PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Istilah sastra secara etimologi berasal dari bahasa Sansakerta yang artinya teks
yang mengandung 'instruksi atau 'pedoman, dari kata dasar sas 'instruksi atau
ajaran. Dalam bahasa Indonesia kata ini bisa digunakan untuk merujuk pada
'kesusastraan atau sebuah tulisan yang memiliki arti keindahan tertentu. Berdasarkan
istilah tersebut, maka pengertian sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa
pengalaman, pemikiran, perasaan, gagasan, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk
gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa.
Karya sastra merupakan hasil aktivitas manusia yang hidup dalam masyarakat
dengan segenap persoalan. Sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang
mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya,
tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa yang imajinatiI dan emosional. Sastra
dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis pada suatu kurun waktu
tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu.
Karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melengkapi
kehidupan manusia. Permasalahan itu dapat berupa permasalahan yang terjadi dalam
dirinya sendiri. Oleh karena itu, karya sastra memiliki dunia sendiri yang merupakan
hasil dari pengamatan sastrawan terhadap kehidupan yang diciptakan itu sendiri baik
berupa novel, puisi maupun drama yang berguna untuk dinikmati, dipahami, dan
dimanIaatkan oleh masyarakat. Sebagian ahli mengungkapkan bahwa setiap manusia
merupakan individu yang berbeda dengan individu lainnya. Menusia mempunyai
watak, temperamen, pengalaman, pandangan, dan perasaan sendiri yang berbeda
dengan lainnya
Berdasarkan deIinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sastra merupakan bentuk
ekspresi pikiran atau perasaan manusia yang sarat nilai-nilai pengalaman hidup yang
positiI melalui media bahasa yang indah dan serasi, baik secara lisan maupun tulisan
. Sehubungan dengan deIinisi tersebut, jelaslah bahwa membaca sastra memberikan
banyak pengalaman dan pengetahuan kepada pembacanya.
Karya sastra terdiri dari beberapa jenis. Jenis-jenis sastra tesebut meliputi:
5ertama, novel, yaitu sebuah karya Iiksi prosa yang tertulis dan naratiI, biasanya dalam
bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kedua, cerpen yatiu sebuah situasi yang
digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan parallel pada
tradisi penceritaan lisan. Ketiga, syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat
yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat
baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang
mengandung maksud). Keem5at, pantun, salah satu jenis puisi lama , lazimnya pantun
terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-
b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Kelima, drama yaitu satu bentuk
karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Drama juga terkadang
dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera.
Dari jenis-jenis sastra di atas, salah satu bentuk karya sastra yang akan dikaji oleh
penulis adalah genre satra bentuk novel. Novel merupakan bagian dari karya sastra
tulis atau genre prosa imajinatiI yang banyak dinikmati dan diminati oleh masyarakat.
Novel biasanya berorientasi pada masalah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Novel merupakan salah satu karya Iiksi yang memiliki arti cerita panjang untuk
mengungkapkan kehidupan manusia. Ciri khas dari karya novel yaitu adanya unsur-
unsur intrinsik maupun ekstrinsik. Unsur intrinsik terdiri atas alur, latar, tokoh, sudut
pandang, gaya bahasa, dan tema. BiograIi pengarang, unsur psikologis merupakan
sebagian dari unsur ekstrinsik. Unsur -unsur tersebut akan terlihat jelas secara inIlisit
maupun secara eksplisit jika kita melakukan analisis terhadap karya tersebut secara
utuh. Salah satu unsur ekstrinsik yang terdapat pada novel Sybil yaitu berkenaan dengan
aspek psikologis.
Aspek psikologis di dalam suatu novel berIungsi sebagai penjelas terhadap pola
kepribadian hidup yang berlaku pada suatu masyarakat. Istilah psikologis berasal
Yunani, yaitu dari kata 5sychie yang berarti 'jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi,
secara harIiah, psikologis berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-
gejala kejiwaan.
Psikologi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan
mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku. Berdasarkan deIinisi tersebut
biasanya aspek psikologi ini dapat dilihat dari tingkah laku, sikap dan prasangka, emosi
yang secara keseluruhan termasuk dalam kepribadian. Psikologi berhubungan erat
dengan kepribadian yang dimiliki manusia.
Untuk memahami berbagai karakter serta prilaku manusia ini dalam novel
tersebut, maka pembelajaran dan pengajaran sastra khususnya novel dipandang perlu
untuk memberikan pengalaman hidup yang berarti bagi siswa. Melalui pembelajaran
novel ini diharapkan siswa dapat memahami pendalaman-pendalaman karakteristik
penokohan dari aspek psikologi khususnya tokoh 'Syibil.
Menyadari pentingnya pembelajaran sastra, jika dilihat dari peranannya dalam
mencapai berbagai aspek tujuan pengajaran, tidaklah mengherankan masalah kurang
keberhasilan pengajaran sastra di sekolah-sekolah itu mendapatkan tanggapan-
tanggapan , terutama dari berbagai pihak dan kalangan pendidik.
Membaca sebuah karya sastra menyenangkan, tetapi tidak mudah untuk
memahami makna yang terdapat pada karya tersebut. Oleh karena itu, setelah membaca
novel Sybil, dimana novel tersebut banyak membahas tentang masalah psikologi, yakni
adanya kepribadian ganda yang dimiliki tokoh Sybil, penulis tertarik untuk menguji
pengetahuan dan menambah pengetahuan dengan menganalisis aspek-aspek psikologi
yang terdapat dalam novel Sybil karya Flora Retha Schreiber, sehingga penulis dapat
lebih memahami dan menambah wawasan dalam bersastra.
Novel Sybil ini, selain menambah wawasan tentang aspek psikologi bagi penulis,
juga sangat penting bagi pembelajaran sastra di sekolah, khususnya di Sekolah
Menengah Atas, karena dengan mempelajari dan memahami aspek psikologi tersebut,
siswa bisa mengembangkan ilmu pengetahuannya dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari baik yang berbentuk kognitI, aIektiI maupun psikomotor. Dari
ilmu yang mereka peroleh bisa benar-benar menjadikan adanya perubahan tingkah laku
yang tentu saja sesuai dengan perilaku dan jati dirinya dan di terima oleh masyarakat.
Sebab bisa dikatakan juga anak-anak se- usia SMA atau remaja adalah merupakan
agennya perubahan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti sebagai orang yang memiliki kepedulian
terhadap karya sastra dan proses pembelajarannya di sekolah, berusaha untuk meninjau
dan menganalisis novel yang berjudul Syibil karya Flora Retha Schreiber dengan
harapan dapat menjadi salah satu reIerensi bahan pembelajaran di sekolah khusunya di
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas maupun bagi mahasiswa.
1.2 Fokus Permasalahan
Dalam suatu penelitian perlu adanya kejelasan atau Iokus per masalahan. Fokus
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah isi novel Syibil berdasarkan aspek psikologi?
2) Bagaimanakah implikasi novel Sybil terhadap pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di SMA?
Fokus permasalahan ini hanya dibatasi dari sisi psikologisnya saja, yaitu
dianalisis berdasarkan aspek psikologi. Novel ini mempunyai keunikan cerita, antara
lain bagaimana seorang Sybil memiliki kepribadian majemuk, yaitu memiliki 16
kepribadian dan dapat berganti-ganti peran.
1.3 Tujuan Penelitan
Berdasarkan Iokus permasalahan, maka dalam penelitian ini ditentukan tujuan
yang hendak dicapai yaitu:
BAB II
KA1IAN TEORETIS
2.1 Pengertian Sastra
Sastra pada dasarnya adalah tulisan-tulisan untuk dinikmati. Sastra adalah untuk
didengarkan, dibaca, ditonton, diucapkan, dan diragakan, dengan maksud untuk
dihayati. Dari sastra diharapkan diperoleh kenikmatan (Rusyana, 1984: 312). Sementara
itu, sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari Iakta artistik dan imajinatiI
sebagai maniIestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai
medium dan punya eIek yang positiI terhadap kehidupan manusia (Esten, 1978:9).
Menurut Wellek dan Warren, sastra adalah suatu kegiatan kreatiI, sebuah karya
seni. Sastra juga cabang ilmu pengetahuan. Studi sastra memiliki metode-metode yang
absah dan ilmiah, walau tidak selalu sama dengan metode ilmu-ilmu alam. Bedanya
hanya saja ilmu-ilmu alam berbeda dengan tujuan ilmu-ilmu budaya. Ilmu-ilmu alam
mempelajari Iakta-Iakta yang berulang, sedangkan sejarah mengkaji Iakta-Iakta yang
silih berganti Wellek dan Warren (1995:3). Sastra itu adalah sebuah rekaan, hasil cipta
seseorang sebagai ungkapan penghayatannya ke dalam wujud bahasa (Rusyana, 1982:
4).
Berdasarkan uraian di atas, memberikan gambaran bahwa sastra adalah kegiatan
manusia secara kreatiI dan merupakan ungkapan perasaan , pengalaman, pemikiran,
Iantasi dari suatu gambaran konkret dengan manggunakan bahasa indah dalam sebuah
karangan rekaan.
2.2 Ciri-ciri Sastra
Ada tiga hal yang membedakan karya sastra dengan karya-karya tulis lain yang
bukan sastra yaitu:
1) SiIat Khayali (1ictionality)
Karya sastra merupakan akibat dari keenyataan bahwa karya sastra dicipta
dengan daya khayali dan karya sastra membicarakan tentang masalah-masalah
kehidupan yang nyata. Karya sastra terlebih dahulu menciptakan dunia khayali
sebagai latar belakang tempat kenyataan dan masalah yang dapat direnungkan dan
dihayati oleh pembaca.
2) Nilai-nilai Seni (esthetic values), meliputi:
a. Keutuhan (unity)
Keutuhan adalah suatu karya sastra (puisi, novel, drama atau esei) harus
utuh, artinya, setiap bagian atau unsure yang ada pada karya sastra
menunjang usaha isi hatinya (sastrawan).
b. Keseimbangan (balance)
Keseimbangan adalah unsur-unsur atau bagian-bagian karya sastra, baik
dalam ukuran maupun bobotnya, harus sesuai atau seimbang dengan
Iungsinya.
c. Keselarasan (harmony)
Kseslarasan berkaitan dengan hubungan satu unsur atau bagian karya sastra
dengan unsur atau bagian lain. Artinya, unsur atau bagian itu harus
menunjang daya ungkap unsur atau bagian lain, dan bukan mengganggu
atau mengaburkannya.
d. Tekanan yang tepat (right em5hasis)
Tekanan yang tepat adalah unsur atau bagian yang penting harus mendapat
penekanan yang lebih daripada unsur atau bagian yang kurang penting.
Unsur yang penting itu akan dimunculkan sastrawan dengan lebih seksama,
sedangkan yang kurang penting mungkin hanya berupa garis besar dan
bersiIat skematik saja.
3) Cara Penggunaan Bahasa yang Khas (s5ecial use o1 language)
Penggunaan bahasa secara khusus sangat jelas tampak pada karya-karya puisi.
Walaupun begitu, di dalam novel dan drama pun penggunan bahasa seperti itu
dilakukan para sastrawan dengan sadar dan seksama (Sumardjo dan Saini, 1986:13).
2.3 Novel
Berdasarkan jenis-jenis sstra, salah satu jenis sastra yang akan dikaji adalah novel.
Sebelum lebih luas lagi mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam novel, terlebih
dahulu dijelaskan pengertian novel.
2.3. 1 Pengertian Novel
Novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas dan kompleks dalam
suasana cerita yang beragam. Namun ukuran luas di sini juga tidak mutlak demikian
mungkin yang luas hanya salah satu unsur Iisiknya saja (Sumardjo dan Saini K.M,
1994:29). Novel merupakan suatu karya 1iksi, yaitu karya dalam bentuk kisah atau cerita
yang melukiskan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa rekaan . Sebuah novel bisa saja
Menurut akar katanya berasal dari kata 5icaro, yang dalam bahasa Spanyol
berarti 'bandit. Novel picaresque dibangun di atas tradisi cerita-cerita picaro
Spanyol abad keenam belas, yang secara tipikal melukiskan bagaimana seorang
picaro dengan segala kecerdikannya hidup dari satu perjalanan ke perjalanan
lainnya. Dengan demikian, dalam pengertian tertentu yang sempit sebenarnya
hanya sedikit saja karya-karya Spanyol abad keenam belas yang benar-benar
bisa disebut sebagai novel picaresque. Sementara, dalam pengertian yang umum
dapat dikatakan bahwa elemen-elemen picaresque dapat dijumpai di banyak
novel.
2) Novel Epistolari
Seperti yang diindikasikan oleh namanya, novel epistolari memanIaatkan surat
(e5istles) yang dikirim di antara para tokoh yang ada di dalamnya sebagai
media penyampaian cerita. Novel jenis ini terutama merebak pada abad
kedelapan belas. Walaupun novel epistolari ' murni sudah sangat jarang,
sesudah abad kedelapan belas, bentuk ini memberikan inspirasi kepada para
novelis bagaimana bermanIaatnya surat sebagai elemen dalam ragam narasi
suatu novel.
3) Novel Sejarah
Novel sejarah ini berbentuk petualangan, di mana latar belakang sejarah,
termasuk tokoh-tokoh sejarah dimasukkan dalam rangkaian cerita tokoh-tokoh
IiktiI. Dengan kata lain, ia merupakan novel yang memaparkan kejadian dan
tokohnya dalam konteks sejarah yang jelas, dan novel tersebut dapat pula
memasukkan tokoh-tokoh rekaan dan nyata dalam rangkaian ceritanya. Selain
itu, pada umunya novel sejarah berupaya menyampaikan kesan histois yang bisa
dipercaya, yang terkesan benar-benar terjadi.
4) Novel Regional
Novel regional adalah novel yang latarnya, atau 'warna daerahnya, memainkan
peranan yang sangat penting. Dalam pandangan tradsional, daerah yang
dimaksud adalah daerah terpencil atau daerah pegunungan, bukan daerah
perkotaan.
5) Novel Satir
Satir tidak harus berbentuk prosa dan bersiIat rekaan, sekalipun di dalamnya
dikandung makna 'melebih-lebihkan, yang melibatkan khayalan IiktiI dalam
tertentu. Satir berupaya menyerang sesuatu yang dituding sebagai kejahatan
atau kebodohan-baik bersiIat perorangan, kelompok, maupun anggota
masyarakat secara keseluruhan dan alatnya adalah lelucon, dan cemoohan.
6) Novel Bildungsroman
Novel yang mengonsentrasikan dirinya pada perkembangan diri sang tokoh,
dari masa muda atau kanak-kanak sampai masa dewasa. Jenis novel ini menarik
novelis yang berminat sekali dalam menggmbarkan hubungan yang dekat antara
pengaruh-pengaruh di awal hidup seseorang dengan perkembangan watak
berikutnya.
7) Novel Tesis
Secara eksplisit novel ini mengisyaratkan bahwa novel ini memiliki tesis atau
argumen tertentu yang mendasari ceritanya. Secara tipikal, merupakan novel
yang dengan suatu upaya untuk mendorong dilakukannya reIormasi social atau
koreksi atas perilaku-perilaku keliru tertentu. Inti dari pengertian di atas adalah
bahwa dalam novel jenis ini terdapat gagasan suatu tesis dominan yang biasanya
bersiIat sederhana dan tidak rumit.
8) Novel Gotik (Roman Noir)
Novel jenis ini berhubungan erat dengan tipe Iiksi. Novel gotik memunculkan
tokoh-tokoh, latar, dan situasi khas yang sampai sekarang masih muncul dalam
Iilm-Iilm horror modern.
9) Novel Roman- Fleuve
Novel ini merujuk pada jenis novel berantai yang bisa dibaca dan diapresiasi
satu-satu, tetapi berkenaan dengan tokoh-tokoh atau peristiwa-peristiwa yang
sama dan selalu muncul dari satu novel ke novel berikutnya. Novel-novel itu
bisa membentuk urutan (sequels) dan atau melengkapi satu sama lain. Roman
Ileuve berhubungan erat dengan apa yang disebut 'novel saga`, rangkaian novel
tentang satu keluarga besar yang masing-masing novel mengutamakan ceritanya
pada satu cabang keluarga tertentu.
10) Novel Roman Feuilleton
Novel yang diterbitkan secara 'mencicil dan tanpa mengalami pemotongan
dalam suatu surat kabar. Model penerbitan semacm ini sangat popular di abad
kesembilan belas.
11) Novel Fiksi Ilmiah
Fiksi ilmiah berkenaan dengan penggambaran ilmu pengetahuan modern,
terutama perjalanan antarplanet dan dunia luar angkasa. Ia merupakan genre
yang sedang merebak dan akan terus bekembang.
Berdasarkan kriteria urutan waktu, alur atau plot dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu:
1) Plot lurus (plot maju atau plot progresiI)
Plot ini beirisi peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersiIat kronologis,
peristiwa pertama diikuti peristiwa selanjutnya atau ceritanya runtut dimulai
dari tahap awal sampai tahap akhir.
2) Plot sorot-balik (5lot 1lash back atau 5lot regresi1)
Plot ini berisi peristiwa-peristiwa yang dikisahkan tidak kronologis (tidak
runtut ceritanya).
3) Plot campuran
Plot ini berisi peristiwa-peristiwa gabungan dari 5lot 5rogresi1 dan 5lot
regresi1 (Nurgiyantoro, 1995: 153).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alur (plot)
adalah urutan peristiwa dalam suatu karya sastra yang menyebabkan terjadinya
peristiwa lain sehingga terbentuk sebuah cerita.
3. Latar
Pengertian latar (setting) dalam arti luas, meliputi:
1) Aspek ruang, yaitu tempat atau lokasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Lokasi
atau tempat ini bisa berada di dunia nyata atau di dunia angan-angan, atau
bahkan berada di antara kedua dunia (realita dan imajiner).
2) Aspek waktu, terdiri dari waktu cerita (1able-time) yaitu seluruh rentangan atau
jangkauan waktu yang digunakan dalam suatu cerita, dan Waktu penceritaan
(narrative time) yaitu lamanya waktu yang terdapat di dalam cerita, maka waktu
bahwa sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita
atau dari sudut mana pengarang memandang ceritanya (Ratna, 2004: 318). Sudut
pandang dibedakan menjadi dua macam, yaitu
(1) Sudut pandang orang pertama, sudut pandang ini biasanya menggunakan
kata ganti aku atau saya. Dalam hal ini pengarang seakan-akan terlibat
dalam cerita dan bertindak sebagai tokoh cerita.
(2) Sudut pandang orang ketiga, sudut pandang ini biasanya menggunakan
kata ganti orang ketiga seperti dia, atau nama orang yang dijadikan
sebagai titik berat cerita.
Dengan demikian sudut pandang adalah teknik dan penempatan diri
pengarang dan cara pandang pengarang melihat kejadian-kejadian dalam cerita.
. Gaya
Gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang, cara seorang pengarang
memilih tema, persoalan, dan menceritakan dalam sebuah cerpen atau novel (KeraI,
1981: 113). Dengan kata lain, gaya adalah pribadi pengarang itu sendiri. Sebagai
pribadi, ia tak bisa lain dari dirinya, setiap orang memiliki gaya sendiri baik
maupun jelek.
Dalam karya sastra istilah gaya mengandung pengertian cara seorang
pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang
indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat
menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca (Aminuddin, 2009:72).
Gaya umumnya terdiri dari dua segi yaitu gaya penulisan dan gaya bahasa.
Gaya penulisan biasanya bersiIat individualistis, karena setiap individu atau orang
dan nonsasttra dapat dibedakan dari konvensi kesastraan, konteks, dan harapan
pembaca, bukan dari bahasanya (Martalogawa, 1994: 144).
2.4 Aspek Psikologi
Seperti yang telah dikemukakan dalam latar belakang dan Iokus permasalahan,
bahwa penelitian ini diarahkan terhadap kajian aspek psikologi. Psikologi adalah
suatu disiplin ilmu mengenai kejiwaan. Psikologi merupakan ilmu yang berdiri
sendiri, tidak bergabung dengan ilmu-ilmu lain (Wahyuningtyas, 2011: 8). Walgito
menjelaskan bahwa psikologi merupakan salah satu macam ilmu dari berbagai
macam ilmu yang ada. Psikiologi sebagai ilmu merupakan ilmu yang relatiI masih
muda bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain (Walgito, 1978: 4).
Pendapat lain menyatakan, Istilah psikologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu
dari kata 5sychie yang berarti 'jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara
harIiah, psikologis berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-
gejala kejiwaan (Sobur, 2003: 32). Sementara itu menurut Robert S. Woodworth
dalam buku Psikologi Umum (2003:32) bahwa deIinisi psikologi adalah suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku individu dalam hubungan
dengan alam sekitarnya. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
perilaku dan proses mental merupakan ilmu atau disiplin yang akhir-akhir ini semakin
meluas cakupannya. Bidang-bidang perhatian kehidupan manusia semakin bertambah
dengan semakin kompleksnya kehidupan manusia itu.
(2)Struktur Kepribadian
Istilah struktur adalah sebagai pelengkap daripada istilah materi. Bila
materi dipandang sebagai isi, bahan, maka struktur dipandang sebagai
siIat-siIat bentuknya atau siIat-siIat Iormalnya.
(3)Kualitas Kepribadian (Sistem Dorongan-dorongan)
Antara kemauan dan perasaan terjadilah perlawanan atau kebalikan yang
sedalam-dalamnya. Perlawanan (antagonism) inilah yang menjadi dasar
daripada sisitem dorongan-dorongan tersebut. Kemauan dapat mengikuti
atau melawan perasaan, tetapi tidak dapat memanggilnya atau
menimbulkannya. Perasaan baru dapat dibangkitkan biamana kemauan
dilumpuhkan atau ditundukkan. SiIat kemauan adalah aktivitas,
kebebasan, sedangkan siIat perasaan adalah bergantung, berhubungan
(Suryabrata, 2005:96).
2.4.1.3 Batasan Kepribadian
Kata 5ersonality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani-kuno
5roso5on atau 5ersona, yang artinya topeng` yang biasa dipakai artis dalam teater.
Para artis itu bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya,
seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi, konsep awal dari
pengertian 5ersonality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang
ditampakkan ke lingkungan sosial- kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat
ditangkap oleh lingkungan sosial.
Ada beberapa kata atau istilah yang oleh masyarakat diperlakukan sebagai
sinonim kata 5ersonality, namun ketika istilah-istilah itu dipakai dalam teori
psikologi kepribadian diberi makna yang berbeda-beda. Istilah yang berdekatan
maknanya itu antara lain menurut Purwanto :
(1) Kepribadian (5ersonality) adalah penggambaran tingkah laku secara
deskriptiI tanpa memberI nilai (devaluative).
(2) Karakter (character) adalah penggambaran tingkah laku dengan
menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun
implisit.
(3) Watak (dis5osition) adalah karakter yang telah lama dimiliki dan sampai
sekarang belum berubah.
(4) Tempramen (temperament) adalah siIat-siIat jiwa yang sangat erat
hubungannya dengan konstitusi tubuh. Konstitusi tubuh ialah keadaan
jasmani seseorang yang terlihat dalam hal-hal yang khas. Tempramen
lebih merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi atau tergantung
kepada konstitusi tubuh dan sukar diubah atau dididik, tidak dapat
dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati orang yang bersangkutan.
(5)SiIat (traits) adalah cirri-ciri tingkah laku yang tetap (hamper tetap) pada
seseorang (Purwanto, 1984: 140-144).
2.4.2 Kepribadian Ganda
Dalam novel Sybil, dijelaskan masa kecil Sybil yang penuh dengan peristiwa
traumatik, yang membuat kepribadiannya terbelah, yang dimaksud dengan
pembentukan alters melalui sel1-hy5nosis. Ide lain adalah orang yang menderita
pribadi ganda sangat mudah atau cenderung terlibat dalam Iantasi
(http://www.google.co.id/#hlid&sourcehp&qunsur
unsurkepribadianganda&pengertian).
2.4.3 Teori Kepribadian Psikoanalisis
Teori yang paling bisa menjelaskan tentang kepribadian ganda adalah teori
psikoanalaisis dari Freud. Struktur kepribadian seseorang dibagi menjadi tiga
komponen, yaitu id, ego, dan superego.
(1) Id (Das Es), Aspek Biologis Kepribadian
Merupakan komponen kepribadian yang primitiI, instinktiI (yang berusaha
untuk memenuhi kepuasan instink) dan tempat ego dan superego
berkembang. Id merupakan sumber energy psikis. Maksudnya, bahwa id itu
merupakan sumber energy dari instink kehidupan (eros) atau dorongan-
dorongan biologis(makan, minum, tidur, bersetubuh, dan sebagainya) dan
instink kematian atau instink agresiI yang menggerakkan tingkah laku. Id
bersiIat subjektiI.
(2)Ego (Das Ich), Aspek Psikologis Kepribadian
Ego merupakan eksekutiI atau manajer dari kepribadian yang membuat
keputusan tentang instink-instink mana yang akan dipuaskan dan bagaimana
caranya atau sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan
berorientasi kepada prinsip realitas. Ego berkembang untuk memenuhi
kebutuhan id yang terkait dengan dunia nyata. Ego bersiIat subjektiI dan
objektiI.
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas X sampai
dengan Kelas XII, struktur kurikulumnya disusun berdasarkan standar kompetensi
lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran.
Kurikulum SMA/MA dimulai dari kelas X sampai dengan kelas XII, mata
pelajaran Bahasa Indonesia tetap harus di berikan pada para siswa yang jam
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam
struktur kurikulum. Satuan pendidikannya maksimum empat jam pembelajaran per
minggu secara keseluruhan, dan alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45
menit. Terlebih pada kelas XI dan kelas XII program jurusan Bahasa, maksimum
lima jam pelajaran dalam satu minggunya. Hal ini bisa di pandang penyajian materi
pelajaran Bahasa Indonesia di SMA/MA cukup luas dan panjang
Mengenai meteri penyajian novel berdasarkan silabus dari kurikulum KTSP itu
dimuat dan harus di sajikan pada siswa kelas X ada pada Standar Kompetensi (SK)
no. 7 dan Kompetensi Dasarnya (KD) nya no. 7.2 sampai dengan XII. Seperti yang
tertera pada silabus materi pelajaran novel untuk jenjang SMA.
Dengan membaca karya sastra diharapkan para siswa memperoleh pengertian
yang baik tentang manusia dan kemanusiaan, mengenai nilai-nilai dan mendapatkan
ide-ide baru. Pemelajaran sastra yakni novel sebagai genre serta mempunyai Iungsi
yang dapat menumbuhkan rasa kepedulian terhadap karya-karya yang dihasilkan
oleh para pengarang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatiI. Metode
penelitian kualitatiI adalah metode penelitian yang berlandaskan pada IilsaIat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen), peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan
sampel sumber data dilakukan secara 5ur5osive dan snowball, teknik pengumpulan
dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersiIat induktiI/kualitatiI, dan hasil
penelitian kualitatiI lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2010:
15).
Metode kualitatiI ini digunakan sebagai metode untuk memberikan perhatian
terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya (Ratna,
2008: 45). Dalam peneliatian ini data yang sudah terkumpul yaitu berupa kutipan dari
beberapa kalimat dalam satu paragraph bukan dalam bentuk angka. Penelitian kualitatiI
instrumennya adalah orang, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrument,
maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu
bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih
jelas dan bermakna.
Tabel 2
Tabel Analisis Data
3. Tahap-tahap Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1) Tahap Awal (persiapan)
Tahap persiapan yang dilakukan peneliti, meliputi:
a. Menyusun proposal penelitian : menentukan judul penelitian yang akan
digunakan sebagai judul skripsi, terdiri dari:
1. Latar belakang penelitian
2. Fokus permasalahan
3. Tujuan penelitian
No. Kutipan Kalimat Hal Aspek psikologis
(Kepribadian Ganda)
1.
2.
3.
4. Kegunaan penelitian
5. Metodologi penelitian
Dalam skripsi ini, metode yang digunakan peneliti adalah metode
penelitian kualitatiI. Metode kualitatiI ini digunakan sebagai metode
untuk memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam
hubungannya dengan konteks keberadaannya. Dalam peneliatian ini
data yang sudah terkumpul yaitu berupa kutipan dari beberapa kalimat
dalam satu paragraph bukan dalam bentuk angka.
Metodologi penelitian kualitatiI tersebut terdiri dari: metode
penelitian, data dan sumber data, pengumpulan/perekaman data,
pengecekan keabsahan data, analisis data, dan tahap-tahap penelitian.
b. Mengikuti seminar proposal penelitian
Hasil dari penyusunan proposal penelitian tersebut kemudian di
seminarkan pada saat seminar proposal dihadapan dosen penguji dan
mahasiswa.
c. Menilai Usulan Penelitian
Setelah mengikuti seminar proposal, apabila dinyatakan lulus dan judul
dari penelitian tersebut bisa dijadikan untuk judul skripsi, maka peneliti
dapat melanjutkan. Kemudian peneliti mengisi Iormat usulan
pembimbing skripsi sebagai bahan diterbitkannya surat keputusan
pembimbing skripsi.
2) Tahap Pelaksanaan Penulisan atau Penelitian
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
4.1Deskripsi Latar
Pada bab ini permasalahan yang akan dikaji penulis akan diuraikan berdasarkan
aspek psikologi , yaitu tentang kepribadian ganda yang terdapat pada novel Sybil.
Berdasarkan hasil di temukan dalam novel tersebut, yang antara lain.
4.1.1 Deskripsi Data
Langkah pertama yang dilakukan peneliti yaitu menguraikan hasil penelitian
dengan mendeskripsikan data. Pendeskripsian data ini bertujuan untuk memberikan data
objektiI mengenai penelitian agar peneliti dapat melakukan analisis dengan lebih terarah.
Dalam penelitian ini, pernyataan tentang unsur-unsur sikap, tabiat, perilaku yang
mengantarkan seseorang, sehingga dari jati dirinya bisa melahirkan kepribadian ganda
seperti yang di jumpai pada novel Sybil karya Flora Retha Schreiber, yang berisikan 494
halaman.
Dalam analisis aspek psikologi yang terdapat dalam novel Sybil karya Flora Retha
Shcreiber, penulis dapat mendeskripsikan unsure kepribadian ganda perilaku pada
perubahan sikap yang diperankan dari sosok kehidupan seseorang dalam menghadapi
perjuangan hidupnya yang tak pantang menyerah, serta tidak bergantung dalam satu
aspek kehidupan saja. Apapun yang di lakukannya, itu semua sudah menjadi resiko
dalam kehidupan.
(2) 'Sybil dipaksa menyaksikan sebuah drama yang
melambangkan kemunaIikan dan ia hanya dapat
menghindari dengan memejamkan mata dan
menutupi telinganya. Tiga atau empat malam dalam
seminggu, bertahun-tahun lamanya, sejak Sybil lahir
sampai ia berumur Sembilan tahun, orang tuanya
bersenggama tepat dihadapannya, bisa dilihatnya
dan bisa didengarnya.
56. 'Pameran seks oleh orang tua ini dilihat dan
didengar juga oleh pribadi lain yang dinamakan
Ruthie, yang muncul dalam analisis selama proses
pengungkapan adegan primer itu. Ia seorang bayi,
mungkin berumur tiga setengah tahun dan tidak
dapat menyatakan sejak kapan ia datang dalam
kehidupan Sybil. Tetapi di antara semua saksi bisu
yang menyaksikan persanggaman antara ayah-ibu,
Ruthielah yang paling berang. Dengan bekerja sama
dengan Sybil yang usianya kira-kira sebaya, Ruthie
membalas dendam kepada orang tuanya secara
terang-terangan.
191
57. 'Pada akhir 1956 dan awal 1957, waktu Dr. Wilbur
makin mendekati sumber trauma asal yang
membawa Sybil kepada kepribadian majemuk, ia
tidak meragukan lagi bahwa sumber trauma itu
berkisar di sekitar ibu.
205
58. 'Dr. Wilbur menjadi yakin bahwa akar penyebab
perpecahan kepribadian Sybil adalah tema drama itu
yang bersiIat penyiksaan-penawanan-pengontrolan-
pemenjaraan yang sangat rumit.
214
59. (1)'Upacara yang paling disukai adalah
membentangkan kaki-kaki Sybil dengan sebuah
sendok kayu yang panjang, mengikat sendok kayu
itu ke kaki-kaki Sybil dengan lap cuci piring dan
menggantungkannya ke kabel lampu yang menjulur
dari langit-langit.
(2) 'Anak itu dibiarkannya berayun-ayun di udara
sementara ibu pergi ke kran air dan menunggu
sampai air menjadi dingin. Ia akan mengisi sebuah
enema ( alat penyemprot pantat ) dengan ukuran
untuk orang dewasa. Alat itu diisi air dingin penuh
216
70. 'Memang pribadi melawan pribadi dalam diri
seorang wanita yang terpecah. Jawab Clara ketus.
307
71
'Saya tidak suka barang-barang ledakan, kata
Nancy saat itu. 'Meledak, salalu saja meledak.
Ngerinya sama saja dengan ledakan bom, dan ada
suara berisik, gedebak-gedebuk yang tidak enak,
brengseknya sama dengan sebuah bom sewaktu
Anda masih kecil. Paling brengsek adalah bahwa ibu
belum meninggal.
311
72. 'Tiba-tiba dengan perasaan berubah biasa dan
(2) 'Peggy Lousiana tertanam keangkuhan dan
kebencian kanak-kanak yang asli, dan seluruh
keangkaramurkaannya. Kepada yang nantinya akan
bernama Vicky mengalirlah sebagian besar dari
ketenangan kanak-kanak, kepercayaan diri dan
kemampuan untuk bertatap muka dengan dunia.
Juga pada Vicky terpusat kesinambungan ingatan
dan kemampuan untuk melihat kehidupan sebagai
suatu keseluruhan.
346
79. 'Sybil yang asli pernah jadi anak yang giat. Pada
umur dua tahun ia bisa berayun-ayun pada pintu.
Tetapi karena ia mendapat banyak tekanan, ia
menjadi anak yang pemalu dan loyo. Peggy
mengambil alih tingkah laku aktiI yang dicuri dan
hilang dari Sybil yang asli.
347
80. 'Dr. Wilbur telah mendapatkan garis keturunan
Vicky terdiri dari Marcia, yang muncul pada tahun
1932, Mary (1934), Vanessa (1935) dan Sybil Ann,
yang tidak diketahui tanggal pemunculannya dengan
tepat, bahwa garis Peggy terdiri dari Peggy Ann
yang merupakan perkembangan dari Peggy yang
asli; Peggy Lou yang muncul pada tahun 1926; sid
yang datang pada awal 1928; Mike yang masuk
kemudian pada tahujn yang sama.
348
Keterangan:
1 KEPRIBADIAN SYBIL
NO NAMA KEPRIBADIAN
1. Victoria Antoinete
Scharleau (Vicky)
Muncul pertama kali saat Sybil berusia 11 tahun 2 bulan, saat
Sybil ditinggalkan oleh sahabatnya. Vicky atau Victoria
Antoinete Scharleau meminjam nama dari tokoh khayalan ciptaan
Sybil, tokoh gadis yang cerdas dan tidak penakut dan kebal
terhadap pengaruh luar yang mengganggu Sybil.
2. Peggy Lousianna
(Peggy Lou dan Peggy
Ann)
Pribadi ini muncul pada saat Sybil marah, kadang muncul sebagai
Peggy Lou yang sangat percaya diri, memiliki suara seperti Hattie
(Ibunya) dan tidak menyukai orang yang bertingkah seperti Sybil.
DAFTAR PUSTAKA
Alwilsol. 2009. !sikologi Ke5ribadian. Malang: UMM Press.
Aminuddin. 2009. !engantar A5resiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Anshori, Dadang. S. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia Dalam !ers5ekti1 !endidikan.
Bandung: FBS UPI.
Aziez, Furqonul, dan Abdul Hasim. 2010. Menganalisis iksi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Endaswara, Suwardi. 2011. Metodologi !enelitian Sastra. Yogyakarta: Tim Redaksi CAPS.
Esten, Mursal. 1982. Sastra Indonesia dan %radisi Sub Kultur. Bandung: Angkasa.
Esten, Mursal. 1987. Kesusastraan !engantar %eori Sefarah. Bandung: Angkasa.
Forster, E.M. 1970. As5ek-As5ek Novel. Harmondswort: Penguin Book.
Hadi, SoIin. 1993. !engantar Kesusastraan. Banten: Universitas Tirtayasa.
Hadi, SoIin. 1993. Sanggar Sastra. Banten: Universitas Tirtayasa.
Hartoko, Dick dan Rahmanto. 1986. !emandu di Dunia Sastra. Yogyakarta. Kanisius.
Junus, Umar. 1983. Dari !eristiwa ke Imafinasi. Jakarta: PT. Gramedia.
KeraI, Gorys. 1981. Diksi dan Gaya Bahasa. Ende-Flores: Nusa Indah.
Martalogawa, Wiwi, Dkk. 1994. Dinamika Bahasa. Bandung: Yayasan Pustaka Wina.
Mulyasa. 2008. Kurikulum %ingkat Satuan !endidikan. Bandung: PT Remaja RosdaKarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. %eori !engkafian iksi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Purwanto, Ngalim. 1984. !sikologi !endidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. !enelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rosidi, Ajip. 1969. Ikhtisar Sefarah Sastra Indonesia. Penerbit Bina Cipta.
Rusyana, Yus. 1982. Metode !engafaran Sastra. Bandung: Gunung Larang.
Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Gam5itan !endidikan. Bandung: CV.
Diponegoro.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan !embelafaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2004. !sikologi Remafa. Jakarta: PT. Raja GraIindo Persada.
Satoto, Soediro. 1994. Metode !enelitian Sastra. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Schreiber, Flora Retha. 2010. Sybil. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sobur, Alex. 2003. !sikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Stanton, Robert. 1965. !engantar iksi. New York: Holt, Rinehart dan Winston.
Sumardjo, Jakob, 1982. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Nur Cahya.
Sumardjo, Yakob, dan Saini, KM. 1994. A55resiasi Kesusastraan, Jakarta, Gramedia,
Pustaka Utama.
Suryabrata, Sumadi. 2005. !sikologi Ke5ribadian. Jakarta: PT Raja GraIindo Persada.
Tarigan. 1984. !rinsi5-5rinsi5 Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Wahyuningtyas, Sri, dan Santosa, Wijaya Heru. 2011. Sastra %eori dan Im5lementasinya.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Walgito, Bimo. 1978. !sikologi Sosial. Yogyakarta: C.V Andi OIIset.
Wallek, Rene dan Austin Warren. 1995. %eori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Woodworth, R.S. dan Marquis, D.G. 1957. !sikologi. New York: Henry Holt and Company.
YusuI LN, Syamsu. 2008. %eori Ke5ribadian. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.