Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

Transformasi dan Permasalahan Perkebunan Dalam


Perkembangan Pertanian Berkelanjutan di Indonesia

Oleh :
Nabil Purnama 2210222003

Kelas : 25
Dosen Pengampu : Drs. Muhammad Yusuf, M.Hum

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penugasan makalah Mata Kuliah Bahasa
Indonesia.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
perkembangan perkebunan, pengelolaan SDA dan pertanian berkelanjutan di Indonesia bagi
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Muhammad Yusuf, M.Hum,
selaku Dosen Pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan Penugasan
ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan saya. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penugasan ini, terima kasih atas
bantuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun saya butuhkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Padang, 12 Desember 2023

Nabil Purnama
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti Negara yang mengandalkan
sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang
pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman bahan makanan, subsektor
holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. Pertanian
merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di
Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Namun
produktivitas pertanian masih jauh dari harapan.Salah satu faktor penyebab kurangnya
produktivitas pertanian 2 adalah sumber daya manusia yang masih rendah dalam mengolah
lahan pertanian dan hasilnya. Mayoritas petani di Indonesia masih menggunakan sistem
manual dalam pengolahan lahan pertanian. Pembangunan ekonomi adalah salah satu tolak
ukur untuk menunjukkan adanya pembangunan ekonomi suatu daerah, dengan kata lain
pertumbuhan ekonomi dapat memperlihatkan adanya pembangunan ekonomi (Sukirno,
Sadono: 2007). Namun, pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan
ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, akan tetapi lebih dari itu pembangunan mempunyai
perspektif yang lebih luas. Dimensi sosial yang sering diabaikan dalam pendekatan
pertumbuhan ekonomi justru mendapat tempat yang strategis dalam pembangunan.
Pertanian persangan (pertanian berkelanjutan), menurut definisi Organisasi Pangan
dan Agrikultur (FAO, 1996) ilah "Pengelolaan dan konservasi sumber daya alam ke arah
perubahan teknis teknologi dan industri. seperti untuk menjamin terpenuhinya dan
kelangsungan pemenuhan kebutuhan manusia untuk generasi sekarang dan generasi yang
akan datang.Pembangunan tersebut (di bidang pertanian, kehutanan dan perikanan)
melestarikan tanah, air, tumbuhan dan sel hewan bukan lingkungan hidup. -degradasi tanah,
dalam a cara yang tepat secara teknis, dapat diterima secara ekonomi dan sosial." Artinya
pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan dan konservasi sumber daya alam yang
bertujuan untuk menjamin tanah, air dan genetik tanaman dan hewan berkelanjutan, efisien
dan efisien serta melimpah di masyarakat.
Menurut undang-undang perkebunan yaitu Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004,
perkebunan adalah segala kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil dan jasa dari tanaman
tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan dan pengelolaannya
untuk menciptakan kesejahteraan bagi para peserta perkebunan. sektor hortikultura dan.
negara. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa tanaman pangan merupakan kegiatan
komersial yang dilakukan oleh perorangan, perusahaan, atau badan hukum. Oleh karena itu,
perusahaan perkebunan yang sering disebut “perkebunan” adalah perusahaan agroindustri
yang memulai usahanya dengan menanam pohon-pohon tertentu dan mengolahnya sehingga
menjadi alat produksi, barang jadi atau barang jadi yang siap diproduksi. dari konsumen.
Dalam pengertian ini, pertanian tidak merujuk pada atau membatasi produk-produk tertentu,
melainkan seluruh produk tanaman, yang dihasilkan dari pemanfaatan utama bukan di pasar
lokal, melainkan di pasar internasional menuju pasar dunia.
Pertanian tanaman perkebunan adalah pilar ekonomi di banyak negara tropis dan
subtropis, menyediakan lapangan kerja bagi jutaan orang dan mendukung perekonomian
melalui ekspor produk-produk seperti kelapa sawit, teh, kopi, dan karet. Di sisi lain, sektor
ini menghadapi berbagai permasalahan yang perlu diatasi. Perubahan iklim, seperti
peningkatan suhu dan pola cuaca yang tidak stabil, telah mengancam produktivitas tanaman
perkebunan. Disamping itu, ada masalah lingkungan, seperti deforestasi dan degradasi lahan,
yang mengkhawatirkan. Selain itu, petani kecil sering menghadapi kesulitan dalam
mengakses pasar, teknologi pertanian terkini, dan sumber daya yang cukup.
1.2 Rumusan Masaah
1. Bagaimana pembangunan pertanian perkebunan di Indonesia ?
2. Apa kasus yang terkait dengan pembangunan perkebunan di Indonesia?
3. Apa tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam pembangunan perkebunan di
Indonesia ?
4. Bagaimana kebijakan –kebijakan pembangunan pada pertanian perkebunan di
Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Menganalisis perkembangan sektor pertanian perkebunan di Indonesia selama
beberapa tahun.
2. Mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan dalam upaya
meningkatkan produksi perkebunan.
3. Memahami tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam pembangunan
pertanian perkebunan.
4. Memberi pemahaman yang lebih baik tentang kemajuan, masalah,tantangan,
dan peluang dalam sektor pertanian perkebunan di indonesia .
BAB II ISI

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting, baik dalam jangka panjang
pembangunan ekonomi maupun jangka pendek, peranan sektor pertanian sebagai sumber
pengasil bahan kebutuhan pokok termasuk makanan pokok, sandang dan papan,
menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk (Hastuti, 2007). Dikatakan
efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknnya,
dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut mengeluarkan output yang
melebihi input.
Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam perekonomian.
Peranan pertanian antara lain adalah (1) menyediakan kebutuhan pangan yang diperlukan
masyarakat untuk menjamin ketahanan pangan, (2) menyediakan bahan baku industri, (3)
sebagai pasar potensial bagi produk-produk yang dihasilkan oleh industri, (4) sumber tenaga
kerja dan pembentukan modal yang diperlukan bagi pembangunan sektor lain, (5) sumber
perolehan devisa (Kuznet, 1964 dalam Harianto, 2007), (6) mengurangi kemiskinan dan
peningkatan ketahanan pangan, dan (7) menyumbang pembangunan perdesaan dan
pelestarian lingkungan hidup. Peranan sektor pertanian dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dapat tercapai apabila produktivitas petani mengalami peningkatan. Oleh karena
itu, untuk meningkatkan produktivitas petani, dibutuhkan pembangunan pertanian yang
berkelanjutan dan sesuai dengan kondisi masyarkat.
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya
yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui
(unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif
terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi :
penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses
produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati
yang ramah terhadap lingkungan (Kasumbogo Untung, 1997).
Secara umum, pertanian berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan. Untuk mencapai hal tersebut perlu adanya kegiatan meningkatkan pembangunan
ekonomi, memprioritaskan kecukupan pangan, meningkatkan pengembangan sumber daya
manusia, menjaga stabilitas lingkungan, memberdayakan dan memerdekakan petani serta
memfokuskan tujuan produktivitas untuk jangka panjang. Untuk mencapai tujuan tersebut,
diperlukan suatu pendekatan pertanian berkelanjutan yang bersifat proaktif berdasarkan
pengalaman dan partisipatif (Salikin, 2003).
Perkebunan merupakan salah satu sub sektor pada sektor pertanian yang memiliki
fungsi untuk meningkatkan pendapatan petani serta sebagai upaya untuk membuka
kesempatan kerja, peningkatan eksport, pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dalam
negeri serta pemerataan pembangunan dan penciptaan pertumbuhan ekonomi regional suatu
daerah (Hafsah, 2003).
Perkebunan adalah usaha tani yang mengusahakan tanaman perkebunan yang
luasnya lebih besar dari 25 Ha. Jenis tanaman perkebunan umumnya adalah tanaman keras
(karet,kelapa sawit,kopi,teh dan kakao) sedang tanaman setahun jarang (tebu dan tembakau)
(Simanjuntak, 2007).
Tondok (1997) membagi jenis perkebunan berdasarkan bentuk pengusahaannya
menjadi dua bagian yaitu perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Perkebunan besar yang
pengelolaannya dengan badan hukum dengan luas areal lebih besar dari 25 Ha dapat dibagi
menjadi tiga yaitu PT. Perkebunan Nusantara (PTPN), perkebunan besar swasta nasional dan
perkebunan besar swasta asing sedangkan sisanya adalah perkebunan rakyat yang
mendominasi 81% areal total perkebunan di Indonesia yang juga merupakan mitra kerja
penting perkebunan besar khususnya dalam penyediaan bahan baku untuk industri
pengolahan hasil perkebunan. (a). Adapun konflik yang berkaitan dengan permasalahan
lahan perkebunan menurut Ali Afriandy (2013) disebabkan beberapa hal berikut ini :
Pertambahan penduduk yang terus meningkat, sehingga lahan menjadi objek yang terus
dirasakan semakin berkurang yang akan menimbulkan kegiatan okupasi dan tuntutan dari
kelompok masyarakat. (b). Peraturan perundang-undangan dipandang belum sepenuhnya
mengatur tentang penyelesaian permasalahan pertanahan termasuk ketegasan pemerintah
terhadap keberadaan tanah ulayat yang nyata harus diakui sepenuhnya dan tumpang tindih
atas alas hak kepemilikan lahan, terlihat bahwa BPN belum optimal dalam mengelola
pendaftaran tanah, mengakibatkan lemahnya posisi masyarakat dan masyarakat adat
terhadap hak kelola dan budaya tradisional yang positif di mata hukum karena penerapan
asas domein verklaring (tanah yang tidak dapat dibuktikan kepemilikan secara formal
dianggap milik negara). (c). Permasalahan lahan terkadang diselesaikan di ranah politik
sehingga belum terpenuhinya kepastian hukum. (d). Dicabutnya Pasal 21 jo. Pasal 47
Undang-Undang No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan oleh Mahkamah Konstitusi,
sehingga berkurangnya dasar hukum untuk memberikan sanksi terhadap pelaku yang
menduduki lahan perkebunan. (e). Pemerintah Indonesia tidak memiliki kelengkapan data
tapal batas dan peta administrasi wilayah sampai ke tingkat desa, sehingga status lahan atau
kawasan menjadi tidak jelas, menyebabkan ketidak jelasan siapa yang berhak dalam
mengelola sumber daya alam pada suatu kawasan tersebut. (f). Meningkatnya jumlah Petani
Indonesia atau Petani Asing yang bermodal besar menguasai Lahan/Tanah dengan luas
ratusan bahkan ribuan hektar secara individu dengan topeng legalitas atau izin dari
Pemerintah Indonesia. Ahli sosiologi Simmel di dalam Robert M.Z Lawang (1997)
menganalisa beberapa bentuk atau cara mengakhiri konflik, termasuk menghilangkan dasar
konflik dari tindakan-tindakan mereka yang sedang berkonflik, kemenangan pihak yang satu
dan kekalahan di pihak yang lain, kompromi, perdamaian dan ketidakmungkinan untuk
berdamai.
Permasalahan dalam perkembangan perkebunan di Indonesia antara lain adalah
budidaya tanaman masih terbatas pada komoditas utama/ konvensional; usaha tani tanaman
perkebunan masih diusahakan secara monokultur; produktivitas tanaman perkebunan
umumnya masih di bawah potensi; mutu produksi perkebunan yang masih rendah karena
kurang didukung oleh unit pengolahan yang tidak efisien dan terbatas; serta belum
optimalnya kelembagaan petani. Perencanaan pembangunan subsektor perkebunan dimulai
dengan menganalisis kondisi wilayah, potensi unggulan perkebunan wilayah dan
permasalahan yang ada di wilayah tersebut yang selanjutnya dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam menentukan strategi pengembangan perkebunan. Menurut Helmi,
dkk.(2021), perencanaan dan pengembangan wilayah yang dimaksudkna agar semua daerah
dapat melaksanakan pembangaunan secara proposional dan merata sesuai dengan potensi
daerah wilayah tersebut, sehingga pengembangan subektor perkebuanan perlu dikaji lebih
jauh mengenai komoditas apa saja yang menjadi unggulan atau mempunyai daya saing untuk
dikembangkan. Pawit dan Indah (2014) mengungkapkan perencanaan pengembangan
wilayah yang berbasis pada potensi komoditas perkebunan unggulan perlu diketahui melalui
pemetaan potensinya.

Perencanaan pembangunan dimulai dengan menganalisis kondisi wilayah, potensi


unggulan wilayah dan permasalahan yang ada di wilayah tersebut yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan strategi pengembangan wilayah.
Perencanaan yang baik sangat diperlukan ketersediaan informasi dan data tentang potensi
sumber daya alam dan persebarannya sehingga dapat mendukung perencanaan
pembangungan daerah termasuk pembangunan perkebunan (Hangga, 2020).

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah proses perubahan dalam
perkembangan yang membutuhkan sumber daya, investasi, teknologi, dan kelembagaan, dan
mampu memenuhi dan sebuah optimasi kebutuhan pada saat ini dan generasi mendatang
dalam waktu tak terbatas. Salah satu bidang pembangunan pertanian merupakan perkebunan.
Tanaman perkebunan memiliki peran strategis dalam perekonomian Indonesia, salah satu
negara dengan sektor perkebunan seperti kelapa sawit yang berkembang pesat. Meskipun
begitu, produktivitasnya masih tergolong rendah yang berdampak pada kesejahteraan petani
kelapa sawit rakyat, sehingga diperlukan penerapan strategi untuk peningkatan
produktivitas, kesejahteraan, serta kedaulatan petani di Indonesia.

5.2 Saran
Untuk mewujudkan kesejahteraan petani perkebunan di Indonesia salah satunya di
sektor kelapa sawit, banyak hal yang mestinya diperhatikan. Mulai dari segi pembinaan dan
peningkatan pemahaman kepada petani, memberikan informasi kepada petani bahwa
pentingnya seorang petani untuk berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi dan
era globalisasi zaman sekarang, serta membantu meningkatkan kesejahteraan pertanian
Indonesia di sektor perkebunan kelapa sawit ini dengan turut serta peranan pemerintah dan
kelembagaan memberikan/memfasilitasi infrastruktur yang mendukung jalannya alur
perkebunan, mengatasi permasalahan rendahnya harga TBS. Dengan menyikapi beberapa
aspek tadi maka petani akan bisa menganalisis SWOT dengan sangat cermat dan
menghasilkan produksi perkebunan yang meningkat dan mendatangkan kesejahteraan
terhadap petani.
DAFTAR PUSTAKA

Hafsah, M.J. 2003. Bisnis ubi kayu Indonesia. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.263p. Diakses pada
10 Desember 2023, jam 20.45 WIB.

Hangga. 2020. “Perspektif Ketersediaan Gula Domestik Dan Swasembada Gula Nasional.” Jurnal
Perspektif 19(1):63–78. Diakses pada 10 Desember 2023, jam 21. 46 WIB.

Harianto, David. 2007. Hubungan antara Dana Alokasi Umum,Belanja Modal, Pendapatan
Asli Daerah dan Pendapatan Per Kapita. Makasar :Simposium Nasional Akuntansi
X. Diakses pada 10 Desember 2023, jam 20.08 WIB.

Hastuti. DRW. 2007. Ekonomi Pertanian. Jakarta : Penebar Swaday. Diakses pada 10 Desember
2023, jam 19.50 WIB.

Helmi . 2021. Analisis Finansial Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) Areal PT. Inhutani III
Kerjasama Oprasi (KSO) dengan PT. Citra Putra Kebun Asri Kabupaten Tanah Laut. Jurnal
Sylva Scienteae. 4(2): 264–273. Diakses pada 10 Desember 2023, jam 21. 30 WIB.

Kasumbogo. (1997). Pertanian Organik Sebagai Alternatif Teknologi dalam Pembangunan


Pertanian. Diskusi Panel Tentang Pertanian Organik. DPD HKTI Jawa Barat, Lembang
1996. Diakses pada 10 desember 2023, jam 20.20 WIB.

Kuznet, S. (1964). Economic Growth and the Contribution of Agriculture. McGraw-Hill. Diakses
pada 10 Desember 2023, jam 20.08 WIB.
Salikin KA. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Kanisius, Yogyakarta. Diakses pada 10
Desember 2023, jam 20.30 WIB.
Simanjuntak P, Sabur LK, Maspaitella PFL, Varley RCG. 2007. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi
Kedua. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Diakses pada 10 Desember 2023, jam 20.56
WIB.

Sukirno, Sadono. 2007. Makroekonomi Modern. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Diakses pada
10 Desember 2023, jam 19.36 WIB.

Tondok, A.R. 1997. Peranan Perkebunan Besar sebagai Mitra Perkebunan Rakyat. Media
Perkebunan. Nomor 15- April, 1997, Jakarta. Diakses pada 10 Desember 2023, jam 21.10
WIB.

Anda mungkin juga menyukai