Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA PADA NOVEL CINTA DI UJUNG SAJADAH


KARYA ASMA NADIA (PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakitanya sebuah karya sastra adalah replika kehidupan nyata. Walaupun berbentuk
fiksi, misalnya cerpen, novel, dan drama, persoalan yang disodorkan oleh pengarang tak terlepas
dari pengalaman kehidupan nyata sehari-hari. Hanya saja dalam penyampaiannya, pengarang
sering mengemasnya dengan gaya yang berbeda-beda dan syarat pesan moral bagi kehidupan
manusia.
Menurut Iswanto dalam Jabrohim yang dikutip dari (http://teguhwirwan. blogdetik.com),
“Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta
refleksinya terhadap gejala-gejala sosial disekitarnya”. Pendapat tersebut mengandung implikasi
bahwa karya sastra (terutama cerpen, novel, dan drama) dapat menjadi potret kehidupan melalui
tokoh-tokoh ceritanya.
Nugraheni Eko Wardani (2009: 15) mengemukakan bahwa novel adalah fiksi yang
mengungkapkan cerita tentang kehidupan tokoh dengan problematika dan nilai-nilainya yang
mencari nilai otentik dalam dunianya.
Menurut peneliti dalam sebuah karya sastra fiksi, pastilah terdapat sebuah ide pokok yang
menjadi landasan pembangunnya. Karena dari ide pokok tersebutlah, seorang pengarang dapat
mengembangkan karya sastra buatannya. Khususnya pada novel, biasanya terdapat satu ide
pokok utama dan beberapa ide pokok tambahan yang berfungsi sebagai media untuk
menyampaikan ide pokok utama pada penikmat karya sastra. Beberapa ide pokok tambahan ini
berupa permasalahan, pertentangan, percekcokan ataupun perselisihan yang dialami oleh para
tokoh yang ada dalam sebuah karya sastra. Permasalahan, pertentangan, percekcokan ataupun
perselisihan ini sering kita kenal dengan istilah konflik.
Manusia dijadikan objek sastrawan sebab manusia merupakan gambaran tingkah laku
yang dapat dilihat dari segi kehidupannya. Tingkah laku merupakan bagian dari gejolak jiwa,
sebab dari tingkah laku manusia dapat dilihat gejala-gejala kejiwaan yang pastinya berbeda satu
dengan yang lain. Konflik batin termasuk permasalahan kepribadian, konflik batin merupakan
suatu perbuatan yang terlalu sering dilakukan yang bertentangan dengan suara batin, di dalam
kehidupan yang sadar, pertentangan tersebut akan menyebabkan pecahnya pribadi seseorang,
sehingga di dalamnya akan selalu dirasakan konflik-konflik jiwa (Agus Sujanto dkk, 2006: 12).
Pada diri manusia dapat dikaji dengan ilmu pengetahuan yakni psikologi yang
membahas tentang kejiwaan. Oleh karena itu, karya sastra disebut sebagai salah satu gejala
kejiwaan (Ratna, 2004: 62). Karya sastra yang merupakan hasil dari aktivitas penulis sering
dikaitkan dengan gejala-gejala kejiwaan sebab karya sastra merupakan hasil dari
penciptaan seorang pengarang yang secara sadar atau tidak sadar menggunakan teori
psikologi. Di dalam buku yang sama Ratna (2004:350) menyatakan bahwa, “Psikologi Sastra
adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis”. Artinya,
psikologi turut berperan penting dalam penganalisis sebuah karya sastra dengan bekerja dari
sudut kejiwaan karya sastra tersebut baik dari unsur pengarang, tokoh, maupun pembacanya.
Dengan dipusatkannya perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan dapat dianalisis konflik batin
yang terkandung dalam karya sastra. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
sastra dan psikologi sangat erat hingga melebur dan melahirkan ilmu baru yang disebut dengan
“Psikologi Sastra”. Artinya, dengan meneliti sebuah karya sastra melalui pendekatan Psikologi
Sastra, secara tidak langsung kita telah membicarakan psikologi karena dunia sastra tidak dapat
dipisahkan dengan nilai kejiwaan yang mungkin tersirat dalam karya sastra tersebut.
Peneliti tertarik untuk mengkaji novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia. Hal ini
dikarenakan oleh adanya tokoh Cinta yang ditampilkan secara apik oleh pengarang. Dalam novel
ini digambarkan sosok seorang anak perempuan yang begitu tabah dalam menjalani hidupnya.
Padahal begitu banyak permasalahan yang menghiasi kehidupannya, baik konflik antara dirinya
dengan orang-orang yang ada disekitarnya maupun konflik antara dia dengan dirinya sendiri.
Akan tetapi dalam novel ini pengarang lebih banyak menggambarkan konflik batin yang dialami
oleh tokoh Cinta, penggambaran kejiwaan Cinta akibat permasalahan yang secara bertubi-tubi
menyerangnya telah menarik begitu banyak perhatian pembaca. Sehingga tidak heran jika
novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia ini menjadi salah satu novel Best Seller di
Indonesia.
Oleh karena itu peneliti memilih untuk meneliti konflik batin dikarenakan konflik
psikologis tersebut kerap terjadi pada kehidupan nyata dan peneliti memiliki hasrat ingin tahu,
apakah penerapan konflik batin pada novel tersebut dapat dianalisis sesuai dengan ilmu psikologi
kepribadian. Sehingga menjadikannya ke dalam suatu penelitian yang berjudul:
Konflik batin tokoh utama pada novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia (pendekatan
psikologi sastra).
Penelitian tentang konflik yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Cinta di Ujung
Sajadah karya Asma Nadia sudah pernah diteliti oleh Artika Elpi Sandra, yang merupakan
mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Universitas Bung Hatta
dengan judul Konflik dan Watak Tokoh Utama dalan Novel Cinta di Ujung Sajadah Karya
Asma Nadia. Peneliti mengetahui hal ini setelah mencari informasi melalui internet, tetapi pada
sumber tersebut tidak dicantumkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Sehingga penulis
memang membuat penelitian ini dengan kemampuan sendiri, tanpa meniru hasil penelitian
sebelumnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah gambaran unsur-unsur intrinsik dalam novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma
Nadia?
2. Bagaimanakah konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Cinta di Ujung
Sajadah karya Asma Nadia?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik dan
mendeskripsikan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Cinta di Ujung
Sajadah karya Asma Nadia.

D. Manfaat Penelitian
Setelah dilakukan penelitian dan pembahasan diharapkan hasil penelitian ini dapat
berguna baik secara teoritis maupun praktis.
1) Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian tentang “Konflik Batin Tokoh Utama Pada Novel Cinta di
Ujung SajadahKarya Asma Nadia (pendekatan psikologi sastra)” ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa, guru, dan dosen.
2) Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian tentang “Konflik Batin Tokoh Utama Pada Novel Cinta di
Ujung SajadahKarya Asma Nadia (pendekatan psikologi sastra)” ini diharapkan dapat dipahami,
diterima serta dapat bermanfaat bagi masyarakat.

II. Kajian Teori


A. Novel Sebagai Karya Sastra
1. Pengertian Novel
Novel merupakan cerita menengah yang menggambarkan realitas kehidupan yang masuk
akal dengan mengetengahkan tokoh heroik beserta perubahan nasibnya dan terbagi dalam
beberapa episode kehidupan (Herman J. Waluyo, 2002: 36-37).
Sementara itu, Jassin dalam Zulfahnur (1996:67) mengatakan bahwa novel menceritakan
suatu kejadian yang luar biasa dari tokoh cerita, dimana kejadian-kejadian itu menimbulkan
pergolakan batin yang mengubah perjalanan nasib tokohnya.
Lebih lanjut Nugraheni Eko Wardani (2009: 15) mengemukakan bahwa novel adalah
fiksi yang mengungkapkan cerita tentang kehidupan tokoh dengan problematika dan nilai-
nilainya yang mencari nilai otentik dalam dunianya. Novel terdiri dari 50.000 kata atau lebih.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa novel adalah suatu
cerita fiksi yang menggambarkan kisah hidup tokoh heroik melalui rangkaian peristiwa yang
kompleks dan mengubah nasib tokoh tersebut yang tersusun lebih dari 50.000 kata.
2. Jenis-Jenis Novel
Novel dapat dibedakan berdasarkan isi cerita dan mutu novel. Berdasarkan isinya Mohtar
Lubis dalam Tarigan (1984:165) mengatakan bahwa novel sama dengan roman. Oleh karena itu,
roman dibagi menjadi roman avontur, roman psikologis, roman detektif, roman sosial, roman
kolektif, dan roman politik.
Sedangkan Burhan Nurgiyantoro (2002: 16-22) mengklasifikasikan novel menjadi dua
jenis, yaitu novel popular dan novel serius.
Sementara itu Lukas dan Faruk (1994:18-19), menjelaskan bahwa novel terdiri dari tiga
jenis, yaitu novel idealis abstrak, novel romantisme keputusan, dan novel pendidikan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel memiliki jenis yang berupa
novelavontur, novel psikologis, novel detektif, novel sosial, novel kolektif, novel politik, novel
popular, novel serius, novel idealis abstrak, novel romantisme keputusan, dan novel pendidikan.

3. Unsur-Unsur Novel
Menurut Herman J. Waluyo (2002: 141-225), unsur pembangun novel meliputi: tema
cerita, alur cerita, penokohan (perwatakan), sudut pandang pengarang, setting, adegan, latar
belakang, bahasa, dan dialog.
Lebih lanjut Burhan Nurgiyantoro (2010: 23-320) memberikan pendapat mengenai
unsur-unsur novel yang meliputi: unsur intrinsik (tema, cerita, plot, penokohan, pelataran,
penyudutpandangan, bahasa, moral) dan unsur ekstrinsik (unsur yang berada di luar karya
sastra).
Berdasar pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa unsur pembangun novel
meliputi: tema cerita, alur cerita, penokohan (perwatakan), sudut pandang pengarang, setting,
adegan, latar belakang, bahasa, dan dialog. Secara global unsur pembangun novel juga dibedakan
menjadi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
3.1 Unsur Intrinsik Novel
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2010: 23-320), unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang
membangun karya sastra itu sendiri. Unsur tersebut meliputi tema, alur/plot, tokoh dan
perwatakan, latar/setting, titik pengisahan, gaya pengarang dan amanat.
a. Tema
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Atau
gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau
sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian
cerita. Tema dalam banyak hal bersifat “mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa,
konflik serta situasi tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain.
b. Alur atau plot
Adalah jalinan cerita yang dibuat oleh pengarang dalam menjalin kejadian secara
beruntun atau rangkaian/jalinan antar peristiwa/lakuan dalam cerita. Sebuah cerita sebenarnya
terdiri dari berbagai peristiwa yang memiliki hubungan sebab-akibat. Jalinan sebab-akibat itu
yang dinamakan alur/plot.
c. Tokoh dan perwatakan
Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa
atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, namun
dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Penokohan merupakan penggambaran suatu watak tokoh dalam sebuah novel.
Pengenalan watak dari tiap-tiap pelaku.
d. Latar atau Setting
Latar atau setting adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, suasana dan
lingkungan sosial yang terdapat dalam cerita. Latar berguna untuk memperkuat tema, plot, watak
tokoh dan membangun suasana cerita.
e. Titik Pengisahan atau Sudut Pandang
Titik pengisahaan disebut juga sudut pandang atau juru cerita adalah kedudukan
pengarang dalam bercerita. Hal ini bukan berarti pengarang menceritakan kehidupan pribadinya,
tetapi pengarang menceritakan cerita rekaannya dalam posisi sebagai juru cerita.
f. Gaya
Gaya pengarang dalam mengungkapkan idenya menjadi susunan peristiwa yang disebut
cerita adalah cara-cara khas dari pengarang dalam menyusun bahasa, mengggambarkan tema,
menyusun plot, menggambarkan karakter atau watak, menentukan setting dan memberikan
amanat. Setiap pengarang memiliki gaya masing-masing yang hampir berbeda satu sama lainnya.
Gaya Bahasa adalah caara pengarang dalam mengungkapkan suatu pengertian dalam
kata, kelompok kata atau kalimat. Gaya bahasa sesungguhnya muncul berdasarkan niat
pengarang memperjelas uraiannya dengan bantuan imajinasi, disamping agar ingin pembaca
mampu menerima nilai-nilai yang sama yang ada dalam bahasa yang dilontarkannya. Gaya
bahasa yang digunakannya bisa personifikasi, metafora, alegori, sinekdok atau apa saja.
g. Amanat
Adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat dalam cerita
bisa berupa nasihat, anjuran, atau larangan untuk melakukan/tidak melakukan sesuatu. Yang
jelas, amanat dalam sebuah cerita pasti bersifat positif.
3.2 Unsur Ekstrinsik Novel
Menurut Burhan Nurgiantoro (2000:23), unsur-unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang
berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem
organisme karya sastra.
Sedangkan Suyono (2007:178), unsur ekstrinsik novel adalah unsur luar yang
membangun novel. Yang termasuk unsur luar novel adalah latar belakang pengarang, wilayah
atau tempat terciptanya novel, dan ideologi pengarang yang terkandung dalam novel.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa unsur ekstrinsik adalah
unsur luar yang secara langsung atau tidak langsung membangun novel. Unsur luar novel terdiri
dari latar belakang pengarang, wilayah atau tempat terciptanya novel, dan ideologi pengarang
yang terkandung dalam novel.

B. Psikologi Sastra
1. Definisi Psikologi Sastra
Wellek dan Warren (terjemahan Melani Budianta, 1990: 90-110) mendefinisikan
psikologi sastra sebagai studi sastra yang membahas aspek psikologi pengarang, proses kreatif,
hukum psikologi yang diterapkan dalam karya sastra, serta psikologi pembaca. Sedangkan Ratna
(2004:350) menyatakan bahwa psikologi sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan
relevansi dan peranan studi psikologis.
Suwardi Endraswara (2008:4) mengemukakan bahwa bahasa sastra memiliki makna
psikis yang dalam, sehingga perlu memahami bahasa estetis untuk mengungkapkan berbagai
gejala psikologis dibalik gejala bahasa. Hal ini merupakan pengaruh dari aspek estetis dari sastra
yang tersusun atas bahasa, sehingga dalam memahami karya sastra diperlukan penghayatan
tersendiri untuk memahami bahasa sastra.
Berdasar pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, psikologi sastra merupakan kegiatan
analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis dengan
membahas aspek psikologi pengarang, proses kreatif, hukum psikologi yang diterapkan dalam
karya sastra, serta psikologi pembaca.
2. Manfaat Psikologi Sastra
Di zaman kemajuan teknologi seperti sekarang ini manusia mengalami konflik kejiwaan
yang bemula dari sikap kejiwaan tertentu bermuara pula ke permasalahan kejiwaan (Semi,
1990:76). Pendekatan psikologi sastra ternyata memiliki beberapa manfaat dan keunggulan,
seperti diungkapkan Semi (1990:80), sebagai berikut:
(1) sangat sesuai untuk mengkaji secara mendalam aspek perwatakan,
(2) dengan pendekatan ini dapat memberi umpan balik kepada penulis tentang masalah
perwatakan yang dikembangkannya,
(3) sangat membantu dalam menganalisis karya sastra Surrealis, abstrak, atau absurd dan
akhirnya dapat membantu pembaca memahami karya-karya semacam itu.
Selanjutnya, menurut Aminuddin (1987:55) pendekatan psikologi sastra juga dapat
dimanfaatkan untuk beberapa hal. Pertama, untuk memahami aspek kejiwaan pengarang dalam
kaitannya dengan proses kreatif karya sastra yang dihadirkannya. Kedua, untuk mengeksplorasi
segi-segi pemikiran dan kejiwaan tokoh-tokoh utama cerita, terutama menyangkut alam pikiran
bawah sadar.
3. Kajian Ilmu Psikologi
Terdapat empat jenis kajian ilmu psikologi menurut Sarwono (2012:59), yaitu:
1. Psikologi perkembangan
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan faktor-
faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Psikologi
perkembangan berkaitan erat denganpsikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan
terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat dengan psikologi
kepribadian, karena perkembangan individu dapat membentukkepribadian khas
dari individu tersebut.
2. Psikologi sosial
Bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :
 studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi
tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat).
 studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan
lain-lain.
 studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasi hubungan
kekuasaan, kerjasamadalam kelompok, dan persaingan.
3. Psikologi kepribadian
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia
dalam menyesuaikan diridengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat
dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari
perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam
berinteraksi sosial dengan lingkungannya.
4. Psikologi kognitif
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti: persepsi,
prosesbelajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.
4. Aspek-aspek Psikologi Sastra
Albertine Minderop (2011: 59) berpendapat mengenai langkah dan pemahaman teori
psikologi sastra. Langkah tersebut mencakup; 1) pemahaman terhadap teori-teori psikologi
kemudian dilakukan analisis karya sastra, 2) menentukan karya sastra sebagai objek kemudian
menentukan teori psikologi yang relevan, dan 3) secara bersamaan menentukan objek dan
teorinya.
Wellek dan Warren (terjemahan Melani Budianta, 1990: 90-110) membagi definisi
psikologi sastra menjadi empat pengertian. Pengertian tersebut meliputi studi psikologi
pengarang, proses kreatif, hukum psikologi yang diterapkan dalam karya sastra, serta psikologi
pembaca.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pendekatan psikologi sangatlah tepat
digunakan untuk menganalisis konflik batin tokoh dalam novel. Pendekatan psikologi digunakan
karena konflik batin dalam diri tokoh sangat berhubungan dengan tingkah laku dan kehidupan
psikis tokoh.
C. Konflik
1. Pengertian Konflik
Menurut KBBI (2002), konflik adalah percekcokkan, perselisihan, pertentangan. Konflik
berasal dari kata kerja bahasa latin yaitu configure yang berarti saling memukul. Secara
Sosiologis konflik diartikan sebagai proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan
atau membuatnya tidak berdaya.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (2002), konflik merupakan warisan
kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya
keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak
secara berterusan.
Wellek dan Warren (terjemahan Melani Budianta, 1990: 285) memberikan definisi
mengenai konflik, “Konflik adalah sesuatu yang ‘dramatik’, mengacu pada pertarungan antara
dua kekuatan yang seimbang, menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan.”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa konflik adalah sebuah
percekcokan, perselisihan dan pertentangan yang terjadi akibat daripada berbangkitnya keadaan
ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara
berterusan.
2. Konflik Cerita
Konflik cerita, yaitu pokok permasalahan yang terjadi dan sesuatu yang dramatik,
mengacu pada pertarungan atau perselisihan antara dua kekuatan yang seimbang dan
menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan. Dalam kehidupan nyata konflik merupakan sesuatu
yang tidak menyenangkan. Namun dalam sebuah cerita tanpa adanya masalah yang memicu
adanya konflik berarti “tak akan ada cerita, tak ada nada plot”. Peristiwa dan konflik biasanya
berkaitan erat, dapat saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, bahkan konflik pun
pada hakikatnya merupakan peristiwa.
3. Jenis Konflik
Ada peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan konflik atau bahkan sebaliknya. Menurut
Winardi (2007) bentuk konflik sebagai bentuk kajadian dapat dibedakan ke dalam dua kategori,
yaitu konflik fisik dan koflik batin.
1. Konflik fisik (eksternal) adalah konflik yang terjadi antara seseorang tokoh dengan sesuatu di
luar dirinya, mungkin dengan tokoh lain atau dengan alam. Misalnya, konflik (permasalahan)
yang dialami seseorang tokoh akibat adanya banjir besar, gunung meletus, kemarau panjang dan
sebagainya. Konflik sosial, sebaliknya adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial
antar manusia, atau masalah-masalah yang muncul akibat hubungan antar manusia. Konflik
sosial berupa masalah peperangan, perburuhan atau kasus-kasus hubungan sosial lainnya.
2. Konflik batin (internal) adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa seseorang tokoh atau
tokoh-tokoh cerita. Jadi ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri, ia
merupakan permasalahan intern seorang manusia. Misalnya, hal itu terjadi akibat pertentangan
antara dua keinginan, keyakinan pilihan yang berbeda, harapan-harapan, atau maslah-masalah
lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa konflik di atas saling berkaitan, saling menyebabkan
terjadinya satu dengan yang lain, dan dapat terjadi secara bersamaan.
4. Konflik Batin
Secara etimologis, KBBI (2002) memberi arti konflik batin sebagai konflik yang
disebabkan oleh adanya dua atau lebih gagasan atau keinginan yang bertentangan menguasai diri
individu sehingga mempengaruhi tingkah laku.
Konflik batin merupakan suatu perbuatan yang terlalu sering dilakukan yang
bertentangan dengan suara batin, di dalam kehidupan yang sadar, pertentangan tersebut akan
menyebabkan pecahnya pribadi seseorang, sehingga di dalamnya akan selalu dirasakan konflik-
konflik jiwa (Agus Sujanto dkk, 2006: 12).
Sedangkan Rohadi Wijaksono (2007:1) menyatakan bahwa konflik batin adalah konflik
yang terjadi di dalam hati dan disebabkan adanya dua gagasan atau keinginan yang bertentangan
menguasai diri individu sehingga mempengaruhi tingkah laku.
Menurut Alwi, dkk. konflik batin adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua
gagasan atau lebih, atau keinginan yang saling bertentangan untuk mengusai diri sehingga
mempengaruhi tingkah laku.
Pendapat lain mengenai konflik batin oleh Hardjana yang mengemukakan bahwa konflik
terjadi manakala hubungan antara dua orang atau dua kelompok, perbuatan yang satu berlawanan
dengan perbuatan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu. Konflik adalah
percekcokan, perselisihan atau pertentangan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konflik batin adalah konflik yang
disebabkan oleh adanya pertentangan yang terjadi dalam diri tokoh. Pertentangan tersebut terjadi
akibat adanya dua gagasan atau lebih, atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai
diri sehingga konflik tersebut menimbulkan serta mempengaruhi tingkah laku. Konflik batin
dapat diatasi dengan menguatkan tiga fungsi batin.
4.1 Jenis-Jenis Konflik Batin
Kurt Lewin (1997: 213-216) menyatakan bahwa konflik mempunyai beberapa bentuk,
yaitu:
a. Konflik mendekat-mendekat (approach-aproach conflict)
Konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya positif
(menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu di
antaranya.
b. Konflik mendekat-menjauh (approach -avoidance conflict)
Konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif yang berlawanan
mengenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negatif (merugikan,
tidak menyenangkan). Karena itu ada kebimbangan, apakah akan mendekati atau menjauhi objek
itu.
c. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict)
Konflik ini terjadi apabila pada saat yang bersamaan, timbul dua motif yang negatif, dan
muncul kebimbangan karena menjauhi. motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain
yang juga negatif. Umumnya, konflik dapat dikenali karena beberapa ciri, yaitu 1) Terjadi pada
setiap orang dengan reaksi berbeda untuk rangsangan yang sama. Hal ini bergantung pada faktor-
faktor yang sifatnya pribadi. 2) Konflik terjadi bilamana motif-motif mempunyai nilai yang
seimbang atau kira-kira sama sehingga menimbulkan kebimbangan dan ketegangan. 3) Konflik
dapat berlangsung dalam waktu yang singkat, mungkin beberapa detik, tetapi bisa juga
berlangsung lama, berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
4.2 Faktor-Faktor Konflik Batin
Menurut Freud dalam Kusumawati (2003: 33) yang dikutip dari
(http://bintangmuhammad81.blogspot.com/2013/03/konflik-batin.html), faktor-faktor yang
memegang peranan penting dalam beberapa gangguan batin antara lain:
1. Teori Agresi
Teori agresi menunjukan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditujukan
kepada diri sendiri. Agresi yang diarahkan pada diri sendiri sebagai bagain dari nafsu bawaan
yang bersifat merusak. Untuk beberapa alasan tidak secara langsung diarahkan pada objek yang
nyata atau objek yang berhubungan dengan perasaan berdosa atau bersalah. Prosesnya terjadi
akibat kehilangan atau perasaan terhadap objek yang sangat dicintai.
2. Teori Kehilangan
Teori kehilangan merujuk pada perpisahan traumatik individu dengan benda atau
seseorang yang sebelumnya dapat memberikan rasa aman dan nyaman. Hal penting dalam teori
ini adalah kehilangan dan perpisahan sebagai faktor predisposisi terjadinya depresi dalam
kehidupan yang menjadi faktor pencetus terjadinya stress.
3. Teori Kepribadian
Teori kepribadian merupakan konsep diri yang negatif dan harga diri rendah
mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor. Pandangan ini
memfokuskan pada varibel utama dari psikososial yaitu harga diri rendah.
4. Teori Kognitif
Teori kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi
oleh evaluasi negatif sesorang terhadap dirinya sendiri, dunia seseorang dan masa depannya.
Individu dapat berpikir tentang dirinya secara negatif dan tidak mencoba memahami
kemampuannya.
5. Teori Ketidakberdayaan
Teori ketidakberdayaan menunjukkan bahwa konflik batin dapat menyebabkan depresi
dan keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam
kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon yang adaptif.
6. Teori Perilaku
Teori perilaku menunjukkan bahwa penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan
positif dalam berinteraksi dengan lingkungan. Depresi berkaitan dengan interaksi antara perilaku
individu dengan lingkungan. Teori ini memandang bahwa individu memiliki kemampuan untuk
memeriksa dan mempertimbangkan perilakunya. Mereka bukan hanya melakukan reaksi dari
faktor internal. Individu tidak dipandang sebagai objek yang tidak berdaya yang dikendalikan
lingkungan, tetapi tidak juga bebas dari pengaruh lingkungan dan melakukan apa saja yang
mereka pilih tetapi antar individu dengan lingkungan memiliki pengaruh yang bermakna antar
satu dengan yang lainnya.

III. Metodologi Penelitian


1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sugiyono,
(2003:14) menyatakan bahwa, penelitian kualitatif adalah data kualitatif adalah data yang
berbentuk kata, skema, dan gambar.
Sedangkan Sutopo (2002: 35) menyatakan bahwa dalam mencari pemahaman, penelitian
kualitatif cenderung tidak memotong halaman cerita dan data lainnya dengan simbol-simbol
angka. Peneliti berusaha menganalisis data dengan semua kekayaan wataknya yang penuh
nuansa, sedekat mungkin dengan bentuk aslinya seperti pada waktu dicatat.
Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam buku Moleong (2004:3) mengemukakan
metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa metode deskriptif kualitatif
adalah metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berbentuk kata, skema, dan
gambar. Serta tidak memotong halaman cerita dan data lainnya dengan simbol-simbol angka.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan psikologi sastra. Wellek dan
Warren (terjemahan Melani Budianta, 1990: 90-110) mendefinisikan psikologi sastra sebagai
studi sastra yang membahas aspek psikologi pengarang, proses kreatif, hukum psikologi yang
diterapkan dalam karya sastra, serta psikologi pembaca. Sedangkan Ratna (2004:350), psikologi
sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis.
Suwardi Endraswara (2008:4) mengemukakan bahwa bahasa sastra memiliki makna
psikis yang dalam, sehingga perlu memahami bahasa estetis untuk mengungkapkan berbagai
gejala psikologis di balik gejala bahasa. Hal ini merupakan pengaruh dari aspek estetis dari sastra
yang tersusun atas bahasa, sehingga dalam memahami karya sastra diperlukan penghayatan
tersendiri untuk memahami bahasa sastra.
Berdasar pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, psikologi sastra merupakan kegiatan
analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis dengan
membahas aspek psikologi pengarang, proses kreatif, hukum psikologi yang diterapkan dalam
karya sastra, serta psikologi pembaca.

3. Sumber Data
Sutopo (2002: 49) menyatakan bahwa sumber data merupakan bagian yang sangat
penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan ketepatan dan kekayaan data
atau informasi yang diperoleh. Sumber data pada penelitian ini yaitu sumber data primer pada
penelitian yang berupa teks novelCinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia, yang diterbitkan
oleh Republika, Jakatra, cetakan kedua Juli 2012 dan tebal 292 halaman. Sumber data sekunder
berupa artikel-artikel dan kutipan-kutipan dari buku-buku teori yang mendukung penelitian.

4. Tahap Penelitian
a. Tahap Pengumpulan Data
Goetz dan LeComte (dalam Sutopo, 2002: 58) mengemukakan bahwa “Sumber data
dalam penelitian kualitataif terdiri dari beragam jenis, menuntut cara atau teknik pengumpulan
data tertentu yang sesuai guna mendapatkan data yang diperlukan untuk menjawab
permasalahannya. Strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dapat
dikelompokkan ke dalam dua cara, yaitu metode atau teknik pengumpulan data yang bersifat
interaktif dan noninteraktif.”.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode noninteraktif, yaitu mengkaji
dokumen dan arsip. Teknik studi pustaka digunakan untuk mengumpulkan data-data berupa
buku-buku kepustakaan yang berkaitan dengan masalah penelitian dengan menggunakan teori-
teori sastra yang mencakup unsur intrinsik, serta teori-teori psikologi untuk meneliti unsur
ekstrinsiknya.
b. Tahap Pengolahan Data
Mile dan Huberman seperti yang dikutip oleh Salim (2006: 20-24), menyebutkan ada tiga
langkah pengolahan data kualitatif, yakni reduksi data (data reduction), penyajian data
(data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing and verification). Dalam
pelaksanaannya reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi, merupakan
sebuah langkah yang sangat luwes, dalam arti tidak terikat oleh batasan kronologis. Secara
keseluruhan langkah-langkah tersebut saling berhubungan selama dan sesudah pengumpulan
data, sehingga model dari Miles dan Huberman disebut juga sebagai Model Interaktif.
Berdasarkan pada penjelasan yang telah dikembangkan oleh Agus Salim (2006: 22-23),
dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
1. Reduksi data (data reduction), dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan, dan pemusatan
perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh.
2. Penyajian data (data display). Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun
untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data yang
lazim digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk teks naratif.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification). Peneliti berusaha
menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang
diperolehnya dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur
kausalitas dari fenomena, dan proposisi.
c. Tahap Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis isi (content analysis). Dalam
menganalisis isi novel yang berupa teks, maka yang harus dilakukan dalam menganalisis isi
tersebut dengan membaca keseluruhan teks novel secara sistematis dan lengkap. Luxemburg,
dkk (dalam Suwardi Endraswara, 2008: 74) menyatakan bahwa “Interpretasi adalah proses
membaca dan menjelaskan teks yang lebih sistematis dan lengkap.”.

5. Langkah-Langkah Kerja dan Jadwal Penelitian


a. Langkah Kerja
 Tahap persiapan meliputi:
- Melakukan studi pustaka
- Menyusun rancangan penelitian
- Melaksanakan seminar rancangan penelitian
- Memperbaiki rancangan penelitian
 Tahap pengumpulan data meliputi:
- Membaca novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia dengan teliti.
- Menandai bagian-bagian yang merupakan konflik batin tokoh utama yang terdapat dalam
novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia.
- Mencatat konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel Cinta di Ujung Sajadah karya
Asma Nadia.
 Tahap pengolahan data meliputi:
- Mencari konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel Cinta di Ujung Sajadah karya
Asma Nadia.
- Menyusun konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel Cinta di Ujung Sajadah karya
Asma Nadia.
- Menganalisis hasil penelitian.
 Tahap penyusunan laporan meliputi:
- Menyusun laporan penelitian.
- Merevisi laporan penelitian.
- Mencetak naskah.
b. Jadwal Penelitian
 Persiapan penelitian
 Pengumpulan data
 Pengolahan data
 Penyusunan laporan
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan. Penelitian dimulai pada bulan Maret
sampai dengan bulan Juni 2014.
Berikut adalah keterangan jadwal kegiatan penelitian dalam bentuk tabel:
No
Kegiatan

Bulan ke-
1 2 3 4
1 Persiapan X
2 Pengumpulan data X
3 Pengolahan data X
4 Penyusunan data laporan X

Daftar Pustaka
Asma Nadia. 2012. Cinta di Ujung Sajadah (cetakan kedua). Jakarta: Republika.
Agus Sujanto, dkk. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.
Burhan Nurgiantoro. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Burhan Nurgiantoro. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Herman J. Waluyo. 2002. Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widya Sari Press.
Nugraheni Eko Wardani. 2009. Makna Totalitas Dalam Karya Sastra. Surakarta:
LPP UNS dan UNS Press.
Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan Terapannya
dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Suwardi Endraswara. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra Teori, Langkah
dan Penerapannya. Yogyakarta: MedPress.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat Bahasa Depdiknas.
Salim dan Syahrum. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Citapustaka.
Lexy J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Media.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Melani Budianta, dkk. 2008. Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra
untuk Perguruan Tinggi). Yogyakarta: Indonesia Tera.
Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Suyono. 2007. Cerdas Berpikir Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Ganeca
Exact.
Semi, Atar. 1990. Metode Penelitian Sastra. Padang: Angkasa.
Henry Guntur Tarigan. 1984. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.
Suwardi Endraswara. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra Teori, Langkah
dan Penerapannya. Yogyakarta: MedPress.
Davis, Keith, & Jhon W. Newstrom, 2000. Perilaku Dalam Organisasi, Edisi
Ketujuh, Alih Bahasa Agus Darma, Jakarta: Erlangga
Depdikbud. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
http://teguhwirwan.blogdetik.com/2009/07/19/kajian-unsur-psikologi-novel- diakses pada 20
Februari 2014 pukul 20.20 WIB.
(http://bintangmuhammad81.blogspot.com/2013/03/konflik-batin.html),diakses pada 13 Mei
2014 pukul 19.45 WIB.

Anda mungkin juga menyukai