Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurunnya

kontribusi

sektor

pertanian

terhadap

struktur

perekonomian nasional tidak terlepas dari adanya beberapa titik lemah


dalam kebijakan dan implementasi yang berkaitan dengan pembangunan
ekonomi (termasuk pertanian). Pemerintah telah melakukan berbagai
pendekatan pembangunan sektor pertanian seperti pembangunan pertanian
terpadu,

pembangunan

pertanian

berwawasan

lingkungan,

dan

pembangunan pertanian berwawasan agroindustri, namun upaya tersebut


sampai saat ini belum menghasilkan pencapaian yang menggembirakan.
Menempatkan

pembangunan

pertanian

sebagai

penggerak

utama

pembangunan ekonomi nasional (agricultural-led development) dengan


segala tantangan yang harus dihadapi baik yang sifatnya internal maupun
eksternal diharapkan mampu memecahkan persoalan ekonomi melalui
pertumbuhan ekonomi dengan perluasan kesempatan kerja dan berusaha,
peningkatan devisa, pemerataan, percepatan pembangunan ekonomi
daerah, membangun ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan hidup.
Sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang mempengaruhi corak
berpikir petani, konsumen dan pelaku pembangunan pertanian yang lain,
maka konsep klasik Mosher perlu disesuaikan, termasuk didalamnya
reorientasi peran pemerintah.
Pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang
sangat penting dalam perekonomian bangsa. Sektor pertanian telah
berperan dalam pembentukan PDB, perolehan devisa, penyediaan pangan
dan bahan baku industri, penciptaan kesempatan kerja, dan peningkatan
pendapatan masyarakat. Sektor pertanian mempunyai efek pengganda
(multiplier effect) yang besar melalui peningkatan inputoutput-outcome
antar industri, konsumsi dan investasi. Hal ini terjadi secara nasional

maupun regional karena keunggulan komparatif sebagian besar wilayah


Indonesia adalah di sektor pertanian (Departemen Pertanian, 2005).
Dalam operasionalnya pelaksanaan pembangunan pertanian di
tingkat petani umumnya masih bersifat parsial (per subsektor), sehingga
petani sebagai pelaku usaha tani dikelompokkan menjadi petani tanaman
pangan, hortikultura, ikan, ternak, dan perkebunan. Hal tersebut membawa
dampak negatif terutama bagi para petani yang hanya memiliki atau
menggarap lahan usaha sempit karena tidak dapat memanfaatkan aset yang
dimilikinya secara optimal. Lahan sawah masih dipandang sebagai media
untuk memproduksi bahan pangan berupa padi dan palawija saja. Padahal
melalui pemanfaatan teknologi tepat guna, lahan sawah selain dapat
Universitas Sumatera Utara dimanfaatkan untuk usaha tani tunggal (single
community approach) juga dapat dimanfaatkan untuk usaha tani terpadu
(integrated communities farming system approach).
Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari
berbagai macam masalah yang dihadapi, masalah pertama yaitu penurunan
kualitas dan kuantitas sumber daya lahan pertanian. Dari segi kualitas,
faktanya lahan dan pertanian kita sudah mengalami degradasi yang luar
biasa, dari sisi kesuburannya akibat dari pemakaian pupuk an-organik.
Berbagai hasil riset mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan
pertanian intensif di Indonesia, terutama di Pulau Jawa telah menurun
produktivitasnya, dan mengalami degradasi lahan terutama akibat
rendahnya kandungan C-organik dalam tanah yaitu kecil dari 2 persen.
Masalah kedua yang dialami saat ini adalah terbatasnya aspek
ketersediaan infrastruktur penunjang pertanian yang juga penting namun
minim ialah pembangunan dan pengembangan waduk. Selanjutnya,
masalah ketiga adalah adanya kelemahan dalam sistem alih teknologi. Ciri
utama pertanian modern adalah produktivitas, efisiensi, mutu dan
kontinuitas pasokan yang terus menerus harus selalu meningkat dan

terpelihara. Produk-produk pertanian kita baik komoditi tanaman pangan


(hortikultura), perikanan, perkebunan dan peternakan harus menghadapi
pasar dunia yang telah dikemas dengan kualitas tinggi dan memiliki
standar tertentu. Tentu saja produk dengan mutu tinggi tersebut dihasilkan
melalui suatu proses yang menggunakan muatan teknologi standar.
Hal lainnya sebagai masalah keempat, muncul dari terbatasnya
akses layanan usaha terutama di permodalan. Yang terakhir menyangkut,
masalah kelima adalah masih panjangnya mata rantai tataniaga pertanian,
sehingga menyebabkan petani tidak dapat menikmati harga yang lebih
baik, karena pedagang telah mengambil untung terlalu besar dari hasil
penjualan.
Untuk memulihkan pertanian di Indonesia perlu peningkatan
perhatian terhadap bidang pertanian yang dirumuskan dalam suatu
kebijakan pembangunan negara berbasis pertanian yang strategis dan
berjangka panjang dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
Indonesia. Kebijakan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah,
sedang dan akan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan
tertentu. Adapun tujuan umum kebijakan pertanian kita adalah memajukan
pertanian, mengusahakan agar pertanian menjadi lebih produktif, produksi
dan efisiensi produksi naik dan akibatnya tingkat penghidupan dan
kesejahteraan petani meningkat. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini,
pemerintah baik di pusat maupun di daerah mengeluarkan peraturanperaturan tertentu; ada yang berbentuk Undang-undang, Peraturanperaturan Pemerintah, Kepres, Kepmen, keputusan Gubernur dan lain-lain.

B. Tujuan

1. Memahami arti pentingnya pembangunan pertanian bagi Indonesia baik dalam


Meningkatkan kesejahteraan Masyarakat maupun kemajuan ekonomi Indonesia .
2. Memahami

Teori-teori

Pembangunan

Pembangunan Pertanian

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian

yang

mempengaruhi

Pembangunan Pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk


selau menambah produksi prtanian untuk menambah produksi pertanian
untuk tiap-tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan
produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill
untuk memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam perkembangan
tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pembangunan pertanian diartikan sebagai
rangkaian

berbagai

upaya

untuk

meningkatkan

pendapatan

petani,

menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan


ketahanan

pangan

dan

mendorong

pertumbuhan

ekonomi

wilayah.

Pemerintah melaksanakan perannya sebagai stimulator dan fasilitator yang


mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi dan sosial para petani agar
memberikan manfaat bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraannya.
Keseluruhan hal tersebut dilakukan dengan cara-cara pendekatan
yang ramah lingkungan sehingga tidak mengurangi kapasitas produktif jangka
panjang dari basis sumber daya pertanian yang kita miliki.
Menurut Mosher (1987), Pembangunan pertanian dapat berjalan
dengan adanya lima syarat pokok, namun percepatan pembangunan pertanian
diperlukan dukungan faktor-faktor pelancar yang berhubungan dengan
geraknya sumber daya manusia dan pendayagunaan sumber daya alam secara
optimal agar mencapai produktivitas yang tinggi serta mencapai tujuan
pembangunan secara jelas dan terfokus.

Definisi pembangunan pertanian yang dikemukan oleh Schultink,


Pembangunan pertanian merupakan upaya-upaya pengelolaan sumber daya
alam untuk memastikan kapasitas produksi pertanian jangka panjang dan
meningkatkan kesejahteraan petani melalui pilihan-pilihan pendekatan yang
ramah terhadap lingkungan.Dalam konteks Indonesia, definisi pembangunan
pertanian adalah upaya-upaya yang diarahkan untuk meningkatkan :

1. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur pertanian dan perdesaan.


2. Mencapai struktur kepemilikan lahan pertanian yang lebih baik dan lebih
adil.
3. Menciptakan ketahanan pangan dan ketahanan energi.
4. Meningkatkan kesejahteraan petani, masyarakat perdesaan dan masyarakat
keseluruhan.
5. Mengurangi desparitas kesejahteraan masyarakat perdesaan

dan

perkotaan.
Pembangunan adalah kelanjutan dan peningkatan. Jika terdapat
pandangan bahwa pembangunan ekonomi itu suatu proses untuk merubah
suatu perekonomian dari yang menghasilkan barang-barang pertanian
menjadi menghasilkan barang-barang industri dan jasa, maka akan terjadi
banyak penafsiran yang salah terhadap teori tahapan pertumbuhan yang
dikemukakan Rostow (1960). Memahami kritik-kritik yang dikemukakan
sehubungan dengan teori pertumbuhan Rostow maka negara Indonesia
dengan jumlah penduduk sekitar 220 jutaan paling tidak, harus tetap dapat
berswasembada pangan untuk memenuhi konsumsi penduduknya. Sekarang
tinggal bagaimana merencanakan dan melaksanakan pembangunan pertanian
yang berkualitas.
Pembangunan Pertanian menurut M. Dawam Rahardjo, pengamat
dan peneliti sosial, Rektor Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi.
Menurutnya, pembangunan pertanian diletakkan pada skala prioritas teratas.
Pertanian telah dijadikan dasar pembangunan nasional yang menyeluruh.
Disadari bahwa perkembangan pertanian merupakan prasyarat industrialisasi
yang akan menjadi tulang punggung perekonomian nasional yang tangguh.
Konsep ini mengakhiri perdebatan dan kontroversi pandangan tentang strategi
pembangunan dan pemikiran mengenai strategi pembangunan di negaranegara yang sedang berkembang.
Pembangunan pertanian menurut (Lynn, 2003) adalah bagian utuh
dari

pembangunan.

Industri

harus

menyediakan

barang

untuk

petani. Lapangan kerja non pertanian perlu untuk mempertahankan keluarga

di daerah pedesaan. Produksi pangan harus konsisten dengan selera


konsumen.
Teori-teori pembangunan adalah teori yang usianya masih cukup
mudah. Teori ini muncul sebagai imbas berbagai masalah pembangunan yang
dihadapi negara Dunia Ketiga yang dikenal dengan kelompok negara
berkembang atau terbelakang. Faktor-faktor yang melatar belakangi
terjadinya kemiskinan di negara Dunia Ketiga salah satunya adalah negara
Dunia Ketiga dalam proses pembangunannya banyak melakukan kontak
dengan negara maju (negara Barat). Akibatnya banyak ilmuwan sosial yang
berpendapat mengenai mengapa negara Dunia Ketiga tidak mampu
menandingi kekuatan Barat, misalnya kemajuan ekonomi, teknologi, dan ilmu
pengetahuan. Sehingga muncullah teori-teori mengenai pembangunan
diantaranya teori mainstream, teori dependensia, dan teori sistem dunia. Akan
tetapi, dimakalah ini saya akan menjelaskan mengenai teori-toeri mainstream
dan teori dependensia serta teori sistem dunia .
B. Tujuan dan Upaya Pembangunan Pertanian
Tujuan Pembangunan Pertanian :
1. Meningkatkan Produksi pangan menuju swasembada karbohidrat non
terigu, sekaligus meningkatkan gizi masyarakat melalui
penyediaan protein, lemak, vitamin, dan mineral.
2. Memperluas lapangan kerja disektor pertanian dalam rangka perataan
pendapatan.
3. Meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi impor hasil pertanian.
4. Meningkatkan dukungan yang kuat terhadap pembangunan industri untuk
menghasilkan barang jadi atau setengah jadi.

5. Memanfaatkan dan memelihara kelestarian sumber alam, serta memilihara


dan memperbaiki lingkungan hidup.
6. Meningkatkan pertumbuhan pembangunan pedesaan secara terpadu dan
serasi dalam kerangka pembangunan daerah. Tujuan akhir dari
pembangunan semesta ini adalah terciptanya masyarakat yang adil,
makmur, baik material maupun spiritual yang diridhoi oleh Tuhan Yang
Maha Esa, maka dari itu pembangunan pertanian yang merupakan bagian
dari pembangunan ekonomi harus selau diarahkan agar dapat tercapainya
tujuan akhir tersebut.
Upaya Pembangunan pertanian, yaitu :
1. Tetap menjaga dan memperhatikan prinsip keunggulan komparatif
sehingga produk pertanian mampu berkompetisi.
2. Terus meningkatkan keterampilan petani (masyarakat tani) sehingga
mampu meningkatkan produktivitas pertanian.
3. Terus mengupayakan sarana produksi yang mencukupi setiap saat
diperlukan dengan tingkat harga yang terjangkau;
4. Menyediakan dan meningkatkan fasilitas kredit bagi petani guna proses
produksinya;
5. Penyediaan infrastruktur dan institusi/kelembagaan yang dapat
meningkatkan nilai tambah hasil produksi pertanian.

C. Syarat Pembangunan Pertanian


Pada dasarnya keberhasilan suatu pembangunan pertanian diperlukan
beberapa syarat atau pra kondisi yang untuk tiap negara atau daerah sangat
bervariasi. Pra kondisi itu meliputi bidang-bidang teknis, ekonomi, sosial
budaya dan lain sebagainnya. Di Jepang pra-kondisi sebagaian besar berasal
dari sektor pertanian sendiri berupa dana yang digunakan untuk
mengembangkan sektor industri, tetapi sektor industri secara simultan
memproduksi sarana- sarana produksi serta alat-alat untuk meningkatkan

produksi pertanian. Petani sangat tertarik untuk menerapkan teknologi baru


karena dapat meningkatkan produksi pertanian. Begitu juga produksi hasil
pertanian mendapat pasar yang cukup baik di perkotaan. Disisi lain
pemerintah juga melakukan perbaikan sarana dan prasarana pertanian seperti
pembangunan irigasi, jalan dan penyuluhan pertanian kepada petani mengenai
berbagai penemuan teknologi baru. A.T. Mosher dalam bukunya yang
berjudul Getting Agriculture Moving, (1965) yang telah diterjemahkan
menganalisis syarat-sayarat pembangunan pertanian di banyak negara dan
mengolongkannya menjadi syarat mutlak dan sayarat pelancar pembangunan
pertanian. Dalam pembangunan pertanian ada lima syarat yang tidak boleh
tidak harus ada untuk adanya pembangunan pertanian. Jika satu syarat
tersebut tidak ada maka terhentilah pembangunan pertanian atau pertanian
dapat berjalan terus tetapi statis. Syarat mutlak pembangunan pertanian
menurut Mosher tersebut adalah:
1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usahatani
2. Teknologi tanaman bisa berkembang
3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.
4. Adanya perangsang produksi bagi petani
5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontony.
Disamping sayarat mutak tadi ada lima macam syarat pelancar yang
adanya tidak mutlak tetapi kalau ada benar-benar akan sangat memperlancar
pembangunan pertanian. Syarat pelancara pembangunan pertanian tersebut
adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Pendidikan pembangunan pertanian


Kredit produksi usahatani
Kegiatan gotong royong petani
Perbaikan dan perluasan lahan pertanian
Perencanaan nasional dari pembangunan pertanian.
Syarat-syarat tersebut secara bersama-sama dapat membantu menciptakan

iklim yang merangsang usaha-usaha pembangunan pertanian.


D. Teori-teori Pembangunan Pertanian
a. Teori Madernisasi
9

1) Sejarah Teori Modernisasi


Teori mainstream merupakan teori modernisasi. Teori modernisasi
lahir pada abad ke-20, sekitar tahun 1950-an di Amerika Serikat,
sebagai reaksi atas terjadinya pertentangan dua ideologi yang
berkembang pada saat itu, dan merupakan renspon kaum intelektual
terhadap Perang Dunia yang begi penganut evolusi dianggap sebagai
jalan aptimis menuju perubahan. Modernisasi menjadi penemuan teori
yang penting dari pernjalanan kapitalisme yang penjang dibawah
kepemimpinan Amerika Serikat. Teori ini lahir dalam suasana ketika
dunia memasuki perang dingin antara Negara-negara komunis
dibawah pimpinan Negara Sosialis Uni Sovyet Rusia (USSR). Perang
dingin merupakan bentuk peperangan ideology dan teori antara
kapitalisme dan sosialisme. Sementara itu gerakan sosialisme Rusia
mulai mengembangkan pengaruhnya bukan hanya di Eropa Timur,
melainkan juga di negara-negara yang baru merdeka. Sehingga teori
modernisasi terlibat dalam peperangan ideology di dalam perang
dingin.
Teori modernisasi dan pembagunan yang pada dasarnya merupakan
sebuah gagasan tentang perubahan sosial dalam perjalannya telah menjadi
sebuah ideologi. Perkembangan ini adalah akibat dari dukungan dana dan
politik yang luar biasa besarnya dari pemerintah dan organisasi maupun
perusahaan swasta di Amerika Serikat serta Negara-negara liberal lainnya.
Sehingga menjadikan modernisasi dan pembangunan sebagai suatu
gerakan ilmuwan yang antar disiplin ilmu-ilmu sosial yang memfokuskan
kajian terhadap perubahan sosial di Dunia Ketiga sangat berpengaruh.
Modernisasi sebagai gerakan sosial sesungguhnya bersipat revolusioner
(perubahan cepat dari tradisi ke modern). Selain itu modernisasi juga
berwatak kompleks (melalui banyak cara dan disiplin ilmu), sistematik,
menjadi gerakan global yang akan mempengaruhi semua manusia, melalui
proses yang bertahap untuk munuju suatu homogenisasi (convergency) dan
bersipat progesif. Teori modernisasi digunakan dikalangan interdisipin,

10

sehingga lahirlah aliran modernisasi dalam sosilogi, fsikologi, pendidikan,


ekonomi, antopologi, dan bahkan agama.
Modernisasi pertanian merupakan suatu upaya dalam menghadapi
tantangan jaman yang semakin kompleks dengan berbagai permasalahan
pertanian.Pada awalnya pertanian hanya mengandalkan keadaan alam saja
tanpa melakukan suatu inovasi untuk meningkatkan produktivitas.Namun
sejalan dengan menurunya kemampuan lahan pertanian dalam memenuhi
kebutuhan sementara jumlah penduduk yang semakin meningkat yang
menyebabkan kebutuhan akan pangan pun meningkat di samping
terjadinya penyempitan lahan pertanian dengan adanya alih fungsi
lahan.Oleh karena itu, manusia mulai berfikir formula-formula yang tepat
guna dalam upaya peningkatan produktivitas pertanian.
Pemerintah dalam hal ini pihak yang mempunyai otoritas untuk
mengmbil suatu kebijakan tanpa adanya analisis dampak yang akan
terjadi dalam melakukan suatu perubahan system pertanian yang
mengarah pada modernisasi pertanian.Kenyataan di lapangan penggunaan
teknologi dan bibit unggul dapat memberikan dampak positif bagi
sebagian petani yang dapat menjangkau teknologi dan bibit unggul
tersebut.Namun di sisi lain dengan adanya teknologi dan bibit unggul
tersebut memberikan pengaruh negatif terhadap kehidupan petani
terutama pelaku buruh tani yang mata pencahariannya bergantung pada
pihak lain yang membutuhkan jasanya.Tetapi dengan adanya teknologi
tersebut mata pencaharian buruh tani dapat terancam.Misalnya dalam
pengelolaan tanah 1 ha jika dengan buruh tani membutuhkan sekitar 14
orang dengan waktu beberapa hari tetapi adanya traktor cukup dengan
satu orang dan hanya membutuhkan waku kurang dari satu hari.Sehingga
penerapan teknologi bidang pertanian ini di satu sisi menguntungkan
petani di sisi lain dapat mengurangi lapang kerja yang tersedia dan
akhirnya menimbuilkan kesenjangan social yang sangat jauh antara yang
kaya dan miskin.

11

Solusinya penerapan pertanian yang berabasis teknologi yang


mengarah pada modernisasi pertanian perlu dilakukan secara menyeluruh
mulai dari pengelolaan lahan hingga menghasilkan suatu produk yang
siap dipasarkan.Dengan demikian, buruh tani yang perananya digantikan
dengan adanya teknologi traktor dan lainnya dapat dialihkan pada tahap
pengelolaan pasca panen atau bagian pemasaran sehingga dengan
penerapan modernisasi pertanian ini tidak lagi mengurangi lapangan kerja
namun dapat menciptakan lapangan kerja baru yang juga membantu para
petani dalam menyalurkan hasil buminya.Dengan demikian akan tercipta
suatu system produksi yang menghasilkan produk yang berkualitas
dengan memperhatikan kesejahteraan petani dan buruh tani sekitarnya.
Dalam pertanian moderen (spesialisasi), pengadaan pangan untuk
kebutuhan sendiri dan jumlah surplus yang bisa dijual, bukan lagi tujuan
pokok. Keuntungan komersial murni merupakan ukuran keberhasilan dan
hasil maksimum perhektar dari hasil upaya manusia (irigasi, pupuk,
pestisda, bibit unggul dan lain-lain) dan sumber daya alam merupakan
tujuan kegiatan pertanian. Dengan kata lain seluruh produksi diarahakan
untuk keperluan pasar. Kopnsep-konsep teori ekonomi seperti biaya tetap
dan biaya variabel, tabungan, invesatasi dan jumlah keuntungan,
kombinasi

faktor-fakor

yang

optimal,

kemungkinan-kemungkinan

produksi yang optimum, harga-harga pasar, semuanya itu merupakan halhal yang sangat penting baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Pertanian moderen (spesialisasi) bias berbeda-beda dalam ukuran
dan fungsinya. Mulai dari jenis pertanian buah-buahan dan sayur-sayuran
yang ditanam secara intensif, sampai kepada pertanian gandum dan
jagung yang sangat besar seperti dai Amerika Utara. Hampir semuanya
menggunakan peralatan mekanis yang sangat hemat tenaga kerja, mulai
dari jenis tarktor yang paling besar dan mesin-mesin panen yang
moderen. Keadaan atau gambaran umum dari semua pertanian moderen
adalah titik beratnya pada salah satu jenis tanaman tertentu,
menggunakan intensifikasi modal dan pada umumnya berproduksi

12

dengan teknologi yang hemat tenaga kerja memperhatiak skala ekonomis


(economic of scale) yaitu denga cara meminumkan biaya untuk
mendapatkan keuntungan tertentu. Untuk mencapai semua tujuan,
pertanian moderen praktis tidak berbeda dalam konsep atau operasinya
denga perusahan industri yang besar. Sistem pertanian moderen yang
demikian itu sekarang dikenal dengan agri-bisnis.
b. Teori Ketergantungan
Teori Ketergantungan merupakan analisis tandingan terhadap Teori
Modernisasi. Teori ini didasari fakta lambatnya pembangunan dan adanya
ketergantungan dari negara dunia ketiga, khususnya di Amerika Latin.
Teori ketergantungan memiliki saran yang radikal, karena teori ini berada
dalam paradigma neo-Marxis. Sikap radikal ini analog dengan perkiraan
Marx tentang akan adanya pemberontakan kaum buruh terhadap kaum
majikan dalam industri yang bersistem kapitalisme. Analisa Marxis
terhadap Teori Dependensi ini secara umum tampak hanya mengangkat
analisanya dari permasalahan tataran individual majikan-buruh ke tingkat
antar negara. Sehingga negara pusat dapat dianggap kelas majikan, dan
negara dunia ketiga sebagai buruhnya. Sebagaimana buruh, ia juga
menyarankan, negara pinggiran mestinya menuntut hubungan yang
seimbang dengan negara maju yang selama ini telah memperoleh surplus
lebih

banyak

(konsep

sosialisme).

Analisis

NeoMarxis

yang

digunakannya memiliki sudut pandang dari negara pinggiran. Asumsi


dasar teori ketergantungan ini menganggap ketergantungan sebagai gejala
yang sangat umum ditemui pada negara-negara dunia ketiga, disebabkan
faktor eksternal, lebih sebagai masalah ekonomi dan polarisasi regional
ekonomi global (Barat dan Non Barat, atau industri dan negara ketiga),
dan kondisi ketergantungan adalah anti pembangunan atau tak akan
pernah melahirkan pembangunan. Terbelakang adalah label untuk negara
dengan kondisi teknologi dan ekonomi yang rendah diukur dari sistem
kapitalis. Frank adalah penyebar pertama dependensi. Dalam Frank

13

(1984), terlihat bagaimana ia menyerang Rostow, karena menurutnya


Rostow mengabaikan sejarah (ahistoris). Karena itulah Rostow, yang
kapitalisme, telah mengabaikan kenyataan hancurnya struktur masyarakat
dunia ketiga. Frank mengumpamakan hubungan hubungan negara-negara
industri Barat dengan non-industri dunia ketiga sebagai rangkaian
hubungan dominasi dan eksploitasi antara metropolis dengan satelitsatelitnya, walaupun, menurut Roxborough (1986), Frank kurang
memberikan perhatian pada peranan struktur kelas di negara dunia ketiga
yang juga berperan dalam hubungan dominasi tersebut. Hal ini dikoreksi
Santos (1970) dengan saran bahwa ketergantungan tersebut tak dapat
diatasi tanpa perubahan kualitatif dalam hubungan struktur internal dan
eksternal. Selanjutnya Santos (1970) menyatakan, bahwa ada tiga bentuk
keterantungan, yaitu: ketergantungan kolonial, ketergantungan industri
keuangan, dan ketergantungan teknologi industri. Pada ketergantungan
kolonial, negara dominan, yang bekerja sama dengan elit negara
tergantung, memonopoli pemilikan tanah, pertambangan, tenaga kerja,
serta ekspor barang galian dan hasil bumi dari negara jajahan. Indonesia
telah mengalami kondisi seperti ini selama tiga abad lebih, yaitu ketika
pemerintahan kolonial Belanda bekerjasama dengan para bupati dan
kerajaan-kerajaan mengeruk hasil bumi, baik dengan program Tanam
Paksa maupun pajak tanah, sehingga para petani tetap tinggal dalam
kesengsaraan yang panjang. Sementara itu, jenis ketergantungan industri
keuangan yang lahir pada akhir abad 19, maka ekonomi negara tergantung
lebih terpusat pada ekspor bahan mentah dan produk pertanian. Ekspor
bahan mentah menyebabkan terkurasnya sumber daya negara, sementara
nilai tambah yang diperoleh kecil. Karena itulah, Indonesia misalnya
menerapkan kebijakan pelarangan ekspor kayu gelondongan pada sektor
kehutanan. Pada sektor pertanian, hal ini tampak dari himbauan agar
petani mengembangan agroindustri sehingga nilia tambah jatuh kepada
para petani itu sendiri. Sumbangan pemikiran Santos terhadap teori
dependensi sebenarnya berada pada bentuk ketergantungan teknologi

14

industri. Dampak dari ketergantungan ini terhadap dunia ketiga adalah


ketimpangan pembangunan, ketimpangan kekayaan, eksploitasi tenaga
kerja, serta terbatasnya perkembangan pasar domestik negara dunia ketiga
itu sendiri. Indonesia sampai saat ini masih bergantung kepada teknologi
dari negaranegara maju. Dalam bidang pertanian, kita masih lemah
misalnya dalam teknologi perbenihan dan sarana produksi (pestisida). Apa
yang terjadi sekarang, adalah karena dampak lanjutan dari imprealisme
yang kita alami dulu yang hidup bersama-sama dengan kapitalisme.
Menurut Roxborough (1986), teori imprealisme memberikan perhatian
utama pada ekspansi dan dominasi kekuatan imprealis. Imprealis yang
ada pada abad 20 pertama-tama melakukan ekspansi cara produksi
kapitalis ke dalam cara produksi kapitalis. Tujuan ekspansi tersebut ke
negara ketiga pada mulanya hanyalah untuk meluaskan pasar produknya
yang sudah jenuh dalam negeri sendiri, serta untuk pemenuhan bahan
baku. Namun, pada pekembangan lebih jauh, ekspansi kapitalis ini
adalaah berupa cara-cara produksi, sampai pada struktur ekonomi, dan
bahkan idelologi. Struktur ketergantungan secara bertingkat mulai dari
negara pusat sampai periperi dismpaikan oleh Galtung (1980).
Imprealisme ditandai satu jalur kuat antara pusat di pusat dengan pusat di
periperi (Cc-Cp). Ditambahkan Frank (1984), bahwa daerah desa yang
terbelakang akan menjadi penghalang untuk maju bagi negara
bersangkutan. Struktur kapitalisme juga dapat dikaitkan dengan Cardoso
(1982) tentang dependensi ekonomi. Ketergantungan ekonomi terjadi
melalui perbedaan produk dan kebijakan hutang yang menyebabkan
eksploitasi finansial. Roxborough sebagai tokoh dependensi, menjelaskan
bahwa pengaruh kapitalisme terhadap perubahan struktur sosial pedesaan
akan lebih baik bila menggunakan analisa kelas. Eksistensi kapitalisme
sangat terkait 7 dengan peran kelas. Penjelasan Lenin dalam Roxborough
(1986), tentang dua jalur penetrasi kapitalisme tersebut memberi hasil
yang hampir sama, yaitu diferensiasi yang menjurus ke arah polarisasi
pemilikan lahan dan ekonomi. Dari uraian di atas terlihat, bahwa negara

15

dunia ketiga berada dalam posisi tergantung kepada negara maju. Hal ini
terjadi terutama karena menerapkan sistem kapitalisme yang secara
teoritis memang memungkinkan terjadinya penghisapan dari satu negara
terhadap negara lain. Tidak bisa dipungkiri, Indonesia adalah negara
periperi yang sangat tergantung kepada negara-negara maju. Sebuah
ketergantungan yang multi dimensi secara ekonomi, teknologi, bahkan
dalam cara berpikir.
c. Teori Sistem Dunia
Teori Sistem Dunia masih bertolak dari Teori Dependensi, namun
menjelaskan lebih jauh dengan merubah unit analisisnya kepada sistem
dunia, sejarah kapitalisme dunia, serta spesifikasi sejarah lokal. Menurut
TSD, dunia ini cukup dipandang hanya sebagai satu sistem ekonomi saja,
yaitu sistem ekonomi kapitalis (Wallerstein, 1974). Negara-negara
sosialis, yang kemudian terbukti juga menerima modal kapitalisme dunia,
hanya dianggap satu unit saja dari tata ekonomi kapitalis dunia. Negara
sosialis yang kemudian menerima dan masuk ke dalam pasar kepitalis
dunia adalah China, khususnya ketika periode pengintegrasian kembali
(Penelitian So dan Cho dalam Suwarsono dan So, 1991). Teori ini yang
melakukan analisa dunia secara global, berkeyakinan bahwa tak ada
negara yang dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis yang mendunia.
Usaha menginterpretasikan perkembangan historis kapitalisme dilakukan
oleh Wallerstein dalam sejarah global dunia. Ia memandang kapitalisme
sebagai suatu sistem dunia yang mempunyai pembagian kerja yang
kompleks secara geoografis .
Sebagaimana Teori Dependensi, TSD membagi sistem ekonomi
kapitalis dunia menjadi pusat, semi pinggiran, dan pinggiran. Dari uraian
di atas terlihat bahwa kapitalisme yang pada awalnya hanyalah perubahan
cara produksi dari produksi untuk dipakai ke produksi untuk dijual, telah
merambah jauh jauh menjadi dibolehkannya pemilikan barang sebanyakbanyaknya,

bersama-sama

juga

mengembangkan

individualisme,

komersialisme, liberalisasi, dan pasar bebas. Kapitalisme tidak hanya


merubah cara-cara produksi atau sistem ekonomi saja, namun bahkan

16

memasuki segala aspek kehidupan dan pranata dalam kehidupan


masyarakat, dari hubungan antar negara, bahkan sampai ke tingkat antar
individu.

Sehingga

itulah,

kita

mengenal

tidak

hanya

perusahaanperusahaan kapitalis, tapi juga struktur masyarakat dan bentuk


negara.

Indonesia

sudah

merasakan

kapitalisme

dalam

bentuk

imprealisme Belanda terutama sejak abad ke 19. Ketika Indonesia


merdeka juga langsung berada dalam tekanan negara kapitalisme yang
sedang dalam prorgam memodernkan negara-negara berkembang, dengan
Amerika sebagai lokomotifnya. Akibatnya, kapitalisme juga merasuki
seluruh sisi kehidupan masyarakat Indonesia, meskipun bagaimana
deskripsi detailnya masih terdapat perdebatan. Dengan demikian, dapat
diperkirakan, bahwa bentuk dan dampak kapitalisme di Indnonesia juga
hampir sama juga secara garis besar, yaitu misalnya tumbuhnya kelas
pemodal dan kelas buruh, termasuk pada usaha-usaha pertanian.
Bersamaan dengan itu juga akan dapat ditemukan nilai-nilai komersial
dan individual di pedesaan. Pada bagian berikut, melalui kasus
permaslahan komoditas beras, akan dilihat bagaimana Indonesia
menerapkan

teori

modernisasi

didalamnya,

bagaimana

posisi

ketergantungan juga terjadi, dan juga ikut 8 dalam pasar global. Pasar
global secara tak langsung adalah bukti bahwa dunia adalah satu sistem
sebagaimana menurut TSD, yaitu sistem ekonomi kapitalis dunia. Dengan
mempelajari kasus beras sebagai entry point, kita dapat menganalisis
permasalahan sistem kepitalisme pada tingkat meso. Selanjutnya, untuk
mempelajari pengaruh kapitalisme pada tingkat mikro, karena sifat
pengaruhnya yang jauh dan mendalam, baik secara geografis maupun
berbagai aspek kehidupan; akan dilihat pengaruhnya sampai ke tingkat
desa, lapisan dalam masyarakat, dan bahkan individu dalam masyarakat
desa.

17

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses
perubahan

sosial.

Implementasinya

tidak

hanya

ditujukan

untuk

meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga


dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik
secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui
perbaikan (improvement), pertumbuhan (growth) dan perubahan (change).
Pentingnya peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu
negara juga dikemukakan oleh Meier (1995) sebagai berikut: (1) dengan
mensuplai makanan pokok dan bahan baku bagi sektor lain dalam
ekonomi yang berkembang, (2) dengan menyediakan surplus yang dapat
diinvestasikan dari tabungan dan pajak untuk mendukung investasi pada
sektor lain yang berkembang, (3) dengan membeli barang konsumsi dari
sektor lain, sehingga akan meningkatkan permintaan dari penduduk

18

perdesaan untuk produk dari sektor yang berkembang, dan (4) dengan
menghapuskan kendala devisa melalui penerimaan devisa dengan ekspor
atau dengan menabung devisa melalui substitusi impor
Teori Pembangunan adalah serangkaian teori yang digunakan
sebagai acuan untuk membangun sebuah masyarakat. Ide tentang
pentingnya perhatian terhadap teori pembangunan pada awalnya muncul
ketika adanya keinginan dari negara-negara maju untuk mengubah kondisi
masyarakat dunia ketiga yang baru merdeka yang menurut negara maju
masih miskin dan terbelakang. Ada tiga Teori Pembangunan antara lain;
Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan (Dependensi), dan Teori Sistem
Dunia (World System Theory)

19

Anda mungkin juga menyukai