ATTITUDE
`
TUGAS PAPER SUMBER DAYA MANUSIA
Prof.Dr. Mutiara Sibarani Panggabean , ME
NAMA
: FAKHRY
NIM
: 122121036
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2015
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................................2
Pendahuluan ..................................................................................................................3
Pembahasan ..................................................................................................................5
Kesimpulan .................................................................................................................11
Kata Kunci ..................................................................................................................12
Daftar Pertanyaan .......................................................................................................13
Daftar Pustaka .............................................................................................................14
Studi Kasus .................................................................................................................15
Analisis Studi Kasus ...................................................................................................17
KATA PENGANTAR
Penyusun
PENDAHULUAN
tenaga
kerja
akan
mampu
mengerjakan,
meningkatkan,
kepentingan
yang
hidup
dalam
masyarakat.
Perusahaan
dapat
manusiaharus
digunakan
dengan
sebaik-baiknya
dan
dikembangkan
PEMBAHASAN
terhadap berbagai
perubahan dan tantangan yang dihadapi. Selain itu, pendidikan yang diselenggarakan
seharusnya juga memberi bekal-bekal kemampuan dan keterampilan untuk
melakukan suatu jenis pekerjaan tertentu yang dibutuhkan agar dapat berpartisipasi
dalam pembangunan (Boediono, 1992). Program semacam ini harus dilaksanakan
dengan disesuaikan dengan keperluan dan usaha yang mengarah kepada antisipasi
berbagai perubahan yang terjadi, baik di masa kini maupun yang akan datang (Han,
1994; Dertouzas, Lester, dan Solow, 1989).
Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses melakukan perubahan,
dalam rangka perbaikan, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kualitas
sumber daya manusia (SDM). Kesejahteraan terkait dengan terpenuhinya kebutuhan
dasar hidup rakyat, baik material maupun mental dan spiritual. Adapun kualitas SDM
terkait dengan derajat kemampuan, termasuk kreatifitas, dan moralitas pelaku-pelaku
pembangunan. Atas dasar ini, proses perubahan yang diupayakan melalui
pembangunan seharusnya menjangkau perbaikan semua sektor secara menyeluruh
dan berimbang, pada satu sisi, dan pada sisi lain merupakan upaya meningkatkan
kualitas SDM.
Perbaikan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat adalah fokus dari pembangunan
sektor ekonomi, dengan tujuan meningkatkan pemenuhan kebutuhan yang bersifat
fisik dan material, baik kebutuhan primer,
10
Pelatihan Keahlian
Pelatihan keahlian (skils training) merupakan pelatihan yang sering di jumpai dalam
organisasi. program pelatihaannya relatif sederhana: kebutuhan atau kekuragan
diidentifikasi rnelalui penilaian yang jeli. kriteria penilalan efekifitas pelatihan juga
berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.
2. Pelatihan Ulang.
Pelatihan ulang (retraining) adalah subset pelatihan keahilan. Pelatihan ulang
berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka
butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga kerja
instansi pendidikan yang biasanya bekerja rnenggunakan mesin ketik manual
mungkin harus dilatih dengan mesin computer atau akses internet
3. Pelatihan Lintas Fungsional.
Pelatihan lintas fungsional (cros fungtional training) melibatkan pelatihan karyawan
untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan pekerjan yang
ditugaskan.
4. Pelatihan Tim.
Pelatihan tim merupakan bekerjasarna terdiri dari sekelompok Individu untuk
menyelesaikan pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.
11
5. Pelatihan Kreatifitas.
Pelatihan kreatifitas(creativitas training) berlandaskan pada asumsi hahwa kreativitas
dapat dipelajari. Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk mengeluarkan
gagasan sebebas mungkin yang berdasar pada penilaian rasional dan biaya dan
kelaikan.
Adapun
perbedaan
antara
pelatihan
dan
pengembangan
menurut
(Syafaruddin:2001:217).
a. Pelatihan.
Tujuan
Sasaran
Orientasi
b. Pengembangan.
Tujuan
Sasaran
Orientasi
12
diselenggarakan
(Simamora:2006:276)
peltihan
diaeahkan
untuk
dan
pengembangan
membekali,
kerja
menurut
meningkatkan,
dan
finansial
dan
sumberdaya
teknologis
manusia
(human
13
mengembangkan
dan
mempromosikan
semberdaya
berorientasi
pencapaian
dan
membutuhkan
tantangan
baru
14
15
begitu
kayawan
telah
kembali
kepekerjaannya.
5. Informasi biaya-manfaat untuk mengevaluasi program pelatihan tidak
dikumpulkan.
6. Ketidakadaan atau kurangnya dukungan manajemen.
7. Peran utama penyelia/atasan tidak diakui.
8. Pelatihan bakal tidak akan pernah cukup kuat untuk menghasilkan perbaikan
kinerja yang dapat diveifikasi.
9. Sedikit atau tidak ada persiapan untuk tindak lanjut.
KESIMPULAN
Pelatihan lebih terarah pada peningkatan kemampuan dan keahlian SDM
organisasi yang berkaitan dengan jabatan atau fungsi yang menjadi tanggung jawab
individu yang bersangkutan saat ini (current job oriented). Sasaran yang ingin dicapai
16
dari suatu program pelatihan adalah peningkatan kinerja individu dalam jabatan atau
funsi saat ini.
Pengembangan lebih cenderung bersifat formal, menyangkut antisipasi
kemampuan dan keahlian inividu yang harus dipersiapkan bagi kepentingan jabatan
yang akan datang.
Pelatihan dan pengembangan merupakan salah satu solusi terhadap sejumlah
problem penurunan kualitas kinerja organisasi atau lembaga dan instansi yang
disebabkan oleh penurunan kemampuan dan keusangan keahlian yang dimiliki oleh
karyawan atau tenaga kerja.
Pelatihan
dan
pengembangan
bukanlah
solusi
utama
yang
dapat
17
DAFTAR PERTANYAAN
18
Hal 7
Hal 11
DAFTAR PUSTAKA
http://pelatihan-indonesia.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pelatihan
http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_dan_pengembangan
http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pengembangan_artikel
19
Subekhi, A., & Jauhar, M. (2012). Pengantar manajemen sumber daya manusia
(MSDM). Jakarta: Prestasi Pustakaraya
STUDI KASUS
20
Anies menjelaskan, pelatihan dan pengembangan guru sampai saat ini berjalan
dengan cukup baik. Hanya saja, ia menilai upaya pengembangan guru itu belum
maksimal sehingga menjadi salah satu alasan sulitnya menerapkan Kurikulum 2013.
"Tidak pernah rugi (kalau untuk) pelatihan guru. Pelatihan guru justru akan kita
terbesar," kata Anies di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (8/12/2014).
Menurut Anies, pelatihan dan pengembangan guru menjadi kunci utama sebelum
mengubah dan menerapkan kurikulum pendidikan. Ia menyatakan, penerapan
kurikulum baru belum dapat dilakukan selama guru tidak memiliki kesiapan.
Saat ditanya mengenai nasib buku Kurikulum 2013 yang telah dicetak, Anies
mengatakan bahwa buku-buku tersebut akan disimpan dengan baik di sekolah. Bukubuku itu akan digunakan jika nanti kurikulum pendidikan diubah dari Kurikulum
2006 ke Kurikulum 2013.
"Kuncinya adalah pengembangan guru karena guru yang menjalankan. Buku yang
sudah dicetak disimpan di sekolah. Kalau kita lakukan ini dengan baik, buku
disimpan, ketika insya Allah kita jalankan lagi bisa dipakai," ujarnya.
21
yang telah menjalankan kurikulum baru selama tiga semester diminta tetap
menggunakan kurikulum tersebut sembari menunggu evaluasi lebih lanjut.
Kurikulum 2013 telah diterapkan di 6.221 sekolah sejak Tahun Pelajaran 2013/2014
dan di semua sekolah di seluruh Tanah Air pada Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun
Peraturan Menteri Nomor 159 Tahun 2014 tentang Evaluasi Kurikulum 2013 baru
dikeluarkan pada 14 Oktober 2014, yakni tiga bulan setelah Kurikulum 2013
dilaksanakan di seluruh Indonesia.
Sumber :
http://nasional.kompas.com/read/2014/12/08/13422831/Anies.Baswedan.Janji.Perbes
ar.Pelatihan.Guru
ANALISIS STUDI KASUS
Manajemen sekolah sudah saatnya melakukan upaya pengembangan
kompetensiguru melalui pelatihan profesional yang direncanakan dengan sebaikbaiknya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya. Kepala sekolah
adalah orang pertama yang bertanggung jawab dalam terwujudnya program pelatihan
professional bagi para guru.Karena tanpa kemauan baik kepala sekolah program
tersebut akan sulit terlaksana secara baik, bahkan mungkin tidak akan ada sama sekali
22
23
penting karena tugas dan perannya bukan hanya memberikan informasi ilmu
pengetahuan melainkan membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era
hiperkompetisi; ketiga faktor kemampuan mengajar guru merupakan pencerminan
penguasaan guru atas kompetensinya; keempat faktor hubungan dan komunikasi yang
terjadi dalam lingkungan kerja memberikan dukungan bagi kelancaran tugas guru di
sekolah; kelima faktor hubungan dengan masyarakat, peran guru dalam mendukung
kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat dapat meningkatkan pemahaman
masyarakat tentang tujuan serta sasaran yang ingin direalisasikan sekolah; keenam
faktor kedisiplinan, Suatu pekerjaan akan menuai hasil yang memuaskan semua pihak
bila guru mampu mentaati rambu-rambu yang ditentukan melalui penerapan sikap
disiplin dalam menjalankan tugasnya; ketujuh faktor tingkat kesejahteraan,
memberikan insentif yang pantas sebagai wujud memperbaiki tingkat kesejahteraan
guru guna mencegah guru melakukan kegiatan membolos karena mencari tambahan
di luar untuk memenuhi kebutuhan hidup; dan kedelapan faktor iklim kerja yang
kondusif memberikan harapan bagi guru untuk bekerja lebih tenang sesuai dengan
tujuan sekolah.
Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan sehingga perlu
melakukan upaya pembenahan baik secara internal maupun eksternal maka hal yang
harus dipenuhi oleh guru dengan memahami dan mengusai kompetensi dasar yang
dipersyaratkan. Dalam proses pembelajaran dalam koridor Kurikulum Berbasis
Kompetensi sangat didukung oleh kemampuan guru dalam memperhatikan beberapa
hal yang berkaiatan dengan pendekatan pembelajaran ala KBK diantaranya
24
jiwa
eksploratif,
Kebebasan,
menghidupkan
pengalaman
anak,