Proposal Skripsi
Ditulis Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana
(S.S) pada Program Studi Sastra Indonesia
Disusun Oleh:
Aril Kuncoro Djati
1919700192
Karya sastra lahir karena dorongan keinginan dasar manusia untuk mengungkapkan
diri, apa yang telah dijalani, didengar, dilihat, dirasakan dalam kehidupan, dengan
pengungkapan lewat bahasa. Unsur-unsur pembangun karya sastra dapat dikelompokan
menjadi dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrisik. Unsur intrinsik adalah unsur-
unsur yang membangun karya sastra dari dalam, yang meliputi tema, alur, penokohan,
setting, sudut pandang dan gaya bahasa. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur pembangun
karya sastra dari luar, yang meliputi psikologi, biografi , sosial, historis, ekonomi, ilmu, serta
agama.
Lahirnya sebuah karya sastra merupakan reaksi dari keadaan yang terjadi di
lingkungan tempat karya sastra itu tercipta yang dihasilkan oleh seorang pengarang. Dalam
menganalisis karya sastra, peneliti harus berangkat dari latar manusia yang digambarkan
dalam karya sastra tersebut karena karya sastra merupakan gambaran kehidupan masyarakat
serta jiwa tokoh yang hidup di suatu masa, tempat, dan bersifat fiksi. Karya sastra hadir
sebagai wujud nyata imajinatif kreatif seorang sastrawan dengan proses yang berbeda antara
pengarang yang satu dengan pengarang lain, terutama dalam penciptaan cerita fiksi. Proses
tersebut bersifat individualis, artinya cara yang digunakan oleh tiap-tiap pengarang dapat
berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal diantaranya metode, munculnya proses kreatif,
dan cara mengekspresikan apa yang ada dalam diri pengarang hingga bahasa penyampaian
yang digunakan.
Pengertian imajinatif dalam karya fiksi dapat dikatakan sebagai tiruan dari kehidupan,
tetapi bukanlah dalam pengertian tiruan yang kaku begitu saja. Kehidupan yang dirancang
dalam karya fiksi melalui imajinasi, yang kemudian dituangkan dalam kreativitas yang
dirancang sedemikian rupa, sehingga hasilnya bukanlah sekedar seperti satu tiruan atas
realitas kehidupan saja. Oleh karena itu, karya sastra semacam fiksi, bukanlah lawan dari
kebenaran, tetapi lebih kepada pola yang diidealkan pengarang. Fakta dibatasi oleh waktu dan
tempat, sedangkan karya sastra yang terjadi melalui imajinasi dan kreativitas dapat
mengabaikan waktu dan tempat itu.
Analisis adalah cara yang digunakan untuk memperoleh pemahaman tentang pesan
yang disampaikan pengarang melalui karya sastranya. Pesan-pesan tersebut dapat dipahami
melalui proses analisis terhadap nilai-nilai yang ada dalam karya sastra, baik yang tersurat
atau yang tersirat.
Nilai adalah merupakan sesuatu yang penting dan berguna bagi manusia atau
kemanusiaan. Dalam karya sastra terdapat berbagai macam nilai, yaitu diantaranya nilai
moral, agama, etika, estetika, budaya, dan sosial. Cerita dalam karya sastra yang dibangun
oleh imajinasi pengarang berkaitan erat dengan budaya. Nilai budaya dapat dikatakan sebagai
latar yang mendasari pembuatan suatu karya.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, bangunan,
dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia, sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata. Misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Unsur kebudayaan universal dapat diartikan sebagai pemahaman yang lebih jelas
mengenai kebudayaan secara keseluruhan. Karena pembahasan tentang kebudayaan sangat
kompleks dan luas. Sehingga terdapat tujuh unsur kebudayaan untuk lebih memudahkan kita
memahami kebudayaan. Tujuh unsur kebudayaan universal itu antara lain sebagai berikut:
Bahasa, Sistem pengetahuan, Organisasi sosial, Sistem peralatan hidup dan teknologi, Sistem
mata pencaharian, Sistem religi, dan kesenian.
Karya sastra yang di dalamnya mengandung nilai-nilai salah satunya adalah novel.
Penelitian terhadap novel tujuannya untuk mengetahui seluk-beluk yang tersurat dalam novel
dan mengungkapkan unsur-unsur novel di dalamnya. Novel menceritakan suatu kejadian
yang luar biasa dari tokoh ceritanya. Kejadian-kejadian itu menimbulkan gejolak jiwa
pengarangnya terhadap peristiwa-peristiwa yang ditemuinya dalam masyarakat. Novel adalah
sebuah uraian mendalam tentang satu tema yang diungkapkan lewat cerita. Jadi, novel bukan
semata-mata kisah, tetapi juga perenungan terhadap konflik sosial yang digambarkan
pengarang.
Novel merupakan salah satu ragam prosa. Di dalamnya terdapat peristiwa yang
dialami oleh tokoh-tokohnya secara sistematis serta latar belakang terstruktur. Novel
Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia merupakan karya sastra yang fenomenal. Novel
ini diangkat dari kehidupan nyata pengarang.
Novel yang berjudul Assalamualaikum Beijing karya Asma Nadia hadir dengan kisah
yang sangat berbeda dari yang lain. Novel ini berisi kisah percintaan antara dua insan yang
diwarnai dengan perbedaan agama, budaya, dan bangsa. Asma Nadia sebagai penulis novel
ini mempersembahkan sebuah novel yang berbeda dengan menampilkan negeri Cina sebagai
latarnya dan penulis yang mempunyai beragam penghargaan ini juga menampilkan konflik
dalam agama, budaya, dan bangsa.
Novel ini bermula dari seorang wanita muslim bernama Asma mencoba melupakan
kekasihnya yang telah menghianatinya dengan pergi bekerja ke Beijing, Cina. Di Beijing,
Asma bertemu dengan Zhongwen, keduanya akhirnya saling jatuh cinta walaupun pada
awalnya terhambat karena beda agama. Dewa sebagai mantan kekasih Asma berusaha
mendapatkan Asma kembali dengan menyusul Asma ke Beijing. Namun, cinta antara Asma
dan Zhongwen tidak terpisahkan, hingga Zhongwen mengejar cinta Asma ke Indonesia dan
juga mendapat hidayah menjadi seorang mualaf.
Novel Assalamualaikum Beijing karya Asma Nadia yang terbit awal pada tahun 2014
ini merupakan novel yang menggambarkan konflik kehidupan oleh tokoh-tokohnya. Novel
yang terdiri dari 360 halaman ini mengungkap tentang perpaduan dari beberapa latar budaya
di dalamnya. Perpaduan antara budaya Islam di negara mayoritas Tionghoa, menciptakan
sebuah strukturasi budaya yang perlu untuk diteliti. budaya Islam yang digambarkan melalui
penokohan oleh tokoh-tokoh dalam novel, yang langsung bersentuhan dengan kultur budaya
setempat, yaitu Tionghoa. Latar budaya tersebut menjadikan novel ini menarik untuk diteliti.
Nilai budaya ini dapat memberikan gambaran pembelajaran yang baik dan berguna bagi
pembacanya.
Pemahaman terhadap nilai budaya dalam karya sastra yang dihasilkan pengarang,
membutuhkan penganalisaan yang lebih mendalam. Oleh karena itu penelitian ini
menggunakan metode penelitian Sosiologi Sastra. Peneliti menggunakan metode penelitian
Sosiologi Sastra karena Sosiologi sastra sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara
sastra, sastrawan, dan masyarakat sangat penting karena Sosiologi sastra tidak hanya
membicarakan karya sastra itu sendiri melainkan hubungan masyarakat dan lingkungannya
serta kebudayaan yang menghasilkannya.
Secara etimologi, sosiologi berasal dari kata ‘sosio’ atau ‘society’ yang bermakna
masyarakat dan ‘logi’ atau logos yang artinya ilmu. Jadi sosiologi dalam arti sederhana
adalah ilmu tentang masyarakat atau ilmu tentang kehidupan masyarakat. Dalam arti yang
lebih luas lagi sosiologi merupakan telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam
masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses sosial. Sosiologi mencoba mencari tahu
bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung dan bagaimana ia tetap ada.
Oleh karena itu dalam pendekatan sosiologis biasanya yang dianalisis adalah manusia dalam
masyarakat dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat sampai kedalam manusia
sebagai individu.
Sosiologi Sastra diterapkan dalam penilian ini karena dari Sosiologi Sastra adalah
meningkatkan pemahaman terhadap sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, menjelaskan
bahwa rekaan tidak berlawanan dengan kenyataan. Dalam hal ini karya sastra dikonsumsikan
secara imajinatif oleh pembaca, tetapi kerangka imajinatifnya tidak bisa dipahami secara
menyeluruh tanpa analisis yang lebih mendalam. Hal ini dikarenakan karya sastra bukan
semata-mata merupakan gejala individual, tetapi gejala sosial yang timbul dari interaksi antar
tokoh.
Berdasarkan latar belakag yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan rumusan
masalah sebagai berikut :
Tujuan utama yang hendak dicapai peneliti dalam menganalisis novel Assalamualaikum
Beijing adalah:
Penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, menghasilkan laporan
yang sistematis dan dapat bermanfaat secara umum. Adapun manfaat yang didapatkan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih
mendalam tentang unsur budaya dalam karya sastra, khususnya karya sastra pada novel
Assalamualaikum Beijing karya Asma Nadia.
Skripsi dengan judul “ Aspek Sosial Dalam Novel Maria dan Mariam Karya Farahdiba
(Tinjauan Sosiologi Sastra) ” oleh Veronika Mentari Sih Putranti (2021) dari Universitas
Sanata Dharma, meneliti aspek budaya, lingkungan sosial, dan ekonomi yang bersifat timbal
balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu
kesatuan yang utuh.
Skripsi berjudul “Representasi Identitas Sosial Budaya Using Dalam Novel Niti Negari Bala
Abangan Karya Hasnan Singodimayan (Kajian Sosiologi Sastra)” oleh Gio Pramanda Galaxi
(2020) dari Universitas Jember, meneliti representasi identitas sosial budaya masyarakat
Using Banyuwangi melalui novel Niti Negari Bala Abangan karya Hasnan Singodimayan.
Representasi identitas dijelaskan melalui analisis sosiologi sastra dengan tiga cakupan yaitu
sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra dan sosiologi pembaca.
Skripsi berjudul “Kontradiksi Sosial Budaya Dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck Karya Hamka (Kajian Sosiologi Sastra) oleh Quintana Balqis Kapindho (2019) dari
Universitas Negri Semarang, meneliti kontradiksi atau pertentangan sosial budaya yang
berada dalam novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka.
Pamela Clara Loindong pada tahun 2013 yang menulis artikel yang berjudul “Gambaran
Masyarakat Inggris dalam Pride and Prejudice: Suatu Analisis Sosiologi Sastra”. hasil dari
penelitian tersebut memaparkan masalah cerminan kehidupa masyarakat Inggris dalam Pride
and Prejudice dan cerminan stratifikasi sosial masyarakat Inggris dalam Pride and Prejudice.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Pamela dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti yakni sama-sama menggunakan kajian sosiologi sastra. Meskipun objek dikaji oleh
Pamela dengan objek yang dikaji oleh peneliti berbeda.
Margaretha Ervina Sipayung pada tahun 2016 menulis artikel dengan judul “Konflik Sosial
dalam Novel Maryam Karya Okky Madasari: Kajian Sosiologi Sastra”. penelitian Margaretha
mendeskripsikan mengenai konflik sosial yang terjadi karena ada faktor kekuatan etnis, kelas
sosial, ketidaksetaraan, dan ketidaksetaraan politik. Konflik yang dianggap melatarbelakangi
atau menyertai banyak di antara interaksi manusia. Relevansi dari penelitian yang dilakukan
oleh Margaretha dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni adanya persamaan
konflik sosial dalm novel, serta juga sama-sama menggunakan kajian sosiologi sastra.
Berdasarkan data-data tersebut, terlihat perbedaan yang sangat signifikan secara isi, rujukan,
teori kajian, objek, serta analisis, dengan penelitian yang pernah dilakukan tersebut.
Sehingga sangat memungkinkan untuk diadakan penelitian tentang judul “Analisis unsur
budaya dalam novel Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia, dengan objek kajian
sosiologi sastra”.
Istilah sosiologi muncul pada abad ke-19 sekitar tahun 1839. Dari seorang ahli filsafat
berkebangsaan Perancis, bernama Aguste Comte. Ia telah mengusulkan agar penelitian
terhadap masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu tentang masyarakat yang berdiri
sendiri. Ilmu tersebut diberi nama ‘Sosiologi”, yang berasal dari kata latin socious, yang
berarti “kawan”, dan kata Yunani logos, yang berarti “kata” atau “berbicara”. Jadi, sosiologi
berarti “berbicara mengenai masyarakat”. (Soerjono Soekanto, 1990: 4)
Sosiologi dapat diartikan sebagai telaah tentang lembaga dan proses sosial manusia
yang objektif dan ilmiah dalam masyarakat. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana
masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada.
Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah ekonomi, agama,
politik dan lain-lain yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial, kita mendapatkan
gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang
mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di
tempatnya masing-masing.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang murni (pure science) dan bukan
merupakan ilmu pengetahuan terapan atau terpakai (applied science). Tujuan dari sosiologi
adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang masyarakat, dan
bukan untuk mempergunakan pengetahuan tersebut terhadap masyarakat.
Wellek Warren mengungkapkan bahwa sastra adalah institusi sosial yang memakai
medium bahasa. Teknik-teknik sastra tradisonal seperti imbolisme dan matra bersifat sosial
karena merupakan konvensi dan norma masyarakat. Lagi pula sastra “menyajikan
kehidupan”, dan “kehidupan” sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya
sastra juga “meniru” alam dan dunia subjektif manusia. Penyair adalah warga masyarakat
yangmemiliki status khusus. Penelitian yang menyangkut sastra dan masyarakat biasanya
terlalu sempit dan menyentuh permasalahan dari luar sastra. Sastra dikaitkan dengan situasi
tertentu, atau dengan sistem politik, ekonomi, dan sosial tertentu. Penelitian dilakukan untuk
menjabarkan pengaruh masyarakat terhadap sastra dan kedudukan sastra dalam masyarakat.
(Wellek dan Warren, 1993: 109)
Nyoman Kutha Ratna berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu mengenai asal-asul
dan pertumbuhan masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan
hubungan antar manusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional dan empiris. Sosiologi
meneliti hubungan individu dengan kelompok dan budayawan sebagai unsur yang bersama-
sama membentuk kenyataan kehidupan masyarakat dan kenyataan sosial. Masyarakat selalu
dalam perubahan, penyesuaian, dan pembentukan diri (dalam duniasekitar). Sesuai dengan
idealnya. Sebaliknya perubahan kebudayaan jarang terjadi secara mandadak, melainkan
melalui hasil pendidikan dan kebudayaan. Setiap masyarakat sebagai subjek sosiologi
merupakan kesatuan yang sedikit banyak telah mampunyai struktur yang stabil. (Ratna, 2003:
1)
Pitirim Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari: 1)
hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya
antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral;hukum dengan ekonomi; gerak
masyarakat dengan politik dan lain sebagainya); 2) hubungan dan pengaruh timbal balik
antara gejala sosial dengan gejala-gejala non-sosial (misalnya gejala geografis, biologi dan
sebagainya); 3) Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial. (Soerjono Soekanto, 1990:
20)
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi juga menambahkan bahwa sosiologi atau
ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia dan
hubungannya dengan proses sosial termasuk pada perubahan sosial. (dalam Soerjono
Soekanto, 1990: 21)
Penelitian sosiologi sastra hadir dari Glickberg bahwa "all literature, however
fantastic or mystical in content, is animated by a profound social concern, and this is true of
even the most flagrant nihilistic work" yang mempresentasikan bahwa seperti apa bentuk
karya sastra (fantastis dan mistis) pun akan besar perhatiannya terhadap fenomena sosial.
(dalam Suwardi
Endraswara, 2003: 77)
Kendati sosiologi dan sastra mempunyai perbedaan tertentu namun sebenarnya dapat
memberikan penjelasan terhadap makna teks sastra. Menurut Laurenson dan Swingewood
karena sosiologi objek studinya tentang manusia dan sastrapun demikian. (dalam Suwardi
Endraswara, 2003: 78)
Dengan demikian, meskipun sosiologi dan sastra berbeda namun saling melengkapi.
Perspektif sosiologi sastra yang juga perlu diperhatikan adalah pernyataan Levin "Literature
is not only the effect of social causes but also the cause of social effect" yang memberikan
arah bahwa penelitian sosiologi sastra dapat kearah hubungan pengaruh timbal balik antara
sosiologi dan sastra. Yang keduanya akan saling mempengaruhi dalam hal-hal tertentu yang
pada gilirannya menarik perhatian peneliti. (Suwardi Endraswara, 2003: 79)
Ekarini Saraswati mengatakan perbedaan yang ada antara keduanya adalah bahwa
sosiologi melakukan analisis ilmiah yang objektif, sedangkan sastra mencoba memahami
setiap kehidupan sosial dari relung perasaan yang terdalam. (Saraswati, 2003: 3)
Menurut Sapardi Djoko Damono, Sosiologi adalah telaah yang obyektif dan ilmiah
tentang manusia dalam masyarakat; telaah tentang lembaga dan proses sosial. Dengan
mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah perekonomian, keagamaan, politik,
dan lain-lain yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial, kita mendapatkan gambaran
tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme
sosialisasi,proses pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di tempatnya
masing-masing. (Damono, 1978: 6)
2.2.2 Novel
Novel adalah salah satu jenis karya sastra yang menampilkan rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya. Novel juga dapat menonjolkan
watak dan sifat tokoh-tokoh cerita dengan permasalahan kehidupan selain dapat dinikmati
sebagai media hiburan juga di dalamnya terdapat nilai-nilai yang bermanfaat bagi pembaca
dalam kehidupan sehari- hari. Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan
manusia dalam jangka yang lebih panjang dimana terjadi konflik-konflik yang akhirnya
menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup antara pelakunya. (Suhardjo, 1989: 35)
Novel pada dasarnya merupakan bentuk penceritaan tentang kehidupan manusia yang
bersifat fragmentaris. Teknik pengungkapannya bersifat padat dan antar unsurnya
merupakan struktur yang terpadu. Novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari
kehidupan para tokohnya. Dari kejadian itu terlukis suatu konflik, pertikaian yang
menentukan nasib para tokohnya. (Nurgiyantoro, 1995: 30)
Sayuti mengkatagorikan novel dalam bentuk karya fiksi yang bersifat formal. Bagi
pembaca umum, pengategorian ini dapat menyadarkan bahwa sebuah fiksi apapun bentuknya
diciptakan dengan tujuan tertentu. Dengan demikian, pembaca dalam mengapresiasi
sastraakan lebih baik. Pengategorian ini berarti juga bahwa novel yang kita anggap sulit
dipahami, tidak berarti bahwa novel tersebut memang sulit. Pembaca tidak mungkin meminta
penulis untuk menulis novel dengan gaya yang menurut anggapan pembaca luwes dan dapat
dicerna dengan mudah, karena setiap novel yang diciptakan dengan suatu cara tertentu
mempunyai tujuan tertentu pula. (Sayuti, 2000: 7)
Fungsi karya sastra (novel) adalah selain menghibur juga memberikan sesuatu yang
dibutuhkan manusia pada umumnya, berupa nilai-nilai agung yang sering lepas daripengamat
dan pengalaman hidup sehari-hari.
Menurut pendapat para ahli yang lain bahwa novel adalah prosa rekaan yang
menyuguhkan tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa serta latar secara tersusun.
Novel sebagai karya imajinatif mengugkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang mendalam dan
menyajikannya secara halus. Novel tidak hanya sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai
bentuk seni yang mempelajari dan meneliti segi-segi kehidupan dan nilai-nilai baik buruk
(moral) dalam kehidupan ini dan mengarahkan pada pembaca tentang budi pekerti yang
luhur. (Sudjiman, 1998: 53)
Esten menjelaskan bahwa Novel sebagaimana bentuk karya sastra lainnya terdiri dari
unsur-unsur pembentuk yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah
unsur-unsur yangsecara langsung membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur tersebut
antara lain tema, penokohan, alur, latar, judul, sudut pandang, gaya dan suasana. Unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur dari dunia luar karya sastra yang berpengaruh. Unsur-unsur itu
antara lain ekonomi, politik, sejarah, filsafat, pendidikan dan psikologi. (Esten, 1984: 20-22)
Secara struktural terdapat dua teori besar yang bisa digunakan sebagai pendekatan sosiologis
dalam memahami budaya.
2. Kedua, pendekatan kritis. Pendekatan ini mendapat insipirasi dari pemikir sosial Karl
Marx. Menurut Marx kultur atau budaya merupakan instrumen atau alat dominasi pihak
berkuasa atau mayoritas terhadap pihak yang didominasi atau minoritas yang lemah. Selain
itu, budaya juga dapat menjadi sarana perlawanan fisik atau ideologis pihak yang didominasi
kepada pihak yang mendominasi. Pihak yang mendominasi cenderung disponsori oleh sistem
ekonomi kapitalis. Sebagai contoh, ideologi mainstream mendoktrin bahwa sukses artinya
kaya dan punya uang. Untuk sukses seseorang karyawan harus bekerja keras, dan
mendedikasikan dirinya untuk bekerja agar bisa kaya seperti bosnya. Sementara pada
kenyataannya pekerjaan dengan gaji setara bos jumlahnya sedikit. Budaya kerja keras yang
dilakukan oleh karyawan malah membuat bos semakin kaya. Sementara kebanyakan
karyawan akan selalu tetap di bawah bosnya.
Kebudayaan adalah keseluruhan hasil belajar perilaku yang dapat diwariskan secara sosial.
Hal ini meliputi gagasan-gagasan, nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, dan benda-benda
kebudayaan milik kelompok atau masyarakat. (Richard T. Schaefer dan Robert P. Lamm)
BAB III
METODELOGI PENELITIAN