PENDAHULUAN
Page | 1
yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita
masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa
pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga
terhadap sektor pertanian keseluruhan.Pembangunan pertanian di masa yang akan
datang tidak hanyadihadapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, namun
juga dihadapkan pula pada tantangan untuk menghadapi perubahan tatanan politik di
Indonesia yang mengarah pada era demokratisasi yakni tuntutan otonomi daerah dan
pemberdayaan petani. Di samping itu, dihadapkan pula pada tantangan untuk
mengantisipasi perubahan tatanan dunia yangmengarah pada globalisasi dunia. +leh
karena itu, pembangunan pertanian di Indonesia tidak saja dituntut untuk
menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi namun juga
mampumengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat.
Page | 2
Page | 3
seperti industri dan jasa, dalam melakukan ekspansi atau perluasan usaha
terhadap pertumbuhan output sektor pertanian baik dalam sisi permintaan
maupun penawaran. Kontribusi produk sektor pertanian terhadap
pembangunan dapat dibagi ke dalam beberapa sub sektor, seperti sub sektor
bahan pangan, seperti padi, jagung, dan bahan makanan lainnya. Sedangkan
subsektor lain adalah sub sektor perkebunan dan peternakan.
2. Kontribusi Pasar
Kontribusi pasar menjadikan sektor pertanian merupakan sumber penting bagi
pertumbuhan permintaan domestik bagi produk-produk dari sektor-sektor
ekonomi lainn. Kontribusi Pasar Kontribusi pasar untuk produk pertanian
dibandingkan sektor nonpertanian tergantung pada: Pertama, dampak dari
keterbukaan ekonomi dimana pasar domestik juga diisi dengan barang-barang
impor. Jenis teknologi yang digunakan di sektor pertanian yang menetukan
tingkat mekanisasi dan modernisasinya.
3. Kontribusi Faktor-Faktor Produksi
Dalam konteksi ini, pertanian merpakan sumber modal untuk investasi di
sektor-sektor ekonomi lainnya. Dimana dalam proses pembangunan ekonomi
terjadi transfer surplus tenaga kerja dari pertanian (pedesaan) ke industri dan
sektor-sektor perkotaan lainnya. Kontribusi faktor-faktor produksi di ukur
dengan produktivitas. Jika sektor pertanian mengalami kelebihan supply
tenaga kerja, maka ada kecenderungan mereka beralih ke sektor industri. Hal
ini mengakibatkan produktivitas di sektor pertanian semakin menurun
digantikan oleh peran sektor industri yang makin meningkat. Untuk
meningkatkan kontribusi sektor pertanian harus terjadi surplus di sektor
pertanian dengan cara meningkatkan kinerja (teknologi, infrastruktur, SDM),
meningkatakan permintaan di mana mereka mampu meningkatkan sisi
permintaan, serta nilai tukar antara produk pertanian dan non pertanian.
4. Kontribusi
devisa
Dalam percaturan internasional, dimana salahsatu aktivitasnya adalah
melaksanakan perdagangan internasional, maka sektor pertanian menjadi
salahsatu kontributor bagi pembangunan ekonomi sebuah negara dalam
menghasilkan devisa baik melalui penjualan komoditas, produk pertanian
maupun melalui pengiriman tenaga kerja dibidang pertanian. Neraca
perdagangan pertanian yang positif (surplus) dapat menjadi perseden baik
bagi pembangunan ekonomi nasional
Page | 4
Page | 5
BAB 3. PERAN
INDONESIA
PERTANIAN
DALAM
SISTEM
PEREKONOMIAN
Page | 6
sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan
ekonomi nasional.
Sektor pertanian juga dapat menjadi basis dalam mengembangkankegiatan
ekonomi perdesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanianyaitu agribisnis
dan agroindustri. Dengan pertumbuhan yang terus positif secarakonsisten, sektor
pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi
nasional.Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
dilakukanmanusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau
sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan
sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami
orangsebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop cultivation) serta
pembesaran hewan ternak
Page | 8
Pemicu peningkatan produksi padi diantaranya karena peningkatan luas panen seluas
540 ribu ha dan produktivitas sebesar 1,20 ku/ha. Pertumbuhan luas panen padi di
Jawa hanya sekitar 0,20 %/tahun sedangkan di luar Jawa sekitar 1,76 %/tahun.
Demikian pula dengan peningkatan produktivitas padi di Jawa hanya sekitar 0,08
%/tahun sedangkan di luar Jawa sekitar 1,45 %/tahun.Peningkatan produksi jagung
terjadi karena adanya peningkatan produktivitas sekitar 2,87 %/thn, walaupun luas
panen mengalami penurunan sekitar -1,77 %/tahun. Luas panen jagung baik di Jawa
maupun di luar Jawa mengalami penurunan. Sedangkan luas panen kedelai terjadi
Page | 9
penurunan yang besar di Jawa (-3,28 %/thn) danmeningkat di luar Jawa (2,31 %/thn).
Produktivitas jagung dan kedelai baik di Jawa maupun di luar Jawa mengalami
peningkatan yang cukup signifikan.
Bebagai produk dan bentuk olahan makanan yang kita makan sehari-hari,
sebutkan yang tidak berasal dari produk pertanian. Penulis berani menjamin, 98%
produk olahan yang kita makan bersumber dari produk pertanian. Lantas masih
kurang-kah bukti bahwa pertanian sangat berpengaruh terhadap masa depan bangsa?.
Peluang Indonesia lebih maju sangat besar jika dibandingkan dengan negara
lain. Lebih-lebih dari segi sumber daya alam termasuk sektor pertanian. Sebagai
negara yang dilalui garis khatulistiwa, dilalui jajaran gunung vulkanik dan wilayah
lautan yang luas serta hamparan hijau nan indah, Indonesia menjadi negara yang kaya
akan sumber energi, bertanah subur dan sangat berpotensi untuk dikembangkan dari
segi sumber daya alamnya. Indonesia didaulat sebagai negara dengan biodiversitas
tertinggi setelah Brazil. Bahkan, Laporan terbaru Bank Dunia bertajuk Global
Development Horizons 2011 Multipolarity: The New Global Economy,
menempatkan Indonesia, Brasil, China, India, Korea Selatan, dan Rusia sebagai
penopang pertumbuhan ekonomi dunia hingga tahun 2025 mendatang.
Sebagai negara dengan sumber daya melimpah, mustahil Indonesia tidak
dapat maju dengan pertanian. Setidaknya, pemuda di Indonesia memiliki jiwa optimis
bahwa dengan pertanian, mampu membawa Indonesia menjadi negara yang survive
di tengah krisis global. Janganlah menjadi manusia yang terus menerus melihat masa
lalu serta bisanya hanya mencerca negeri sendiri bahkan malu menjadi orang
Indonesia. Janganlah malu mengakui Indonesia sebagai negeri agraris, karena
pertanian saat ini sangat berbeda dengan pertanian di masa lalu. Bahkan pertanian
saat ini sangat berpotensi dijadikan wahana pendidikan dan ekowisata yang diminati,
contohnya taman Bunga Mekarsari dan Agroland.
Pertanian adalah soal HIDUP atau MATI (pidato bung Karno dalam peletakan batu
pertama IPB Baranang Siang)
Berbicara tentang pertanian, masih banyak orang yang salah kaprah mengenai
arti pertanian itu sendiri. Sebagian besar orang beranggapan bahwa pertanian
adalah soal lumpur, sawah, ladang, cangkul dan modal dengkul. Padahal, dalam arti
luas pertanian adalah segala usaha manusia untuk memanen energi matahari menjadi
Page | 10
karbohidrat dan serat untuk kesejahteraan hidup manusia. Karbohidrat sebagian besar
dimanfaatkan untuk makanan dan kosmetik. Serat misalnya kapas untuk cotton
(pakaian), kayu untuk plafon rumah, kursi, dan furniture lainnya.
Indonesia adalah negara agraris dan maritim. Lahan produktif yang cukup
luas, tanah Indonesia subur karena berada di sekitar gunung vulkanik, Indonesia
mendapat penyinaran matahari sepanjang tahun, ketinggian dan geografi Indonesia
sangat variatif sehingga berbagai jenis tanaman dapat dengan mudah beradaptasi dan
cocok hidup dengan lingkungan Indonesia. Sawah, ladang, lautan membentang dari
Sabang sampai Merauke. Sudah pantas kalau dulu penjajah menjadikan indonesia
sebagai jajahan favoritnya.
Beberapa upaya pembangunan pertanian di masa lalu adalah revolusi hijau.
Dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya, setidaknya revolusi hijau telah
mampu mengantarkan Indonesia berswasembada pangan selama 5 tahun. Dan kurang
dari satu dekade ini muncul istilah revolusi biru. Pelaksanaan revolusi biru sendiri
bertujuan untuk melengkapi kebutuhan protein yang berfokus pada peningkatan
produksi hasil laut. Hal ini dikarenakan Indonesia juga merupakan negara maritim,
menguasai laut yang sangat luas dan mengandung jutaan ikan yang tidak ada
habisnya dan menyimpan energi yang sangat besar. Pelaksanaan revolusi hijau dan
biru secara seimbang dan kontinu akan memberikan dampak signifikan pada
perkembangan pertanian indonesia. Tercapainya swasembada karbohidrat dan
protein, meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan, pembangunan
berkesinambungan antar sektor serta memperkuat kemandirian pangan setiap daerah
berdasarkan sumber daya (kearifan) lokalnya.
Pertanian tidak akan berkembang jika tetap menggunakan cara (metode) lama.
Pertanian memerlukan inovasi dan teknologi. Dalam hal ini terdapat dua kunci utama
pembangunan pertanian, yaitu Agribisnis dan Agroindustri. Agroindustri bergerak di
bidang pengolahan hasil pertanian atau lebih tepatnya bertujuan meningkatkan nilai
tambah hasil pertanian dengan penerapan teknologi tepat guna. Sedangkan Agribisnis
adalah manajemen bisnis dan pemasaran produk hasil pertanian di masyarakat serta
segala sesuatu yang berkaitan dengan bisnis di bidang pertanian. Dua hal tersebut
pada dasarnya menerapkan ilmu-ilmu yang sudah ada, namun dikaji ulang dan
mendapat banyak tambahan serta memfokuskan diri pada peningkatan kualitas dan
integritas bangsa Agraris seperti Indonesia. Faktanya salah satu pendapatan negara
yang terbesar adalah berasal dari pertanian (ekspor).
Page | 11
Page | 12
Page | 13
Page | 14
Bisa dikatakan tidak banyak orang yang tahu dan paham bahwa sektor pertanian
menaruh keuntungan yang cukup besar pada PDB negara dan banyak yang
beranggapan bahwa sektor pertanian hanya sektor sampingan yang tidak perlu terlalu
diperhatikan. Meskipun hanya memberi 17,3% bagi PDB tiap tahunnya, sektor ini
menjadi barang komoditi yang paling dicari oleh masyarakat karena menjadi
kebutuhan primer dalam pemenuhan kebutuhan pangan yaitu menjadi kebutuhan
sehari-hari dan tidak boleh habis stoknya karena bisa berdampak fatal bagi
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Karena bila terjadi suatu kesalahanyang tidak
terencana penyediaannya atau habis didalam negeri sendiri kita bisa kerepotan untuk
mengimpor dari negara luar. Oleh sebab itu sektor pertanian harus diperhatikan lebih
baik karena menjadi faktor primer dalam pemenuhan kebutuhan dan seharusnya
sebagai negara yang terletak diwilayah tropis kita harus bisa memanfaatkan keadaan
alam yang ada dengan meningkatkan hasil produksi dari sektor pertanian ini karena
selain bermanfaat sebagai pemenuh kebutuhan setiap keluarga bisa menjadi sector
yang amat menguntungkan apabila dibawa kepangsa pasar yang luas.
Bila dilihat dari segi ekonomi sektor pertanian ini mampu menaikan PDB kita dan
membawa keuntungan tentu saja apabila ditingkatkan hasil produksinya dan mencari
wilayah yang dianggap memiliki pangsa pasar yang luas. Tidak perlu melihat secara
jauh atau mencari pangsa pasar kenegara luar. Melihat dari segi kuantitas wilayah
Indonesia yang terdiri dari 250 juta jiwa saja sudah menjadi target utama pangsa
pasar yang cukup ekonomis dan menguntungkan bagi kita. Apalagi ditambah bila kita
mampu menembus kepasar luar yang membutuhkan barang-barang hasil pertanian
negara kita. Ini merupakan suatu perencaan yang cukup bagus dalam menembus
pasar dunia bahkan bisa meningkatkan pendapatan negara dari sektor pertanian
berkali-kali lipat dari biasanya. Dari pembelajaran inilah kita bisa menentukan setiap
target yang akan ditempuh kedepanya dengan melirik kepada sector yang dianggap
kecil
sebenarnya
bisa
memberi
keuntungan
yang
besar.
Namun bukan semudah membalikan telapak tangan dalam melakukan sutau proses
pencapaian target ini. Di setiap titiknya dibutuhkan suatu perjuangan yang tidak
gampang bisa dikatakan demikian mengapa, karena bila kita melihat kebelakang kita
akan mengetahui seberapa besar kendala-kendala yang menjadi penghambat dalam
memajukan sektor pertanian yang memang membutuhkan kepedulian dari seluruh
pihak. Agar pencapaian akan tujuan tersebut dapat terlaksana.
Page | 15
Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian perkotaan pada tahun 2005 sebesar
5,3 persen dibandingkan dengan perdesaan sebesar 44 persen (Bappenas, 2006). Hal
ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan tumpuan hidup tenaga kerja di
perdesaan. Fakta-fakta berikut mendukung fenomena tersebut. Berdasarkan data
Sakernas, secara agregat (perdesaan dan perkotaan) pada periode tahun 1985-2003,
penyerapan tenaga kerja pertanian cenderung menurun dari 54 persen menjadi 46
persen, walaupun secara absolut meningkat sebesar 23 persen (Malian et al., 2004;
Rusastra dan Suryadi, 2004; Bappenas, 2006). Sementara itu, pekerja sektor pertanian
di perdesaan selama kurun waktu 1985-2003 relatif tidak berubah. Pangsa tenaga
kerja pertanian di perdesaan masih berkisar pada angka 60-67 persen (Malian et al.,
2004). Dalam kurun waktu 20 tahun, penyerapan tenaga kerja pertanian di perdesaan
meningkat sebesar 12 persen.
Selanjutnya Malian et al. (2004), menyatakan bahwa pada sektor pertanian,
subsektor tanaman pangan hingga kini masih menjadi andalan dalam penyerapan
tenaga kerja. Selama periode 1971-2000 subsektor tanaman pangan mampu menyerap
rata-rata 44,38 persen, jauh di atas kemampuan subsektor lainnya yang rata-rata
kurang dari 5 persen. Jika lebih dicermati pangsa penyerapan tenaga kerja subsektor
tanaman pangan menurut jenis komoditas ternyata komoditas padi memiliki pangsa
terbesar (15,51%), komoditas sayuran dan buah-buahan (14,58%) disusul komoditas
umbi-umbian, jagung, kacang-kacangan dan tanaman bahan makanan lain masingmasing dengan pangsa 6,27, 3,88, 2,19 dan 1,96 persen. Dinamika penyerapan tenaga
kerja pada komoditas padi pada periode tahun 1980-2000 relatiftetap, dan terjadi
penurunan pada komoditas palawija (jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian).
Sementara itu, proporsi penyerapan tenaga kerja pada komoditas sayuran dan buahbuahan pada periode yang sama cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
padi masih merupakan komoditas utama, namun peranan palawija semakin menurun
bergeser ke arah komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi lebih tinggi (high
economic value commodity). pada komoditas sayuran dan buah-buahan pada periode
yang sama cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa padi masih merupakan
komoditas utama, namun peranan palawija semakin menurun bergeser ke arah
komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi lebih tinggi (high economic value
commodity).
Sementara itu, komoditas perkebunan utama seperti kelapa, tebu, tembakau
dan kopi selama periode 1971-2000 hanya mampu menyerap tenaga kerja rata-rata
kurang dari satu persen daritotal penyerapan tenaga kerja pertanian. Padaawal tahun
1970-an komoditas yang menyerap tenaga kerja relatif besar adalah kelapa, karet,
tembakau. Dalam perkembangannya, penyerapan tenaga
kerja pada ketiga komoditas tersebut cenderung menurun. Penyerapan tenagakerja
tahun 2000 pada sub-sektor perkebunan relatif merata pada komoditas tebu,
kelapa, kelapa sawit, kopi, tembakau, karet, sementara untuk komoditas lain masih
relatif rendah (Malian et al., 2004)
Page | 16
Masih tingginya daya serap sektor pertanian tidak disertai dengan upaya yang
memadai dari pemerintah dalam bentuk kebijakan yang kondusif untuk
berkembangnya sektor tersebut. Petani dan sektor pertanian masih ditempatkan pada
posisi marginal. Kebijakan pemerintah cenderung bertentangan dengan keinginan
para petani. Kebijakan impor beras, gula, dan komoditi lainnya mencerminkan
pertentangan antara keinginan petani dan pemerintah. Kondisi ini membuat nasib
petani tidak beranjak menjadi lebih baik. Pernyataan Bank Dunia beberapa waktu lalu
menyebutkan bahwa kenaikan harga beras menyebabkan peningkatan angka
kemiskinan di Indonesia sebesar 3,1 juta orang. Sektor pertanian juga semakin
tergeser oleh sektor lainnya dengan semakin tingginya alih fungsi lahan pertanian dan
semakin luasnya lahan kritis. Pembangunan permukiman yang meluas sampai ke
daerah pedesaan membuat lahan pertanian yang subur tidak lagi menghasilkan
pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Desakan kebutuhan akan lahan
kemudian muncul ketika petani sudah tidak memiliki lahan yang memadai untuk
diolah. Pada akhirnya mereka membuka lahan baru yang seharusnya menjadi lahan
konservasi, sehingga lahan kritis juga semakin luas
Sumberdaya manusia (SDM) adalah tenaga kerja yang mampu
bekerja dan melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang
mempunyai nilai ekonomis dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat,
sedangkan tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (UU Ketenaga kerjaan).
Kondisi SDM dalam bidang pertanian atau petani di Indonesia masih sangat rendah.
Dilihat dari pendidikannya 59, 2 % petani tidak menamatkan SD, sebanyak 32,1 %,
tamatan SLTP dan SLTA masing-masing 5,7 dan 2,9 %.
Rendahnya tingkat pendidikan petani juga diikuti oleh rendahnya
produktivitas kerja. Pada tahun 2002 produktivitas sektor pertanian bernilai Rp 1,69
juta rupiah per orang. Pada tahun 2003 nilainya turun menjadi Rp 1,68 juta per orang.
Sementara itu, pada sektor lainnya (pertambangan, listrik, gas, dan air) angka
produktivitas mencapai Rp 54,94 juta per orang. Di sektor perdagangan besar,
perdagangan eceran, rumah makan dan hotel mencapai nilai Rp 4,21 juta per orang,
dan merupakan urutan kedua erendah setelah pertanian. Angka produktivitas tersebut
mengandung arti bahwa sektor pertanian saat ini dalam kondisi yang sudah jenuh
terhadap kesempatan kerja.
Rendahnya produktivitas tenaga kerja pertanian tersebut terkait dengan
kondisi umur, tingkat pendidikan, curahan jam kerja, dan luas garapan petani.
Sebaran tenaga kerja pertanian (di luar perikanan dan kehutanan berdasarkan
kelompok umur memperlihatkan bahwa, sebagian besar berada pada umur 25-44
tahun (46%), kemudian kelompok umur diatas 45 tahun (38%), dan kelompok umur
kurang dari 25 tahun (16%). Pada masa yang akan datang dikhawatirkan akan
kekurangan tenaga kerja pertanian. Trenaging agriculturesudah mulai terlihat pada
Page | 17
Page | 18
A .Pertanian Tropika
Sebagian besar daerah di Indonesia berada di dekat khatulistiwa, sepanjang tahun
mendapat sinar matahari.
Tipe iklim yg berbeda (tropis) akan menentukan jenis tanaman, hewan, perikanan,
danhutan di Indonesia.
Bentuk negara berkepulauan dan topografinya yangbergunung-gunung juga
menentukan corak pertaniannya.
Terletak di antara Benua Asia dan Australia serta antara lautan India dan Pasifik,
memberikan pengaruh pada suhu udara, arah angin dan perbedaan iklim di Indonesia,
sehingga menyebabkan Ciri pertanian Indonesia merupakan kelengkapan ciri-ciri
pertanian yang lain.
B. Pertanian dataran tinggi dan rendah
Indonesia merupakan daerah volkano (memiliki banyak gunung), sehingga
memungkinkan mempunyai daerah yang mempunyai ketinggian dan dataran rendah.
Dataran tinggi mempunyai iklim dingin, sehingga bisa ditanami tanaman beriklim
subtropis.
C. Pertanian iklim basah (Indonesia barat) dan pertanian iklim kering (Indonesia
timur)
Indonesia bagian barat yang (Sumatra, Kalimantan, Jawa, sebagian Sulawesi)
mempunyai iklim basah : banyak hujan, sedangkan bagian Indonesia lain terutama
Indonesia
bagian
timur
(NTB,
NTT,
Maluku)
iklimnya
kering.
D. Adanya hutan tropika dan padang rumput
Karena iklimnya basah dan berada di daerah tropika maka banyak hujan terbentuk
hutan tropika, sedangkan di daerah kering tumbuh padang rumput.
E. Perikanan darat dan laut.
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau, sehingga
daerahnya terdiri dari darat dan perairan. Keadaan ini memungkinkan terdapatnya
perikanan darat dan laut
3) Sawah lebak, yaitu sawah yang diusahakan di bantaran sungai besar saat
penghujan
4) Sawah bancah, yaitu sawah yang diusahakan di daerah pantai dekat muara sungai.
Sawah ini juga dinamakan sawah pasang surut.
Berdasarkan
lahannya
pertanian
dibedakan
menjadi
empat,
yaitu:
1.
Bersawah adalah usaha bercocok tanam yang dilakukan di sawah dengan jenis
tanaman
2.
Berladang adalah usaha bercocok di lahan kering, pada saat musim hujan dan
dilakukan dengan cara berpindah-pindah
3.
Bertegal, adalah usaha bercocok tanam di lahan kering dengan memanfaatkan
air hujan. Hasilnya jagung, kacang, ketela dll
4.
Berkebun, adalah usaha bercocok tanam yang dilakukan di sekitar rumah
(pekarangan)
3.4 Kondisi Umum Sektor Pertanian Tahun 2014-2015
1. Produksi pangan strategis meningkat tinggi
Sejak Oktober 2014 hingga kini Pemerintah fokus mewujudkan kedaulatan
pangan dengan mengembangkan pangan strategis, yaitu: padi, jagung, kedelai, cabai,
bawang merah, daging sapi, dan gula. Capaian kinerja produksi pangan 2015
meningkat signifikan. Produksi padi, jagung, dan kedelai meningkat sekaligus dalam
waktu bersamaan yang belum pernah terjadi selama ini dan berkontribusi terhadap
nilai tambah ekonomi Rp29,94 triliun. Data Angka Ramalan-I (ARAM-I) BPS
menunjukkan produksi padi tahun 2015 sebesar 75,55 juta ton GKG atau naik 4,70
juta ton (6,64%) dibandingkan Angka Tetap (ATAP) tahun 2014. Produksi jagung
20,67 juta ton pipilan kering atau naik 1,66 juta ton (8,72%) dan kedelai 998,87 ribu
ton biji kering atau naik 43,87 ribu ton biji kering (4,59%). Peningkatan produksi
padi 4,70 juta ton GKG mampu memberikan kontribusi ekonomi sekitar Rp24,28
triliun. Produksi padi ini merupakan produksi tertinggi selama sepuluh tahun terakhir.
Peningkatan produksi bersumber dari peningkatan produktivitas 52,80 ku/ha atau
naik 1,45 ku/ha (2,82%) dan luas panen 512 ribu ha (3,71%).
Kinerja luas tambah tanam padi Januari-Agustus 2015 sebesar 645.210 ha
dibandingkan 2014. Provinsi dengan luas tambah tanam padi tertinggi berturut-turut
JawaTimur 127.683 ha, Sulawesi Selatan 107.308 ha, Sumatera Selatan 85.293 ha,
Jawa Tengah 78.409 ha, dan Lampung 73.727 ha. Produksi padi ini setara dengan
beras 43,3 juta ton dan bila dihitung kebutuhan konsumsi beras 33,3 juta ton, maka
neraca beras mencapai surplus 9,96 juta ton yang tersebar di pedagang, gudang
penggilingan, dan di masyarakat. Peningkatan produksi terjadi juga pada komoditi
jagung. Produksi jagung yang tinggi terjadi karena produktivitas 51,70 ku/ha atau
naik 2,16 ku/ha (4,36%) dan luas panen meningkat 160 ribu ha (4,18%),
dibandingkan 2014. Peningkatan produksi jagung 1,66 juta ton ini memberi nilai
tambah ekonomi Rp5,31 triliun merupakan produksi tertinggi selama lima tahun.
Implikasi kebijakan dan realisasi fisik kegiatan turut memberi kontribusi pada
produksi pangan. Realisasi kegiatan tahun 2015 meliputi: (1) membangun/rehab
Page | 21
jaringan irigasi tersier; optimasi lahan dan jalan usaha tani realisasi 2,08 juta ha
(57,1%) dari target; (2) menyalurkan subsidi pupuk 6,38 juta ton (66,8 %); (3)
menyalurkan benih padi, jagung dan kedelai total 1,56 juta ton (43,4 %); serta (4)
menyalurkan 48.102 unit alat dan mesin pertanian (77,3 %). Seluruh kegiatan
diselesaikan 100 persen sebelum akhir tahun 2015.
Kondisi kekeringan tahun 2015 lebih kuat dari tahun 1997. Pada tahun 1998
Indonesia melakukan impor beras sebanyak 7,1 juta ton. Berkat antisipasi dini dan
penanganan kekeringan secara masif, maka selama setahun kabinet kerja 2014-2015
tidak ada impor beras. Antisipasi dini dan penanganan kekeringan/El-Nino dilakukan
sejak Oktober tahun 2014 dengan mendistribusikan 21.953 unit pompa air,
rehabilitasi irigasi tersier, membangun 2.000 sumur dangkal di Kabupaten Timor
Tengah Selatan dan Kabupaten Grobogan, membangun 100 unit embung dan damparit, bekerjasama dengan BNPB melakukan hujan buatan, memberikan asuransi
usaha tani untuk 1,0 juta ha. Hasilnya adalah penyelamatan dari ancaman puso sejak
Oktober 2014 hingga September 2015 sebesar 114.707 ha dan telah disiapkan
bantuan benih dan pupuk 105 ribu ha sebagai kompensasi bagi petani terkena puso.
Dalam rangka melindungi petani dari risiko usaha tani akibat banjir, kekeringan,
serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), maka telah diluncurkan asuransi
pertanian khususnya padi dengan target 2015 seluas 1,0 juta ha, sehingga bila terjadi
kegagalan panen, petani mendapat klaim ganti rugi Rp6 juta/ha.
2. Pengendalian impor pangan dan menghemat devisa Rp52 triliun
Kebijakan pengendalian rekomendasi impor dan mendorong ekspor pada tahun 2015
telah menunjukkan hasil. Pada tahun 2014 terdapat impor beras medium, berkat
pengendalian impor, maka sejak Januari 2015 tidak ada impor beras medium
sehingga telah menghemat devisa US$ 374 juta. Produksi jagung tahun 2015 yang
naik 8,72% diikuti dengan peningkatan ekspor Jagung terutama dari pelabuhan di
Sumbawa dan Gorontalo sehingga memperoleh devisa US$102 juta dan pada sisi lain
juga mengendalikan impor jagung,sehingga menghemat devisa US$483 juta.
Demikian pula pengendalian terhadap impor cabai, bawang merah, dan gula putih
serta terobosan ekspor kacang hijau dari Gresik ke Filipina, bawang merah dari Bima,
dan telur tetas ke Myanmar telah meningkatkan devisa.
Transplanter, Combine Harvester, Dryer, Power Thresher, Corn Sheller, Rice Milling
Unit (RMU), traktor, dan pompa air. Mekanisasi ini menghemat biaya produksi 30%
dan menurunkan susut panen 10%. Mekanisasi mampu menghemat biaya olah tanah,
biaya tanam, dan biaya panen sebesar Rp2,2 juta/ha dari pola manual Rp7,3 juta/ha.
Dengan demikian total biaya produksi menjadi Rp5,1 juta/ha.
Mekanisasi tidak hanya dilakukan untuk mengolah tanah, namun juga untuk
menanam padi dengan menggunakan rice transplanter. Dengan adanya mekanisasi
secara besarbesaran, maka dapat dikatakan tahun 2015 sebagai tahun dimulainya
Modernisasi Pertanian. Intinya modernisasi membuat usaha pertanian lebih efisien,
produktif, berdaya saing, pendapatan tinggi, dan meningkatkan nilai tambah.
4. Tahun 2015 ditandai mulai bangkitnya investasi di sektor pertanian
Sektor pertanian memberikan peluang usaha dan nilai tambah yang tinggi bagi
pelakunya. Komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi seperti: kelapa sawit, karet,
kakao, tebu, sapi, jagung dan lainnya sangat potensial dikembangkan di Luar Jawa.
Usaha pro-aktif meningkatkan investasi telah menunjukkan hasil. Investasi yang
sudah berjalan didominasi subsektor perkebunan terutama kelapa sawit, karet, kopi,
tebu, teh dan sebagian komoditas pada subsektor peternakan dan hortikultura.
Kesejahteraan petani Indonesia di tahun 2016 mengalami peningkatan.
Peningkatan ini disebabkan beberapa kebijakan yang telah dilakukan pemerintah
antara lain membenahi regulasi, pembatasan impor, perbaikan infrastruktur dan
pengendalian pasar. Untuk permasalahan bantuan pengadaan alat, Kementerian
Pertanian telah membuat regulasi Penunjukan Langsung, berbeda dengan kebijakan
terdahulu yang menggunakan tender yang dapat memakan banyak waktu lama.
Ketahanan pangan dan meminta ketegasan hukum dalam memberantas kartel sangat
penting. Kesalahan yang fatal selama tujuh tahun di Indonesia yang masih
menggunakan tender.
Page | 23
Berdasarkan data BPS, 29 juta jiwa penduduk indonesia masih berada di bawah garis
kemiskinan dimana 18 juta jiwa tersebut berada di pedesaan. Selain itu, Nilai Tukar
Petani sekitar 100-105 sejak 2010, dibandingkan dengan target batas bawah RPJMN,
yaitu 115-120. Hal ini menunjukkan petani (nelayan, peternak, perkebun) Indonesia
belum sejahtera. Penyebab lemahnya NTP dapat dilihat dari IT atau IB. Dari segi IT,
sulitnya diversifikasi konsumsi pangan karena budaya masyarakat Indonesia yang
makan nasi/kebutuhan pokok tertentu yang sulit berubah atau dengan kata lain,
ketergantungan konsumsi pangan masih tinggi. Dari segi IB, keterlambatan bantuan
input usaha pertanian seperti benih dan pupuk sering terjadi. Biasanya anggaran
belum bisa dicairkan dengan mudah pada awal-awal tahun, padahal petani harus
segera memulai penanaman di awal tahun.
Petani tetap hidup miskin karena petani tidak punya hak untuk menetapkan kebijakan
pertanian pada semua level. Asosiasi pertanian yang ada di Indonesia tidak memihak
petani. Di India sudah diberlakukan Farmer Jury. Ini berdampak pada gerakan
kedaulatan pangan di India. Dengan 1,2 miliar penduduk masih bisa ekspor 4,5 juta
ton beras, 2,2 juta ton jagung, dan 4,2 juta ton tepung kedelai tahun 2011. 8
Bandingkan dengan Indonesia yang penduduknya hanya 240 juta tapi banyak impor
berbagai komoditas.
2. Ketergantungan impor
Impor tanaman pangan menempati 74% dari total impor yang dilakukan pemerintah.
Sedangkan impor peternakan, holtikultura, dan perkebunan sebesar 8 9%. Pada
Desember 2013, ekspor perkebunan meliputi minyak sawit, kelapa, karet dan gula
tebu sebesar 96%. Namun produk perkebunan yang diekspor merupakan bahan
mentah dan sebagian impor merupakan bahan jadi. Impor dilakukan sebagian besar
untuk konsumsi, bukan untuk proses produksi. Hal ini menunjukkan sangat
tergantungnya pemenuhan konsumsi domestik terhadap impor.
3. Banyak usia produktif meninggalkan pertanian
Page | 24
Grafik berikut menunjukkan penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian dari
2003 ke 2013. Hal ini dapat disimpulkan bahwa usia produktif di Indonesia
berkurang, mereka lebih tertarik bekerja pada non pertanian dikarenakan kurangnya
dukungan pemerintah pada sektor pertanian. jika sektor pertanian menjadi kurang
menarik bagi usia produktif, maka 10 tahun lagi, sektor pertanian Indonesia makin
terpuruk.
4. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia
Luas kepemilikan lahan yang dimiliki oleh petani di Indonesia rata-rata kecil
mengingat harga tanah yang semakin mahal sedangkan kemampuan para petani untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah minim ditambah harus membeli lahan
yang harganya semakin melonjak. Yang memungkinkan hanya bisa menggarap lahan
milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua.
Semakin sempitnya lahan untuk bertani karena penyebaran pembangunan gedunggedung industry yang bertambah jumlahnya disetiap lokasi. Hal ini tentunya dapat
mengurangi wilayah para petani untuk bercocok tanam. Sedangkan kebutuhan
manusia akan pangan semakin meningkat tidak diimbangi oleh ketersediaan lahan
dan
pembangunan
gedung-gedung
industry
yang
tidak
terencana
tanpa
Page | 26
Page | 27
prasarana fisik maupun social ekonomi. Kebijakan structural ini hanya dapat
terlaksana dengan kerjasama yang erat dari beberapa lembaga pemerintah.
Perubahan struktur yang dimaksud disini tidak mudah mencapinya dan biasanya
memakan waktu yang lama. Hal ini disebabkan karena sifat fisik usaha tani yang
tidak saja merupakan unit usaha ekonomi tetapi juga merupakan bagian
kehidupan petani denga segala aspeknya. Oleh sebab itu tindakan ekonomi saja
tidak akan mampu mendorong perubahan struktur dalam sector pertanian sebagai
mana dapat dilaksanakan dengan penyuluhan-penyuluhan yang intensif adalah
merupakan pula satu contoh dari kebijakan ini.
3. Menyediakan lahan pertanian yang tepat, hal ini dilakukan untuk meningkatkan
hasil produksi pertanian dalam negeri. Karena seperti yang diketahui, lahan
pertanian saat ini sangatlah sempit. Ini terjadi karena banyaknya perumahan dan
gedung-gedung pembelajaan menggunakan lahan pertanian yang ada. Maka dari
itu, pemerintah sebaiknya menyediakan lahan pertanian yang sesuai dan strategis.
Dengan tujuan untuk meningkatkan hasil produksi, sehingga kedepannya dapat
mengekspor hasil pertanian ke luar negeri.
4. Melakukan penyuluhan kepada petani, hal ini dimaksudkan agar petani dapat
memahami secara jelas tentang cara bercocok tanam yang baik. Karena sebagian
petani pada umumnya kurang memahami dalam hal menggunakan pupuk
tanaman dan obat pembasmi serangga (pestisida). Bila para petani kurang
memahami hal itu, maka akan ditakutkan akan terjadi perusakan ekosistem yang
berada disekitarnya. Oleh karena, sebaiknya para petani diberikan penyuluhan
khusus dalam hal bercocok tanam. Ini bertujuan agar hasil produksi yang
dihasilkan dapat memiliki nilai yang berkualitas tinggi.
Kebijakan dan program pangan dari masing-masing instansi harus dipersatukan
menjadi kebijakan dan program nasional yang sistematis, konsisten dan terpadu.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah melalui :
1. Intervensi pasar
a. Menetapkan harga minimum untuk hasil produksi pertanian dalam negeri
untuk menjamin kestabilan harga jual komoditas pertanian.
Page | 28
pendapatan
rumah
tangga
pedesaan
dan
sekaligus
Page | 29
Page | 30
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam
struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang
tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan
bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang
menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak
terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Meski
demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga
kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.
Page | 31
Banyak hal yang harus kita lakukan dalam mengembangkan pertanian pada
masa yang akan datang. Kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan
utama yang menjadi prioritas dalam melakukan program apapun. Tentu hal itu tidak
boleh hanya menguntungkan satu golongan saja namun diarahkan untuk mencapai
pondasi yang kuat pada pembangunan nasional. Pembangunan adalah penciptaan
sistem dan tata nilai yang lebih baik hingga terjadi keadilan dan tingkat kesejahteraan
yang tinggi. Pembangunan pertanian harus mengantisipasi tantangan demokratisasi
dan globalisasi untuk dapat menciptakan sistem yang adil. Selain itu harus diarahkan
untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, khususnya petani melalui
pembangunan sistem pertanian dan usaha pertanian yang kuat dan mapan. Dimana
Sistem tersebut harus dapat berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan
desentralistik.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Arsyad, Lincolin. 1997. Edisi Ketiga: EKONOMI PEMBANGUNAN. Yogyakarta:
Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Hlm. 303-324.
Yuwono, Triwibowo. dkk. 2011. Pembangunan PERTANIAN: Membangun
Kedaulatan Pangan. Yogyakarta: GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
Hlm. 405-406.
Page | 32
Michael
&
Stephen.
2006.
Pembangunan
Ekonomi
Edisi
Kesembilan.
Jakarta:Erlangga.
INTERNET
Ismpi, Bpp, 2009. Kondisi Pertanian Indonesia saat ini Berdasarkan Pandangan
Mahasiswa Pertanian Indonesia. Diakses pada tanggal 17 oktober 2016,
Fakultas Ekonomika dan Bisnis. 2016. Financial Market Update. Universitas Gadjah
Mada.diakses pada tanggal 17 oktober 2016
Kementerian Pertanian. 2015. Kinerja Satu Tahun Kementerian Pertanian. [online].
Diakses pada tanggal 17 oktober 2016
Kementrian pertanian. 2015. Resntra 2015-2019. [online]
Diakses pada tanggal 22 oktober 2016
Page | 33