Anda di halaman 1dari 10

Perkembangan Sektor Industri

dan Pertanian
BAB I
PENDAHULUAN
Sasaran utama pembangunan jangka panjang negara ini adalah pencapaian struktur ekonomi yang
seimbang yaitu terdapatnya kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh
kemampuan dan kekuatan pertanian yang tangguh. Hal ini berarti bahwa antara sektor pertanian (dan
kehutanan) dan sektor industri diperlukan adanya keterkaitan yang kuat baik keterkaitan kedepan
maupun keterkaitan ke belakang dalam mencapai tujuan masing-masing sektor tersebut. Adanya
keterkaitan ini terlihat dengan adanya perkembangan pengolahan hasil pertanian dan industri agro
(agroindustry). Agroindustri adalah suatu kegiatan lintas disiplin yang memanfaatkan sumber daya
alam (pertanian) untuk industri.
Transformasi struktural perekonomian Indonesia menuju ke corak yang industrial tidak dengan
sendirinya melenyapkan nuansa agraritasnya. Berbagai teori pertumbuhan ekonomi klasik dan studi
empiris Bank Dunia menunjukkan, bahwa sukses pengembangan sektor industri di suatu negara selalu
diiringi dengan perbaikan produktivitas dan pertumbuhan berkelanjutan di sektor pertanian. Selain
menyediakan kebutuhan pangan bagi penduduk serta menyerap tenaga kerja, sektor pertanian juga
merupakan pemasok bahan baku bagi sektor industri dan menjadi sumber penghasil devisa.
Di banyak negara, sektor pertanian yang berhasil merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor
industri dan jasa. Pada tahap pertama pembangunan dititikberatkan pada pembangunan sektor
pertanian dan industri penghasil sarana produksi pertanian. Pada tahap kedua, pembangunan
dititikberatkan pada industri pengolahan penunjang sektor pertanian (agroindustri) yang selanjutnya
secara bertahap dialihkan pada pembangunan industri mesin dan logam. Rancangan pembangunan
seperti demikian diharapkan dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia yang serasi dan
seimbang, tangguh menghadapi gejolak internal dan eksternal.

1.1 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.
Bagaimana cara menyeimbangkan struktur perekonomian sektor industri dan pertanian di
Indonesia?
2.

Bagaimana perkembangan sektor pertanian di Indonesia?

3.

Bagaimana perkembangan sektor perindustrian di Indonesia?

4.

Peran pemerintah di sektor perekonomian pertanian dan perindustrian di Indonesia?

1.2 TUJUAN MASALAH


Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.

Mengetahui cara menyeimbangkan struktur perekonomian dan struktur pertanian

2.

Mengetahui perkembangan sektor pertanian di Indonesia

3.

Mengetahui perkembangan sektor industri

4.

Mengetahui peran pemerintah terhadap perekonomian di sektor pertanian dan perindustrian

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 MENYEIMBANGKAN STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA DI BIDANG
INDUSTRI DAN PERTANIAN
Pembangunan seimbang itu diartikan pula sebagai keseimbangan pembangunan di berbagai sektor,
misalnya industri dan sektor pertanian, sektor luar negeri dan sektor domestik, dan antara sektor
produktif dan sektor prasarana. Pembangunan seimbang ini biasanya dilaksanakan dengan maksud
untuk menjaga agar proses pembangunan tidak menghadapi hambatan-hambatan dalam: (1)
Memperoleh bahan baku, tenaga ahli, sumber daya energi dan fasilitas-fasilitas untuk mengangkut
hasil-hasil produksi ke pasar. (2) Memperoleh pasar untuk barang-barang yang telah dan akan
diproduksikan. Sementara itu analisa Lewis (dalam Arsyad, 1992 : 257-259), menunjukkan bahwa
perlunya pembangunan seimbang yang ditekankan pada keuntungan yang akan diperoleh dari adanya
saling ketergantungan yang efisien antara berbagai sektor, yaitu antara sektor pertanian dan sektor
industri. Menurut Lewis, akan timbul banyak masalah jika usaha pembangunan hanya dipusatkan
pada satu sektor saja. Tanpa adanya keseimbangan pembangunan antara berbagai sektor akan
menimbulkan adanya ketidakstabilan dan gangguan terhadap kelancaran kegiatan ekonomi sehingga
proses pembangunan terhambat. Lewis, menggunakan gambaran dibawah ini untuk menunjukkan
pentingnya upaya pembangunan yang menjamin adanya keseimbangan antara sektor industri dan
sektor pertanian. Misalnya di sektor pertanian terjadi inivasi dalam teknologi produksi bahan pangan
untuk memenuhi kebutuhan domestik, inplikasinya yang mungkin timbul adalah :
Terdapat surplus di sektor pertanian yang dapat dijual ke sektor non pertanian.
Produksi tidak bertambah berarti tenaga kerja yang digunakan bertambah sedikit dan jumlah
pengangguran tinggi. Kombinasi dari kedua keadaan tersebut: (1) Jika saja industri mengalami
perkembangan yang pesat, maka sektor-sektor tersebut akan dapat menyerap kelebihan produksi
bahan pangan maupun kelebihan tenaga kerja. Tetapi tanpa adanya perkembangan di sektor industri,
maka nilai tukar ( Term of Trade ) sektor pertanian akan memburuk sebagai akibat dari kelebihan
produksi tenaga kerja, dan akan menimbulkan akibat yang depresif terhadap pendapatan di sektor
pertanian. Oleh sebab itu di sektor pertanian tidak terdapat lagi perangsang untuk mengadakan
investasi baru dan melakukan inovasi. (2) Jika pembangunan ekonomi ditekankan pada industrialisasi
dan mengabaikan sektor pertanian juga akan menimbulkan masalah yang pada akhirnya akan
menghambat proses pembangunan ekonomi. Masalah kekurangan barang pertanian akan terjadi dan

akan mengakibatkan kenaikan barang-barang tersebut. Jika sektor pertanian tidak berkembang, maka
sektor industri juga tidak berkembang, dan keuntungan sektor industri hanya merupakan bagian yang
kecil saja dari pendapatan nasional. Oleh karenanya tabungan maupun investasi tingkatnya akan tetap
rendah. Berdasarkan pada maslah-masalah yang mungkin akan timbul jika pembangunan hanya
ditekankan pada salah satu sektor pertanian saja, maka Lewis menyimpulkan bahwa pembangunan
haruslah dilakukan secara bersamaan di kedua sektor tersebut.
Hirschman dan Streeten (dalam Arsyad, 1992 : 262 - 270) mengemukakan teori pembangunan
tidak seimbang adalah pola pembangunan yang lebih cocok untuk mempercepat proses pembangunan
di negara sedang berkembang. Pola peembangunan tidak seimbang ini, menurut Hirschman,
berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: (1) Secara historis pembangunan ekonomi yang terjadi
coraknya tidak seimbang. Untuk mempertinggi efisiensi penggunaan sumber-sumber daya yang
tersedia.(2) Pembangunan tidak seimbang akan menimbulkan kemacetan atau gangguan-gangguan
dalam proses pembangunan yang akan menjadi pendorong bagi pembangunan selanjutnya. Dengan
demikian pembangunan tidak seimbang akan mempercepat pembangunan ekonomi pada masa yang
akan datang. Persoalan pokok yang dianalisis Hirschman dalam teori pembangunan tidaak seimbang
adalah bagaimana untuk menentukan proyek yang harus didahulukan pembangunannya, dimana
proyek-proyek tersebut memerlukan modal dan sumber daya yang tersedia, agar penggunaan berbagai
sumber daya yang tersedia tersebut bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal.
Cara pengalokasian sumber daya tersebut dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu cara pilihan pengganti
(Substitution Choice) dan caraa pilihan penundaan (Postponment Choice). Cara yang pertama
merupakan suatu cara pemilihan proyek yang bertujuan untuk menentukan apakah proyek A atau
proyek B yang harus dilaksanakan. Sedangkan cara yang kedua merupakan suatu cara pemilihan yang
menentukan urutan proyek yang akaan dilaksanakan yaitu menentukan apakah proyek A atau proyek
B yang harus didahulukan. Berdasarkan prinsip pemilihan proyek di atas, Hirschman menganalisis
masalah alokasi sumber daya antara sektor prasarana atau Social Overhead Capital (SOC) dengan
sektor produktif yang langsung menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat atau
Directly Productive Activities (DPA). Ada 3 (tiga) cara pendekatan yang mungkin dilakukan dalam
mengembangkan sektor prasarana dan sektor produktif, yaitu: (1) Pembangunan seimbang antara
kedua sektor tersebut. (2) Pembangunan tidak seimbang, dimana pembangunan sektor prasarana lebih
ditekankan, (3) Pembangunan tidak seimbang, dimana sektor produktif lebih ditekankan.
Kegiatan ekonomi akan mencapai efisiensi yang optimal jika: (1) Sumber-sumber daya dialokasikan
antara sektor DPA dan sektor SOC sedemikian rupa sehingga dengan sumber daya seejumlah tertentu
bisa dicapai tingkat produksi yang maksimum. (2) Untuk suatu tingkat produksi tertentu, jumlah
seluruh sumber daya yang digunakan di sektor DPA dan sektor SOC jumlahnya minimum.(3) Di
kebanyakan negara sedang berkembang, program pembangunan sering lebih ditekankan pada
pembangunan prasarana untuk mempercepat pembangunan sektor produktif.
2.2 PERKEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA
Pertanian dan perkebunan merupakan fundamentasi pokok ekonomi bangsa. Pertanian harus dijadikan
sector utama bagi pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Sektor pertanian yang menjadi andalan
sebagian besar rakyat tidak mendapat perhatian sepenuhnya. Demikian juga dalam pencairan kredit
terdapat ketidakmerataan untuk sector pertanian.
Sektor pertanian hingga kini masih menjadi sumber mata pencaharian utama sebagian besar
penduduk. Program pembangunan sector pertanian meliputi program peningkatan produksi di kelima
subsektornya, serta peningkatan pendapatan petani, perkebun, peternak dan nelayan. Program

pembangunan tersebut ditunjang dengan program pembangunan sarana dan prasarananya seperti
pengadaan dan pelancaran factor produksi, pengembangan jaringan irigasi dan jalan, kebijaksanaan
tata niaga dan harga, serta penelitian. Dalam era PJP I sector pertanian merupakan prioritas
pembangunan ekonomi. Pertumbuhannya rata-rata 3,6% per tahun. Kemajuan paling menonjol sector
ini selama PJP I adalah dalam bidang produksi pangan, yakni keberhasilan mencapai swasembada
beras pada tahun 1984. Sebelumnya, bahan makanan pokok ini masih harus selalu diimpor. Bahkan
pada tahun-tahun 1970-an Indonesia merupakan Negara pengimpor beras terbesar di dunia.
Swasembada beras ini berdampak penting pada meningkatnya kualitas gizi, pendapatan masyarakat,
dan stabilitas ekonomi nasional.
Sampai dengan tahun 1990 sektor pertanian masih merupakan penyumbang utama dalam membentuk
produk domestic bruto. Namun sesudah itu posisi tersebut diambil alih oleh sector industry
pengolahan. Hal ini sesungguhnya memprihatinkan, bukan karena sector pertanian tidak berkembang,
melainkan mengingat masih demikian besarnya proporsi tenaga kerja yang masih bekerja di sector
tersebut. Sampai dengan tahun 1992 saja tercatat lebih dari sebagian tenaga kerja kita bekerja pada
sector ini. Tambahan pula kualitas sumber daya manusia yang bekerja di sector pertanian pada
umumnya relative rendah, sehingga produktivitasnya rendah. Pada gilirannya, pendapatan mereka
juga rendah. Dalam skala makro rendahnya produktivitas tenaga kerja suatu sector dapat diukur
dengan membandingkan proporsi sector itu dalam menyerap tenaga kerja dan dalam menyumbang
produksi atau pendapatan nasional. Pada tahun 1992, sector pertanian menyerap 53,69% tenaga kerja,
sementara sumbangannya dalam membentuk PDB menurut harga yang berlaku sebesar 19,52%. Hal
itu berarti setiap 1% tenaga kerja pertanian Indonesia hanya menyumbang sekitar 0,36% PDB.
Sebagai bandingan: sector pertanian di negara- negara maju yang tergabung dalam G-7 hanya
menyerap sekitar 2% tenaga kerja dan menyumbang 3% PDB. Dengan kata lain, setiap 1% tenaga
kerja pertanian mereka menyumbang 1,5% PDB, atau hampir lima kali lipat produktivitas tenaga
kerja pertanian kita.
Di antara lima subsector yang ada di dalam sector pertanian, pemeran terbesar dalam membentuk nilai
tambah adalah subsector tanaman pangan (lihat table 12.2). subsector inilah yang menjadi sandaran
nafkah utama sebagian besar rakyat kita, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah perdesaan.
Subsector ini pula yang paling besar mendapatkan perhatian pemerintah. Sayangnya, pertumbuhan
sector ini tidak menggembirakan. Selama Pelita I hingga Pelita III tumbuh selaju 4,0 persen rata-rata
per tahun. Dalam Pelita IV laju tumbuh rata-rata tersebut menurun menjadi 3,6%. Pertumbuhan sector
ini dalam Pelita V
Menurunnya peranan sector pertanian di satu sisi dan meningkatnya peranan sector industry di sisi
lain, menyiratkan telah terjadinya perubahan struktural dalam perekonomian Indonesia. Akan tetapi
perubahan struktural itu sebenarnya masih belum mantap karena baru merupakan perubahan dalam
struktur pendapatan, belum diiringi dengan perubahan dalam struktur ketenagakerjaan. Akibatnya
produktivitas antarsektor masih timpang. Demikian pula halnya dengan pendapatn perkapita
antarsektor. Perubahan struktural (yang masih timpang) itu sendiri terjadi karena pembangunan
ekonomi kita selama ini terlalu terfokus pada industrialisasi. Padahal kerangka teori klasik dan hasilhasil empiris oleh Bank Dunia memunjukkan bahwa keberhasilan industrialisasi selalu seiring dengan
pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable) dan perbaikan produktivitas di sector pertanian. Jadi,
apabila produktivitas sector pertanian tidak mengalami perbaikkan, maka bukan mustahil keberhasilan
industrialisasi dalam pembangunan kita selama ini akan mengalami titik balik. Tanpa dukungan sector
pertanian sebagai penyangga yang tangguh kemajuan sector industry akan mudah tersendat.
2.3 PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI

Perkembangan Perindustrian Terhadap Perekonomian Arti penting perindustrian terhadap


perkembangan perekonomian dapat dilihat dari arah kebijakan ekonomi yang tertuang dalam GBHN
2000-2004, yaitu Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai kemajuan
teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komparatif sebagai
negara maritim dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan di setiap daerah, terutama
pertanian dalam arti luas, kehutanan, kelautan, pertambangan, pariwisata serta industri kecil dan
kerajinan rakyat, serta mengembangkan kebijakan industri, perdagangan dan investasi dalam rangka
meningkatkan daya saing global dengan membuka aksesbilitas yang sama terhadap kesempatan kerja
dan berusaha bagi segenap rakyat dan seluruh daerah melalui keunggulan kompetitif terutama
berbasis keunggulan SDA dan SDM dengan menghapus segala bentuk perlakuan diskriminatif dan
hambatan. Selanjutnya disebutkan dalam Undang-Undang No 25 tahun 2001 tentang Program
Pembangunan Ekonomi Nasional (Propenas) yang mengamanatkan bahwa dalam rangka memacu
penigkatan daya saing global dirumuskan lima strategi utama, yaitu pengembangan ekspor,
pengembangan industri, penguatan institusi pasar, pengembangan pariwisata dan peningkatan
kemampuan ilmu Berdasarkan ketentuan pengetahuan tersebut di atas dan dapat teknologi. diketahui
bahwa perkembangan industri sangat penting untuk menghadapi persaingan ketat, baik di pasar dalam
negeri maupun pasar ekspor dalam era globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia. Hal tersebut
kembali dipertegas dalam konsiderans Undang-Undang Perindustrian (UndangUndang Nomor 5 Th.
1984) yang menyatakan bahwa untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang ekonomi dalam
pembangunan nasional
Industri memegang peranan yang menentukan dan oleh karenanya perlu lebih dikembangkan secara
seimbang dan terpadu dengan meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif serta
mendayagunakan secara optimal seluruh sumber daya alam, manusia, dan dana yang tersedia. Dari
uraian tersebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa perkembangan industri membawa pengaruh
yang sangat besar sekali terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Industri memegang
peranan yang menentukan dalam perkembangan perekonomian sehingga benar-benar perlu didukung
dan diupayakan perkembangannya.

3.4 UPAYA PEMERINTAH MENINGKATKAN PEREKONOMIAN DI SEKTOR INDUSTRI DAN


PERTANIAN
Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Perindustrian Di Indonesia. Berbagai kebijakan telah
dilakukan oleh pemerintah dalam upayanya mendorong laju perkembangan perindustrian di
Indonesia. Baik kegiatan di bidang penyusunan regulasi yang diperkirakan dapat mendorong laju
perkembangan perindustrian, maupun kebijakan riil melalui pemberdayaan departemen yang terkait.
Sasaran pembangunan sektor industri dan perdagangan pada tahun 2008 adalah sebagai berikut : a.
Terwujudnya pengembangan industri yang mempunyai keunggulan kompetitif berdasarkan
keunggulan komparatif dengan mengacu kepada pengembangan klaster industri, sehingga tercipta
struktur industri yang kokoh dan seimbang; b. Terwujudnya peningkatan daya saing nasional melalui
peningkatan kemampuan profesionalisme sumber daya manusia, penguasaan penggunaan teknologi
dan inovasi, serta pemenuhan ketentuan standar keamanan, kesehatan, dan lingkungan baik nasional
maupun internasional; c. Terciptanya perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja secara merata di
sektor industri dan perdagangan; d. Terciptanya peningkatan utilisasi kapasitas produksi, sehingga
mampu.

Meningkatkan kinerja sektor industri dan perdagangan; e. Tersedianya kebutuhan masyarakat luas
dengan harga yang wajar dan mutu yang bersaing melalui kelancaran distribusi barang dan
peningkatan pelayanan informasi f. profesionalisme Terciptanya pasar yang pelaku usaha terintegrasi;
dan kelembagaan perdagangan, sehingga kegiatan perdagangan barang dan jasa di dalam negeri
semakin berkembang; g. Terwujudnya iklim usaha yang kondusif dengan menerapkan mekanisme
pasar tanpa distorsi, serta terjaminnya perlindungan konsumen sehingga tercipta pemahaman
konsumen akan hak dan kewajibannya dalam upaya tertib mutu, tertib usaha dan tertib ukur; h.
Terselenggaranya kegiatan Bursa Berjangka sebagai tempat lindung nilai (hedging) dan tempat
pembentukan harga (price discovery) secara efisien dan memiliki daya saing yang kuat; i.
Terselenggaranya pengembangan Ware House Receipt System (WRS) yang mendukung peningkatan
efisiensi distribusi nasional dan memperlancar pembiayaan dalam perdagangan komoditi (trade
financing); j. Terselenggaranya sistem Pasar Lelang Lokal (PLL) melalui mekanisme pasar yang
transparan dan efisien yang memungkinkan produsen/petani memperoleh pendapatan yang
proporsional dengan harga yang terjadi di tingkat nasional atau internasional; k. Terwujudnya
peningkatan partisipasi Indonesia melalui peningkatan diplomasi perdagangan, baik dalam kegiatan
kerjasama bilateral, regional maupun multilateral yaitu dalam forum negosiasi persetujuanpersetujuan WTO, ASEAN, APEC, Kerjasama Komoditi Internasional, serta kerjasama Badan-Badan
Dunia lainnya; l. Terwujudnya peningkatan penyediaan dan penyebarluasan informasi pasar mengenai
peluang pasar internasional dan hasil-hasil kerjasama industri dan perdagangan kepada dunia usaha,
khususnya usaha kecil menengah; m. Terwujudnya peningkatan penggunaan bahan baku dalam
negeri;
Terwujudnya budaya organisasi yang lebih berorientasi pencapaian kepada sasaran; o. Terwujudnya
keterpaduan peran pemerintah di sektor industri dan perdagangan; p. Terwujudnya peningkatan
sinergi dalam pemanfaatan sumber daya serta peningkatan kinerja pelayanan sesuai dengan aspirasi
masyarakat dalam era otonomi daerah. Di bidang regulasi, untuk mewujudkan sasaran di atas,
diperlukan perangkat hukum yang secara jelas mampu melandasi upaya pengaturan, pembinaan, dan
pengembangan dalam arti yang seluas-luasnya tatanan dan seluruh kegiatan industri. Dalam rangka
kebutuhan inilah sudah saatnya untuk melakukan pembaharuan Undang-Undang Perindustrian yang
berlaku, dimana Undang-Undang tersebut sudah sangat dirasakan tidak sesuai lagi dengan
perkembangan perekonomian dan perindustrian yang ada pada saat ini. Masalah ini menjadi semakin
terasa penting, terutama apabila dikaitkan dengan kenyataan yang ada hingga saat ini bahwa
peraturan-peraturan yang digunakan bagi pengaturan, pembinaan, dan pengembangan industri selama
ini dirasakan kurang mencukupi kebutuhan karena hanya mengatur beberapa segi tertentu saja dalam
tatanan dan kegiatan industri, dan itupun Selanjutnya seringkali di bidang tidak berkaitan birokrasi,
satu optimalisasi dengan atas yang lain. pemberdayaan departemen-departemen yang terkait sangat
dibutuhkan dalam rangka mewujudkan perkembangan perindustrian sebagaimana yang telah
digariskan dalam cita-cita pembangunan nasional. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui
peningkatan SDM, pemangkasan birokrasi dalam perijinan usaha dan lain sebagainya yang tujuan
utamanya adalah meningkatkan perkembangan perindustrian. 3.3 Tahap Perkembangan Industri Pada
akhir abad Pertengahan kota-kota di Eropa berkembang sebagai pusat kerajinan dan perdagangan.
Warga kota (kaum Borjuis) yang merupakan warga berjiwa bebas menjadi tulang punggung
perekonomian kota. Mereka bersaing secara bebas untuk kemajuan dalam perekonomian.
Pertumbuhan kerajinan menjadi industri melalui beberapa tahapan, seperti berikut. Sistem Domestik
Tahap ini dapat disebut sebagai tahap kerajinan rumah (home industri). Para pekerja bekerja di rumah
masing-masing dengan alat yang mereka miliki sendiri. Bahkan, kerajinan diperoleh dari pengusaha
yang setelah selesai dikerjakan disetorkan kepadanya. Upah diperoleh berdasarkan jumlah barang
yang dikerjakan. Dengan cara kerja yang demikian, majikan yang memiliki usaha hanya membayar

tenaga kerja atas dasar prestasi atau hasil. Para majikan tidak direpotkan soal tempat kerja dan gaji.
Manufaktur Setelah kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus untuk bekerja
agar majikan dapat mengawasi dengan baik cara mengerjakan dan mutu produksinya. Sebuah
manufaktur (pabrik) dengan puluhan tenaga kerja didirikan dan biasanya berada di bagian belakang
rumah majikan. Rumah bagian tengah untuk tempat tinggal dan bagian depan sebagai toko untuk
menjual produknya. Hubungan majikan dengan pekerja (buruh) lebih akrab karena tempat kerjanya
jadi satu dan jumlah buruhnya masih sedikit. Barang-barang yang dibuat kadang-kadang juga masih
berdasarkan pesanan. Sistem pabrik Tahap sistem pabrik sudah merupakan industri yang
menggunakan mesin. Tempatnya di daerah industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di luar
kota. Tempat tersebut untuk untuk tempat kerja, sedangkan majikan tinggal di tempat lain. Demikian
juga toko tempat pemasaran hasil industri diadakah di tempat lain. Jumlah tenaganya kerjanya
(buruhnya) sudah puluhan, bahkan ratusan. Barang-barang produksinya dibuat untuk dipasarkan
Kebijakan Pemerintah di Bidang Industri: (1) Pembangunan industri diarahkan pada industri-industri
yang berbasis pertanian dan pertambangan, dan kelautan yang mampu memberikan nilaitambah yang
tinggi dan mampu bersaing dalam pasar lokal, regionalnasional, global dan mampu menghasilkan
nilai tambah tinggi. (2) Pengembangan IKM dan Industri Mikro (Industri Rumah Tangga),
perludidorong dan dibina, menjadi usaha yang makin berkembang danmaju,sehingga mampu mandiri
dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan
berusaha.(3) Menggalakkan iklim yang sehat dalam berusaha bagi pelaku ekonomi(koperasi, usaha
negara, usaha swasta) untuk menumbuhkan kegiatanusaha yang mampu menjadi penggerak utama
pembangunan ekonomi.(4) Meningkatkan pertumbuhan usaha kecil informal menjadi pengusaha
kecilformal yang tangguh dan mandiri melalui bantuan pembangunaninfrastruktur, perijinan dan
bantuan teknis. (5) Meningkatkan dan mengoptimalkan perolehan devisa ekspor produk industri
kehutanan, pertambangan, pertanian, dalam arti luas berikutindustri turunannyan.
Kebijakan Pemerintah mengembangkan perekonomian di Indonesia berorientasi global membangun
keunggulan kompetitif dengan mengedepankan kebijakan industri, perdagangan dan investasi dalam
meningkatkan daya saing dengan membuka akses yang sama terhadap kesempatan berusaha dan
kesempatan kerja bagi segenap rakyat dari seluruh daerah dengan menghapuskan seluruh perlakuan
diskriminatif dan hambatan. Pengembangan sektor industri pengolahan mengacu kepada arahan
pembangunan ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan pembangunan sektor industri dan
perdagangan.
Pemerintah juga melakukan pembangunan yang ditujukan untuk perluasan kesempatan kerja dan
berusaha, peningkatan ekspor, peningkatan dan pemerataan pendapatan. Hasil yang hendak dicapai
dari pembangunan ini adalah usaha kecil berperan maksimal dalam perkembangan dunia usaha,
sehingga usaha kecil dapat berkembang dan mampu bersaing dengan pengusaha-pengusaha lainnya
sesuai potensi dan bidang usaha yang ditekuninya selama ini.
Kebijakan ekonomi kerakyatan bertumpu pada mekanisme pasar yang adil, persaingan sehat,
berkelanjutan, mencegah struktur yang monopolistik dan distortif dapat merugikan masyarakat.
Melalui optimalisasi peran pemerintah untuk melakukan koreksi pasar dengan menghilangkan
berbagai hambatan melalui regulasi, subsidi dan insentif. Pemberdayakan usaha kecil agar lebih
efisien, produktif dan berdaya saing dengan meningkatkan penguasaan IPTEK dan melakukan secara
proaktif negosiasi serta kerjasama ekonomi dalam upaya peningkatan ekspor.
Arah kebijakan adalah salah satu menata sistem hukum nasional yangmenyeluruh dan terpadu dengan
mengakui dan menghormati hukum agama dan hukum adat serta memperaharui perundang-undangan

warisan kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif, termasuk ketidakadilan gender dan ketidak
sesuaiannya dengan tuntutan reformasi melalu iprogram legislasi. Selanjutnya mengembangkan
peraturan perundang-undangan yang mendukung kegiatan perekonomian dalam menghadapi era
perdagangan bebas tanpa merugikankepentingan nasional. Perioritas kebijakan juga merupakan salah
satu sasaranutama untuk dicapai dan langkah yang terpenting yang dilakukan oleh pemerintahdalam
mengambil atau memutuskan suatu kebijakan.
Maka dalam ketentuan kebijaksanaan (policy) kebijakan adalah penggunaan pertimbanganpertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjaminterhadap terlaksananya suatu usaha, citacita/keinginan atau keadaan yangdikehendaki. Jadi dalam arti kebijaksanaan, titik beratnya adalah
adanya proses pertimbangan untuk menjamin terlaksananya suatu usaha, pencapaian cita-citaatau
keinginan yang dicapai tersebut, sehingga menghasilkan suatu buktikebijakan untuk kepentingan
umum yang merobah keadaan untuk yang lebih baik.Untuk menentukan suksesnya percepatan
pembangunan saat ini juga masadepan terkait dengan penerapan perdagangan bebas dalam
kesepakatan regionalAFTA-China, maka salah satu arah dan prioritas kebijakan yang
akandilaksanakan adalah pemulihan (recovery) ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Mendorong dan memberi arahan kepada setiap daerah untuk secara sungguh-sungguh dan sistematis
melaksanakan pemulihan ekonomi gunauntuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kebijakan Pemerintah Melindungi Industri Dalam Negeri.
Salah satu langkah-langkah kebijakan yang diberikan pemerintah untuk melindungi industri dalam
negeri adalah melalui Tindakan pengamanan(Safeguard) yaitu tindakan yang diambil pemerintah
untuk memulihkan kerugianserius dan atau untuk mencegah ancaman kerugian serius dari industri
dalamnegeri sebagai akibat dari lonjakan impor barang sejenis atau barang yang secaralangsung
merupakan saingan hasil industri dalam negeri dengan tujuan agar industri dalam negeri yang
mengalami kerugian serius dan atau ancaman kerugianserius tersebut dapat melakukan penyesuaian
struktural. Selanjutnya Tindakandumping adalah menjual barang diluar negeri lebih murah dari pada
harga didalam negeri, atau menjual barang di suatu Negara lebih murah dari pada di Negara lain, atau
menjual barang keluar negeri atau lebih rendah dari biaya produksi dan tranformasi, di mana tindakan
dumping ini baru melanggar ketentuan perdagangan internasional apabila mengakibatkan injury
kepada produksi dalam negeri. Termasuk juga subsidi yaitu merupakan kontribusikeuangan oleh
pemerintah atau badan publik yang memberikan keuntungan.Selanjutnya tantangan adalah merupakan
suatu usaha yang bersifat menggugahkemampuan, untuk merebut dan meraih sesuatu yang ingin kita
dapatkan. Makatantangan terberat bagi Indonesia sebenarnya lebih kepada faktor di dalam
negeriyaitu, pembenahan sektor pendukung industri dan pertanian seperti kesiapanenergi, kualitas
tenaga kerja, sistem perbankan baik dari segi suku bunga pinjaman, pembiayaan dan lain-lain agar
dapatmendorong pertumbuhan industrydan perlu untuk memperbaiki sistem logistik nasional yang
memungkinkan pergerakan barang, modal dan tenaga kerja agar semakin efesien di berbagaisektor.
Kemudian peningkatan pengawasan di batas perdagangan Indonesia,hal iniuntuk menghindari serbuan
produk illegal.Hal lain yang tidak kalah pentingya adalah peningkatan pengamanan pasar, antara lain
dengan menerapkan Standart Nasional Indonesia (SNI) yang didukung kesiapan, baik secara
infrastruktur, laboratorium, maupun Sumber Daya Manusia yang kompeten, serta bantuan atau
program pembinaan dan peningkatan mutu produk yang diharapkan dapatmengungguli kualitas
produk luar negeri.
Upaya Membangun Pertanian Indonesia yang Tangguh.

Permasalahan Pokok yang dihadapi oleh sektor pertanian adalah berupa akses modal atau investasi
yang dimiliki oleh para petani. Masalah tersebut menyebabkan petani tidak mampu memanfaatkan
berbagai sarana produksi unggul termasuk kemajuan teknologi yang dapat meningkatkan
produktivitas dan pendapatan mereka.
Investasi di bidang pertanian yang mesti diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
petani adalah hal yang penting. Dengan demikian, perlu dilakukan reorientasi kebijakan karena
sampai saat ini pembangunan di sektor pertanian masih banyak yang belum menjangkau khususnya
petani kecil. Kebijakan baik investasi maupun subsidi dan pembiayaan petani perlu dirumuskan
kembali agar lebih berpihak kepada petani kecil untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya. Subsidi
yang diharapkan adalah yang mengarah pada subsidi output, bukan pada subsidi input seperti
sekarang yang dilakukan oleh pemerintah.
Investasi mengandung arti suatu pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan atau
mempertahankan stok barang modal. Investasi disektor pertanian memiliki peluang untuk
ditingkatkan dengan berbagai alasan, diantaranya adalah: (1) sektor pertanian akan terus tumbuh, (2)
kekayaan SDA yang dimiliki, (3) pasar pertanian yang terus dan akan tumbuh baik domestik ataupun
internasional yang akan memberikan insentif bagi para pelaku ekonominya, terutama jika dilihat
Indonesia sebagai produsen produk 4 F (food, feed, fuel, dan fiber).
Upaya peningkatan investasi di sektor pertanian terutama diarahkan pada pembiayaan dan
perbaikan/pembangunan infrastruktur untuk mendorong peningkatan produksi dalam negeri, adalah
suatu keharusan. Demikian pula penyaluran subsidi hendaknya menjadi perhatian yang serius, karena
subsidi ini rentan terhadap penyelewengan-penyelewangan akibat tingginya moral hazard.
FGD dan kajian ini diharapkan bukan hanya sebagai wacana belaka, melainkan dapat mehasilkan
suatu rumusan kebijakan yang harus mampu disampaikan kepada pemerintah sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan masukan dalam upaya membangun sektor pertanian Indonesia yang tangguh
dengan basis masyarakat petani yang sejahtera (dep-1: Lukito Hasta/ss/humasristek).

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pertanian dan perkebunan merupakan fundamentasi pokok ekonomi bangsa. Pertanian harus dijadikan
sector utama bagi pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Sektor pertanian yang menjadi andalan
sebagian besar rakyat tidak mendapat perhatian sepenuhnya. Demikian juga dalam pencairan kredit
terdapat ketidakmerataan untuk sector pertanian, sedangkan di sektor industri memegang peranan
yang menentukan dan oleh karenanya perlu lebih dikembangkan secara seimbang dan terpadu dengan
meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif serta mendayagunakan secara optimal seluruh
sumber daya alam, manusia, dan dana yang tersedia.
Perkembangan perekonomian di indonesia di sektor industri dan pertanian terus berkembang,dan
pemerintah terus berupaya meningkatkan perkembangannya

Tugas Makalah Ekonomi Pembangunan


Sektor Industri dan Pertanian di Negara Sedang Berkembang

Di susun oleh :
Nur Halimah
1410101110
K3- Ekonomi Pembangunan

UNIVERSITAS TIDAR
FAKULTAS EKONOMI PEMBANGUNAN
2015/2016

Anda mungkin juga menyukai