Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH PERUBAHAN PARADIGMA PEMBANGUNAN

PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

Lilyani Tengady1
1
Agribisnis, Bahasa Indonesia, K
181510601094 (081313003897)

Abstrak
Pertanian merupakan kegiatan produksi yang berlandaskan proses pertumbuhan tumbuh-
tumbuhan dan hewan. Pertanian di Indonesia mengalami beberapa fase pertumbuhan yang
tiap fase memiliki kontribusinya masing-masing bagi Indonesia. Indonesia sendiri, sampai
saat ini memiliki paradigma tersendiri yang perlahan bergeser pada paradigma pertanian
berkelanjutan. Adanya pergeseran paradigma, menciptakan suatu pokok masalah yaitu,
bagaimana pengaruh pergeseran paradigma pembangunan pertanian terhadap
perekonomian Indonesia. Maka, didapatkan sebuah hasil bahwa pergeseran pembangunan
pertanian menuju pertanian organik dapat meningkatkan perekonomian negara.
Kata-kata Kunci: Pertanian, Pembangunan Pertanian, Paradigma Pembangunan
Pertanian, Pertanian berkelanjutan.

1
PENDAHULUAN
Pertanian merupakan kegiatan produksi yang berlandaskan proses pertumbuhan
tumbuh-tumbuhan dan hewan. Arti pertanian, dibagi menjadi dua yaitu pertanian dalam arti
sempit meliputi pertanian rakyat, dan pertanian dalam arti luas meliputi pertanian dalam arti
sempit, kehutanan, serta peternakan dan perikanan. Pertanian dapat diberi arti terbatas dan arti
luas. Arti terbatas pada pertanian adalah kegiatan mengolah tanaman dan lingkungan agar
menghasilkan suatu produk, sedangkan arti luas pertanian yaitu pengolahan tanaman, ternak,
dan ikan agar memberikan suatu produk (Soetriono dan Suwandari, 2016).
Sektor pertanian, memiliki beberapa subsektor yang secara khusus menangani
komoditas-komoditas pertanian tertentu. Beberapa subsektor pertanian tersebut adalah
pertanian rakyat, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Pertanian
rakyat merupakan pertanian yang berfokus pada pertanian sawah dengan komoditas unggulan
yaitu komoditas tanaman pangan. Perkebunan adalah subsektor pertanian yang berfokus
terhadap sayur-sayuran dan buah-buahan serta tanaman perkebunan. Hortikultura adalah
pertanian yang menangani segala sesuatu tanaman yang terkait dengan bunga-bunga serta
tanaman dataran tinggi. Kehutanan, membahas tentang pertanian hutan yang mayoritas
adalah pohon-pohonan. Perikanan, merupakan pertanian yang berfokus pada komoditas ikan
tawar, laut, dan pengembangbiakan ikan di tambak. Peternakan adalah pertanian yang
berfokus pada hewan-hewan peternakan yang dapat menghasilkan hasil pertanian berupa
pangan, seperti sapi, domba, dan sebagainya (Salikin, 2003: 51).
Pertanian memiliki peran penting dalam membangun sebuah negara. Negara
memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan serta penyuplai input bagi kegiatan industri.
Pertanian juga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang yang menganggur.
Peran sektor pertanian dapat pula meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertanian
menempati ranking ke tiga setelah sektor perdagangan dalam ranah peningkatan pendapatan
masyarakat (Syofya dan Rahayu, 2018: 73).
Agribisnis merupakan sebuah sistem pertanian yang melandasi sebuah aktivitas mulai
dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai pada pemasaran hasil pertanian dari
usahatani atau agroindustri yang salin terkait satu sama lain. Agribisnis merupakan suatu
kegiatan pengambilan keputusan dalam usahatani hulu sampai hilir. Pertanian dengan prinsip
agribisnis mengacu pada usaha peningkatan nilai tambah suatu produk pertanian agar dapat
meningkatkan kualitas produk, meningkatkan keterampilan petani atau produsen, dan
meningkatkan pendapatan petani atau produsen. Kegiatan pertanian berlandaskan agribisnis
juga dilakukan untuk mempelajari bagaimana pemasaran produk pertanian yang dapat
didekati melalui pendekatan mikro dan makro (Asmarantaka dkk, 2017: 153).
Pertanian di Indonesia memiliki kontribusi dan perkembangannya pada fase-fase
tertentu sesuai dengan zamannya. Fase awal yang pertama, adalah fase revolusi. Fase revolusi
merupakan langkah awal pemerintahan membangun pertanian dengan melakukan
nasionalisasi perkebunan dan perusahaan milik Belanda dan Jepang. Fase kedua adalah fase
konsolidasi, dimana pemerintah memiliki tiga kebijakan untuk pertanian yaitu intensifikasi,
ekstensifikasi, dan diversifikasi. Pertanian pada fase ini diletakkan sebagai fondasi
pembangunan negara. Fase ketiga adalah fase tumbuh tinggi. Pertanian pada fase ini
bertumbuh tinggi dan berbasis produksi, tetapi memiliki kritik terhadap revolusi hijau.
(Dyanasari, MBA, Yusnita, 2018: 10-23)
Fase keempat adalah fase deskontruksi, dimana pertanian tumbuh rendah dan
digantikan dengan sektor industri. Fase kelima adalah fase krisis, yaitu fase dimana tidak
adanya kejelasan arah pembangunan pertanian. Fase setelah fase krisis adalah fase transisi,
yaitu fase ketika berlakunya desentralisasi dan otonimi daerah, pada fase ini sektor pertanian
tumbuh moderat dan diakui dapat menarik Indonesia dalam masa-masa terpuruknya. Fase

2
yang terakhir adalah fase revitalisasi, yaitu fase ketika sektor pertanian diakui sebagai salah
satu strategi pembangunan nasional. Fase revitalisasi berlaku hingga saat ini. (Dyanasari,
MBA, Yusnita, 2018: 10-23)
Paradigma tentang pertanian banyak beredar dalam masyarakat umum sebagai
pekerjaan yang lebih rendah dibandingkan pekerjaan industri. Padahal, pada nyatanya,
pertanian adalah suatu terapan ilmu yang luas dan membahas bebagai persoalan pangan,
mulai dari bagaimana pengolahan tanah sampai dengan pengolahan hasil pertanian. Pertanian
di Indonesia mengalami suatu keadaan yang stagnan, dimana kegiatan pertanian tetap berada
di bawah sektor industri dan perdagangan. Meski begitu, adanya fase revitalisasi tetap
memberikan motivasi bagi beberapa kelompok masyarakat dan pemerintah yang dilakukan
secara perlahan untuk meningkatkan pertanian di Indonesia (Syahyuti, 2014: 47)
Pembangunan merupakan perubahan yang secara sengaja atau direncanakan dengan
tujuan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki menjadi keadaan yang dikehendaki.
Pembangunan biasanya diartikan sebagai kegiatan modernisasi dengan objek pembangunan
yaitu pedesaan. Kegiatan pembangunan biasanya dilakukan dengan tujuan untuk membina
desa dan masyarakat pedesaan menjadi masyarakat yang melek teknologi dan baik secara
sosial maupun ekonomi. Pembangunan juga biasanya dilakukan oleh pemerintah untuk
menciptakan kesejahteraan. Pembangunan dapat berupa pembangunan ke arah sosial yang
diindikator dengan adanya indikator pada tingkat kemiskinan, tingkat harapan hidup, dan
partisipasi sosial dari masyarakat (Mangkuprawira, 2010: 24)
Pentingnya pertanian disadari hingga memunculkan pemikiran bahwa pembangunan
pertanian penting untuk dilakukan. Pembangunan pertanian adalah kegiatan merombak usaha
tani baik dalam arti luas dan peratuannya agar dapat menggunakan metode usaha tani yang
baik, benar, dan efisien. Kegiatan pembangunan pertanian dapat dilakukan dengan melakukan
perubahan dalam sistem pengorganisasian pola usaha tani pada masa prapanen, panen, dan
pasca panen. Kegiatan tersebut perlu diperhatikan agar petani selalu dapat mempelajari
pengaruh tipe dan ukuran usaha tani terhadap produktivitas pertanian. Konsep pembangunan
pertanian mencakup aspek-aspek penting dalam segi pemasaran global, sumber daya
manusia, serta sarana produksi yang menangani pertanian (Yuwono dkk, 2019: 4)
Pembangunan pertanian di Indonesia membawa paradigma baru tentang model
pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan merupakan sebuah usaha pertanian yang
menggunakan prinsip-prinsip ekologi dalam upaya pelestarian lingkungan. Upaya pelestarian
ini dimulai dengan kegiatan pertanian organik. Pertanian organik merupakan sebuah kegiatan
budidaya pertanian tanpa menggunakan bahan-bahan kimia. Penggunaan pupuk dan
pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan pupuk organik serta musuh alami hama.
Namun, semakin mengikuti perkembangan zaman, kegiatan pertanian organik tidak dapat
dilakukan dengan maksimal, hal ini dipengarui oleh keadaan iklim yang menyebabkan
banyaknya gagal panen serta keinginan petani untuk tetap menggunakan bahan-bahan kimia
(Yulianto, 2016: 50).
Pergeseran paradigma pembangunan pertanian ternyata memberikan pengaruh
terhadap beberapa sektor ekonomi. Paradigma pembangunan pertanian disebut-sebut sebagai
ujung tombak dari fase-fase pertanian, sehingga dalam kegiatannya, pergeseran paradigma
pertanian diharapkan dapat member keuntungan lebih kepada petani dan pemerintah. Upaya
pengordinasian antara paradigma pembangunan pertanian, dilakukan kegiatan pertanian yang
berkelanjutan, yaitu pertanian yang menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
yang didasari pemahaman tentang layanan ekosistem serta hubungan erat antara organisme
dan lingkungannya. Adanya prinsip ini membuat sebuah prinsip baru yaitu adanya pertanian
organik. Maka, dengan adanya masalah ini, dilakukan penjabaran tentang pengaruh

3
pergeseran paradigma pembangangunan terhadap perekonomian Indonesia. (Soetrisno, 2002:
3).

PEMBAHASAN

Penyebab Terjadinya Pergeseran Paradigma Pertanian


Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian di Indonesia mengalami
perubahan sebagaimana perubahan kebijakan pemerintah terjadi. Kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah membuat format pertanian di Indonesia tumbuh sebagai sektor ekonomi
yang berotientasi pada peningkatan usaha tani yang memperkenalkan teknologi usaha
produksi pertanian berkelanjutan. Tahap perkembangan pertanian di beberapa negara
mengalami kemunduran pada beberpa fase, dan kembali mengalami kemajuan pesat dalam
penggunaan bahan kimia di fase-fase tertentu.
Pertanian pada fase revolusi merupakan sebuah gerbang yang dibuka oleh pemerintah
guna meningkatkan perkenomian dengan menggunakan dan memanfaatkan perusahaan
pertanian eks pemerintah Belanda dan Jepang. Pertanian yang diagungkan, merupakan
pertanian rakyat yang bersifat subsisten, sehingga dalam hal ini keuntungan terbesar berada
pada petani, karena justru beberapa kebijakan menciptakan keadaan yang menguntungkan
petani (Mahmuddin, 2013: 60). Pemerintahan Indonesia pada masanya melakukan
perubahan kebijakan yaitu intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi sektor pertanian yang
selanjutnya menjadikan pertanian sebagai fondasi perekonomian di Indonesia.
Perubahan kebijakan pula dilakukan oleh Indonesia ketika Indonesia bekerja sama
dengan berberapa negara. Kebijakan-kebijakan dari negara lain, serta adanya hutang yang
dilakukan oleh Indonesia justru menciptkan keadaan yang memberatkan petani. Sektor
perekonomian yang semula menggunakan pertanian sebagai fondasinya, digantikan oleh
sektor industri. Keadaan ini memberatkan negara karena ketidakstabilan perkenokomian. Hal
ini terjadi karena ketidakmampuan masyarakat Indonesia dalam menangani industri
pengolahan hasil.
Masalah terjadi dalam fase ini. Kebijakan pemerintah di Indonesia dikuasai oleh
asing, strategi pembangunan ekonomi semua dipusatkan pada sektor industri, sehingga terjadi
ketidakstabilan. Negara tidak berperan penuh sebagai pengambil keputusan, malahan
kebijakan-kebijakan akan pertanian dilakukan oleh daerah-daerah. Pertanian kemudian
diusung kembali karena dianggap memberi solusi dalam peningkatan perekonomian di
daerah. Terjadi revitalisasi pertanian setelah itu yang menjadikan pertanian sebagai
pemecahan solusi atas keterpurukan Indonesia sampai pada masa-masa kiris moneter.

Bagaimana Pergeseran Paradigma Pembangunan Pertanian di Indonesia

4
DAFTAR PUSTAKA
Asmarantaka, R.W., dkk. 2017. Konsep Pemasaran Agribisnis: Pendekatan Ekonomi dan
Manajemen. Agribisnis Indonesia, 5(2): 151-171.

Dyanasari., MBA., dan E. Yusnita. 2018. Pembangunan Pertanian. Malang: Univeritas


Tribuwana Tunggadewi.

Mangkuprawira, S. 2010. Pengaruh Perubahan Paradigma Pembangunan Pertanian


terhadap Perekonomian Indonesia. Penelitian Agroekonomi, 28(1): 19-34.

Salikin, K. A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.

Soetriono dan A. Suwandari. 2016. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang: Intimedia.

Soetrisno, L. 2002. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Sebuah Tinjauan Sosiologis.


Yogyakarta: Kanisius.

Syahyuti. 2014. Peran Strategis Penyuluh Swadaya dalam Paradigma Baru Penyuluhan
Pertanian Indonesia. Penelitian Agroekonomi, 32(1): 43- 58.

Syofya, H., dan S. Rahayu. 2018. Peran Sektor Pertanian terhadap Perekonomian
Indonesia (Analisis Input-Output). Manajemen dan Kewirausahaan, 9(3): 62-74.

Yulianto, K. 2016. Agroekologi: Model Pertanian Berkelanjutan Masa Depan. Tambora,


1(3): 46-51.

Yuwono, T., dkk. 2019. Pembangunan Pertanian: Mendukung Kedaulatan Pangan.


Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai