang sederhana, sampai ke hal yang cerita yang akan dikisahkan oleh setiap
kompleks. Sastra berusaha menangkap tokoh yang diciptakan oleh pengarang, maka
warna kehidupan sosial secara selektif semakin mudah untuk mengetahui makna
baru-baru ini dicetak oleh PT Gramedia, budaya Bali, adat, dan kepercayaan
Jakarta. Sebelumnya, dia lebih kerap masyarakat Bali, dengan karya novel sang
Jakarta 2015. Pada novel perdananya, Wellek dan Weren membagi konsep
Bali. Novel ini menceritakan tentang tragedi pembaca. Sosiologi pengarang meliputi
1965 di Bali, dengan kisah hidup seorang profesi pengarang dan ilustrasi sastra,
Rumyig yang mengalami demensia. latar belakang sosial, status pengarang dan
Novel ini mengenalkan satu sisi ideology pengarang yang terlihat dari
kehidupan berdasarkan adat Bali yang berbagai kegiatan pengarang diluar karya
Wellek dan Weren adalah isi karya sastra, yang ada dalam masyarakat. Nilai-nilai yang
tujuan serta hal-hal yang tersirat dalam terkandung dalam karya sastra pada
karya sastra itu sendiri seyogyanya berkaitan dasarnya mencerminkan realitas sosial yang
mengandung nilai-nilai religius dan kepada generasi bangsa indonesia dan diakui
kemanusiaan secara umum. Nilai-nilai yang sebagai wahana pendidikan moral dan
terkandung dalam karya sastra banyak karakter (Usman, 2014:190). Sastra dengan
Melalui karya sastra khususnya novel, bagi dari kehidupan manusia dengan segala
Penelitian terhadap karya sastra sangat sosiologi adalah telaah yang objektif dan
Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana sastra sebagai struktur yang otonom
berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada struktur sosial. Sesuai dengan mekanisme
realitas sosial. Asumsi ini karena karya peranan tokoh-tokoh, baik peranan sosial
budaya. Penelitian sosiologi sastra yang sosiologis, otonomi karya sastra bukan
gabungan antara aspek sosial dan budaya psikologis atau kualitas sistemik struktur
dalam sastra. Pesan budaya menjadi sentral intrinsiknya. Otonomi karya sastra, termasuk
tidak akan lepas dari budaya dan dalamnya, dipertimbangkan sebagai proses
itu gambaran tentang hidup manusia di Alasan utama sosiologi sastra penting
masyarakat. Mempelajari budaya lewat dan dengan sendirinya perlu dibangun pola-
sastra dan masyarakat, akan menemukan pola analisis sekaligus teori-teori yang
budaya yang melekat di dalamnya (Sutardi, bahwa karya sastra mengeksploitasi manusia
berbeda dengan karya seni yang lain, tetapi dan berperan sebagai mikrokosmos sosial,
tidak ada yang dilukiskan oleh bahasa. gelandangan, rakyat jelata, dan sebagainya.
menganalisis manusia sebagai fakta sosial, bukan berarti karya sastra tersebut
fiksional. Di sinilah fokus utama sosiologi rupa masyarakat yang ada pada masa
sastra, dan dari sinilah berkembang tertentu pula. Novel merupakan salah satu
problematikanya. Atas dasar kenyataan di diantara bentuk sastra yang paling peka
atas, maka objek karya yang lebih relevan terhadap cerminan masyarakat. Menurut
mengandung unsur naratif, seperti novel gambaran yang jauh lebih realistik mengenai
itu tidak harus terikat oleh dunia sebenarnya. Menurut Koentjaraningrat (2002: 186-
Sketsa kehidupan yang tergambar dalam 187) ada tiga wujud kebudayaan:
novel akan memberi pengalaman baru bagi 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu
pembacanya, karena apa yang ada dalam kompleks dari ide-ide, gagasan,
yang ada dalam karya sastra. Hal ini dapat dan sebagainya.
penafsirannya. masyarakat.
karena merupakan dasar dari segala proses Apa yang ditulis Koentjaraningrat
sosial. Dalam novel Kalamata karya Ni tentu tidak terlepas dari apa yang
Made Purnamasari ada beberapa interaksi diketengahkan J.J. Honigman, adanya tiga
sosial yang dilakukan dilakukan para tokoh. „gejala kebudayaan‟, yaitu: ideas, activities,
Menurut Gilin dan Gilin bahwa interaksi dan artifacs. Dalam kalimat lain, ada ide,
sosial bersiat asosiatif dapat terdiri atas tiga ada aktivitas sebagai aplikasi dari ide, dan
di alam pikiran individu atau alam pikiran berada lepas satu dari yang lain, melainkan
masyarakat pendukung kebudayaan; bersifat selalu berkaitan, menjadi suatu system. Para
abstrak. Tetapi, kalau ditulis, dalam arti ahli antropologi dan sosiologi menyebut
sebagaimana hal abstrak tersebut sistem ini sistem budaya, atau cultural
Kita mengenal buku atau karya ilmiah ahli- juga istilah lain yang sangat tepat untuk
ahli ilmu sosial, bahkan laporan pewarta, menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini,
yang menjadi „lokasi baru‟ kebudayaan yaitu adat, atau adat-istiadat untuk bentuk
Hal-hal ideal, bisa jadi, tidak hanya system adalah tindakan berpola dari manusia
ada di kepala individu, tetapi menyebar itu sendiri. Sistem social ini terdiri dari
kebudayaan. Saling berkait dan menjadi berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu
suatu sitem, yang disebut sebagai cultural dengan lain dari detik ke detik, dari hari ke
system. Kita bias mendeteksinya dari adat hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut
atau norma yang berlaku dimasyarakat pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata
banyak yang hidup bersama dalam suatu system sosial itu bersifat konkret, terjadi
diobservasi, difoto dan didokumentasi. juga sebaliknya, kebudayaan fisik atau tata
Wujud ketiga kebudayaan disebut sosial akan mempengaruhi pola pikir dan
kebudayaan fisik, dan tak memerlukan sebaliknya. Dalam kajian-kajian ilmu sosial
banyak penjelasan. Karena berupa seluruh kita mengenal istilah mentifact, sociofact,
kecil seperti kain batik, atau yang lebih kecil 1. Gambaran Interaksi Sosial dalam
Novel Kalamata Karya Ni Made
lagi yaitu kancing baju. Purnamasari
Sebagai suatu proses sosial, interaksi
Sebagai satu sistem, ketiga wujud
sosial merupakan masalah yang pokok
kebudayaan saling tekait. Kebudayaan fisik
karena merupakan dasar dari segala proses
menjelma sebagai hasil aktivitas manusia
sosial. Dalam novel Kalamata ada beberapa
dimana aktivitas tersebut berupa lanjutan
interaksi sosial yang dilakukan oleh para
terhadap objek penelitian, interaksi sosial aku berusaha sewajarnya terhadap Irana agar
yang lebih dominan didapatkan dalam novel si aku tahu tujuan Irana memintanya untuk
Kalamata adalah interaksi sosial yang menuliskan biografi dan agar tujuan Irana
bersifat asosiatif. Menurut Gilin dan Gilin, pun tercapai ketika ia meminta kepada si
bahwa interaksi sosial bersifat asosiatif aku. Walaupun si aku sebenarnya sedikt
terdiri atas tiga bentuk, yakni kerjasama, ragu menerima tawaran dari sahabatnya
yaitu suatu usaha bersama antara orang Menurut Gilin dan Gilin adalah
perorangan atau kelompok manusia untuk proses dimana orang atau kelompok
mencapai suatu atau beberapa tujuan manusia yang mulanya saling bertentangan,
dideskripsikan bahwa masyarakat bali pada suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola
waktu itu percaya bahwa ketika anak mereka dari manusia dalam masyarakat dalam novel
pergi merantau, atau meninggalkan rumah, Kalamata karya Ni Made Purnamasari yaitu:
“...niscaya akan kembali....”, karena pada (6) Kutipan (Korpus Data 21)
“sementara dulu pernah muncul
waktu itu terjadi kekacauan yang membuat perumpamaan negatif mengenai
kaum hawa yang menyaksikan
masyarakat bali menghadapi antara hidup wayang sampai larut malam.
Mereka demikian dicap sebagai
dan mati sehingga mereka memercayai hal „anak luh dadi seluk‟, boleh
dijamah lelaki mana saja.”
tersebut. Kepercayaan itu ditunjukkan pada (Purnamasari, 2016:63)
(5) Kutipan (Korpus Data 14) bahwa bagi kaum hawa yang menyaksikan
“boleh jadi, ketika aku melangkah
meninggalkan rumah, diriku pun wayang hingga larut malam akan dicap
sudah dianggap tiada oleh ibu.”
“Secara spontan saja, aku sebagai “anak luh dadi seluk” yang artinya
ucapkan mantram gayatri, doa
suci yang dilantunkan selalu boleh dijamah lelaki mana saja, maka dari
sebelum persembahyangan.
Berkali-kali aku batinkan baris itu, ketika Ni Rumyig menjadi seorang
terdiri atas tiga bagian, yaitu kerjasama, didalam, baik berupa pertentangan fisik
akomodasi, dan asimilasi; (2) wujud budaya, yakni ditolaknya tokoh Aku oleh Pak Bayan
yang terdiri atas ide/gagasan, aktifitas, dan untuk memberi informasi tentang Ni
Temuan pada poin pertama telah yang dialami Mardika yang merupakan adik
kerjasama yaitu usaha yang dilakukan oleh adalah asimilasi, yaitu upaya tokoh Aku,
tokoh Aku, Irana, dan Mardika untuk Irana, dan Mardika dalam mencari data
informasi mengenai kisah hidup Ni Rumyig yang dikemukakan oleh berbagai pihak,
pada masa lampau agar penulisan biografi seperti Pak Bayan (bekas asisten Ni
yang Irana inginkan dapat terselesaikan. Rumyig), Pak winata (wartawan), tetangga,
Kemudian mengenai akomodasi yaitu dan Ibu penjual kopi. Perbedaan tersebut
adanya proses yang dihadapi oleh tokoh akhirnya memberikan titik terang mengenai
Aku, Irana, dan Mardika untuk mengatasi tujuan mereka mencari informasi mengenai
Rumyig. Sejalan dengan proses tersebut, Temuan pada poin kedua, secara
digambarkan oleh pengarang dalam novel, wujud budaya mengenai ide/gagasan, seperti
mengenai kisah lampau Ni Rumyig, dan dahulu adalah seorang dalang di daerah Bali.
pada masa itu, maka aturan untuk seorang yang masih menjaga kebudayaannya.
larangan keluar malam, istilahnya adalah relevan dengan penelitian ini, terdapat
anak luh dadi seluk. Kemudian aktifitas kesamaan pada sisi kajian teori yang
pada novel ini yaitu adanya budaya yang digunakan, yakni sama-sama bermula dari
masih kental pada masyarakat Bali. kajian sosiologi sastra, tetapi berbeda pada
Selanjutnya mengenai hasil budaya yaitu topik kajiannya. Teori yang digunakan pada
dalam novel mengenai seni peran yang dikemukakan oleh pencetus luar negeri,
dimunculkan bersama seni dalang. sedangkan penelitian ini mengacu pada teori
masa kini, terdapat beberapa kisah yang kajiannya pun berbeda, objek kajian
relevan dengan kisah yang terdapat dalam penelitian ini adalah novel Kalamata karya
novel. Dilihat dari segi tokohnya, banyak Ni Made Purnamasari, yang sejauh
tokoh perempuan yang masa mudanya giat pengetahuan penulis belum ada yang
Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi Priyatni, Endah Tri. 2012. Membaca Sastra
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. dengan Ancangan Literasi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Juanda, J. (2010). PERAN PENDIDIKAN
FORMAL DALAM PROSES Rama, Tri. 2007. Kamus Lengkap Bahasa
PEMBUDAYAAN. Lentera Indonesia. Surabaya: Karya Agung.
pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiah dan
Keguruan, 13, (1), 1-5.
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Paradigma
Sosiologi Sastra. Yogyakarta:
Juanda, J. (2017). BAHASA PROKEM Pustaka Pelajar.
DAN PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA. RETORIKA: Jurnal
Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Meto
8(1). de, dan Teknik: Penelitian Sastra
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutardi. 2011. Apresiasi Sastra: Teori, Zaidan, Rozak, dkk. 2007. Kamus Istilah
Aplikasi dan Pembelajarannya. Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.
Lamongan:Pustaka Ilalang.