Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KAJIAN PSIKOLOGIS DAN ASPEK BUDAYA DALAM NOVEL SALAH

ASUHAN KARYA ABDOEL MOEIS

Kelompok 2
Revi Mariska Hasibuan (11220130000024)
Maritza Besya Al Farisi (11220130000029)

ABSTRAK

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psikologis tokoh-tokoh serta


aspek budaya yang terdapat dalam novel Salah Asuhan. Objek kajian dalam penelitian ini
sebagai sumber data yang akan dipaparkan adalah novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis
yang dicetak dan diterbitkan oleh Balai Pustaka. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan aspek psikologis tokoh yang terdapat
dalam novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis. Teknik pengumpulan data yang diterapkan
berupa dokumentasi, Simak, analisis, dan catat. Hasil penelitian yang dapat diperoleh berupa
permasalahan terkait perbedaan budaya dan adat istiadat antara bangsa eropa dan adat
minangkabau yang diperankan oleh Hanafi sebagai bumiputra dan Corrie sebagai perempuan
keturunan Jerman. Gambaran psikologis para tokoh dalam novel Salah Asuhan yang meliputi
tokoh, Hanafi sebagai tokoh utama yang memiliki aspek psikologis sombong, menghina,tidak
tahu balas budi, durhaka. Kemudian diikuti oleh tokoh Corrie yang memiliki aspek psikologis
bimbang akan perasaannya. Selanjutnya tokoh Ibu yang memiliki aspek psikologi rendah
hati, dan sabar. Dan yang terakhir tokoh Rapiah memiliki aspek psikologis penurut dan sabar
Kata Kunci : Psikologi, Budaya, Novel, Salah Asuhan

LATAR BELAKANG MASALAH

Karya sastra yang menjadi objek ilmu sastra itu bersifat kreatif. imajinatif, intuitif,
bertitik tolak pada penghayatan, berupa abstraksi kehidupan.Karya sastra lahir oleh dorongan
manusia untuk mengungkap diri tentang masalah manusia, kemanusiaan, dan semesta 1. Dari
definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa
fiksi yang mengisahkan kehidupan seorang tokoh melalui serangkaian peristiwa atau alur,
dengan cakupan yang tidak terlalu pendek maupun terlalu panjang. Novel menjadi salah satu
karya sastra yang paling di minati dan popular di dunia, bentuk sastra ini paling banyak
beredar selain daya komunikasinya yang luas pembaca bisa merasakan daya tarik dari cerita
novel yang ditokohkan. Novel sebagai karya sastra selain berfungsi untuk menghibur, juga
1 Antilan Purba, Pengantar Ilmu Sastra, (Medan: USU Press, 2010),hlm. 6
memberikan nilai Pendidikan, pembangun semangat, dan memberikan keteladanan bagi
kehidupan sosial budaya yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Penulisan novel
sebagai prosa yang memiliki cerita Panjang dan menampilkan beberapa tokoh rekaan yang
menampilkan serangkaian peristiwa serta latar secara tersusun. Novel sebagai karya hasil
imajinatif seseorang menceritakan berbagai aspek-aspek dalam kemanusiaan dan
menyajikannya dengan gaya bahasa yang menarik.
Banyak aspek yang terdapat dalam suatu novel. Beberapa di antaranya meliputi aspek
psikologis, moral, religius, sosial, dan sebagainya. Psikologi dalam sastra tidak hanya melihat
narasi dalam pengalaman kejiwaan tokoh, tetapi juga harus dicari hubungan antara
pengalaman jiwa tokoh dengan penyebab pengalaman kejiwaan tersebut. Penyebab konflik
batin tersebut adalah alasan seseorang melakukan suatu perilaku atau aktivitas untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu, proses interpretasi dalam karya sastra
dan juga mencari akar permasalahan kejiwaan dalam diri tokoh yang terungkap melalui
dialog dan uraian. Fenomena-fenomena itulah yang akan dianalisis dalam penelitian novel
Salah Asuhan dengan melihat hubungan antara konflik batin tokoh, penyebab konflik batin,
jenisnya, dan cara penyelesaiannya dengan pendekatan psikologi, Penelitian mengenai
psikologi sastra berperan penting dalam sastra karena dapat membahas lebih mendalam
perwatakan tokoh dan memberi peluang bagi para penulis untuk mengembangkan penelitian
tentang perwatakan tokoh dan karya sastra prosa. 2. Budaya mencakup berbagai norma, nilai,
kebiasaan, serta tradisi yang membentuk cara hidup masyarakat dan memberikan arah bagi
tindakan mereka. Dengan demikian, budaya tidak hanya mempengaruhi bagaimana individu
berinteraksi dan berperilaku, tetapi juga mempengaruhi cara individu memahami dan
menafsirkan dunia di sekitar mereka. Definisi Benedict menyoroti pentingnya perilaku
manusia dan dampaknya dalam membentuk dan mempertahankan sistem budaya yang
kompleks serta dinamis.
Dalam novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis, terdapat beberapa aspek yang
tercermin, termasuk aspek psikologis, budaya, moral, sosial, dan perubahan zaman. Aspek
psikologis muncul melalui penjelajahan karakter-karakter utama dalam novel, seperti konflik
batin yang dialami Hanafi dalam menemukan jati dirinya di tengah pergulatan antara tradisi
dan modernitas. Aspek budaya tercermin melalui penggambaran kehidupan masyarakat
Minangkabau pada masa itu, dengan semua kompleksitasnya, seperti nilai-nilai adat dan
hubungan antargenerasi. Aspek moral hadir melalui perjuangan karakter-karakter untuk

2 Arika Rini, Menyingkap Konflik Batin Tokoh Dan Deiksis Dalam Novel Saman, (Jawa Tengah: Yayasan
Lembaga Gumun Indonesia, 2021), hlm. 7
memahami dan menghadapi konsekuensi dari tindakan-tindakan mereka, serta melalui
pertentangan antara nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan realitas kehidupan sehari-hari.
Aspek sosial tercermin dalam gambaran tentang struktur sosial dan ketidaksetaraan yang ada
dalam masyarakat kolonial Hindia Belanda pada saat itu. Terakhir, aspek perubahan zaman
tercermin melalui konflik antara nilai-nilai tradisional dan tuntutan modernitas yang semakin
mempengaruhi kehidupan masyarakat, seperti yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam novel
ini.
Karya sastra sebagai salah satu hasil dari kebudayaan merupakan hasıl karya individu
yang dalam penyampaiannya tidak terlepas darı kebudayaan dan kehidupan sosial
masyarakat. Dengan demikian, dapat juga dinyatakan bahwa kebudayaan mempunyai
cakupan yang luas dan kompleks sehingga dapat tercermin dalam karya sastra. Sastra
merupakan cerminan budaya suatu masyarakat. Kehadiran karya sastra tidak dapat dilepaskan
dari fenomena sosial budaya yang melingkupinya3.
Pemilihan studi mengenai psikologi dan aspek budaya sebagai fokus penelitian ini
didasarkan pada keberagaman budaya yang tercermin dalam novel Salah Asuhan. Karya
sastra ini menggambarkan berbagai aspek budaya yang menarik untuk diteliti secara
mendalam. Selain itu, novel ini menimbulkan rasa penasaran untuk menganalisisnya lebih
lanjut. Isi dari novel tersebut meliputi wujud, ciri, dan nilai budaya yang menjadi titik pusat
kajian. Wujud budaya dan nilai psikologi dalam novel Salah Asuhan ini merupakan elemen
penting dalam memahami kompleksitas cerita dan karakter-karakter di dalamnya. Adapun
ciri-ciri psikologi dan budaya pada Novel Salah Asuhan terdapat pada interaksi antar
karakter, perubahan sikap dan perilaku tokoh-tokoh dalam menghadapi konflik, serta
penggambaran nilai-nilai tradisional dan modern yang saling bertentangan dalam masyarakat
Minangkabau pada masa kolonial.
RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja aspek masalah yang terdapat dalam novel Salah Asuhan karya Abdoel
Moeis?
2. Bagaimana representasi aspek psikologis tokoh yang terdapat dalam novel Salah
Asuhan karya Abdoel Moeis?

LANDASAN TEORI

3 Agus Sri, Dinamika Identitas Dalam Bahasa Dan Sastra, (Bandung: PT Dunia Pustaka, 2022), hlm. 189
Penjelasan mengenai sastra adalah sesuatu yang asyik untuk dibicarakan. Banyak ahli
yang beranggapan jika sastra adalah suatu seni, namun ada pula yang mendefinisikan sastra
sebagai suatu curahan perasaan setiap manusia. Terlepas dari keduanya, hakikat dari sastra
akan terus berkembang mengikuti alur jaman. Menurut Semi sastra adalah suatu bentuk dan
hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupanya menggunakan
bahasa sebagai mediumnya4
Karya sastra termasuk salah satu bentuk seni yang bermedium bahasa, baik lisan
maupun tulisan. Melalui bahasa, pengarang dapat mengungkapkan imaginasi, pengamatan,
dan renungannya dalam bentuk karya sastra. Karya-karya sastra yang dihasilkan akan
dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, budaya, dan politik pada saat karya sastra tersebut
diciptakan. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa sastra merupakan cermin dari kehidupan
seseorang dan masyarakat tertentu5. Karya sastra itu sangat erat hubungannya dengan
pembaca bagi kepentingan masyarakat pembaca. Di samping itu, pembaca lah yang
menentukan makna dan nilai karya sastra. Karya sastra itu tidak mempunyai arti tanpa ada
pembaca yang menanggapinya. Sapardi Djoko Damono pernah ditanya oleh salah seorang
peserta seminar tentang pengertian karya sastra. Menurut Sapardi, karya sastra adalah karya
yang dimaksudkan oleh pengarangnya sebagai karya sastra, berwujud karya sastra, dan
diterima oleh masyarakat sebagai karya sastra6 .
Gejala psikologis tokoh dalam karya sastra didokumentasikan dan diekspos melalui
tindakan para tokoh. Perilaku ini menjadi data empiris atau kebenaran yang perlu
dimunculkan oleh pembaca sastra yang memiliki teori psikologi yang dapat diterima. Ada
proses psikologis yang memanifestasikan dirinya melalui tindakan para tokoh dalam karya
sastra. Pendekatan psikologis dapat digunakan dalam menganalisis karya sastra 7. Secara
umum psikologi sastra menghubungkan antar dua rumpun ilmu yang menjembatani bidang
psikologi dan sastra. Psikologi sastra sendiri hadir sebagai salah satu kajian dalam ilmu sastra
untuk menginterpretasikan karya sastra, pengarang karya sastra dan pembacanya dengan
menggunakan berbagai konsep dan kerangka teori yang ada dalam psikologi8.

4 Rani Siti Fitriani, dkk, Ensiklopedia Bahasa dan Sastra Klasik: Pengertian Sastra Klasik, (Hamka Pustaka,
2021), hlm. 6
5 Hendrawansyah, Paradoks Budaya Tinjauan Strukturalisme Genetik Goldman, (Ponorogo: Uwais Inspirasi
Indonesia, 2018), hlm. 3
6 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), hlm. 92
7 Agnes Widyaningrum, Pengantar Ilmu Sastra, (Pekalongan: PT Nasya Expanding Mnagement, 2023), hlm.
175
8 Gerry Kadamehang dan Mayske, Perspektif Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Budaya, (Solok: PT Mafy Media
Literasi Indonesia, 2023), hlm. 55
Menurut Ruth Benedict, budaya tidak hanya terdiri dari hasil karya fisik manusia,
tetapi lebih banyak berkaitan dengan aspek perilaku, seperti pola pikir, tindakan, dan prilaku
manusia. Lebih lanjut, Benedict menyatakan bahwa budaya terdiri dari pola-pola perilaku dan
tindakan manusia yang dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, terlepas
dari faktor genetik biologis9

PENELITIAN RELEVAN
Penelitian pertama dilakukan oleh Veronika, Chairil Efendy dan Perlindungan
Nadeak, dengan judul “Analisis Psikologi Tokoh Utama Dalam Novel Kering Karya Iwan
Simatupang”. Penelitian ini menghasilkan suatu kesimpulan sebagai berikut. (1) Dilihat dari
pikiran, tokoh utama memiliki watak tidak pernah mengeluh, tidak putus asa, pasrah dengan
keadaan, pantang menyerah, ingin hidup bebas tanpa terikat, dan pasrah pada takdir Tuhan;
(2) Dilihat dari perilaku, tokoh utama memiliki watak tetap pada pendirian, pekerja keras,
pasrah, setia kawan, pemberani, dan periang10.
Penelitian kedua dilakukan oleh Hanzar, Martono dan Endang, dengan judul “Analisis
Psikologi Terhadap Novel Berteman Dengan Kematian Karya Sinta Ridwan”. Hasil analisis
data menunjukkan emosi yang terdapat pada tokoh utama yaitu emosi positif dan emosi
negatif. Emosi positif meliputi cinta dan bahagia, sedangkan emosi negatif meliputi marah,
benci, takut, dan sedih. Emosi ini dapat terlihat dari berbagai peristiwa yang dialami tokoh
utama. Emosi dapat mempengaruhi sikap dan perwatakan tokoh utama dalam novel Berteman
dengan Kematian karya Sinta Ridwan. Emosi yang lebih mendominasi dalam novel ini
adalah emosi negatif.11
Penelitian ketiga dilakukan oleh Samuel dkk, dengan judul “Analisis Psikologis
Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis”. Hasil penelitian ini diperoleh gambaran
pdokologi sebagai berikut: Hanafi merupakan orang timur yang tidak terlepas dari adab adat
istiadat dan agama walaupun sejak kecil sudah bergaul dengan orang barat sehingga itulah
yang menyebabkan dirinya bertentangan dengan aturan timur dan menjadikan
sikapnyasombong, pemarah, bimbang, keras kepala, dan egois dalam mengambil keputusan,
Corrie du Busse merupakan orang barat yang berpikiran secara realistis sehingga mempunyai

9 Burhan Nudin, “Peran Budaya Organisasi Ipnu-Ippnu Dalam Pengembangan PendidikanAgama Islam Di
Kabupaten Slemen”, Jurnal El- Tarbawi, 10:1, 2017, hlm. 92
10 Veronika, Chairil dan Perlindungan, “Analisis Psikologi Tokoh Utama Dalam Novel Kering Karya Iwan
Simatupang”
11 Hanizar, Martono dan Endang, “Analisis Psikologi Sastra Terhadap Novel Berteman Dengan Kematian Karya
Sinta Ridwan, hlm. 7
sifat mawas diri, sombong, keras kepala, dan berterus-terang, Ibu mempunyai sifat sabar,
bijak, berusaha, dan cemas serta Rapiah mempunyai sifat sabar, tahu diri, setia, dan percaya. 12
Penelitian keempat dilakukan oleh Emilia Contessa, Lasmiatun, dan Dedi Aprizal,
dengan judul “Analisis Aspek Sosial Budaya dalam Novel KKN di Desa Penari Karya
Simpleman: Tinjauan Sosiologi Sastra”. Hasil analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa
novel "Analisis Aspek Sosial Budaya dalam Novel KKN di Desa Penari Karya Simpleman:
Tinjauan Sosiologi Sastra" memiliki aspek budaya yang meliputi unsur kebudayaan seperti
peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan, bahasa,
kesenian, sistem pengetahuan, dan religi (kepercayaan). Peralatan dan perlengkapan hidup
mencakup kendaraan, bangunan, dan peralatan rumah tangga. Mata pencaharian hidup
diwakili oleh kegiatan berkebun dan berdagang. Sistem kemasyarakatan terkait dengan
pemerintahan desa.13
BIOGRAFI PENGARANG
Abdul Moeis dilahirkan pada tanggal 3 Juni 1913 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Beliau merupakan seorang anak dari Datuk Tunmengguh Larch. Seperti halnya seorang
Minangkabau beliau memiliki jiwa petualang yang sangat tinggi. Dimulai dengan masa
remaja beliau sudah berani meninggalkan tanalı kelahirannya. dengan merantau menuju
pulau Jawa. Bahkan masa tua beliau telah beliau habiskan di perantauan. Abdul Mocis
merupakan seorang sastrawan sekaligus pejuang maupun wartawan, beliau meninggal dunia
di Bandung pada tanggal 17 Juni 1959 di usia belian menginjak 76 tahun. Pada saat itu
jenazah beliau dimakanıkan di tanvan paddawan yang terletak di Cikutra, Bandung. Pada saat
itu beliau meninggalkan 2 orang istri dan 13 orang anaknya. Beliau merupakan seorang
lulusan sekolah luar negeri yaitu Eur. Legere School atau juga yang sering disebut dengan
ELS. Beliau juga pernah belajar di Stovia selama 3,5 tahun pada tahun 1900-1902, 14 namun
tidak sampai lulus.
la kemudian bergabung dengan Sarekat Islam hingga diangkat sebagai salah seorang
anggota pengurus besar. Keikutsertaan Alsdoel Mocis dalam pengiriman komite ke Negeri
Belanda mungkin atas dasar pertimbangan pribadi dan tidak mewakili pendapat Sarekat
Islam. Keberangkatan Abdoel Moeis menyebabkan pertentangan yang sengit antara elemen
kiri dan kanan dalam tubuh Sarekat Islam. Bagaimanapun juga halnya, ketika di Belanda,

12 Purnama Sari, Rahmat Kartolo, “Analisis Psikologi Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis” Jurnal Ilu
Pendidikan (JIP), hlm. 37.
13 Emila, Lasmiatun, dan Dedi, “Analisis Aspek Sosial Budaya Dalam Novel “KKN Di Desa Penari” Karya
Simpleman: Tinjauan Sosiologi Sastra”, Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia FKIP UM Palembang,
2022, hlm, 85.
14 Erwin, dkk, Penulis Sastra Dan Esai, (Sumatera Barat: Yayasan Pendidikan Cendaka Muslim, 2023), hlm. 31
Abdoel Moeis memanfaatkan kesempatan itu untuk memengaruhi tokoh-tokoh politik
Belanda untuk mendirikan Sekolah Teknologi Tinggi (Technische Hogeschool) di Indonesia
Perjuangan Abdoel Moeis tidak sia-sia karena sekolah itu akhirnya didirikan di Indonesia dan
sekarang terkenal namanya dengan Jasitar Teknologi Bandung (ITB) yang merupakan salah
satu sekolah penghasil ahli-ahli teknik yang terpandang di tanah air.15
Karya sastra milik Abdoel Moeis yang terkenal yaitu novel Salah Asuhan, menjadi
perhatian dari berbagai kalangan, termasuk para kritikus terkemuka waktu inu. A. Teeuw
mengatakan bahwa Abdoel Moeis adalah orang yang termasuk golongan pertama sastrawan
Indonesia yang nasionalis.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan
suatu pendekatan yang digunakan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang
fenomena manusia beserta konteksnya, dengan penekanan pada pengumpulan data deskriptif
yang rinci dan analisis yang menyeluruh untuk mengungkap makna, persepsi, dan
pengalaman individu atau kelompok yang sedang diselidiki. Dalam pendekatan ini, peneliti
menggunakan berbagai teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancara, dan analisis
konten untuk mendapatkan informasi yang beragam dan kontekstual. Selain itu, pendekatan
kualitatif memungkinkan peneliti untuk menyesuaikan desain penelitian dan strategi
pengumpulan data sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dalam situasi penelitian.
Dengan menggunakan pendekatan ini, peneliti dapat menggali kompleksitas dan keragaman
pengalaman manusia secara lebih menyeluruh, yang pada akhirnya dapat menghasilkan
pemahaman yang lebih dalam dan komprehensif tentang subjek yang diteliti. Metode
kualitatif juga umumnya digunakan dalam berbagai bidang penelitian sosial, pendidikan,
psikologi, antropologi, dan lainnya yang memerlukan pemahaman mendalam tentang
manusia dan budaya.

PEMBAHASAN
1. Analisis aspek masalah yang terdapat dalam novel Salah Asuhan karya Abdoel
Moeis
a. Budaya

15 Gamal Komandoko, Boedi Oetomo Awal Kebangkitan Bangsa, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2008), hlm. 31
Novel ini menceritakan tentang tokoh Hanafi seorang bumiputra yang
berasal dari Sumatera yang kental dengan adat Minangkabau yang bergaul
dengan Corrie seorang gadis keturunan barat yang berasal dari Prancis.
Perbedaan ini kerap menjadi perselisihan dan pertentangan di antara mereka,
hal ini karena banyaknya perbedaan budaya diantara kedua tokoh tersebut,
salah satu pertentangan yang terdapat dalam novel Salah Asuhan yang
menyinggung budaya pergaulan dan batasan antara laki-laki dan perempuan
sebagai dialog berikut:

Dalam pergaulan bangsaku, bangsa eropa, sungguh longgarkah pergaulan


antara laki-laki dan perempuan, sebagai kau katakan tadi. Tapi sebab sudah
galib, tidaklah akan cepat orang berbuat fitnah atau menyangka buruk,
apabila kelihatan laki-laki bergaul dengan perempuan lain, yang bukan ahli
karibnya. Tetapi dalam pergaulan bangsamu, apabila di tanah Sumatera ini,
lain keadaannya, jangankan dengan perempuan lain, dengan ahlinya yang
paling karib, sekalipun dengan adik atau kakaknya sendiri, sudah disebut
janggal, apabila ia bergaul atau duduk bersenda gurau, bahkan berjalan
berdua-dua. Dan buat bersinggungan kulit dengan perempuan lain, kata
bangsamu sudah haram16.
Dialog di atas memberikan gambaran perbedaan budaya antara orang eropa
dan orang Sumatera dalam aspek pergaulan antara laki-laki dan perempuan.
Pergaulan antara laki-laki dan perempuan bagi orang eropa tidak ada batasan
dan tidak akan memicu fitnah bagi orang-orang. Sebaliknya bagi orang
Sumatera, pergaulan antara laki-laki dan perempuan kerap memunculkan
fitnah bahkan dianggap haram.
b. Adat istiadat
Dalam novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis mengenai adat istiadat
minangkabau kerap banyak disinggung dan dituangkan dalam ceritanya. Adat
istiadat minangkabau yang begitu kental sering menimbulkan pertikaian dan
perselisihan yang terjadi antara tokoh dalam novel Salah Asuhan sebagai
dalam dialog berikut:
Pangkalnya dari Hanafi juga. Ia berkata “kaum muda”. Pakaian mempelai
secara yang masih dilazimkan sekarang di negerinya, yaitu pakaian secara
16 Abdoel Moeis, Salah Asuhan, (Jakarta: PT Balai Pustaka, 2009), hlm. 3
zaman dahulu, disebutkannya “anak komidi istanbul”. Jika ia dipaksa
memakai secara itu, sukalah ia urung saja, demikianlah katanya dengan
pendek. Setelah tmbul pertengkaran di dalam keluarga, pihaknya sendiri
akhirnya diterimalah, bahwa ia memkai ‘smoking’ yaitu jas hitam, celana
hitam dengan berompi dan berdasi putih. Tapi waktu hendak menutup
kepalanya sudah berselisih pula. Denagn kekerasan ia menolak memakai
destar saluk, yaitu pakaian orang minangkabau \. Bertangisan sekalian
perempuan, meminta supaya ia jangan menolak tanda keminangkabauan
yang satu itu, yaitu selama beralat saja, jika peralatan sudah selesai, bolelah
ia memakai kehendak hatinya.17
Hanafi sebagai tokoh utama yang memiliki watak keras kepala, sering kali
menentang adat yang sudah ditetapkan sejak dahulu, salah satunya adat dan
tradisi pernikahan orang minangkabau perihal pakaian yang dikenakan oleh
mempelai perempuan dan laki-laki. Dalam dialog berikut terlihatlah
ketidaksukaan Hanafi dalam memakai pakaian yang harus dikenakan oleh
mempelai laki-laki sesuai dengan adat minangkabau.

2. Representasi aspek psikologis tokoh yang terdapat dalam novel Salah Asuhan karya
Abdoel Moeis
Dalam novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis, tokoh-tokoh utama seperti Hanafi,
Corrie, Ibunya Hanafi, dan Rapiah memperlihatkan beragam aspek psikologis yang menarik
untuk dianalisis:
1. Hanafi
Hanafi sebagai tokoh utama dalam novel Salah Asuhan memiliki beberapa gambaran
psikologi yang dapat dipaparkan. Karakter Hanafi yang memiliki watak sombong,
menghina, tidak tahu balas budi, dan durhaka sebagaimana dalam dialog berikut:
Sombong:
Maka tidaklah ia segan-segan mengeluarkan uang buat mengisi rumah sewaan di
Solok itu secara yang dikehendaki oleh anaknya, Hanafi berkata, bahwa ia dari kecil hidup
di dalam rumah orang Belanda saja, jadi tidak senanglah hatinya, jika aturan mengisi
rumahnya tidak mengarah-arah itu pula18.

17 Ibid, hlm. 73
18 Ibid, hlm. 24
Kutipan di atas menggambarkan kehidupan Hanafi yang lebih suka menata rumah seperti
orang-orang Belanda dan tidak segan mengeluarkan uang untuk mengisi berbagai perabotan
rumah.
Menghina:
“Itulah salahnya, Ibu, bangsa kita dari kampung; tidak suka menurutkan putaran
zaman. Lebih suka duduk rungkuh dan duduk mengukul saja sepanjang hari. Tidak ubah
dengan kerbau bangsa kita, Bu!, dan segala sirih menyirih itu….brrr! 19
Kutipan di atas menggambarkan sifat Hanafi yang tidak segan menghina bangsanya sendiri
dengan menganggapnya kuno bahkan mengibaratkannya bagaikan binatang.
Tidak tahu balas budi:
Sekali lagi Hanafi bangkit dari berbaring, sambil gelak terbahak bahak Maka berkatalah ia,
"Itulah yang kusegankan benar hidup di tanah Minangkabau ini, Bu, Di sini semua orang
berkuasa, kepada semua orang kita berutang, baik utang uang maupun utang budi Hati
semua orang mesti dipelihara dan laki-laki perempuan itu dipergaduh gaduhkan dari luar
buat menjadi suami istri. Itulah yang menarik hatiku pada adat orang Belanda20.
Kutipan di atas menggambarkan sifat Hanafi yang tidak tahu balas budi kepada mamaknya
Sutan Batuah yang telah membantu biaya Hanafi untuk menyelesaikan sekolahnya.
Durhaka:
“Ibu orang kampung dan perasaan ibu kampung semua, demikian ia berkata, kalau ibunya
mengembangkan permadani di beranda belakang, buat menanti tamu yang sesama tuanya.
"Di runtah gedang, di Koto Anau, tentu boleh duduk menabur lantai sepenuh rumah, tapi di
sini kita dalam kota, tamuku orang Belanda saja21"
Kutipan di atas menggambarkan sifat Hanafi yang begitu durhaka kepada Ibunya dengan
lantang ia menghina Ibunya sebagai orang kampung tanpa mempedulikan perasaan Ibunya.
2. Corrie
Tokoh Corrie dalam novel Salah Asuhan memiliki gambaran psikologi yang dapat
dipaparkan. Karakter Corrie yang memiliki watak bimbang atas perasaanya sendiri,
sebagaimana dalam dialog berikut:
Bimbang;
Tapi-dibalik-balik pula dipikirkan-kalau Corrie sendiri tidak cinta kepadanya apakah yang
buat disusahkan? Kalau ia memang tidak cinta dengan sepatah kata ja dapat mencegah

19 Ibid, hlm. 25
20 Ibid, hlm. 31
21 Ibid, hlm. 25
segala gangguan itu, dan amanlah pula dalam hatinya. Ya-memang sesungguhnya ia "tidak"
cinta pada Hanafi dan hal itu hendak diceritakannya esok petang dengan selesai dengan
pendek Supaya Hanafi mengetahui benar-benar, bahwa ia tidak usah mengharap-harap lagi.
Tapi kasihan, kalau diceritakan pula sekalian itu, alangkah sedih hati Hanafi Tali
persaudaraan yang sekian teguhnya, ditimbulkan dari jaman masih kanak-kanak, tentu akan
putus22
Kutipan di atas menggambarkan karakter Corrie yang bimbang terhadap perasaannya sendiri
antara ia yang memendam perasaan cinta terhadap Hanafi namun ingin menyudahi semuanya
agar Hanafi tidak lagi berharap kepadanya.
3. Ibu
Tokoh Ibu dalam novel Salah Asuhan memiliki gambaran psikologi yang dapat dipaparkan.
Karakter Ibu yang memiliki watak rendah hati dan penyayang, sabar sebagaimana dalam
dialog berikut:
Rendah hati;
Sungguhpun ibunya orang kampung, dan selamanya tinggal diam di kampung saja, tapi
sebab kasih kepada anak, ditinggalkannyalah rumah gedang di Koto Anau, dan tinggallah ia
bersama-sama dengan Hanafi di kota Solok23.
Kutipan di atas menggambarkan sifat Ibu yang begitu rendah hati yang tidak malu sebagai
orang kampung dan berkorban demi anaknya untuk tinggal bersama di kota Solok dan
meninggalkan kampung halamannya.
Sabar:
Bila sudah mendengar yang serupa itu, ibunya tidak membantah lagi hanya menyapu
matanya saja dengan selendang, menyadari untungnya yang sudah beranak sepandai itu.
Percakapan yang serupa itu, yang dihabisi dengan tangis ibunya, memang sudah dua tiga
kali terjadi. Tapi sedalam dan sepedih itu, baharulah berlaku pada hari itu. Ibunya sudah
berasa, bahwa akan menyedihkan hati saja, bila ia memperkatakan yang sulit sulit dengan
anaknya, tapi apa boleh buat. Kesakitan dan kepiluan hati ditanggungnya dengan sabar24,
Kutipan di atas menggambarkan sifat penyabar dalam tokoh Ibu meski anaknya Hanafi kerap
menentang dan tidak mendengarkan nasihat ibunya bahkan kerap menghina Ibunya, namun
Ibunya tetap sabar menghadapi dan terus membimbing Hanafi untuk menjadi anak yang
berbakti.

22 Ibid, hlm. 38
23 Ibid, hlm. 24
24 Ibid, hlm. 33
4. Rapiah
Tokoh Rapiah dalam novel Salah Asuhan memiliki gambaran psikologi yang dapat
dipaparkan. Karakter Rapiah yang memiliki watak penurut, dan sabar
Penurut:
Apa yang disukai oleh Hanafi, Rapiah harus membenarkan. Dengan cemooh diterangkan
segala kewajiban perempuan Islam terhadap kepada suaminya, lalu ia berkata bahwa
martabatnya terlalu tinggi, akan membuat misbruik atas kelemahan perempuan itu.25
Kutipan kalimat di atas menggambarkan sifat Rapiah yang begitu penurut terhadap segala
perkataan suaminya dan memenuhi segala kesukaan Hanafi tanpa mampu untuk menentang
bahkan sekedar memberi saran.
Sabar:
Sambil merentakkan anak itu ke tangan ibunya, dikatainyalah istrinya di muka kawan-
kawannya dengan segala, nista dan penghinaan, hingga ketiga tamu itu menjadi resah dan
tidak berketentuan rasa lagı
Rapiah tunduk, tidak menyahut, hanya air matanya saja yang berhamburan, Syafei, dalam
dukungan ibunya yang tadinya menangis keras, lalu mengganti tangisnya dengan beriba-iba
Seakan-akan tahulah anak kecil itu, bahwa ibunya yang tidak berdaya, sedang menempuh
azab dunia dan menanggung aib di muka-muka orang26
Kutipan di atas menggambarkan sifat Rapiah yang begitu sabar dalam menghadapi sifat
suaminya Hanafi yang begitu kasar dan menghinanya di depan teman-teman Hanafi denagn
segala nista dan penghinaan.

SIMPULAN
Dalam novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis, analisis psikologi dan aspek budaya
menyoroti perjalanan kompleks tokoh-tokoh utama dalam menemukan identitas dan
menghadapi konflik internal serta eksternal. Hanafi dan Corrie, sebagai representasi dari
pengaruh Barat dan Timur, mengalami pertarungan batin yang rumit antara nilai-nilai yang
mereka anut dan harapan lingkungan sosial mereka. Dinamika hubungan antara tokoh-tokoh
ini juga mencerminkan pertentangan budaya yang diakibatkan oleh kolonialisme Belanda di
Hindia Belanda, menunjukkan dampaknya pada kehidupan sehari-hari dan interaksi sosial.
Sementara itu, peran keluarga, khususnya ibu Hanafi, menyoroti pentingnya tradisi dan

25 Ibid, hlm. 77
26 Ibid, hlm. 86
agama dalam mempertahankan identitas budaya, namun juga menciptakan konflik dengan
keinginan Hanafi untuk mengejar kebebasan dan ambisinya sendiri. Tokoh Rapiah
menampilkan kemampuan adaptasi dan penerimaan terhadap perubahan, menunjukkan
bahwa kesediaan untuk memahami dan menyesuaikan diri dengan budaya baru adalah kunci
untuk mencapai harmoni dalam kehidupan yang penuh dengan perbedaan budaya dan konflik
psikologis.
DAFTAR PUSTAKA

Purba, Antilan (2010). Pengantar Ilmu Sastra, Medan: USU Press,

Rini, Arika. (2021). Menyingkap Konflik Batin Tokoh Dan Deiksis Dalam Novel Saman,
Jawa Tengah: Yayasan Lembaga Gumun Indonesia.

Sri, Agus. (2022). Dinamika Identitas Dalam Bahasa Dan Sastra, (Bandung: PT Dunia
Pustaka.

Rini, Arika. (2021). Menyingkap Konflik Batin Tokoh Dan Deiksis Dalam Novel Saman,
Jawa Tengah: Yayasan Lembaga Gumun Indonesia.

Siti Fitriani, Rani, dkk. (2021). Ensiklopedia Bahasa dan Sastra Klasik: Pengertian Sastra
Klasik: Hamka Pustaka.

Hendrawansyah. (2018). Paradoks Budaya Tinjauan Strukturalisme Genetik Goldman,


Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.

Siswanto, Wahyudi. (2008). Pengantar Teori Sastra, Jakarta: PT Grasindo.


Widyaningrum, Agnes. (2023). Pengantar Ilmu Sastra, Pekalongan: PT Nasya Expanding
Management.

Kadamehang, Gerry dan Mayske. (2023). Perspektif Pendidikan Bahasa, Sastra, dan
Budaya, Solok: PT Mafy Media Literasi Indonesia,

Veronika, Chairil dan Perlindungan, “Analisis Psikologi Tokoh Utama Dalam Novel Kering
Karya Iwan Simatupang”

Hanizar, Martono dan Endang, “Analisis Psikologi Sastra Terhadap Novel Berteman Dengan
Kematian Karya Sinta Ridwan

Samuel, Lewi, Lela dan Maria. (2023). “Analisis Psikologi Sastra Terhadap Aspek
Kepribadian Tokoh Pada Novel “Rasuk” Karya Saraswati”, Innovative: Jurnal Of
Social Science Research, 3:4.

Emila, Lasmiatun, dan Dedi, (2022), “Analisis Aspek Sosial Budaya Dalam Novel “KKN Di
Desa Penari” Karya Simpleman: Tinjauan Sosiologi Sastra”, Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia FKIP UM Palembang.

Nudin, Burhan. (2017). “Peran Budaya Organisasi Ipnu-Ippnu Dalam Pengembangan


Pendidikan Agama Islam Di Kabupaten Slemen”, Jurnal El- Tarbawi, 10:1.

Moeis, Abdoel. (2009). Salah Asuhan. Jakarta: PT Balai Pustaka.

Erwin, dkk, (2023), Penulis Sastra Dan Esai, Sumatera Barat: Yayasan Pendidikan Cendaka
Muslim.
Komandoko, Gamal, (2008), Boedi Oetomo Awal Kebangkitan Bangsa, Yogyakarta: Media
Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai