Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS GAMBARAN INTERAKSI SOSIAL DAN WUJUD BUDAYA PADA NOVEL

KALAMATA KARYA NI MADE PURNAMASARI

Chavita Roviani, 1351140013


Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan: (1)
gambaran interaksi sosial, dan (2) wujud budaya dalam novel Kalamata karya Ni Made
Purnamasari. Data dalam penelitian ini adalah kata, ungkapan atau kalimat dalam novel
Kalamata karya Ni Made Purnamasari. Sumber data penelitian ini adalah novel Kalamata karya
Ni Made Purnamasari dengan ketebalan xvi+ 226 halaman yang diterbitkan oleh KPG
(kepustakaan Populer Gramedia), Jakarta. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu
teknik baca dan catat.
Hasil analisis data gambaran interaksi sosial dan wujud budaya dalam novel Kalamata karya Ni
Made Purnamasari memuat tentang kehidupan sosial budaya masyarakat Bali yang dikisahkan
berdasarkan wujud yang dapat ditemukan pada realitas masyarakat masa kini. Temuan dalam
penelitian ini meliputi; (1) gambaran interaksi sosial, yang terdiri atas tiga bagian, yaitu
kerjasama, akomodasi, dan asimilasi; (2) wujud-wujud budaya, yang terdiri atas: (1) wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan
dan sebagainya. (2) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks akivitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat. (3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengkaji teori sosiologi dengan lebih dalam lagi saat
meneliti karya sastra, supaya didapatkan konsep-konsep lain interaksi sosial dan wujud budaya.

Kata kunci: gambaran interaksi sosial, wujud budaya, novel Kalamata.

ABSTRACK
This research is a qualitative research that aims to describe:(1) Description of social interactions,
and (2) Cultural form in the Kalamata novel by Ni Made Purnamasari. The data in this research
is word, expression or sentence on the Kalamata novel by Ni Made Purnamsari.The data source
of this research is Kalamata novel by Ni Made Purnamasari with a thickness of xvi + 226 pages
that published by KPG (Gramedia‟s Populer Library), Jakarta. Data collection technique on this
research is reading and writing techniques.
The results of data analysis on the description of social interactions and cultural manifestation in
Purnamasari‟s novel contain information about the social cultural life of the Balinese people
based on the form that can be found in the reality of today‟ society. The findings in this study
include;(1) description of social interaction, which consists of three parts, namely cooperation,
accomodation, and assimilation; (2) culture forms,:(1) the form of culture as a complex of ideas,
ideas, values, norms, regulations, etc. (2) the form of culture as a complex activity of patterned
behavior from humans in society. (3) the form of ulture as objects produced by humans. For
futher researchers, it is suggested to study sociology theory more deeply when reearching
literature, so that other concepts of social interaction and cultural forms can be obtained.
Keyword: social interaction, culture, Kalmata novel.
1 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar
BAB I permasalahan apapun yang dihadapinya,

PENDAHULUAN singkatnya pengarang berhak menampilkan

A. Latar Belakang tokoh, siapapun dia orangnya walau hal itu

Sastra memberikan berbagai warna berbeda dengan dunianya sendiri di dunia

yang dituangkan melalui permasalahan- nyata.

permasalahan kemanusiaan dalam Novel merupakan salah satu dari

kehidupan sehingga kesan yang ditonjolkan karya sastra yang sering digunakan sebagai

bisa dirasakan oleh para pembaca. Fiksi sarana pembelajaran dalam kehidupan

merupakan salah satu bentuk karya sastra sehari-hari, karena di dalam novel terdapat

yang kreatif, maka pengarang mewujudkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

dan mengembangkan tokoh-tokoh ceritanya antara lain nilai agama, nilai sosial, nilai

pun tidak lepas dari kebebasan pendidikan, nilai moral, nilai budaya, dan

kreatifitasnya. Fiksi mengandung dan lain-lain. Karya sastra tidak dirancang untuk

menawarkan model kehidupan seperti yang menunjukkan keterlibatan penuh imajinasi.

disikapi dan dialami oleh tokoh-tokoh cerita Karya sastra kadang juga terselip realitas,

sesuai dengan pandangan pengarang tanpa imajinasi apapun. Gelora realitas

terhadap kehidupan itu sendiri. Oleh kadang-kadang hadir sebagai sebuah

karenanya, pengarang sengaja menciptakan pengalaman hidup seolah-olah terjadi

dunia dalam fiksi, ia mempunyai kebebasan sesungguhnya di masyarakat. Namun, istilah

penuh untuk menampilkan tokoh-tokoh yang dimaksudkan itu merujuk kepada

cerita sesuai dengan seleranya, siapapun makna dari pengalaman sosial. Realitas yang

orangnya, apapun status sosialnya ada akan mati tanpa pernah diketahui oleh

bagaimana pun perwatakanya, dan kehidupan kita. Realitas sebagai pengalaman

2 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar


hidup, akan terpatahkan oleh daya fantasi jarang terlihat di permukaan. Kisah itu

pengarang. Sastra menggarap berbagai diceritakan lewat sosok seorang perempuan

ragam kehidupan sosial dari kehidupan yang menjadi dalang wayang. Adapun alur

sosial yang sederhana, sampai ke hal yang cerita yang akan dikisahkan oleh setiap

kompleks. Sastra berusaha menangkap tokoh yang diciptakan oleh pengarang, maka

warna kehidupan sosial secara selektif semakin mudah untuk mengetahui makna

(Endaswara, 2013:114-115). yang disampaikan oleh pengarang.

Novel Kalamata merupakan novel Ni Made Purnamasari, dalam

pertama karya Ni Made Purnamasari yang karyanya banyak mengangkat tentang

baru-baru ini dicetak oleh PT Gramedia, budaya Bali, adat, dan kepercayaan

Jakarta. Sebelumnya, dia lebih kerap masyarakat Bali, dengan karya novel sang

menulis puisi. Kumpulan puisinya pengarang Kalamata yang akan peneliti

“Kawitan” menjadi Pemenang II Sayembara analisis nilia-nilai budaya dengan pedekatan

Manuskrip Buku Puisi Dewan Kesenian sosiologi sastra secara umum.

Jakarta 2015. Pada novel perdananya, Wellek dan Weren membagi konsep

Kalamata, Ni Made Purnamasari sosiologi sastra menjadi tiga yaitu: sosiologi

melatarbelakangi novelnya dengan budaya pengarang, sosiologi karya, dan sosiologi

Bali. Novel ini menceritakan tentang tragedi pembaca. Sosiologi pengarang meliputi

1965 di Bali, dengan kisah hidup seorang profesi pengarang dan ilustrasi sastra,

dalang perempuan kondang bernama Ni berkaitan dasar ekonomi produksi sastra,

Rumyig yang mengalami demensia. latar belakang sosial, status pengarang dan

Novel ini mengenalkan satu sisi ideology pengarang yang terlihat dari

kehidupan berdasarkan adat Bali yang berbagai kegiatan pengarang diluar karya

3 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar


sastra. Selanjutnya, sosiologi karya menurut relevansi karya sastra dengan kenyataan

Wellek dan Weren adalah isi karya sastra, yang ada dalam masyarakat. Nilai-nilai yang

tujuan serta hal-hal yang tersirat dalam terkandung dalam karya sastra pada

karya sastra itu sendiri seyogyanya berkaitan dasarnya mencerminkan realitas sosial yang

dengan masalah sosial. memberikan pengaruh terhadap

masyarakatnya. Oleh karena itu, karya sastra

BAB II dapat dijadikan medium (perantara) untuk

TINJAUAN PUSTAKA DAN mengetahui realitas sosial yang diolah

Tinjauan Pustaka secara kreatif oleh pengarang (Ratna,

1. Karya Sastra 2007:163).

Sastra sebagai salah satu bentuk Sastra khususnya sastra lokal

kebudayaan adalah seni yang merupakan warisan budaya bangsa

menggambarkan kehidupan manusia. Sastra indonesia yang turun temurun dilestarikan

mengandung nilai-nilai religius dan kepada generasi bangsa indonesia dan diakui

kemanusiaan secara umum. Nilai-nilai yang sebagai wahana pendidikan moral dan

terkandung dalam karya sastra banyak karakter (Usman, 2014:190). Sastra dengan

memberikan teladan bagi masyarakat. segala ekspresinya merupakan pencerminan

Melalui karya sastra khususnya novel, bagi dari kehidupan manusia dengan segala

penikmat sastra akan mengetahui nilai-nilai problemnya (Juanda, 2016: 315).

budaya yang terkadang dalam cerita tersebut 2. Sosiologi Sastra

(Ratna, 2007:162). Secara singkat dapat dijelaskan bahwa

Penelitian terhadap karya sastra sangat sosiologi adalah telaah yang objektif dan

penting dilakukan untuk mengetahui ilmiah tentang manusia dalam masyarakat,

4 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar


telaah tentang lembaga dan proses sosial. Analisis sosiologi memandang karya

Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana sastra sebagai struktur yang otonom

masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia sekaligus merupakan bagian integral dalam

berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada struktur sosial. Sesuai dengan mekanisme

(Sapardi, 2009:9). interaksi dalam stuktur komunikatif, maka

Sosiologi sastra adalah ilmu yang perkembangan kejadian-kejadian dalam

mempelajari karya sastra berdasarkan karya sastra didasarkan atas perkembangan

realitas sosial. Asumsi ini karena karya peranan tokoh-tokoh, baik peranan sosial

sastra dilahirkan tidak dalam kekosongan maupun kekeluargaan. Menurut visi

budaya. Penelitian sosiologi sastra yang sosiologis, otonomi karya sastra bukan

membahas aspek sosiobudaya merupakan semata-mata perkembangan struktur

gabungan antara aspek sosial dan budaya psikologis atau kualitas sistemik struktur

dalam sastra. Pesan budaya menjadi sentral intrinsiknya. Otonomi karya sastra, termasuk

ekspresi sastra. Mempelajari karya sastra, kejadian-kejadian yang terkandung di

tidak akan lepas dari budaya dan dalamnya, dipertimbangkan sebagai proses

masyarakatnya. Budaya merupakan getaran dialektis antara karya sastra dengan

yang dapat menggerakkan imajinasi. Budaya masyarakat (Ratna, 2011:170).

itu gambaran tentang hidup manusia di Alasan utama sosiologi sastra penting

masyarakat. Mempelajari budaya lewat dan dengan sendirinya perlu dibangun pola-

sastra dan masyarakat, akan menemukan pola analisis sekaligus teori-teori yang

hakikat hidup manusia dan nilai-nilai berkaitan dengannya adalah kenyataan

budaya yang melekat di dalamnya (Sutardi, bahwa karya sastra mengeksploitasi manusia

2011:80). dalam masyarakat. Benar, medium bahasa

5 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar


memegang peranan yang sangat penting, dari sudut lingkungan tertentu yang terbatas

berbeda dengan karya seni yang lain, tetapi dan berperan sebagai mikrokosmos sosial,

perlu disadari bahwa tanpa masyarakat, seperti lingkungan bangsawan, penguasa,

tidak ada yang dilukiskan oleh bahasa. gelandangan, rakyat jelata, dan sebagainya.

Perbedaannya, apabila sosiologi Sastra sebagai gambaran masyarakat

menganalisis manusia sebagai fakta sosial, bukan berarti karya sastra tersebut

karya sastra menganalisisnya secara menggambarkan keseluruhan warna dan

fiksional. Di sinilah fokus utama sosiologi rupa masyarakat yang ada pada masa

sastra, dan dari sinilah berkembang tertentu pula. Novel merupakan salah satu

problematikanya. Atas dasar kenyataan di diantara bentuk sastra yang paling peka

atas, maka objek karya yang lebih relevan terhadap cerminan masyarakat. Menurut

untuk dianalisis adalah karya-karya yang Johnson, novel merepresentasikan suatu

mengandung unsur naratif, seperti novel gambaran yang jauh lebih realistik mengenai

(Ratna, 2011:295) kehidupan sosial. Ruang lingkup novel

sangat memungkinkan untuk melukiskan


3. Gambaran Interaksi Sosial
situasi lewat kejadian atau peristiwa yang
Karya sastra menerima pengaruh dari
dijalani oleh pengarang atau melalui tokoh-
masyarakat dan sekaligus mampu memberi
tokohnya. Kenyataan dunia seakan-akan
pengaruh terhadap masyarakat. Sastra dapat
terekam dalam novel, berarti ia seperti
dikatakan sebagai cerminan masyarakat,
kenyataan hidup yang sebenarnya (Faruk,
tetapi tidak berarti struktur masyarakat
2010:45).
seluruhnya tergambarkan dalam sastra, yang
Dunia novel adalah pengalaman
didapat di dalamnya adalah gambaran
pengarang yang sudah melewati perenungan
masalah masyarakat secara umum ditinjau

6 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar


kreasi atau imajinasi sehingga dunia novel 4. Wujud Budaya

itu tidak harus terikat oleh dunia sebenarnya. Menurut Koentjaraningrat (2002: 186-

Sketsa kehidupan yang tergambar dalam 187) ada tiga wujud kebudayaan:

novel akan memberi pengalaman baru bagi 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu

pembacanya, karena apa yang ada dalam kompleks dari ide-ide, gagasan,

masyarakat tidak sama persis dengan apa nilai-nilai, norma-norma peraturan

yang ada dalam karya sastra. Hal ini dapat dan sebagainya.

diartikan pula bahwa pengalaman yang 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu

diperoleh pembaca akan membawa dampak kompleks ativitas serta tidakan

sosial bagi pembaca melalui penafsiran- berpola dari manusia dalam

penafsirannya. masyarakat.

Sebagai suatu proses sosial, interaksi 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-

sosial merupakan masalah yang pokok benda hasil karya manusia.

karena merupakan dasar dari segala proses Apa yang ditulis Koentjaraningrat

sosial. Dalam novel Kalamata karya Ni tentu tidak terlepas dari apa yang

Made Purnamasari ada beberapa interaksi diketengahkan J.J. Honigman, adanya tiga

sosial yang dilakukan dilakukan para tokoh. „gejala kebudayaan‟, yaitu: ideas, activities,

Menurut Gilin dan Gilin bahwa interaksi dan artifacs. Dalam kalimat lain, ada ide,

sosial bersiat asosiatif dapat terdiri atas tiga ada aktivitas sebagai aplikasi dari ide, dan

bentuk, yakni kerja sama, akomodasi, dan ada hasilnya.

asimilasi. Wujud pertama kebudayaan disebut

wujud ideal. Wujud ideal kebudayaan tidak

dapat didekati dengan alat indera; dilihat,

7 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar


didengar, dicium, „dicicipi‟, atau diraba; ada masyarakat itu. Gagasan-gagasan itu tidak

di alam pikiran individu atau alam pikiran berada lepas satu dari yang lain, melainkan

masyarakat pendukung kebudayaan; bersifat selalu berkaitan, menjadi suatu system. Para

abstrak. Tetapi, kalau ditulis, dalam arti ahli antropologi dan sosiologi menyebut

sebagaimana hal abstrak tersebut sistem ini sistem budaya, atau cultural

„ditangkap‟, maka „tempatnya‟ berpindah. system. Dalam bahasa Indonesia terdapat

Kita mengenal buku atau karya ilmiah ahli- juga istilah lain yang sangat tepat untuk

ahli ilmu sosial, bahkan laporan pewarta, menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini,

yang menjadi „lokasi baru‟ kebudayaan yaitu adat, atau adat-istiadat untuk bentuk

ideal. Harap dicatat, hal-hal ideal tidak jamaknya.

selalu, bahkan jarang sepadan, dengan Wujud kedua kebudayaan disebut

kondisi obyektif. sistem social atau social system. Social

Hal-hal ideal, bisa jadi, tidak hanya system adalah tindakan berpola dari manusia

ada di kepala individu, tetapi menyebar itu sendiri. Sistem social ini terdiri dari

dalam komunitas atau pendukung aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang

kebudayaan. Saling berkait dan menjadi berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu

suatu sitem, yang disebut sebagai cultural dengan lain dari detik ke detik, dari hari ke

system. Kita bias mendeteksinya dari adat hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut

atau norma yang berlaku dimasyarakat pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata

pendukung kebudayaan. kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas

Ide-ide dan gagasan-gagasan manusia manusia-manusia dalam suatu masyarakat,

banyak yang hidup bersama dalam suatu system sosial itu bersifat konkret, terjadi

masyarakat, member jiwa kepada

8 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar


disekeliling kita sehari-hari, bias dari pikiran atau gagasan manusia. Begitu

diobservasi, difoto dan didokumentasi. juga sebaliknya, kebudayaan fisik atau tata

Wujud ketiga kebudayaan disebut sosial akan mempengaruhi pola pikir dan

kebudayaan fisik, dan tak memerlukan sebaliknya. Dalam kajian-kajian ilmu sosial

banyak penjelasan. Karena berupa seluruh kita mengenal istilah mentifact, sociofact,

total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan artifact.

dan karya semua manusia dalam


BAB IV
masyarakat, maka sifatnya paling konkret,
HASIL PENELITIAN
dan berupa benda-benda atau hal-hal yang
A. Penyajian Hasil Analisis Data
dapat diraba, dilihat, dan difoto. Ada benda-
Pada bab ini, penulis menganalisis
benda yang sangat besar seperti pabrik baja;
gambaran interaksi sosial dan wujud budaya
ada benda-benda yang amat kompleks dan
pada novel Kalamata karya Ni Made
canggih, seperti computer berkapasitas
Purnamasari. Alasan penulis menganalisis
tinggi; atau benda-benda yang besar dan
novel tersebut karena berhubungan dengan
bergerak, suatu kapal tangki minyak; ada
gambaran interaksi sosial dan wujud budaya.
bangunan hasil seni arsitek seperti suatu

candi yang indah; atau ada pula benda-benda B. Hasil Penelitian

kecil seperti kain batik, atau yang lebih kecil 1. Gambaran Interaksi Sosial dalam
Novel Kalamata Karya Ni Made
lagi yaitu kancing baju. Purnamasari
Sebagai suatu proses sosial, interaksi
Sebagai satu sistem, ketiga wujud
sosial merupakan masalah yang pokok
kebudayaan saling tekait. Kebudayaan fisik
karena merupakan dasar dari segala proses
menjelma sebagai hasil aktivitas manusia
sosial. Dalam novel Kalamata ada beberapa
dimana aktivitas tersebut berupa lanjutan
interaksi sosial yang dilakukan oleh para

9 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar


tokoh. Setelah melakukan observasi wajar saja....”yang menjelaskan bahwa si

terhadap objek penelitian, interaksi sosial aku berusaha sewajarnya terhadap Irana agar

yang lebih dominan didapatkan dalam novel si aku tahu tujuan Irana memintanya untuk

Kalamata adalah interaksi sosial yang menuliskan biografi dan agar tujuan Irana

bersifat asosiatif. Menurut Gilin dan Gilin, pun tercapai ketika ia meminta kepada si

bahwa interaksi sosial bersifat asosiatif aku. Walaupun si aku sebenarnya sedikt

terdiri atas tiga bentuk, yakni kerjasama, ragu menerima tawaran dari sahabatnya

akomodasi, dan asimilasi. tersebut.

a. Kerja sama b. Akomodasi

yaitu suatu usaha bersama antara orang Menurut Gilin dan Gilin adalah

perorangan atau kelompok manusia untuk proses dimana orang atau kelompok

mencapai suatu atau beberapa tujuan manusia yang mulanya saling bertentangan,

bersama. Berikut adalah contoh kutipan kemudian mengadakan penyesuaian diri

dari novel Kalamata: untuk mengatasi ketegangan-ketegangan.

Tujuan dari akomodasi adalah untuk

(1) Kutipan (Korpus Data 7) mengurangi pertentangan antara orang atau


”oya? Biografi tentang siapa?”
aku mencoba untuk menjawab kelompok manusia sebagai akibat perbedaan
dengan nada wajar saja, seolah
tidak terlalu acuh pada gerak- paham. Wujud dari akomodasi dalam novel
geriknya tadi. Sajian makan pagi
berupa telur dadar dan kentang Kalamata adalah sebagai berikut:
aku potong dengan garpu dan
pelan-pelan kusantap. Karena (2) Kutipan (Korpus Data 2)
Irana tidak menjawab, aku pun “Aku yakinkan dia bahwa itu
mengangkat bahu sekenanya, bukan masalah. Tetapi,
tanda ingin informasi lebih jauh.” tampaknya dia lebih cerdas-
(Purnamasari, 2016:20). jelaslah, dia sudah punya jauh
lebih banyak jam terbang dalam
Berdasarkan kutipan di atas, “aku menghadapi mahasiswa macam
aku. Sejuta alasan untuk
mencoba untuk menjawab dengan nada
10 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar
membolos segera terpatahkan (3) Kutipan (Korpus Data 4)
oleh satu konsensus yang entah “Irana, gadis keturunan Eropa-
mengapa bisa kami sepakati hari Bali itu tersenyum dan duduk di
itu....”. (Purnamasari, 2016:11). hadapanku.” (Purnamasari,
2016:17)
Dalam kutipan tersebut tujuan
Salah satu faktor terjadinya asimilasi
akomodasi adalah untuk mengurangi
adalah amalgamation atau perkawinan
pertentangan, si aku yang awalnya memiliki
campuran. Pada kutipan diatas menjelaskan
sejuta alasan untuk membolos kemudia si
adanya amalgamation di mana Irana adalah
akumenyadari bahwa pembimbingnya lebih
gadis keturunan Eropa-Bali. Ayahnya
cerdas darinya, maka dari itu si aku pun
berasal dari Belanda, sedangkan ibunya
berusaha menyesuaikan keinginan dari
berasal dari Bali.
pembimbingnya tersebut dengan mencari

jalan keluar untuk kepentingan keduanya.


2. Wujud Budaya pada Novel Kalamata
c. Asimilasi karya Ni Made Purnamasari
Menurut Koentjaningrat (2000: 287)
Asimilasi adalah adanya usaha-usaha
berpendapat bahwa kebudayaan itu
mengurangi perbedaan-perbedaan yang
mempunyai paling sedikit tiga wujud:
terdapat antara orang-perorangan atau
Pertama, wujud ideal dalam
kelompok-kelompok manusia dan juga
kebudayaan. Secara abstrak, tidak dapat
meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi
diraba, difoto, ada dalam kepala, dalam
kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses
pikiran dari warga masyarakat, lokasi
mental dengan memerhatikan kepentingan
kebudayaan tersebut hidup. Contoh kutipan
dan tujuan bersama. Wujud asimilasi yang
kebudayaan sebagai suatu kompleks dari
terdapat dalam novel Kalamata adalah
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
sebagai berikut:
peraturan dalam novel Kalamata karya Ni

Made Purnamasari yaitu:


11 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar
(4) Kutipan (Korpus Data 1) doa itu....” (Purnamasari,
“...boleh jadi, ketika aku 2016:24)
melangkah meninggalkan rumah,
diriku pun sudah dianggap tiada Kedua, wujud kedua dari
oleh ibu. Tiada, sebab di tengah
kekacauan itu, yang membuatnya kebudayaan sering disebut sistem sosial
dirundung kepedihan atas
kehilangan berulang kali, yang mengenai kelakuan berpola dari masyarakat
memisahkan hidup dan mati
dalam ketidakpastian nasib, itu sendiri terdiri dari aktivitas manusia yang
hingga membuatnya kembali
terpaksa tanpa daya di hadapan berinteraksi, berhubungan satu sama lain.
sang maut nan niscaya, aku, anak
luh, putri yang disayangi, tidak Sistem sosial itu bersifat konkret dan terjadi
mungkin bisa pulang lagi.”
(Purnamasari, 2016:6) di sekeliling kita sehari-hari. Contoh kutipan

Berdasarkan kutipan di atas dapat wujud kebudayaan-kebudayaan sebagai

dideskripsikan bahwa masyarakat bali pada suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola

waktu itu percaya bahwa ketika anak mereka dari manusia dalam masyarakat dalam novel

pergi merantau, atau meninggalkan rumah, Kalamata karya Ni Made Purnamasari yaitu:

“...niscaya akan kembali....”, karena pada (6) Kutipan (Korpus Data 21)
“sementara dulu pernah muncul
waktu itu terjadi kekacauan yang membuat perumpamaan negatif mengenai
kaum hawa yang menyaksikan
masyarakat bali menghadapi antara hidup wayang sampai larut malam.
Mereka demikian dicap sebagai
dan mati sehingga mereka memercayai hal „anak luh dadi seluk‟, boleh
dijamah lelaki mana saja.”
tersebut. Kepercayaan itu ditunjukkan pada (Purnamasari, 2016:63)

kutipan dalam novel yaitu: Kutipan diatas mendeskripsikan

(5) Kutipan (Korpus Data 14) bahwa bagi kaum hawa yang menyaksikan
“boleh jadi, ketika aku melangkah
meninggalkan rumah, diriku pun wayang hingga larut malam akan dicap
sudah dianggap tiada oleh ibu.”
“Secara spontan saja, aku sebagai “anak luh dadi seluk” yang artinya
ucapkan mantram gayatri, doa
suci yang dilantunkan selalu boleh dijamah lelaki mana saja, maka dari
sebelum persembahyangan.
Berkali-kali aku batinkan baris itu, ketika Ni Rumyig menjadi seorang

12 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar


dalang dirinya sering kali di anggap oleh atau bale dauh, khusus bagi
keluarga yang lebih muda. Dapur
masyarakat boleh diajak bercumbu. dan sumur selalu terletak di
selatan, simbol pemaknaan bagi
Ketiga, wujud ketiga dari Dewa Brahma, dewa api dan sang
pencipta dunia. Sudut timur laut
kebudayaan disebut kebudayaan fisik dan diperuntukan bagi tempat
persembahyangan, dengan
memerlukan keterampilan, merupakan merajan atau sarana pemujaan
yang berbeda bagi masing-masing
seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas dewata dan leluhur.”
(Purnamasari, 2016:32)
perbuatan, dan karya manusia dalam
Berdasarkan kutipan di atas
masyarakat, maka sifatnya paling konkret
menjelaskan bahwa setiap adat memiliki ciri
dan berupa benda-benda yang dapat dilihat
khas tertentu, salah satunya rumah adat Bali.
dan diraba. Contoh kutipan yang terdapat
Seperti dijelaskan pada kutipan diatas,
pada novel Kalamata karya Ni Made
rumah adat Bali memiliki gerbang yang
Purnamasari tentang wujud kebudayaan
terbuat dari kayu maupun tanah liat yang
sebagai benda-benda hasil karya manusia
menyerupai candi sebagai salah satu ciri
yaitu:
khas dari rumah adat Bali.
(7) Kutipan (Korpus Data 17)
“rumah-rumah desa kemenuh
masih teduh dan asri. Terlihat C. Pembahasan Hasil Penelitian
deretan angkul-angkul, gerbang
tradisi khas Bali, terbuat dari Gambaran interaksi sosial dan wujud
kayu maupun tanah liat
menyerupai candi yang dibelah budaya dalam novel Kalamata karya Ni
dua, dengan dengan jalan masuk
ditengahnya, mengarah pada Made Purnamasari memuat tentang
bangunan-bangunan kecil dengan
fungsinya tersendiri. Satu di kehidupan sosial budaya masyarakat Bali
sebelah timur, disebut bale
dangin, sebagai balai pertemuan yang dikisahkan berdasarkan wujud yang
dan sarana upacara keagamaan.
Di sebelah utara, bale daja, dapat ditemukan pada realitas masyarakat
dipergunakan untuk kamar tidur
mereka yang dituakan, hampir masa kini. Temuan dalam penelitian ini
serupa dengan di bagian barat

13 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar


meliputi; (1) gambaran interaksi sosial, yang banyak pula pertentangan yang dialami

terdiri atas tiga bagian, yaitu kerjasama, didalam, baik berupa pertentangan fisik

akomodasi, dan asimilasi; (2) wujud budaya, yakni ditolaknya tokoh Aku oleh Pak Bayan

yang terdiri atas ide/gagasan, aktifitas, dan untuk memberi informasi tentang Ni

hasil budaya. Rumyig atau bahkan pertentangan batin

Temuan pada poin pertama telah yang dialami Mardika yang merupakan adik

diinterpretasikan secara kualitatif, Ni Rumyig yakni merasa sedih, kecewa

menjelaskan bahwa ditemukan gambaran ketika tidak menemukan data. Selanjutnya

kerjasama yaitu usaha yang dilakukan oleh adalah asimilasi, yaitu upaya tokoh Aku,

tokoh Aku, Irana, dan Mardika untuk Irana, dan Mardika dalam mencari data

mencapai tujuannya, yakni mendapat akhirnya dapat dicapai, perbedaan informasi

informasi mengenai kisah hidup Ni Rumyig yang dikemukakan oleh berbagai pihak,

pada masa lampau agar penulisan biografi seperti Pak Bayan (bekas asisten Ni

yang Irana inginkan dapat terselesaikan. Rumyig), Pak winata (wartawan), tetangga,

Kemudian mengenai akomodasi yaitu dan Ibu penjual kopi. Perbedaan tersebut

adanya proses yang dihadapi oleh tokoh akhirnya memberikan titik terang mengenai

Aku, Irana, dan Mardika untuk mengatasi tujuan mereka mencari informasi mengenai

masalah penyakit yang menimpa Ni masa lalu Ni Rumyig.

Rumyig. Sejalan dengan proses tersebut, Temuan pada poin kedua, secara

banyak permasalahan atau konflik yang kualitatif menjelaskan bahwa ditemukan

digambarkan oleh pengarang dalam novel, wujud budaya mengenai ide/gagasan, seperti

misalnya rumitnya menemukan data digambarkan dalam novel bahwa Ni Rumyig

mengenai kisah lampau Ni Rumyig, dan dahulu adalah seorang dalang di daerah Bali.

14 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar


Sangat jarang ditemukan dalang perempuan masyarakat di daerah kita masing-masing

pada masa itu, maka aturan untuk seorang yang masih menjaga kebudayaannya.

perempuan, terlebih seorang dalang yaitu Berdasarkan hasil penelitian yang

larangan keluar malam, istilahnya adalah relevan dengan penelitian ini, terdapat

anak luh dadi seluk. Kemudian aktifitas kesamaan pada sisi kajian teori yang

pada novel ini yaitu adanya budaya yang digunakan, yakni sama-sama bermula dari

masih kental pada masyarakat Bali. kajian sosiologi sastra, tetapi berbeda pada

Selanjutnya mengenai hasil budaya yaitu topik kajiannya. Teori yang digunakan pada

adanya keterampilan yang digambarkan penelitian relevan menggunakan teori yang

dalam novel mengenai seni peran yang dikemukakan oleh pencetus luar negeri,

dimunculkan bersama seni dalang. sedangkan penelitian ini mengacu pada teori

Berdasarkan realitas masyarakat sosiologi sastra secara umum. Objek

masa kini, terdapat beberapa kisah yang kajiannya pun berbeda, objek kajian

relevan dengan kisah yang terdapat dalam penelitian ini adalah novel Kalamata karya

novel. Dilihat dari segi tokohnya, banyak Ni Made Purnamasari, yang sejauh

tokoh perempuan yang masa mudanya giat pengetahuan penulis belum ada yang

bekerja, kemudian dari sisi meneliti.

kemasyarakatannya yakni masyarakat Bali


DAFTAR PUSTAKA
masih kental dengan kebudayaannya,

mereka senantiasa mempertahankan budaya Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi


Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
di daerah sendiri. Seperti yang terjadi pada Algesindo.
daerah kita masing-masing, banyak
Andalusi. 2008. Sabda Cinta dari Andaluis.
Jakarta: Gudang Ilmu

15 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar


Bertens, 2007. Etika. Jakarta: PT Gramedia Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan
Pustaka Utama. Mentalitas dan Pembangunan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Damono, Sapardi, Djoko. 2009. Sosiologi Utama.
Sastra – Pengantar Ringkas. Ciputat:
Editum. Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu
Antropologi. Jakarta: PT. Rineka
Emi, 2017. Jurnal. Nilai Moral dan Nilai Cipta.
Budaya dalam Novel Kelopak Cinta
Kelabu karya Suhairi Rachmad dan Moleong, Lexy. J.2008. Metodologi
Implikasinya dalam Pembelajaran Penelitian Kualitatif. Bandung:
Apresiasi Sastra di SMP. Program PT. Remaja Rosda Karya.
Pascasarjana Universitas PGRI
Palembang. Muhammad. 2014. Metode Penelitian
Bahasa. Yogyakarta: AR-RUZZ
Endraswara, 2006. Metodologi Penelitian MEDIA.
Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. Mustopo, Habib. 1983. Ilmu Budaya Dasar.
Surabaya: Usaha Nasional.
Endraswara, 2008. Metodologi Penelitian
Sastra: Epiatemologi, Model, Teori, Ni Made Purnama Sari. 2016. Kalamata.
dan Aplikasi. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer
Yogyakarta: Medpress. Gramedia).

Endraswara, 2011. Metodologi Penelitian Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori


Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Buku Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Seru. Gadjah Mada University Press.

Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi Priyatni, Endah Tri. 2012. Membaca Sastra
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. dengan Ancangan Literasi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Juanda, J. (2010). PERAN PENDIDIKAN
FORMAL DALAM PROSES Rama, Tri. 2007. Kamus Lengkap Bahasa
PEMBUDAYAAN. Lentera Indonesia. Surabaya: Karya Agung.
pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiah dan
Keguruan, 13, (1), 1-5.
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Paradigma
Sosiologi Sastra. Yogyakarta:
Juanda, J. (2017). BAHASA PROKEM Pustaka Pelajar.
DAN PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA. RETORIKA: Jurnal
Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Meto
8(1). de, dan Teknik: Penelitian Sastra
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

16 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar


Sariban. 2009. Teori dan Penerapan Wahid, S., & Juanda. (2006). Analisis
Penelitian Sastra. Surabaya: Lentera wacana. Badan penerbit Uniersitas
Cendikia. Negeri Makassar (UNM).

Sugiyono . 2014. Metode Penelitian Wicaksono, Andri. 2014. Pengkajian Prosa


Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Fiksi. Bandar Lampung:
Bandung: Penerbit Alfabeta. Garudhawaca.

Sutardi. 2011. Apresiasi Sastra: Teori, Zaidan, Rozak, dkk. 2007. Kamus Istilah
Aplikasi dan Pembelajarannya. Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.
Lamongan:Pustaka Ilalang.

17 Jurnal: SASTRA INDONESIA. 2019| Universitas Negeri Makassar

Anda mungkin juga menyukai