BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra merupakan salah satu karya seni karena karya sastra dengan
beberapa klasifikasi, jenis, gengre yang meliputi prosa, puisi, dan drama. Prosa
terdiri atas novel, cerpen, roman, dan sebagainya. Sastra diartikan sebagai tulisan
atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dalam bahasa
yang indah.
Sebagai karya seni yang bermediakan bahasa, karya sastra dipandang sebagai
keindahan bagi pembacanya, juga dapat dijadikan objek bagi seseorang yang
tokoh yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Selain itu, karya sastra juga bisa
diapresiasikan.
dengan kegiatan langsung dan tak langsung. Apresiasi sastra secara langsung
adalah kegiatan membaca atau menikmati cipta sastra berupa teks maupun
performasi secara langsung. Kegiatan membaca suatu teks sastra secara langsung
mengevaluasi teks sastra baik yang berupa cerpen, novel, roman naskah drama,
maupun teks sastra yang berupa puisi. Struktur dan unsur yang membangun
beberapa karya sastra itu sama yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Karya sastra
jenis prosa fiksi yang dipilih sebagai bahan kajian penelitian ini adalah cerita
pendek (cerpen). Cerpen adalah bentuk karangan prosa fiksi yang pendek, jumlah
katanya berkisar antara seribu hingga lima ribu kata. Kosasih (2003:222),
menjelaskan bahwa cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang menurut wujud
fisiknya berbentu pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif.
Namun, pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar
sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500-5.000 kata. Karena
itu, cerita pendek sering diungkapkan dengan cerita yang dapat dibaca dalam
sekali duduk. dan sebelum mengapresiasikan karya sastra terlebih dahulu kita
satu kajian sastra yang bersifat interdisipliner, karena memahami dan mengkaji
sastra dengan menggunakan berbagai konsep dan kerangka teori yang ada dalam
psikologis. Selain itu, Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang diciptakan
3
oleh pengarang. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan
sekitar pengarang. Imajinasi yang diciptakan dari diri sendiri berhubungan dengan
kondisi psikologis yang dialami oleh pengarang. Hal tersebut sangat berpengaruh
bagi cerita yang akan dituliskan. Pengaruh tersebut dari kondisi psikis pengarang
yaitu pada tokoh cerita. Kebanyakan orang beranggapan bahwa tokoh utama
merupkan tokoh yang sama dengan pengarangnya, apalagi jika tokoh tersebut
sastra salah satunya dalam bentuk cerita dapat memberikan semangat kepada
seseorang untuk memperoleh informasi tentang sastra dan segala sesuatu yang
tinjauan, tidak harus meliputi keseluruhan aspek yang terkandung dalam suatu
cipta sastra, melainkan bisa dibatasi pada tinjaun struktur, diksi, gaya bahasa
khususnya yang terkait dengan psike. Meskipun demikian bukan berarti bahwa
psikologis sastra, yaitu (1) sesuai untuk mengkaji secara mendalam aspek
4
perwatakan, (2) dengan pendekatan ini dapat memberikan umpan balik kepada
sastra juga harus berdasarkan pada teori dan hukum-hukum psikologi yang
pokok, yakni: id, ego, dan super ego. Ketiga aspek itu masing-masing mempunyai
pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia. Tingkah laku merupakan hasil kerja
Oleh karena itu, dalam meninjau cerita pendek atau cerpen diperlukan kecermatan
dari seorang pembaca, hal ini memungkinkan secara tidak langsung pembaca akan
yang akan dilakukan peneliti adalah tinjauan psikologis penokohan dari kumpulan
cerita pendek atau cerpen Menunggu Suti karya RD. Kedum. Hasil tinjauan ini
psikologis penokohan cerpen Menunggu Suti karya RD. Kedum dan implikasi
pengajarannya?
2. Subfokus Penelitian
Subfokus dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimanakah psikologis penokohan Id cerpen Menunggu Suti karya RD.
C. Rumusan Masalah
6
pengajarannya?
Cerita pendek atau cerpen yang akan ditinjau dalam penelitian ini adalah
kumpulan cerpen Menunggu Suti Karya RD. Kedum yang terdiri dari 13 cerpen.
Ruang lingkup penelitian ini peneliti batasi pada analisis psikologis penokohan
cerpen Menunggu Suti karya RD. Kedum dan implikas pengajarannya. Tinjauan
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan
F. Definisi Operasional
1. Tinjauan adalah pemeriksaan yang teliti, penyelidikan, kegiatan pengumpulan
kejiwaan.
3. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
4. Cerita pendek atau cerpen adalah jenis karya sastra yang memaparkan kisah
atau cerita tentang manusia dan seluk beluknya lewat tulisan pendek.
5. Implikasi adalah akibat langsung atau konsekuensi dari temuan dan hasil atas
suatu penelitian.
G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil kegiatan penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti hasil penelitian ini berguna untuk mengukur kemampuan
cerpen ini sangat bermanfaat bagi anak didik menjadi lebih cerdas.
3. Bagi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia Sebagai masukan dan informasi
pembelajaran sastra.
4. Bagi Lembaga Pendidikan STKIP-PGRI Lubuklinggau hasil penelitian ini
BAB II
KAJIAN TEORETIK
Pada bagian ini diuraikan beberapa hal yang berkaitan erat dengan fokus yang
pengajarannya. Uraian ini dimaksud sebagai landasan yang akan digunakan dalam
pembahasan penelitian. Adapun uraian ini terdiri dari lima bagian. Pertama, uraian
tentang pengertian tinjau. kedua uraian tentang pengertian psikologi sastra. ketiga
uraian tentan pendekatan psikologi sastra yang meliputi (a) id, (b) ego, (c) super
ego. Keempat, uraian tentang cerpen yang meliputi, (a) pengertian cerpen, (b) ciri-
9
ciri cerpen, (c) jenis-jenis cerpen. Kelima, uraian tentang penokohan yang
pengumpulan data, pengolahan analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara
artinya jiwa dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi
(menurut arti kata) psikologis artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik
Dengan singkat disebut ilmu jiwa. Sejalan dengan pendapat di atas, Djamarah
10
tersebut para ahli lebih suka menggunakan istilah psikologi. Di samping itu, objek
utama psikologi bukanlah masalah jiwa karena jiwa tidak dapat dipelajari dan
diteliti secara ilmiah. Objek psikologi, yaitu tingkah laku manusia atau gejalah
ilmu-ilmu lain. Namun, psikologsi tidak boleh dipandang sebagai ilmu yang sama
sekali terlepas dari imu-ilmu lainnya. Dalam hal ini psikologis masih mempunyai
hubungan dengan ilmu lain seperti filsafat, sosial, maupun budaya. Di samping
sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan. Artinya dalam
menelaah suatu karya psikologis hal penting yang perlu dipahami adalah sejauh
para tokoh rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan. Psikologi sastra
merupakan salah satu kajian sastra yang bersifat interdidipliner, karena memahami
dan mengkaji sastra dengan menggunakan berbagai konsep dan kerangkah teori
11
yang ada dalam psikologi. Menurut Wellek dan Waren (Wahyuningtias dan
Dalam menelaah suatu karya psikologis hal penting yang perlu dipahami
kejiwaan.
oleh beberapa hal. Pertama, karya sastra merupakan kreasi dari suatu proses
kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar.
Kedua, telaah psikologi sastra adalah kajian yang menelaah cermin psikologis
dalam diri para tokoh yang disajikan sedemikian rupa oleh pengarang sehingga
pembaca merasa terbuai oleh problemah psikologis kisahan yang kadang kalah
sastra bersifat kreatif dan imajiner, penciptaan tetap sering memanfaat hukum-
Perbedaan gelaja-gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala
Antara psikologi dan sastra akan saling melengkapi dan saling berhubungan
sebab hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan proses penciptaan sebuah
karya sastra. Psikologi digunakan untuk menghidupkan karakter para tokoh yang
adalah suatu pendekatan yang memahami lebih jauh latar belakang kejiwaan baik
itu dari pengarangnya maupun dari tokoh-tokoh rekaan yang terlibat masalah
kejiwaan.
13
memahami hubungan antara psikologi dengan sastra yaitu (1) memahami unsur-
disoroti tak hanya terfokus pada tokoh utama, baik protagonis maupun
diungkapkan.
c. Konflik perwatakan tokoh perlu dikaitkan dengan psikologi
sastra yaitu;
perwatakan.
b. Dengan pendekatan ini dapat memberi umpan-balik kepada peneliti tentang
keterangan tentang perilaku dan motif tindakan itu tidak dijelaskan oleh
penulis.
c. Sukar mengetahui kaitan satu tindakan dengan tindakan lain yang
diperlihatkan tokoh karena tokoh itu sendiri mati, tidak bisa diwawancarai,
sastra juga harus berdasarkan pada teori dan hukum-hukum psikologis yang
pokok, yakni: id, ego, dan super ego. Ketiga aspek itu masing-masing
pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia. Tingkah laku merupakan hasil kerja
sama dari ketiga aspek itu. Ketiga aspek itu diuraikan sebagai berikut :
a. Id
Es (The Id) adalah aspek biologis kepribadian yang berhubungan dengan prinsip
kepribadian yang gelap dalam bawah sadar manusia yang berisi insting dan
nafsu-nafsu tak kenal nilai dan agaknya berupa energy buta. Demikian juga
kala melihat yang datang adalah Darmadi adik kandung Suti. Aku
untuk menyampaikan segala sesuatu yang tejadi padanya, namun ia tidak bisa
melakukannya. Hal ini dikarenakan peran egonya yang lebih dominan dalam
cara menggamit lengan Darmadi untuk memberi tahu bahwa jenazah itu adalah
tokoh Aku! Tapi yang tokoh Aku lakukankan seperti menggamit angin. Usahanya
sia-sia tindakan apapun yang ia lakukan tidak bisa didengar atau dirasakan oleh
Tapi hasilnya sia-sia mereka hanya sibuk membolak-balik jenazah kesana kemari.
b. Ego
Das Ich (The Ego) Wahyuningtyas dan Wijaya (2011:12), menjelaskan
Das Ich (Th Ego) adalah aspek psikologis dari kepribadian yang muncul setelah
adanya hubungan dengan dunia luar atau lingkungan. Ego bersifat menekan Id
yang kuat dalam bentuk aktivitas sadar dan prasadar dengan berpegang pada
berupa kontak dengan dunia luar. Sama dengan pendapat di atas, Wiyatmi
(2011:12), menjelaskan ego sadar akan realitas. Oleh karena itu, Frued
duka, tetapi dia kan tuturkan wajahku yang remuk, bola mata
dukanya. Puihhh!!.
mengambarkan ego tokoh Aku yang merasa bahwa orang-orang yang berada di
sekitarnya hanya ingin mengejek dan mencelanya. Peran ego dalam bentuk
orang-orang yang berada di sekitar jenazah tidak semuanya memiliki sifat yang
seperti itu. Ada yang bersimpati padanya, seperti seseorang ini ia ingin melihat
wajanyanya siapa tahu ia mengenal jenazah yang terbujur kaku di tepi jalan lintas
Sumatra ini.
c. Super Ego
Sementara super ego berkembang mengontol dorongan-dorongan buta
Id tersebut. Hal ini berarti ego (das ich) merupakan sistem kepribadian yang
bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan
implementatif, yaitu berupa kontak dengan dunia luar. Adapun super ego (das
ueber ich) adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang
merupakan lapisan yang menolak sesuatu yang melanggar norma. Super ego dapat
dikatakan sebagai dasar hati nurani yang erat hubungannya dengan moral. Sejalan
mengontrol mana perilaku yang boleh dilakukan, mana yang tidak. Misalnya:
Kali ini aku benar-benar menangis. Aku sudah tak peduli dengan
ia tahu bahwa aku telah mati. Baru aku sadar, aku belum sempat
Peran super ego dalam diri tokoh Aku lebih kuat untuk menyadarkan
dirinya bahwa tidak semua orang yang berduyun-duyun datang untuk mencelah
dirinya. Ia tersentak sadar ketika mengigat Suti istrinya yang belum sempat ia
bahagiakan, selama ini ia lebih banyak bersandiwara sebagai suami yang suci dan
ketika mengingat Suti, istri yang slama ini slalu ia zolimi yang belum sempat ia
Das Ueber Ich atau The Super ego, merupakan aspek psikologi kepribadian
yang fungsi pokoknya menentukan benar salahnya atau sesuai tidaknya sesuatu.
Dengan demikian, pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat. Super
ego dibentuk melalui jalan internalisasi, artinya larangan/ perintah dari luar diolah
sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dari dalam. Fungsi pokok super ego
impuls-impuls id terutama impuls seksual dan agresif, mendorong ego untuk lebih
a. Membaca teks cerpen Menunggu Suti Karya RD. Kedum secara seksama dari
awal sampai akhir cerita secara berurutan, agar dapat memahami secara
kejiwaan dengan gagasan dalam cerpen Menunggu Suti Karya RD. Kedum.
c. Mengidentifikasi dan menganalisis sikap atau kejiwaan tokoh cerita dalam
keseluruhan
5. Batasan Cerita Pendek (Cerpen)
sebagai cerita rekaan yang relatif pendek, karena dapat selesai dibaca dalam satu
kali pembacaan. Dalam penyajiannya cerpen disusun secara cermat dan hemat
21
serta berfokus pada satu pokok permasalahan. Sejalan dengan pendapat di atas,
Kosasih (2003:222), menjelaskan bahwa cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang
menurut wujud fisiknya berbentu pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita
memang relatif. Namun, pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang
habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500-
5.000 kata. Karena itu, cerita pendek sering diungkapkan dengan cerita yang dapat
dibaca dalam sekali duduk. Selain itu menurut Nurgiantoro (2010:10), cerpen,
sesuai dengan namanya adalah cerita yang pendek. Akan tetapi, berapa ukuran
panjang pendek itu memang tidak ada aturannya, tidak ada satu kesepakatan di
Dengan demikian dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
cerpen sesuai dengan namanya adalah cerita pendek namun ukuran panjang
pendeknya suatu cerita memang relatif. Karena itu, cerita pendek sering
a. Ciri-ciri Cerpen
Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa cerpen memiliki ciri-
b. Jenis-jenis Cerpen
Menurut Nurgiantoro (2010:10), berdasarkan panjang ceritanya jenis cerita
atau bahkan beberapa puluh ribu kata. Cerpen dalam bentuk ini bisa disebut
dengan novelet.
6. Pengertian Penokohan
sesuatu, siapa yang mengalami sesuatu, siapa yang membuat konflik, dan
sebagainya. Peristiwa dalam cerita dialami oleh tokoh atau pelaku. Penokohan
memiliki arti yang lebih luas dari tokoh karena penokohan merupakan pelukisan
tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan atau karakter dan karakteristik
secara bergantian dengan menunjukan arti yang hampir sama. Penokohan dan
23
watak tertentu dalam sebuah cerita. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang
kualitas nalar atau perasaan para tokoh di dalam suatu karya fiksi yang dapat
mencakup tidak saja tingkah laku atau tabiat dan kebiasaan tetapi juga
bahasa Inggris menyarankan pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai
emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut. Stanto (Nurgiantoro
dan dapat pula berarti perwatakan. Antara seorang tokoh dengan perwatakan yang
tokoh tertentu tak jarang, langsung mengisyaratkan kepada kita perwatakan yang
dimilikinya. Hal itu terjadi terutama pada tokoh-tokoh cerita yang telah menjadi
milik masyarakat.
adalah orang-orang yang ditampilkan dalam sebuah karya naratif, atau drama,
yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu
seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Pembedaan antara tokoh yang satu dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas
Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya dari pada tokoh
pembaca.
peranan masing-masing tokoh tersebut tak sama. Tokoh yang disebut pertama
adalah tokoh utama cerita sedangkan yang kedua adalah tokoh tambahan.
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya baik sebagai
tertentu tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui
dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan. Berbeda dengan tokoh
dipentingkan dan kehadirannya jika ada keterkaitan dengan tokoh utama. Secara
langsung ataupun tak langsung. Tokoh utama adalah yang dibuat sinopisnya,
protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi
yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero tokoh yang merupakan
sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita. Maka kita
menyikapinya.
Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang sering dibenci oleh pembaca,
karena biasanya tokoh ini dikenal dengan orang yang jahat, tidak sesuai dengan
sederhana dan tokoh bulat. Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memilki
satu kualitas pribadi tertentu, sifat-watak tertentu saja, ia tidak memiliki efek
memberikan kejutan.
4) Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang
Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami
kedalam tokoh tipikal dan tokoh netral. Tokoh tipikal yang hanya sedikit
lembaga.
Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri.
7. Implikasi Pengajarannya
langsung atau konsekuensi atas temuan hasil suatu penelitian. Akan tetapi secara
memiliki tujuan membandingkan suatu hasil penelitian antara yang lalu dengan
a. Secara Teoritis
tentang penelitian sastra Indonesia khususnya dalam hal tinjaun cerpen tentang
b. Secara Praktis
Manfaat secara praktis dapat member masukan kepada guru Bahasa Indonesia
kemampuan dalam memahami sebuah cerpen. Hal ini agar lebih memberikan
ajar yang berkaitan dengan apresiasi sastra. Apresiasi sastra yaitu mencaskup
puisi, prosa, drama dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
perasaan yang baik terhadap karya sastra. Melalui apresiasi sastra, siswa
dapat dicapai melalui pembelajaran yang intens antara siswa dengan karya sastra
dan didasari rasa suka terhadap karya sastra sehingga siswa dapat merasakan
pendidikan seperti ini peserta didik diajak untuk langsung membaca, memahami
Dengan pendidikan karya sastra, peserta didik tidak hanya diajak untuk
memahami dan menganalisis berdasarkan bukti nyata yang ada di dalam karya
sastra dan kenyataan yang ada diluar sastra, tetapi juga diajak untuk
siswa. Melalui sastra siswa dapat mengambil nilai-nilai pendidikan yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga melatih kepekaan siswa
terhadap segala hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya, karna dalam sastra
memuat cerita segala kehidupan yang mengandung pelajaran baik dan buruk.
memberikan perubahan perilaku, akal, budi pekerti, dan susila. Oleh karena itu,
peka terhadap perasaannya dengan nilai-nilai. Isi cerpen sebagai bahan ajar harus
bahanpun perlu mendapat perhatian yang cukup. Pemilihan karya sastra yang baik
sebagai bahan apresiasi sastra bukanlah pekerjaan yang mudah, oleh karena itu
29
dalam memilih bahan yang akan diajarkan perlu diingatkan kriteria pemilihannya.
Pemilihan bahan yang akan diajarkan tersebut juga harus memperhitungkan usia
sekolah anak didik. Bahan ajar untuk usia SMP akan berbeda dengan bahan ajar
untuk tingkat SMA, dan bahkan sangat berbeda dengan usia Mahasiswa.
mengambil hasil penelitian yang di tulis oleh Siti Nurbaiti yang berjudul
Mohammad Diponegoro.
Analisis psikolgis cerpen pagi bening seekor kupu-kupu dari segi Idnya
tergambar pada keinginan si Bocah untuk sekolah dan bermain seperti bocah-
keinginan yang wajar bagi anak-anak seusianya. Ia ingin tahu bagaimana rasanya
dapat bermain dengan bebas dan sepuasnya di taman tersebut, menjalani hari-hari
tawaran Kupu-kupu untuk bertukar tubuh dengan Kupu-kupu tersebut, hal itu
atau tidak.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa:
1. Persamaan yang ada yaitu penelitian ini juga menganalisis psikolgis
penokohan cerpen.
30
2. Perbedaan yang ada yaitu pada cerpennya ada yang menganalisis cerpen
BAB III
METODE PENELITIAN
31
tahap pelaporan dilakukan selama 14 bulan dari bulan Maret sampai dengan bulan
April. Pengajuan judul dilaksanakan pada bulan Maret Minggu ketiga dan
keempat, pengumpulan data minggu pertama dan kedua di bulan April, penulisan
proposal minggu ketiga dan keempat, bimbingan proposal mulai dari minggu
pertama bulan Mei sampai dengan minggu keempat bulan Juli, seminar proposal
minggu pertama bulan Agustus, menganalisis data minggu kedua sampai keempat
minggu pertama bulan Januari, dan ujian skripsi minggu keempat bulan April.
B. Latar Penelitian
Oleh karena itu, dalam meninjau cerita pendek atau cerpen diperlukan kecermatan
dari seorang pembaca, hal ini memungkinkan secara tidak langsung pembaca akan
Maka dari itu saya, tertarik untuk meninjau psikologis penokohan dalam
untuk di pahami apalagi dilakukan. Maka dari itu, untuk melakukan hal tersebut di
Sedangkan pendekatan adalah proses atau cara mendekati sebuah masalah dalam
suatu penelitian.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan
yang digunakan untuk menghasilkan grounded theory, yakni teori yang timbul
penelitian yang tidak diperoleh melalui prosedur statistika yakni teori yang timbul
dari data. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang penting untuk memahami
suatu fenomena sosial dan perspektif individu yang diteliti. Tujuan pokoknya
diantaranya.
d. Desain dan kerangka penelitian bersifat sementara sebab penelitian bersifat
terbuka.
e. Penelitian bersifat alamiah, terjadi dalam konteks sosial budayanya masing-
masing.
a. Data disikapi sebagai data verba atau sebagai sesuatu yang dapat
pemahaman.
c. Mengutamakan hubungan secara langsung antara peneliti dengan hal yang
diteliti.
d. Mengutamakan peran peneliti sebagai intrumen kunci.
Hal ini perlu dipahami sebab karya sastra adalah dunia kata dan symbol
yang penuh makna sehingga perlu ditafsirkan maknanya agar dimengerti dan
dipahami yang tujuannya untuk meneliti dan memahai suatu peristiwa atau
34
gejalah yang muncul pada teks bacaan, dengan ketentuan setiap gejala yang
muncul harus diamati dan dikontrol secermat mungkin, sehingga dapat diketahui
kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberi perlakuan khusus terhadap
peristiwa tersebut.
Metode pemahaman digunakan dalam tinjauan ini bertujuan untuk
uraian kualitatif sehingga tampak kualitas dan hasil karya sastra yang dibuat oleh
seorang pengarang salah satunya pada cerpen Menunggu Suti karya RD. Kedum
ini.
2. Objek Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, yang menjadi objek penelitian ini adalah
cerpen Menunggu Suti yang terdapat dalam karya RD. Kedum diterbitkan oleh
kondisi kejiwaan yang dialami oleh tokoh dalam cerpen Menunggu Suti karya
3. Prosedur Penelitian
35
Tinjauan cerpen Menunggu Suti karya RD. Kedum ini dilakukan dengan
tahap proses peninjauan yaitu dengan cara membaca dengan penuh pemahaman
untuk memahami keseluruhan isi cerita yang mencakup unsur intrinsik. Lalu
ini lebih ditekankan pada psikologis penokohannya yang Meliputi Aspek Id, Ego,
menarik simpulan dari hasil keseluruhan isi cerpen dengan memaparkan segala
pesan dan amanat yang disampaikan dalam cerpen. Untuk lebih jelasnya dapat
Bagan 3.1
Prosedur Penelitian
2. Kegiatan Awal
Membaca Cerpen dengan Menentukan Psikologis
Penuh Pemahaman Penokohan dalam
Cerpen
Tinjaun Psikologis
Penokohan Cerpen
Meliputi Aspek:
1. Id (tak sadar)
2. Ego (prasadar)
3. Super Ego (sadar)
Kesimpulan
D. Data dan Sumber Data
1. Data
36
Data pada dasarnya merupakan bahan mentah yang dikumpulkan oleh peneliti
dari dunia yang dipelajarinya. Data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data
2. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
kepustakaan yaitu berupa buku, artikel, teks atau dokumen yang terdiri dari: teks
kumpulan cerpen Menunggu Suti karya RD. Kedum. Berdasarkan sumbernya data
a. Data primer, atau data tangan pertama, adalah data yang diperoleh langsung
dicari.
b. Data sekunder atau data tangan ke dua adalah data yang diperoleh lewat pihak
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.
c. Penarikan Simpulan/Verifikasi (Conclusion Drawing)
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendkung pada tahap
pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
kredibel.
38
3. Tabel Kerja
Tabel 3.1
Analisis tinjauan psikologis penokohan
cerpen Menunggu suti karya RD. Kedum
Psikologis Penokohan
Tokoh Id Ego Super Ego Analisis
No Kutipan
Ds
yang sistematis. Hanya saja penelitian sastra bersifat deskriptif, karena itu
Menganalisis data diperlukan prosedur pengambilan data yang tepat, karena hasil
yang menjadi pusat perhatian tanpa memberi perlakuan khusus terhadap peristiwa
tersebut.
Dalam penelitian ini, prosedur analisis deskriptif digunakan untuk
hubungan isi cerpen dengan kejiwaan tokoh yang terdapat dalam cerpen tersebut.
Asmani (2011:41), adapun langkah-langkah atau teknik dalam menganalisis
dengan mengadakan penganalisaan dari hasil karya seseorang dari mana karya-
karya ini merupakan pencetusan keadaan jiwa seseorang. Dalam penganalisaan ini
penggambaran variabel yang diteliti, dan berfungsi sebagai alat pembuktian atau
40
92).
1. Kredibilitas
Merupakan kriteria untuk memenuhi nilai-nilai kebenaran dari data dan
informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh
semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai informasi. Untuk
data-data yang berupa buku-buku tentang psikologi dan informasi dari sekitar.
2. Transferbilitas
Kriteria ini digunakan untuk memenuhi kriteria, bahwa hasil penelitian
yang dilakukan dalam konteks atau setting tertentu dapat ditranfer ke subjek lain
yang memiliki tipologi yang sama. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat
bagi orang yang ingin meneliti hal yang sama yaitu meneliti psikologis penokohan
3. Dependabilitas
Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah proses penelitian
kualitatif bermutu atau tidak, dengan mengecek: apakah si peneliti sudah cukup
mengumpul data dan lainnya dalam meninjau psikologi penokohan dalam cerpen.
4. Konfirmabilitas
Kriteria untuk menilai kebermutuan hasil penelitian. Jika dependabilitas
digunakan untuk menilai kualitas dari proses yang ditempuh oleh peneliti maka
tekanan pertanyaan apakah data dan informasi serta interpretasi dan lainnya
didukung oleh materi yang ada dalam audit trail. Dalam meneliti psikologi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian
Dalam Bab IV ini akan disajikan paparan dan penafsiran data yang berupa
gambaran tinjauan psikologi cerpen Menunggu Suti karya RD. Kedum. Paparan
dan penafsiran data dalam penelitian ini yaitu deskripsi cerpen Menunggu Suti
karya RD. Kedum ditinjau dari segi psikologis sastra yang meliputi: id, ego, dan
Sigmun Frued. Dan deskripsi tentang implikasi cerpen Menunggu Suti dalam
pengajarannya.
42
yang gelap dalam bawah sadar manusia yang berisi insting dan nafsu-nafsu tak
kenal nilai dan agaknya berupa energy buta. Mengapa id dikatakan aspek
kepribadian yang gelap dalam bawah sadar manusia yang berisi insting dan nafsu-
nafsu tak kenal nilai? Dapat kita lihat pada kutipan beikut ini:
niscaya aku dapat membaca apa yang akan terjadi esok. Atau
yang akan kualami hari ini. Ya, aku akan mengerti jika ada bahaya
mengambarkan id tokoh aku yang begitu menyesal mengapa tokoh aku tidak bisa
membaca situasi dan kondisi mengenai perihal apa yang akan terjadi padanya.
Tokoh Aku dalam kutipan ini ingin memiliki kepandaian yang sama seperti
Khidir yang bisa membaca apa yang akan terjadi kedepannya dan seperti
Sulaiman yang paham bahasa hewan agar ia mendapat kabar dari semut, kecoa,
cecak tentang apa yang akan terjadi hari ini. Hal ini ia lakukan supaya ia bisa
kepribadian yang di bawah sadar manusia yang berisi insting dan nafsu-nafsu tak
kenal nilai?
bahwa ini aku, kakak iparnya! Tapi, aku seperti menggamit angin.
Dar, Dar.!
(MS. 002)
untuk menyampaikan segala sesuatu yang tejadi padanya, namun ia tidak bisa
melakukannya. Hal ini dikarenakan peran egonya yang lebih dominan dalam
cara menggamit lengan Darmadi untuk memberi tahu bahwa jenazah itu adalah
tokoh Aku! Tapi yang tokoh Aku lakukankan seperti menggamit angin. Usahanya
sia-sia tindakan apapun yang ia lakukan tidak bisa didengar atau dirasakan oleh
Tapi hasilnya sia-sia mereka hanya sibuk membolak-balik jenazah kesana kemari.
Coba kita perhatikan Kutipan dibawah ini, kutipan ini lebih menyakinkan kita
manusia yang berisi insting dan nafsu-nafsu tak kenal nilai dan agaknya berupa
energy buta.
mereka! Bila perlu tembak mati mereka! kali ini aku naik dekat
bisa mendengar suaranya. Peristiwa ini menunjukan bahwa tokoh Aku memiliki
sifat yang pantang menyerah apapun ia lakukan agar keinginannya bisa tercapai.
45
Berbeda dengan tokoh Suti, secara id Suti adalah orang yang banyak
kesadaran dalam diri tokoh utama. Secara ego Suti memiliki kepribadian yang
baik, sholeha, kuat, rajin, lembut, bertanggung jawab, dan ikhlas. Tergambar
beribadah dan patuh serta sayang dengan suaminya. Ia rela menunggu suaminya
seperti raja, mengelapi suaminya dengan air hangngat, memakaikan pakaian yang
sudah rapi dan menyuguhi suaminya dengan segelas kopi. Suti benar-benar wanita
46
Allah keselamatan dan kesabaran untuk suaminya yang selama ini Suti anggap
Sedangkah tokoh Rusti secara id Rusti adalah orang yang selalu ingin
tampil cantik dan modis apapun ia lakukan demi mendapatkan apa yang ia
inginkan. Tokoh ini ialah tokoh yang menyebabkan tokoh utama menjadi
Aku tidak berharap Rusti akan berduka. Pasti perempuan itu akan
bagaimana kepribadian seorang Rusti. Orang yang selalu ingin tampil cantik dan
modis, Rusti rela melakukan apa saja demi mencapai keinginannya seperti
menambah beberapa susuk di bagian dada, pantat, dan pipinya agar terlihat lebih
mudah dan bergairah dibandingkan dengan usianya, yang ia lakukan hanya semata
demi mengelabui mata-mata yang tak mampu menebus topeng gaibnya. Aspek id
nya sangat berperan dalam diri Rusti ia hanya ingin melakukan sesuai dengan
Tokoh Sumi sama halnya dengan tokoh Rusti, Tokoh Sumi dan Rusti
memiliki kepribadian yang sama Secara Id atau pun secara ego. secara id Sumi
bersolek agar terlihat cantik didepan para kaum laki-laki. Tokoh ini ialah tokoh
yang menyebabkan tokoh utama menjadi seseorang yang gemar maksiat, mabuk-
mabukan, merampok dan lain sebagainya. Secara ego Sumi berkarakater jahat,
Dia pasti enggan menagis. Sebab, jika air mata itu menyapuh
Dari kutipan ini menunjukan kepribadian seorang Sumi. Orang yang selalu
demi kecantikannya. Aspek id nya sangat berperan dalam diri Sumi ia hanya
Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang muncul setelah adanya
hubungan dengan dunia luar atau lingkungan. Ego bersifat menekan Id yang kuat
dalam bentuk aktivitas sadar dan prasadar dengan berpegang pada prinsip
Ego yang dalam bentuk aktivitas prasadar bersifat jahat, suka mabuk-
kekerasan dan tindakan yang merugikan orang lain untuk menghadapi masalah
yang terjadi dalam dirinya. Perhatikan kutipan dibawah ini yang menyangkut ego
duka, tetapi dia kan tuturkan wajahku yang remuk, bola mata yang
(MS. 001)
mengambarkan ego tokoh Aku yang merasa bahwa orang-orang yang berada di
sekitarnya hanya ingin mengejek dan mencelanya. Peran ego dalam bentuk
orang-orang yang berada di sekitar jenazah tidak semuanya memiliki sifat yang
seperti itu. Ada yang bersimpati padanya, seperti seseorang ini ia ingin melihat
wajahnya siapa tahu ia mengenal jenazah yang terbujur kaku di tepi jalan lintas
Sumatra ini.
Tapi disisi lain ego dalam bentuk aktivitas sadar dalam diri tokoh Aku
berperan dengan baik ia bisa mengontrol emosinya dan berusaha untuk menjadi
manusia yang lebih baik lagi. Hal ini ditunjukkan pada kutipan di bawah ini:
Kali ini aku benar-benar menangis. Aku sudah tak peduli dengan
mengabari suti, agar ia tahu bahwa aku telah mati. Baru aku
terkutuk lainnya.
(MS. 002)
Peran ego dalam diri tokoh aku ternyata bisa mengontrol emosinya seperti
terdapat pada kutipan di atas. Tokoh aku sudah tidak memperdulikan lagi orang
yang berduyun-duyun datang yang ada dalam pikirannya saat ini adalah
bagaimana untuk mengabari Suti istrinya bahwa ia sudah meninggal. Tokoh aku
Selama ini ia hanya berpura-pura sebagai suami yang suci bagi Suti. Padahal ia
banyak mengahabiskan waktu untuk berjudi dan bermalam bersama Sumi dan
Rusti.
yang boleh dilakukan, mana yang tidak. Perhatikan kutipan di bawah ini perilaku
seperti apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
Kali ini aku benar-benar menangis. Aku sudah tak peduli dengan
mengabari suti, agar ia tahu bahwa aku telah mati. Baru aku
terkutuk lainnya.
(MS. 001)
Peran super ego dalam diri tokoh Aku lebih kuat untuk menyadarkan
dirinya bahwa tidak semua orang yang berduyun-duyun datang untuk mencelah
dirinya. Ia tersentak sadar ketika mengigat Suti istrinya yang belum sempat ia
bahagiakan, selama ini ia lebih banyak bersandiwara sebagai suami yang suci dan
ketika mengingat Suti, istri yang slama ini slalu ia zolimi yang belum sempat ia
Super ego dapat dikatakan juga sebagai dasar hati nurani yang erat hubungannya
Oh Suti, betapa baru kali ini aku takut engkau bersedih. Selama ini
sabar yang kau miliki. Aku selalu melihat rasa syukur terpancar
Hati nuraninya berdetak, takut jika Suti mengetahuinya Suti akan sedih.
Selama ini tokoh aku selalu yakin kalau Suti bisa mengatasi semuanya dan Suti
selalu bersyukur serta sabar dalam menghadapi semua yang terjadi. Kutipan di
Duh! Suti, air mataku meleleh berubah menjadi darah. Kau tak
pernah tahu kalau aku bandit! Kau tak pernah tahu kalau aku
Dulu tokoh Aku benar-benar penjahat yang tidak pernah pandang bulu. Apa
saja yang bisa menghasilkan uang akan ia lakukan termasuk merampok gudang
kopi milik paman Suti lalu membunuhnya, menjambret tas ibu Suti, dan mencuri
mobil ayah Suti. Tetapi setelah kematian menimpahnya hati nuraninya sadar
dengan apa yang telah ia lakukan, dan sekarang apa saja akan ia lakukan untuk
mencium telapak kaki Suti. Tapi sekarang nasi sudah menjadi bubur tidak ada
yang bisa dilakukan lagi, tinggal semuanya diserahkan pada yang Maha Esa untuk
Suti. Ia berharap bisa seperti dulu bersama Suti lagi walaupun hanya sebentar.
Setiap proses yang terjadi dalam pikiran manusia, ketiga sistem kepribadian
super ego dalam dirinya menyatakan bahwa itu adalah suatu tindakan yang salah,
53
yang negatif.
pengalaman bahwa apapun yang kita lakukan di dunia ini akan ada balasannya
tidak hanya diakhirat di duniapun ada orang yang mengalami suatu balasan atas
perbuatan yang sudah ia lakukan. Karena peristiwa itu yang telah membuka mata
psikologi ini dapat memperdalam masalah mengenai analisis telaah sastra dari
segi kejiwaan para tokoh. Dan dengan adanya nilai-nilai pendidikan positif
diharapkan dapat menjadi acuan bagi siswa agar dapat menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam cerpen Menunggu Suti ini siswa bisa membedakan
mana prilaku yang baik dan yang buruk. Aku dalam cerpen ini memiliki prilaku
yang buruk terhadap istrinya Suti dan keluarganya. Ia melakukan perbuatan yang
tidak baik untuk ditiru oleh parah pelajar seperti merampok, berjudi, minum-
minuman keras dan perbuatan terkutuk lainnya. Dari kejadian dalam cerpen ini
diharapkan siswa dapat membedakan antara perbuatan yang baik untuk dilakukan
erat dengan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, yakni pembelajaran teori
dan apresiasi cerpen di kelas XI SMA. Hasil penelitian ini dapat dikaitkan sesuai
54
dijadikan sebagai materi pelajaran. Pembahasan cerpen Menunggu Suti ini yang
diharuskan memperhatikan penjelasan dari guru yang berkaitan dengan cara dan
mendengarkan terlebih dahulu cerpen yang akan dibacakan untuk ditinjau, setelah
dalam cerpen. Kegiatan ini merupakan latihan dan pembelajaran bagi siswa dalam
D. Pembahasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti telah mengkaji kumpulan cerpen Menunggu
Suti karya RD. Kedum yang terdiri dari 13 cerpen. Dalam penelitian ini peneliti
hanya meneliti cerpen yang berjudul Menunggu Suti. RD. Kedum adalah nama
pena dari Rusmana Dewi. Sebagian besar cerpennya banyak menceritakan tentang
tersebut.
55
tersusun dari tiga sistem pokok, yakni: id, ego, dan super ego. Ketiga aspek itu
merupakan hasil kerja sama dari ketiga aspek itu. Ketiga aspek itu diuraikan
sebagai berikut:
1. Id
Berdasarkan hasil analisis data pada cerpen Menunggu Suti tersebut id
pada tokoh aku begitu menyesal mengapa ia tidak bisa membaca kondisi dan
situasi mengenai perihal apa yang akan terjadi padanya. inilah mengapa id
dikatakan sebagai kepribadian yang di bawah sadar manusia. Tokoh Aku dalam
kutipan ini ingin memiliki kepandaian yang sama seperti Khidir yang bisa
membaca apa yang akan terjadi kedepannya dan seperti Sulaiman yang paham
bahasa hewan agar ia mendapat kabar dari semut, kecoa, cecak tentang apa yang
akan terjadi hari ini. Hal ini ia lakukan supaya ia bisa menghindari segala sesuatu
yang akan terjadi padanya. Yang terdapat pada kutipan di bawah ini:
niscaya aku dapat membaca apa yang akan terjadi esok. Atau
apa yang akan kualami hari ini. Ya, aku akan mengerti jika ada
peristiwa kejadian yang dialaminya kepada pak Komandan bahwa ia mati dibunuh
mereka! Bila perlu tembak mati mereka! kali ini aku naik dekat
Id pada tokoh Suti merupakan orang yang selalu taat beribadah dan patuh
pada suaminya. Ia rela menunggu suaminya pulang hingga larut malam. Padahal
mendoakan suaminya itu. Sedangkan Rusti dan Sumi merupakan wanita yang
Ego bersifat menekan Id yang kuat dalam bentuk aktivitas sadar dan prasadar
dengan berpegang pada prinsip kenyataan atau reality prinsciple. Peran ego
dalam bentuk aktivitas prasadar dalam diri tokoh aku begitu mengendalikan
duka, tetapi dia kan tuturkan wajahku yang remuk, bola mata yang
Tapi peran ego dalam aktivitas sadar dalam diri toko Aku begitu kuat untuk
menyadarkan dirinya. Peran ego dalam diri tokoh aku ternyata bisa mengontrol
emosinya. Tokoh aku sudah tidak memperdulikan lagi orang yang berduyun-
duyun datang yang ada dalam pikirannya saat ini adalah bagaimana untuk
mengabari Suti istrinya bahwa ia sudah meninggal. Tokoh aku baru menyadari
bahwa ia belum sempat untuk membahagiakan Suti Istrinya. Selama ini ia hanya
58
mengahabiskan waktu untuk berjudi dan bermalam bersama Sumi dan Rusti.
Kali ini aku benar-benar menangis. Aku sudah tak peduli dengan
mengabari suti, agar ia tahu bahwa aku telah mati. Baru aku
terkutuk lainnya.
3. Super Ego
perilaku yang boleh dilakukan, mana yang tidak. Coba kita perhatikan kutipan di
bawah ini perilaku seperti apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan.
tak pernah tahu kalau aku bandit! Kau tak pernah tahu kalau
Dulu tokoh Aku benar-benar penjahat yang tidak pernah pandang bulu.
Apa saja yang bisa menghasilkan uang akan ia lakukan termasuk merampok
gudang kopi milik paman Suti lalu membunuhnya, menjambret tas ibu Suti, dan
mencuri mobil ayah Suti. Tetapi setelah kematian menimpahnya hati nuraninya
sadar dengan apa yang telah ia lakukan, dan sekarang apa saja akan ia lakukan
untuk menebus kesalahan yang telah ia lakukan kepada keluarga Suti, termasuk
mencium telapak kaki Suti. Tapi sekarang nasi sudah menjadi bubur tidak ada
yang bisa dilakukan lagi, tinggal semuanya diserahkan pada yang Maha Esa untuk
Suti. Ia berharap bisa seperti dulu bersama Suti lagi walaupun hanya sebentar.
Cerpen Menunggu Suti karya RD. Kedum ini dapat dijadikan bahan
bacaan bagi siswa, karena di dalamnya banyak mengajarkan kepada siswa mana
prilaku yang salah dan benar. Bagaimanapun kerasnya kehidupan, kita tidak boleh
60
melakukan hal-hal yang dianggap salah dan bisa mencelakakan diri kita sendiri
maupun orang lain. Toko Aku dan Suti dalam cerita ini dapat dijadikan contoh
bagi siswa, tokoh aku orangnya suka merampok, berjudi, mabuk-mabukkan dan
lainnya sebagainya, kita tidak boleh meniru apa yang dilakukan oleh tokoh aku
yang memiliki sifat buruk, lebih baik kita meniru sikap Suti. Ia adalah wanita
yang sholeha, ia rela menunggu suaminya pulang hingga larut malam dan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tinjauan cerpen Menunggu Suti Karya RD. Kedum ini dilihat dari segi
Id dalam cerpen Menunggu Suti karya RD. Kedum terdapat tujuh kutipan. Id
serta mencakup isnting seksual dan insting agresif, dalam cerpen Menunggu Suti
karya RD. Kedum ini cukup banyak paragraf yang menerangkan aspek Idnya.
Dalam cerpen ini idnya begitu bersikeras untuk melakukan sesuatu, tokoh Aku
dalam cerpen ini sudah meninggal hanya arwahnya saja yang berbicara dan
2. Ego
62
Ego bersifat menekan Id yang kuat dalam bentuk aktivitas sadar dan prasadar
yang muncul setelah adanya hubungan dengan dunia luar atau lingkungan. Ego
dalam cerpen Menunggu Suti karya RD. Kedum ini hanya terdapat dua kutipan
yang mencakup sadar dan prasadar, awalnya ego dalam diri tokoh Aku begitu
kuat untuk mempengaruhi dirinya tetapi setelah ia ingat dengan istrinya Suti
3. Super Ego
super ego dalam cerpen Menunggu Suti karya RD. Kedum terdapat empat
kutipan. Super Ego dapat dikatakan sebagai dasar hati nurani yang erat
hubungannya dengan moral dan berfungsi menentukan benar salahnya atau sesuai
tidaknya sesuatu. Tokoh Aku dalam cerpen ini yang tadinya begitu mengikuti
peran egonya tetapi peran super egonya begitu cepat untuk menyadarkan dirinya.
bahan ajar Bahasa dan Sastra Indonesia bagi siswa SMA. Hal ini relevan dengan
isi kurikulum pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI semester II,
B. Saran
63
1. Bagi Peneliti, agar dapat mengambil nilai-nilai positif dari penelitian ini.
Karena dalam cerpen Menunggu Suti karya RD. Kedum ini mengangkat
masalah kejiwaan yang terjadi di Dunia nyata maupun di dunia astral. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian lain agar penikmat sastra bisa
cerpen Menunggu Suti karya RD. Kedum diharapkan dapat membantu anak
apresiasi sastra bermanfaat bagi kehidupan anak didik menjadi lebih cerdas
sekolah.
4. Bagi Lembaga Pendidikan STKIP-PGRI Lubuklinggau, peneliti menyarankan
agar penelitian ini dapat di laksanakan pada karya sastra lainnya yang juga
karakter tokoh cerita, agar mempunyai nilai lebih sehingga bisa menjadi
DAFTAR PUSTAKA
Poerwadarminta. 2008. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
65
Somad Adi Abdul dkk. 2008. Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Wahyuningtyas Sri dan Wijaya Heru Santoso. 2011. Sastra Teori dan
Implementasi. Kadipiro Surakarta: Yuma Pustaka.
SUMBER INTERNET
https://drummerfan.wordpress.com/2010/03/25/perbedaan-mekanisme-proses-
tinjauan-analisis-dan-evaluasi/. (Diakses 19 Agustus 2015).
67