Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS PENOKOHAN DALAM NOVEL

PEMBAWA KABAR DARI ANDALUSIA


(Pendekatan Psikologi Sastra)

DISUSUN OLEH:
TIA SARI FARAMITHA (1534100046)
DOSEN PENGAMPU: DELAMI M. Hum, M.A

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN RADEN FATAH PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Bealakang

Karya sastra merupakan hasil aktivitas manusia yang hidup dalam masyarakat
dengan segenap persoalan. Sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang
mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan
penciptanya, tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa yang imajinatif dan
emosional (Jabrohim, 1986: 4). Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial.
Sastra yang ditulis pada suatu kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan
norma-norma dan adat istiadat zaman itu (Hartoko, 1989: 23). Karya sastra pada
umumnya berisi tentang permasalahan yang melengkapi kehidupan manusia.
Permasalahan itu dapat berupa permasalahan yang terjadi dalam dirinya sendiri.
Karena itu, karya sastra memiliki dunia sendiri yang merupakan hasil dari
pengamatan sastrawan terhadap kehidupan yang diciptakan itu sendiri baik berupa
novel, puisi maupun drama yang berguna untuk dinikmati, dipahami, dan
dimanfaatkan oleh masyarakat. Dewantara (dalam Walgito, 1997: 5)
mengungkapkan bahwa setiap manusia merupakan individu yang berbeda dengan
individu lainnya. Menusia mempunyai watak, temperamen, pengalaman,
pandangan, dan perasaan sendiri yang berbeda dengan lainnya Sastra adalah suatu
kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sastra merupakan segala sesuatu yang ditulis
dan dicetak. Selain itu, sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas
pengertiannya daripada karya nonfiksi Wellek dan Warren (dalam Jabrohim, 1990:
3-11). Perbedaan utama antara fiksi dan non fiksi terletak dalam tujuan dan sifat.
Non fiksi bersifat aktualitas sedangkan fiksi bersifat realitas. Aktualitas adalah apa-
apa yang benar-benar teerjadi sedangkan realitas adalah apa-apa yang dapat terjadi
(tetapi belum terjadi) (Tarigan, 1984: 122). Fiksi sering pula disebut cerita rekaan
hasil pengolahan pengarang berdasarkan pandangan, tafsiran, dan penilaian tentang
peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi ataupun pengolahan tentang peristiwa-
peristiwa yang hanya berlangsung dalam khayalan (Semi,
1988: 31).
Di dalam The American Collage Dictionary (dalam Tarigan, 1894: 164)
dijelaskan bahwa novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang tertentu
yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif
dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. Berdasarkan
uraian di atas karya sastra juga masih ada hubungannya dengan psikologi. Hal ini
tidak lepas dari pandangan dualisme yang menyatakan bahwa manusia pada
dasarnya terdiri atas jiwa dan raga. Penelitian yang menggunakan psikologi
terhadap karya sastra merupakan bentuk pemahaman atas penafsiran karya sastra
dari sisi lain (Paryanto, 2003: 17).
Orang dapat mengamati tingkah laku tokoh-tokoh dalam sebuah roman atau
drama dengan pertolongan psikologi. Andai kata tingkah laku tokohtokohtersebut
sesuai dengan apa yang diketahuinya tentang jiwa manusia, ia telah berhasil
menggunakan teori-teori psikologi moderen untuk menjelaskan dan menafsirkan
karya sastra (Hardjana, 1994: 66).1
Pembawa Kabar dari Andalusia dipilih dalam penelitian ini karena sangat menarik
untuk dikaji. Kelebihan novel ini terletak pada ceritanya yakni Tentang seorang
penyair muda Ibnu Zaidun yang melatarbelakangi adanya beberapa konflik yang
terjadi dalam novel tersebut yang melibatkan beberapa tokoh didalamnya sperti
Aisyah binti Galib seorang gadis mata-mata dari spanyol yang berusaha untuk
meluluhkan tipu dayanya dan Naila Al Dimasykia seorang gadis yang hadir sebagai
seorang penyelamat untuk tokoh utama.
Dimana cerita didalam novel ini sangat menarik untuk dikaji karena banyak
sekali konflik yang ada dalam novel tersebut serta penggambaran dari masing-
masing tokoh yang ada dalam novel tersebut. Hal ini lah yang melatarbelakangi
penulis ingin menguak lebih dalam mengenai karakter dari penokohan dalam novel
Pembawa Kabar dari Andalusia dengan menggunakan pendekatan Psikologi Sastra.

B. Rumusan Masalah

1
Rani Setaianingrum, dalam skripsi "Analisis aspek keperibadian tokoh utama dalam novel
supernova episode akar karya Dewi Lestari: Tinjauan Psikologi Sastra", hlm 2-4.
Dari latarbelakang yang ada maka penulis akan merumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur yang membangun novel Pembawa Kabar dari
Andalusia karya Ali Al Ghareem?
2. Bagaiaman penggambaran kepribadian tokoh utama dalam novel Pembawa
Kabar dari Andalusia karya Ali Al Ghareem?
3. Bagaimnana penggambaran secara umum penokohan yang ada dalam novel
Pembawa Kabar dari Andalusia karya Ali Al Ghareem?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui bagaimna struktur yang membangun novel Pembawa Kabar
dari Andalusia karya Ali Al Ghareem.
2. Dapat mengetahui Bagaiaman penggambaran kepribadian tokoh utama dalam
novel Pembawa Kabar dari Andalusia karya Ali Al Ghareem.
3. Dapat mengetahui Bagaimnana penggambaran secara umum penokohan yang
ada dalam novel Pembawa Kabar dari Andalusia karya Ali Al Ghareem.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang baik haruslah memberikan manfaat. Adapun
manfaatmanfaat yang dapat diberikan oleh penelitian ini sebagai berikut ini:
1. Manfaat teoritis, yaituakan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
khususnya dalam pengkajian karya sastra.
2. Manfaat praktis
a. Bagi pembaca dan penikmat sastra
Penelitian novel Pembawa kabar dari Andalusia karya Ali Al Ghareem
ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian
penelitian lain yang telah ada sebelumnya.
b. Bagi mahasiswa Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
mahasiswa untuk memotivasi ide atau gagasan baru yang lebih kreatif
dan inovatif di masa yang akan datang demi kemajuan diri mahasiswa
dan jurusan.
c. Bagi pendidikan
Penelitian ini diharapkan mampu digunakan oleh guru bahasa dan Sastra
Indonesia di sekolah sebagai materi ajar khususnya materi sastra.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian sebuah karya ilmiah.
Untuk mengetahui keaslian penelitian ini akan dipaparkan beberapa penelitian yang
relevan dengan penelitian ini. Penelitian Astin (2006) dengan judul “Konflik Batin
Tokoh Zaza dalam Novel Azalea Jingga karya Naning Pranoto: Tinjauan Psikologi
Sastra”. Penelitian tersebut menganalisis kehidupan Zaza, seorang perempuan
Australia berdarah Irlandia-Inggris-Yahudi yang menikah dengan pria Indonesia.
Pernikahan antara dua insan yang berbeda latar belakang sosial dan budaya sering
menimbulkan konflik, baik konflik secara eksternal maupun internal dalam diri
tokoh. Yuanti (2007) dengan judul “Tingkah Laku Abnormal Tokoh SantDalam
Novel Tulalit Karya Putu Wijaya : Tinjauan Psikologi Sastra”. Hasilpenelitian
tersebut menemukan bahwa tokoh Santo mengalami schizophrenia paranoid. Hal
tersebut terjadi pada saat Santo, sang tokoh utama, mengalami schizophrenia
paranoid yang di dalamnya ada gangguan emosi, delusi kejar, delusi kebesaran,
delusi pengaruh, serta adanya halusinasi yang meliputihalusinasi merasa diikuti
oleh seseorang, halusinasi mendapat telegram dari mertuanya, halusinasi melihat
mertua perempuannya meninggal dunia, halusinasi melihat seseorang di dalam
gelas berisi air jeruk, berhalusinasi melihat seorang wanita terbujur di atas tempat
tidur, berhalusinasi melihat wajah istrinya yang hancur dan dirinya akan menjadi
korban kecelakaan pesawat.
Endah (2005) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Tingkah Laku
Ken Putri dalam Novel Merpait Biru Karya Abdul Munif: Tinjauan Psikologi
Sastra”. Penelitian tersebut menganalisis kehidupan Ken Ratri sebagai manusia
yang memiliki sikap baik, tetapi di lain pihak karena kondisi dan keadaan tidak
mencukupi kebutuhannya, ia mengambil jalan pintas untuk menjual diri. Dalam
bertingkah laku di dalam kehidupannya ia bisa jahat, baik, sedih, senang, tertekan
jiwanya, dikuasai orang lain, menguasai orang lain, merasa rendah diri. Memiliki
teman dan musuh. Rahasia bahwa Ken Ratri salah satu mahasiswa yang menjadi
pelacur yang disimpan rapat kemudian terungkap dan menjadi perbincangan di
kampus menyebabkan beban batin baginya. Ia merasa bersalah karena dunia
mahasiswa yang penuh idealisme telah tercoreng dan terusik. Dengan demikian,
masalah yangdihadapi adalah masalah psikologi konflik batin yang menguasai
pikirannya dalam menghadapi masalah sosial dari kampusnya.
Definisi
F. Kerangka Teori
A. Definisi
Psikologi sastra merupakan cabang pengetahuan yang masih muda
dibandingkan ilmu pengetahuan lainnya. Psiklogi menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari ilmu filsafat. Oleh karena itu, diperlukan waktu berabad-abad
lamanya untuk melepaskan psikologi dari pengaruh ilmu filsafat. Psilo;ogi adalah
ilmu pengetahuan tentang tingkah lalu dan kehidupan psikis (jiwa) manusia
(Kartono, 1996:1).2 Secara singkat psikologi disebut dengan ilmu jiwa-kata
psikologi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni psyche yang berarti jiwa dan
logos yang berarti ilmu (Ahmadi, 2009:1).
Paradigma psikologi terus berkembang seiring berjalannya sejarah dan
berkembangnya teori-teori baru sehingga definisinya pun terus mengalami
perubahan. Kurang lebih pada 400 SM Plato mengemukakan psikologi sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat, hakikat dan hidup jiwa manusia.
Psikologi menurut aliran ilmu-ilmu pengetahuan alam/empiris dan rasinolisme
abad ke-17 adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kesadaran atau gejala-
gejala kesadaran.
Pada 1929-an, psikologi didefenisikan sebagai studi tentang kesadaran
(consciousness). Antara 1930 sampai dengan 1970-an, psikologi didefenisikan
sebagai studi ilmiah tentang prilaku (behavior). Sesudah itu, psikologi
didefenisikan sebagai studi ilmiah tentang prilaku dan proses mental. Dalam hal
ini, defenisi psikologi menyangkut dua hal pokok, yakni perilaku-tampak (overt-
nehavior) dan proses-mental (kognisi). Woodwoth dan Marquis mendefenisikan

2
Kartini Kartono, Psikologi Umum, cet.3, Bandung: Mundur Maju, 1996, hlm. 1.
psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku atas psikis
individu dalam hunungannya dengan lingkungan (dunia) disekitarnya (Sumanto,
1990: 1).3 TIdak jauh beda dengan defenisi yang dikemukan oleh Robert S:
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan
perbuatan individu dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari
lingkungannya. Pelaksanaan secara ilmiah dari psikologi dilakukan dengan
jalan: mengumpulkan dan mencatat secara teliti tingkah laku manusia
selengkap mungkin, dan berusaha menjauhkan diri dari segala persangka.
Sehingga, orang mendapatkan jawaban yang terpercaya mengenai berbagai
pertanyaan teoritis dan praktis (Robert S. Woodwoth) (Kartono, 1996:2).4
Ungkapan ilmu jiwa-pengertian secara singkat-sebenarnya berbeda dengan
psikologi karena jiwa mencakup pengertian yang sangat luas termasuk khayalan
dan spekulasi tentang jiwa sedangkan psikologi yang sesungguhnya adalah ilmu
pengetahuan mengenai jiwa yang dibangun dengan penggunaan metode ilmiah.
"jiwa" tidak dapat dipelajari secara ilmiah, jika keberadaannya dapat diukur dan
diamati dengan panca indra dengan dibantu teknologi modern. Oleh karena itu,
pbjek psikologi bukan jiwa manusia secara langsung, tatapi manifestasi dari
keberdaan jiwa yang berupa perilaku dan hal-hal lain yang berhubungan dengan
perilaku.
Sebagai ilmu, psikologi memiliki tiga fungsi ilmu:
1. Menjelaskan (understanding function), yaitu mampu menjawab apa,
bagaimana dan mengapa perilaku itu terjadi. Hasilnya berupa deskripsi
atau bahasan yang sifatnya memberi penjelasan.
2. Memprediksi (prediction function), yaitu mampu memperediksi an
mendeteksi perilaku apa dan bagaimana yang akan terjadi berdasrkan
pengetahun yang dimilikinya.

3
Sumanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, hlm. 1.
4
Op.cit, Kartini Kartono, Psikologi Umum, hlm. 2.
3. Pengendalian (control function), yaitu mengendalikan perilaku sesuai
dengan yang diharapkan, intervensi atau treatment serta rehabilitas
(Sumanto, 1990:4).5

Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius melibatkan bilogi dan ilmu
saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan
antropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial. Psikologi mempunyai
berbagai bidang kajian, salah satunya adalah psikologi keperibadian.
Psikologi keperibadian adalah bidang studi psikologi yang mempelajari
perilaku manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya; keperibadian
adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara
individu itu dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannys (Sumanto, 1990:7).6
Freud mengemukakan faktor yang mempengaruhi keperibadian:
Faktor-faktor yang mempengaruhi keperibadian adalah faktor historis masa
lampau dan faktor kontemporer, analoginya faktor bawaan dan faktor limgkungan
dalam pembentukan kepribadian individu.
Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu id, ego
dan super ego. Id merupakan sumber energy psikis atau merupakan aspek biologi
dan merupakan sistem yang original di dalam keepribadian. Ego merupakan aspek
psikologis dari kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk
berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan. Super ego mengacu pada
moralitas keprinadian atau aspek sosiologi kepribadian yang merupakan wakil
dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat yang diajarkan dengan
nerbagai perintah dan larangan (Suryabrata, 2012: 125-127).7
B. Kategori Kegiatan Psikis
Dalam konsepnya, psikologis menyibukkan diri dengan masalah kegiatan
psikis seperti berpikir, belajar, menanggapi, mencinta, membenci dan lain-lain.
Macam-macam kegiatan psikis pada umumnya digolongkan dalam empat
kategori, yaitu:

5
Op.cit, Sumanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 4.
6
Ibid, Sumanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 7.
7
Sumardi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, cet.19, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hlm. 125-127.
1. Gejala pengenalan atau kognitif
Gejala pengenalan ialah segenap gejala yang terdapat dalam kejiwaan
senbagai hasil dari pengenalan. Sebagai contoh dari pengenalan adalah manusia
bisa mendengar suara, melihat cahaya, mengamati gerak disekitarnya,
menyompan satu kenangan indah dan menemukan suatu kebenaran. Pada gejala
pengenalan terdpat bagian-bagian yang mendasarinya, yakni perhatian,
pengamatan, tanggapan, imajinasi, ingatan, pikiran, dan intuisi.
a. Perhatian
Perhatian merupakan stadium persiapan sebelum sampai pada
pengamatan. Memerhatikan berarti mengonsesntrasikan diri,
mengarahkan aktivitas psikis pada satu titik sentral. Banyak hal perangsng
dari luar yang menimpa alat indra manusia , akan tetapi organisme itu
mereaksi secara selektif. Lalu mengonsentrasikan pada suatu perangsang
atau sekumpulan peragsang saja sedangkan perangsang-perangsang lain
diabaikan.
b. Pengamatan
Pengamatan adalah usaha manusia untuk mengenal dunia rill baik
mengenai diri sendiri maupun dunia sekitarnya melalui panca indranya.
Usaha untuk mengenal objek itu disebut mengamati sedangkan
aktivitasnya adalah melihat, mendengar, mencium, meraba dan mengecap.
Kartini Kartono mengungkapkan:
Pengamatan adalah produk dari kesadran dan pikiran; merupakn
abstraksi yang dikeluarkan dari arus kesadaran.pengamatan adalah
kesan-kesan yang diterima sewaktu perangsang mengenai indra, dan
perangsang masih ada (Kartono, 1996: 49).8
Harus dipahami bahwa manusia tidak memahami perangsangnya,
namun ia mengamati objeknya. Objek tersebut ialah peristiwa objektif
yang dinyatakan oleh perangsang-perangsangnya. Agar orientsi
pengamatan dapat berhasil dengan baik, diperlukan aspek pengaturan

8
Op.cit, Kartini Kartono, Psikologi Umum, hlm. 49.
sudut pandang ruang (atas-bawah, kiri-kanan, jauh-dekat, tinggi-rendah,
dan sebagainya), aspek pengaturan menurut sudut pandang waktu (masa
lampau, masa kini, masa yang akan datang), aspek pengaturan menurut
sudut pandang keseluruhan (objek yang kita amati diberi arti sebagai satu
kesaatuan yang utuh, bukan bagian demi bagian), dan aspek pengaturan
menurut sudut pandang arti (objek yang kita amati diberi arti menurut
artinya bagi kita) (Sumanto, 1990: 135).9
c. Tanggapan
Pada tahap pengamtan langsung perangsang-perangsang tanggapan
adalah kesan-kesan yang dialami jka perangsang sudah tidak ada. Jadi, jika
proses pengamtan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja,
maka peristiwa tersebut disebut sebagai tanggapan. Tanggapan merupakan
bayangan atau kesan di dalam diri seseorang setelah kita melakukan
pengamatan terhadap suatu objek. Dalam Rumaini, dkk: 1995, Suryabrata
mengungkapkan:
Tanggapan tidak hanya dapat menghidupkan kembali apa yang telah
diamati pada masa lampau, tetapi juga dapat mengantisipasi sesuatu
yang akan datang, atau yang mewakili saat itu. Sehubungajn dengan
itu, tanggapam dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) Tanggapan masa lampau atau tanggapan ingatan
2) Tanggapan masa yang akan datang atau tanggapan
mengantisipasi
3) Tanggapan masakini atau tanggapan representatif
(Sumanto, 1990: 135).10
Tanggapan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama adalah fungsi primer,
dimana tanggapan-tanggapan tersebut disadari dan langsung berpengaruh
pada kehidupan kejiwaan (berpikir, perasaan, dan pengenalan). Fungsi
kedua adalah fungsi sekunder, fungsi tersebut dimaksdukan apabila

9
Op.cit, Sumanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 135.
10
Ibid, Sumanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 135.
tanggapan-tanggapan yang sudah tidak disadari dan ada didalam bawah
sadar itu masih terus berpengaruh terhadap kehidupan jiwa manusia.
Dari dua fungsi tersebut dapat dilihat sifat atau ciri khas tiap individu.
individu yang memiliki fungsi sekunder yang lemah atau memiliki fungsi
primer dominan mempunyai ciri khas yakni menarikn lincah, banyak
geraknya, spontan, garang, hebat, ramah, mudah mengaerti, namun
dangkal pengetahuannya dan suka mengajaka, ia jaga berani , gagah,
humoris, mempunyai kecendrungan yang melebih-lebihkan, gembira,
akan tetapi mudah berkecil hati, suasana hatinya tidak tetap, dan mudah
berganti-ganti. Sedangkan individu yang mempunyai fungsi sekunder
dominan memiliki sifat-sifat seperti suasana hatinya rata, tenang, tekun,
hemat, teliti, waktunya tertutup, berbicara dan ketawanya sedikit, sering
kelihatan kaku, serta tidak menarik dan membosankan (Kartono,
1996:59)11
d. Fantasi
Fantasi adalah kemampuan jiwa untuk menggunkan tanggapan-
tanggapan yang sudah ada (dimiliki) untuk menciptakan tanggapan-
tanggapan baru (Kartono, 1996:67).12 Fantasi juga dapat diartikan sebagai
kemampuan subjek untuk berorientasi pada dunia imajiner. Fantasi dapat
dibagi menjadi dua, yaitu fantasi yang tidak disadari dan fantasi yang
disadari. Fantasi yang disadari terjadi bila subjek melampaui dunia rill dan
masuk ke dunia imajiner dengan tidak sengaja, misalnya melamun,
sedangkan fantasi yang disadari terjadi bila ada usaha dari subjek untuk
masuk ke dunia imajiner.
Fantasi yang disadari terbagai menjadi dua, yaitu fantasi mencipta atau
fantasi kreatif dan fantsi terpimpin atau fantasi terbimbing. Fantasi
terpimpin atau terbimbing artinya, subjek bersifat pasif megikuti
tanggapan-tanggapan yang diciptakan orang lain atau dengan kata lain

11
Op.cit, Kartini Kartono, Psikologi Umum, hlm. 59.
12
Ibid, Kartini Kartono, Psikologi Umum, hlm. 67.
fantasi yang ada dibimbing dengan apa yang tengah dinikmati. Dalam
bukunya, Kartini Kartono mengungkapkan pendapatnya mengenai fantasi:
Fantasi itu memberikan arti yang besar sekali kepada kehidupan
manusia. Oleh sifatnya yang hidup, dinamis dan kaya, maka fantassi
sering memengaruhi mimpi kita, harapan-harapan dan sentimenm
kecemasan dan ketakutan kita. Apabila subjek tidak mampu
mengendalikan fantasi-fantasinya, dan arus fantasi menjadi liar dan
tidak terkuasai, maka senyatanya subjek melarikan diri dari kenyataan,
lalu bersembunyi dalam dunia khayal atau imajiner; dia menjadi
pemimpi siang (day dreamer), ataupun menjadi neurotis dan terganggu
syarafnya (Kartono, 1996: 68).13
Dari pendapat tersebut dapat dihubungkan dengan melihat cara manusia
berfantasi. Dilihat dari hal tersebut, fantasi dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu fantasi yang mengabstraksi, mendeterminasi dan mengombinasi.
Fantasi yang mengabstraksi yaitu cara orang berfantasi dengan
mengabstrasikan beberapa bagian sehingga ada bagian-bagian yang
dihilangkan. Fantasi yang mendeterminasi, yaitu cara orang berfantasi
dengan mendeterminasi atau menentukan lebih dulu. Fantasi yang
megombinasi, yaitu cara orang berfantasi di mana orang mengombinasi
bayangan-bayangan yang ada pada individu yang bersangkutan (Sumanto,
1990: 138).14
e. Ingatan
Ingatan adalah kemampuan untuk mencamkan,menyimpan dan
memproduksi kesan-kesan. Ingatan yang baik adalah ingatan yang cepat
atau mudah mencamkan, setia/teguh/tahan lama dalam menyimpan dan
siap sedia (cepat) dalam memproduksi. Menurut Kohnstam ingatan adalah
setiap ungakapan diamana kaitan psikis dimanifestasikan dalam dimensi
waktu. Menurut W. Stern ingatan adalah kaitan masa lampau dari
pengalaman. Smentara itu, menurut Kartini Kartono ingatan ialah

13
Ibid, Kartini Kartono, Psikologi Umum, hlm. 68.
14
Op.cit, Sumanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 138.
kemampuan untuk mencamkan, menyimpan dan memproduksi kembali isi
kesadaran (Kartono, 2012: 107).15
Ingatan berkaitan dengan kondisi jasmani misalnya kelelahan, sakit,
mengantuk, usia tua dan kurang tidur. Kondisi semacam ini akan
mempengaruhi atau dapat menurunkan daya ingat. Ingatan yang paling
tajam pada manusia ialah kurang lebih pada usia 10-14 tahaun. Pada usia
tersebut yang paling kuat adalah daya ingat mekanis (daya ingat untuk
kesan-kesan pengindraan). Sesudah usia tersebut kempuan mencamkan
akan tinggi untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian (daya ingat
logis) dan ini berlangsung antara 15-50 tahun. Sessudah umur 50 tahun,
ingatan menjadi semakin berkurang.
Ingatan juga berhunngan erat dengan emosi-emosi orang yang
bersangkutan; seseorang akan mengingat dengan baik pada peristiwa-
perisiwa yang menyentuh emosi sedangkan yang tidak menyentuh emosi
mudah dilupakan. Juga pada masalah-masalah yang benar dipahami dan
sudah dipertimbangkan baik-baik, akan lebih melekat dalam ingatan.
Faktor sugesti dan perasaan atau emosi memegang peranan besar sekali
dalam penentuan kualitas ingatan. Maka rasa takut, cemas, ragu-ragu,
gugup, minder atau rendah diri dan malu, semuanya akan berpengaruh
buruk terhadap ingatan (Kartono, 2012: 108).16
Salah satu produk atau hasil dari ingatan adalah mengenal kembali
(recognition), yaitu apabila yang diamatai sekarang sebenarnya pernah kita
amati di masa lampau. Maka, mengenal kembali ialah kesadran masa
lampau akibat dari pengamtan. Selain mengenal kembali (to recall, to
remember), yakni kesadran masa lampau yang dikaitkan dengan
reproduksi.
f. Fikiran

15
Kartini Kartono, Pantolgi Sosial: Gangguan-gangguan Kejiwaan, cet. 7, Jakarta :Rajawali, 2012,
hlm. 107.
16
Ibid, Kartini Kartono, Pantolgi Sosial: Gangguan-gangguan Kejiwaan, hlm. 108.
Berfikir merupakan aktivitas psikis yang intensional dan terjadi apabila
seseorang menjumpai masalah yang harus dipecahkan. Orang yang
berpikir adalah orang yang menghubungkan pengertian yang satu dengan
yang lain dalam rangka mendapatkan pemecahan masalah yang dihadapi
(Sumanto, 1990: 140).17 Dalam pemecahan masalah atau persoalan,
individu membeda-bedakan, mempersatukan, dan beruasaha menjawab
pertanyan: mengapa, bagaimana, di mana, dan sebagainya.
Para ahli logika, mengemukakan adanya tiga fungsi berpikir, yakni
membentuk pengertian, membentuk pendapat/opini dan membentuk
kesimpulan. Membentuk pengertian dapat diartikan sebagai suatu
perbuatan dalam proses berpikir (dengan memanfaatkan isi ingatan)
bersifat rill, abstrak dan umum serta mengandung sifat hakikat sesuatu.
g. Intuisi
Intuisi adalah pandangan batiniah yang semerta merta tembus mengenai
satu peristiwa atau kebenaran. Instuisi merupakan bentuk pikiran yang
samar-samar, kerap setengah disadari, tanpa diiringi proses berpikir yang
cermat sebelumnya, namun kemudian dapat menuntun pada suatu
keyakinan, yaitu secara tiba-tiba dan pasti memunculkan satu keyakinan
yang tepat (Kartono, 1996: 85).18
2. Gejala Perasaan dan Emosi atau Afektif
Gejala afektif merupakan bagian dari kegiatan psikis yanh berkenaan
dengan perasaan dan emosi manusia. Banyak asapek yang menyempurnakan
gejala ini.
a. Perasaan
Perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki semua orang; hanya corak
dan tingkatannya yang tidak sama. Perasaaan didefenisikan sebagai gejala
psikis yang bersifat subjektif, berhubungan dengang gejala mengenal,
dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam saraf. Selain

17
Op.cit, Sumanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 140.

18
Op.cit, Kartini Kartono, Psikologi Umum, hlm. 85.
tergantung kepada stimulus atau rangsangan dari luar, perasaan juga
tergantung pada (1) isi kesadaran; (2) keperibadian seseorang; (3) kondisi
psikisnya. Secara ringkas perasaan meruupakan reaksi-reaksi dari segenap
organisme psiko-fisik manusia (Kartono, 1996:87).19
Adapun unsusr yang mempengaruhi senang atau tidak seseorang itu ada
tiga faktor, yaitu (1) kondisi fisik: oleh suatu penyakit biasanya seseorang
bisa menjadi terlalu peka dan mudah tersinggung; (2) pembawaan: ada
pelbagai macam karakter atau pembawaan seseorang, ada yang
pembawaannya beperasaaan halus dan sebaliknya; (3) stemming atau
suasana hati (Kartono, 2012: 120).20
b. Affek dan Stemming
Affek merupakan gejala psikis yang dapat diartikan sebagai ketegangan
hebat yang timbul dalam waktu singkat tanpa disadari dengan gejala-gejala
jasmaniah yang luar biasa pula (Sumanto 1990:149). Kartini Kartono
menyebukan:
Affek ialah kondisi ketegangan yang abnormal dalam kehidupan
perasaan; merupakan emosi yang hebat-kuat namun berlangsung pendek,
disertai dengan macam-macam ledakan gejala fisik, sering kehilangan
rem-rem batin yang berfungsi sebagai penyaring dan pertimbangan-
pertimbangan akal (Kartono, 1996:92).21
Wundt mengemukakan affek dalam tiga komponen, yakni (1) affek yang
disertai perasaan senang dan tidak senang. (2) affek yang memperkuat
kegiatan jiwa dan melemahkan. (3) affek yang berisi ketegangan dan affek
mengendorkan (rileks). Sementara itu, Immanuel Kant membagi affek ke
dalam dua kategori, yakni (1) affek sthenis (sthenos=kuat, perkasa) : ketika
individu menyadari kemampuan dan kekuatan tenaganya, sehingga aktivitas
jasmani dan ruhani bisa dipertinggi. (2) affek asthenis: aafek yang

19
Ibid, Kartini Kartono, Psikologi Umum, hlm. 87.
20
Op.cit, Kartini Kartono, Pantolgi Sosial: Gangguan-gangguan Kejiwaan, hlm. 120.
21
Op.cit, Kartini Kartono, Psikologi Umum, hlm. 92.
membawa perasaaan kehilangan kekuatan sehingga aktivitas fisik dan
psikisnya terlumpuhkan karennya (ahmadi, 2009: 108).
Stemming atau suasana hati diartikan sebagai keadaan emosi yang
berlangsung agak lama, relatif tenang, berkesinambungan dan ditandai
dengan perasaan senang dan tidak senang. Penyebab stemming pada
umumnya adadalam baah sadar, namun ada kalanya juga disebabkan oleh
faktor jasmaniah. Dalam bukunya Patologi Sosial 3, Kartini Kartono
mengukapkan:
Stemming atau suasana hati adalah kondisi perasaan yang
berkesinambungan, dicirikan dengan timbulnya selalu perasaan-perasaan
senang atau tidak senang difus (difus: tidak jelas, baur, menyebar
kemana-mana) sifatnya (Kartono, 2012: 125).22
c. Suasana hati
Suasana hati menetukan penilaian kita terhadap situasi hidup sebagai satu
totalitas dikarenakan manusia dihadapkan pada dunia sekitar yang selalu
berubah yang terkadang sesuai dengan apa yang dikehendaki dan kadang
tidak. Oleh karena itu, suasana hati manusia kadang juga diisi dengan emosi
positif dan kadang diisi dengan emosi negatif. Adapun beberapa faktor-
faktor yang mempengaruhi suasana hati antara lain: (1) konstitusi fisik. (2)
adanya proses-proses materiil pada otak yang disebabkan oleh penggunaan
alkohol, anti-depresif, bahan narkotik, dan macam-macam obat tidur. (3)
penilaian diri sendiri (Kartono, 2012: 126).23
d. Simpati dan empati
Kedua jenis perasaan ini, simpati dan empati, berhubungan dengan
perasaan seseorang dalam hubungan dengan orang lain. Simpati dalah
kecenderungan untuk ikut serta merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Simpati dapat timbul karena persamaan cita-cita karena penderitaan yang
sama atau karena berasal dari daerah yang sama.

22
Ibid, Op.cit, Kartini Kartono, Pantolgi Sosial: Gangguan-gangguan Kejiwaan, hlm. 125.
23
Ibid, Kartini Kartono, Pantolgi Sosial: Gangguan-gangguan Kejiwaan, hlm. 120.
Adapun empati adalah suatu kecenderungan untuk merasakan sesuatu
yang dilakukan orang lain sndai kata dia dalam situasi orang lain tersebut
(sumanto, 1990: 152). 24
3. Gejala kemauan atau konatif
Kemauan merupakan salah satu fungsi hidup kejiwaan manuasia yang dapat
diartikan sebagai aktivitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan
dengann pelaksanaan suatu tujuan yang menjadi titk akhir dari gerakan yang
menuju pada suatu arah. Dalam istilah sahari-hari, kemuan dapat disamakan
dengan kehendak atau hasrat yang merupakan fungsi jiwa untuk dapat mencapai
sesuatu. Kemauan dikelompokkan menjadi: dorongan keinginan, hasrat,
kecenderungan, hawa nafsu, dan kemauan (sumanto, 1990:153).25
Dorongan

Dorogan merupakan sesuatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan


tertentu dan berlangsung di luar kesadaran kita. Menurut Kartini Kartono dalam
bukunya Psikologi Umum dan Patologi Sosial 3, dorongan adalah desakan yang
alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup dan merupakan
kecenderungan untuk mempertahankan hidup (Kartono, 1996:102).26
Menurutnya, dorongan sudah ada sejak kelahiran manusia sering tidak disadari
dan terlepas dari kontrol rasio. Dorongan itu sendiri dibagi menjadi dua bagian,
antar lain:
1. Dorongan pada tingkat biologis
a. Tropisme
Tropisme adalah gejala atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya
gerak ke suatu arah tertentu.
b. Otomatisme
Otomatisme merupakan dorongan hidup yang bekerja sehinggga
menimbulakan gerakan-gerakan yng terselenggara dengan sendirinya.
c. Refleks

24
Op.cit, Sumanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 152.
25
Ibid, Sumanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 153.
26
Op.cit, Kartini Kartono, Psikologi Umum, hlm. 102.
Refleks adalah gerak reaksi yang muncul tanpa disadari perengsang.
d. Insting
Insting merupakan kemampuan berbuat tertentu yang dibawa sejak lahir
dan tertuju pada pemuasan dorongan-dorongan karena insting
merupakan dorongan alami untuk berbuat sesuatu demi tujuan tertentu,
dengan berlangsung secara mekanis dan tidak disadari.
e. Kebiasaan
Kebiasan adalah bentuk tingkah laku yang tetap dari usaha adaptif
terhadap lingkungan yang mengandung unsur afektif atau perasaan.
f. Nafsu
Nafsu merupakan dorongan yang terdapat pada tiap-tiap manusia dan
memberi kekuatan bertindak untuk memenuhi kebutuhan hidup tertentu.
Nfsu terbagi menjadi dua, yakni nafsu individual dan nafsu sosial.
g. Keinginan
Keinginan adalah nafsu yang telah berarah dan mempunyai tujuan
tertentu.
h. Hasrat
Hasrat merupakan keinginan tertentu yang dapat diulangi-ulang.
i. Kecenderungan
Kecenderungan adalah keinginan-keinginan yang kerap muncul
sehingga dapat menimbulkan dasar kegemaran terhadap sesuatu.
Paulhan membagi kecenderungan dalam beberapa bagian :
kecenderungan vital, kecenderungan egoistis, kecenderungan sosial,
kecenderungan abstrak (Kartono, 1996:103).27
2. Dorongan pada tingkat psikologis
a. Gejala kemauan pada manusia
Kemauan adalah dorongan dari dalaam yang sadar, berdasarkan
pertimbangan pikir dan perasaan, serta seluruh pribadi seseorang yang
menimbulkan kegiatan yang terarah pada tercapaai tujuan tertentu yang

27
Ibid, Kartini Kartono, Psikologi Umum, hlm. 103.
berhubungan dengan kebutuhan hidup pribadinya. Berdasarkan hal tersebut,
maka diketahui ciri-ciri dari kemauan, antara lain:
1) Kemauan merupakan dorongan dari dalam, yang disadari dan
dipertimbangkan tidak hanya sekedar insting dan refleks.
2) Kemauan berhubungan erat dengan suatu tujuan dan mendorong
timbulnya gerak/aktivitas ke arah tercapainya suatu tujuan.
3) Kemauan sebagai pendorong timbulnya perbuatan, berdasarkan
atas berbagai pertimbangan akal pikir dan perasaan, sehingga ada
kesamaan arah antara dorongan kemauan, pikiran, perasaan,
tujuan dan tindakan.
4) Kemauan tidak hanya didukung pertimbangan pikir dan perasaan,
tetapi seluruh pribadi memberikan pengaruh dan corak pada
perbuatan kemauan.
5) Di dalam gejala kemauan terkandung sifat aktif karena timbulnya
tujuan yang dipandang berguna (sumanto, 1990:157).28
b. Proses Kemauan
Dorongan kemauan menyebabkan timbulnya kebulatan pikiran dan
perasaan untuk bertindak mencapai suatu tujuan. Kemauan yang
bersumber pada dorongan-dorongan menimbulkan aktivitas-aktivitas yang
mengarah pada tercapainya sebuah tujuan, dan hl tersebut mempunyai
proses yang bertingkat-tingkat, antara lain:
1) Adanya motif atau alasan.
2) Saat mempertimbangkan motif-motif.
3) Memutuskan.
4) Melaksanakan keputusan kemauan.
4. Gejala campuran
Gejala campuran atau yang biasa juga disebut sebagai gejala kombinasi
merupakan campuran dari ketiga gejala yang telah dipaparkan sebelumnya. Gejala
campuran tersebut ada tiga macam.

28
Op.cit, Sumanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 157.
a. Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objrk
atau pendayagunaan kesadaran untuk menyertai sesuatu aktivitas. Menurut
Kartini Kartono dalam bukunya Psikologi Umum, perhatian itu merupakan
reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang menyebabkan bertambahnya
aktivitas, daya konsentrasi dan pembatasan kesadaran terhadap satu objek
(Kartono, 1996:111).29 Perhatian terbagi atas beberapa macam, antara lain:
1) Perhatian spontan, perhatian disengaja atau perhatian habitual
Perhatian spontan, disebut juga sebagai perhatian asli atau perhatian
langsung, adalah perhatian yang tidak sengaja atau tidak didorong oleh
kemauan, ia timbul dengan sendirinya. Perhatian disengaja atau refleksi
adalah perhatian yang timbulnya didorong oleh kemauan karena adanya
tujuan tertentu. Perhatian habitual adalah kecenderungan individu untuk
memuaskan perhatiannya pada objek perhatian sehari-harinya dan
mengabaikan objek perhatian yang lain ketika berinteraksi dengan dunia
di sekelilingnya.
2) Perhatian statis dan dinamis
Perhatian statis merupakan perhatian yang tetap terhadap suatu objek
secara terus-menerus atau tidak menjadi semakin lemah. Perhatian dinamis
merupakan perhatian yang mudah berubah insensitasnya dan mudah untuk
berpindah sasaran.
3) Perhatian konsentratif dan distributif
Perhatian konsentratif atau perhatian yang memusat merupakan
perhatian yang hanya ditujukan kapada satu objek tertentu. Perhatian
distriutif merupakan perhatian yang tertuju pada lingkup objek yang luas
dan tertuju kepada bermacam-macam objek.
4) Perhatian sempit dan luas
Perhatian sempi yaitu terjadi fiksasi dari perhatian atau melekatnya
perhatian kepada suatu objek. Individu yang mempunyai perhatian sempit

29
Op.cit, Kartini Kartono, Psikologi Umum, hlm. 111.
dapat dengan mudah memusatkan perhatiannya pada suatu objek yang
terbatas, sekalipun ia tengah berada dalam lingkungan ramai. Berbanding
terbalik dengan individu yang memiliki perhatian sempit, individu
denganperhatian luas mudah sekali tertarik oleh kejadian-kejadian
sekelilingnya, perhatiannya tidak dapat mengarah pada hal-hal tertentu,
mudah terangsang, dan mudah mencurahkan jiwanya pada hal-hal yang
baru.
5) Perhatian fiktif dan fluktuatif
Perhatian fiktif ataau perhatian melekat adalah perhatian yang mudah
dipusatkan pada suatu hal dan boleh dikatakan bahwa perhatiannya dapat
melekat lama pada objeknya.
b. Kelelahan
Kelelahan adalah isyarat bahwa energi tubuh kita menjadi sangat susut,
sebagai akibat pemakaiannya untuk menyelesaikan macam-macam tugas
pekerjaan. Dalam buku Psikologi Umum yang ditulis oleh Kartini Kartono
diungkapkan dua teori mengenai kelelahan:
Teori Intoxikasi (peracunan); karena orang bekerja, maka terjadilah
penambahan pertukaran zat dalam tubuh. Munculah kemudian produk
pembakaran yang diserap oleh darah dan kemudian diangkut ke susunan
syaraf sentral; sehinggga mengakibatkan semacam proses peracunan di
sana. Lalu timbulah gejala kelelahan, yang sifatnya bisa lokal lengan, bahu,
kaki dan bisa juga terasa di seluruh tubuh. Teori peracunan ini kini banyak
dirtinggalkan orang dan orang lebih menyukai teori lainnya (Sumanto,
1990: 144).30
c. Sugesti
Sugesti merupakan pengaruh atas jiwa dan perilaku orang yang datangnya
dari luar atau dari dalam diri dalam diri sendiri yang menyebabkan orang
tersebut mengakui atau meyakini serta menjamin apa yang dikehendaki
padanya (Sumanto, 1990:165).31 Kartini Kartono menyatakan:

30
Op.cit, Sumanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 144.
31
Ibid, Sumanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 165.
Sugesti adalah pengaruh yang berlangsung terhadap kehidupan psikis dan
segenap perbuatan kita, dengan mata perasaan, pikiran dan kemauan kita
sedikit atau banyak dibatasi oleh karenanya (Kartono, 1996:116).32
C. Konflik Psikologi Dalam Sastra
Istilah konflik berasal dari kata kerja bahasa latin configure yang berarti sling
nenukul. Dari bahasa latin tersebut diadopsi ke dalam bahasa inggris, conflict,
yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia yakni konflik. Konflik
diketahui sebagai salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia
yang mempunyai karakteristik yang beragam. Dalam realitas, konlik adalah hal
yang harus ada dan kehadirannya tidak dapat ditawar lagi karena konflik
merupakan unsur dasr dalam kehidupan manusia (I. B. Wirawan, 2013: 66).
Dalam karya sastra, konflik menjadi dasar narasi yang kuat dan menjadi
bagian penting dalam pengembangan alur atau plot pada sebuah cerita yang
bersumber dari kehidupan. Oleh karena itu, konflik mempunyai peranan untuk
menarik perhatian pembaca dan tidak jarang pembaca dapat terlibat secara
emosional atas apa yang terkonflik mempunyai peranan untuk menarik perhatian
pembaca dan tidak jarang pembaca dapat terlibat secara emosional atas apa yang
terjadi dalam cerita. Kemenarikan yang ada pada konflik akan terlihat dari
bagaimana kemampuan pengarang dalam membangun dan menentukan kadar
konflik tersebut.
Wallek dan Warren berpendapat bahwa konflik adalah sesuatu yang dramatic,
mengacu pada pertarungan anatara dua kekuatan yang seimbang, menyiratkan
adanya aksi dan balasan aksi (Wallek dan Warren, 1989: 285).33 Konflik akan
terjadi apabila tidak adanya kesepakatan atau pengaturan secara teratur antara
sebuah keinginan satu dengan keiinginan yang lain. Konflik dapat terjadi jika
tidak adanya kesepakatan antara ego satu dengan ego yang lain. Hal tersbut
biasanya terjadi dalam kehidupan yang nyata yang kebanykan orang sering
menghindarinya.

32
Op.cit, Kartini Kartono, Psikologi Umum, hlm. 116.
33
Rene Wallek dan Austin Werren, Teori Kesustraan, Terjemahan Melani Budianta, 1989, Jakarta:
Gramedia, hlm. 285.
Berbeda dengan kehidupan nyata, konflik dalam dunia sastra sangatlah
dibutuhkan bahkan dapat dikatakan penting demi menunjang isi cerita. Jika dalam
sebuah cerita tidak ditemukanya konflik, maka dapat dipastikan cerita tersebut
tidak akan hidup dan menarik pembaca untuk membacanya karena tidak adanya
peristiwa yang dirasakan. Konflik dalam karya sastra juga tidak akan menjadi
berlebihan apabila dalam karya tersebut dituliskan dan dikembangkan beberapa
konflik yang disajikan oleh pengarang maka cerita tersebut akan lebih menarik
untuk dibaca.
Peristiwa dalam sebuah karya sastra sangat erat hubungannya dengan konflik.
Peristiwa mampu menciptkan konflik dan konflik mampu memicu terjadinya
peristiwa yang lain. Bentuk peristiwa dalam sebuah cerita, dapat berupa peristiwa
yang lain. Bentuk peristiwa dalam sebuah cerita dapat berupa peristiwa fisik
maupun batin. Peristiwa fisik dapat melibatkan aktivitas fisik dengan adanya
interaksi antara tokoh cerita dengan tokoh yang diluar dirinya, tokoh lain atau
lingkungan. Peristiwa batin adalah sesuatu yang terjadi dalam batin dan hati
seseorang tokoh (Nurgiyantoro, 2007: 123-124).34 Berdasarkan uraian tersebut
dapat diketahui bahwa konflik dapat terjadi pada semua aspek kehidupan manusia.
Konflik terbagi menjadi tiga jenis:
1. Konflik dalam diri seorang tokoh
Konflik tersebut sering disebut juga dengan psychological conflict atau
konflik kejiwaan. konflik jenis ini biasanya terjadi musabab suatu
pertarungan individual atau perjuangan seorang tokoh dalam melawan
dirinya sendiri, sampai pada akhirnya ia dapat mengatsai dan menentukan
apa yang mesti dilakukannya.
2. Konflik antar orang-orang atau seseorang dengan masyarakat.
Konflik tersebut acap disebut dengan social conflict atau konflik sosial.
Konflik seperti ini biasanya terjadi antara tokoh dengan lingkungan
sekitarnya. Konflik tersebut timbul dari sikap individu terhadap

34
Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers, 2007, hlm. 123-
124.
lingkungan sosial dan menyangkut pelbagai masalah yang terjadi pada
masyarakat.
3. Konflik antara manusia dan alam.
Konflik seperti ini sering disebut juga physical or element conflict atau
konflik alamiah. Jenis konflik ini biasanya terjadi ketika tokoh tidak bisa
menguasai atau memanfaatkan serta membudayakan alam sekitarnya
sebagaimana semestinya. Apabila hubungan manusia dengan alamnya
tidak serasi, maka akan terjadi disharmoni yang dapat menyebabkan
terjadinya konflik tersebut.
Ketiga jenis konflik tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni
konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal (external conflict)
adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh sengan sesuatu yang
diluar dirinya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konflik eksternal
mencakup dua kategori konflik, yaitu antarmanusia dan alam (physical or
element conflict).
Konflik internal (internal conflict) adalah konflik yang terjadi dalam hati atau
in jiwa seorang tokoh cerita. Konflik seperti ini biasanya dialami oleh manusia
dengan dirinya sendiri. Jenis konflik yang masuk dalam konflik internal adalah
dalam diri sorang tokoh (psychological conflict). Komf;ik tersebut dapat terjadi
secara bersamaan karena erat hubungannya dengan manusia yang disebut tokoh
dalam karya sastra (Nurgiyantoro, 2007: 124).35
Dengan demikian, kajian psikologi sastra yang memanfaatkan teori-teori
kejiwaan untuk mengetahui tokoh-tokoh dalam karya, perilaku pengarang,
bahkan perilaku sosial pembaca. Teori ini sangat bermanfaat untuk menguak
motif psikologi individu.
G. Metode Penelitian
Guna mendukung penelitian ini dalam mencapai tujuannya maka metode yang
akan peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

35
Ibid, Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, hlm. 124.
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu (Prof. Dr. Sugiono. 2016: 2). berdasar2016: 2).
Berdasarkan tujuan yang diharapkan dari penelitian ini, maka diterapkan metode
dekriptif kualitatif. Yaitu nerupakan metode yang melibatYaitu nerupakan metode
yang melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan,
menganalisis data secara indukatif mulai dari tema-tema khusus ke tema-tema
umum, danmenafsirkan makna data. (Creswell. 2010, 4-5).36

Hellen Sabera Adib, metode pene;itian, (Palembang: Noerfikri Offset, 2015)hlm.2336

Anda mungkin juga menyukai