Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

“ PERTANIAN “

Disusun Guna Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia


Dosen Pengampu Drs. Eddy Yusuf Agung Gunanto,M.Sc.,Ph.D.
dan Fitrie Arianti,S.E.,M.Si.

Disusun oleh :
Anggota Kelompok 6
Samsi Atiin Nur K.D. 12030117120004
Yolanda Safira Agustine 12030117120008
Nabila Salsabila 12030117130116
Amelia Savitri 12030117130131
Laora Safira 12030117140158

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini .
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Drs. Eddy Yusuf Agung Gunanto,M.Sc.,Ph.D.
dan Ibu Fitrie Arianti, S.E.,M.Si. , selaku dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan
untuk penyempurnaan makalah kami.

Semarang, 10 September 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, dimana 40% mata pencaharian


mayoritas penduduknya bertani atau bercocok tanam. Indonesia merupakan
negara agraris karena sebagian besar daratan di Indonesia dilalui oleh sepertiga
lautan dari luas keseluruhan wilayah negara Indonesia. Indonesia juga dilewati
gugusan pegunungan serta masih banyak gunung-gunung yang aktif sehingga
banyak tanah subur yang dapat ditanami berbagai jenis tumbuhan terutama padi.
Letak Negara Indonesia berada di daerah yang beriklim tropis sehingga membuat
proses pelapukan batuan yang terjadi di Indonesia terjadi secara sempurna yang
membuat tanah menjadi subur. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar
di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, dan dengan luas daratan 1.922.570 km².

Indonesia juga merupakan negara agraris dengan luas lahan yang sangat
luas dengan keaneka ragaman hayati yang sangat beragam. Hal ini membuat
negara Indonesia menjadi salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sehingga
produk pertanian di Indonesia cukup besar, yang mana di Indonesia pertanian
mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian maupun terhadap
pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Namun dengan semakin meningkatnya
jumlah penduduk yang berarti bahwa kebutuhan dari sektor 2 pertanian
mengalami peningkatan yang berakibat pada kesejahteraan masyarakat yang
sebagian besar sekarang berada di bawah garis kemiskinan. Selanjutnya, pertanian
Indonesia kebanyakan yang dihasilkan adalah padi karena masyarakat Indonesia
makanan pokoknya adalah padi. Sehingga di Indonesia kebanyakan lahan adalah
lahan sawah. Indonesia sempat menjadi salah satu lumbung padi dunia yang mana
banyak padi yang diekspor ke negara-negara lain. Namun, seiring berkembangnya
zaman dan semakin majunya negara maka keadaan tersebut berubah menjadikan
Indonesia negara pengimpor beras dari negara-negara lumbung beras untuk
memenuhi kebutuhan pangan. Karena lahan-lahan persawahan mulai berkurang.
Faktor lainnya adalah sudah ditinggalnya pekerjaan bertani atau bercocok tanam,
pekerjaan tersebut dinilai sudah ketinggalan zaman dan berat. Sekarang banyak
pekerjaan yang menawarkan kenyaman dengan penghasilan yang tetap. Tanah
merupakan sumber kehidupan bagi makluk hidup khususnya manusia karena dari
tanah kebutuhan pangan manusia dihasilkan, sumber kekuasaan, dan sumber
kesejahteraan. Menyadari bahwa kedudukan tanah yang strategis, maka dalam
politik hukum pertanahan Indonesia, negara berperan sebagai satu-satunya
organisasi kekuasan yang memiliki hak untuk mengatur peruntukan tanah
tersebut. Terjadinya pertambahan penduduk dan perkembangan kegiatan
ekonomi.

1.2. Tujuan

1. Mengerti tahapan – tahapan perkembangan pertanian.


2. Mengetahui perkembangan pertanian di Indonesia yang diawali dengan
Revolusi Hijau .
3. Memahami modernisasi pertanian.
4. Memahami kebijakan dalam pembangunan pertanian di Indonesia.
5. Memahami kebijakan padi/beras.
6. Memahami Good Agricultrural Practices (GAP).
7. Memahami pertanian organik.
8. Memahami prinsip – prinsip pertanian organik.
9. Memahami NOSC .
10. Memahami indikator kesejahteraan petani, nilai tukar petani.
11. Memahami perbedaan nilai tukar petani.

1.3.Rumusan Masalah

1. Apa saja tahapan – tahapan dalam perkembangan pertanian ?


2. Bagaimana keberlangsungan Revolusi Hijau di Indonesia ?
3. Bagaimana modernisasi pertanian berlangsung ?
4. Bagimana kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia ?
5. Bagaimana kebijakan padi/beras dilaksanakan ?
6. Apa yang dimaksud dengan Good Agricultural Practices ?
7. Apa yang dimaksud dengan pertanian organik ?
8. Apa saja prinsip – prinsip pertanian organik ?
9. Apa yang dimaksud dengan Nagrak Organik SRI Center ?
10. Bagaimana cara menilai indikator kesejathteraan petani melalui nilai tukar
petani ?
11. Apa yang menyebabkan perbedaan nilai tukar petani ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Tahap – Tahap Pembangunan Pertanian

Terdapat tiga tahap pembangunan pertanian:

1. Tahap pertama ( Pertanian Tradisional )


Tahap pertama adalah pertanian tradisional. Karakteristik pertanian tradisional
antara lain produksi dan produktivitas rendah karena hanya menggunakan
peralatan yang sederhana. Penggunaan modal sangat sedikit sekali, sedangkan
tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan.
Produksi pertanian dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu atau dua
tanaman saja yang merupakan sumber pokok bahan makanan. Dalam keadaan
yang demikian, kekuatan motivasi utama dalam kehidupan para petani bukanlah
meningkatkan hasil terapi hanya berusaha untuk bisa mempertahankan kehidupan
keluarganya.
2. Tahap kedua ( Tahap Transisi )
Tahap kedua merupaka tahap trnasisi ( peralihan) dari pertanian tradisional ke
pertanian modern. Di tahap kedua juga biasa disebut dengan tahap diversifikasi
(penganekaragaman) produk pertanian di mana tanaman makanan poko tidak lagi
mendominasi produk pertanian lagi. Diversifikasi produk pertanian juga bisa
memperkecil dampak kegagalan panen tanaman pokok dan memberikan jaminan
kepastian pendapatan yang sebelumnya belum pernah ada. Keberhasilan atau
kegagalan usaha – usaha untuk mentransformasikan pertanian tradisionalke
pertanian modern tidak hanya tergantung pada keterampilan dan kemampuan para
petani dalam meningkatkan produktivitasnya, tetapi juga tergantung pada kondisi
sosial, komersial, dan kelembagaan.
3. Tahap ketiga ( Tahap Pertanian Modern / Komersial )
Pertanian modern atau dikenal juga dengan pertanian spesialisasi menggambarkan
tingkat pertanian yang paling maju. Pertanian spesialisasi ini berkembang sebagai
respon terhadap pembangunan yang menyeluruh di bidang – bidang
pembangunan yang lain. Dalam pertanian modern (spesialisasi), pengadaan
pangan untuk kebutuhan sendiri dan jumlah surplus yang bisa dijual bukan lagi
merupakan tujuan pokok. Tujuan kegiatan pertanian adalah hasil maksimum per
hektar dari fungsi produksi (bibit unggul, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan lain
– lain), sedangkan keuntungan (profit) komersial murni merupakan ukuran
keberhasilan pertanian. Dalam pertanian modern, produk pertanian telah
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan atau keperluan pasar.

2.2. Pembangunan Pertanian di Indonesia : Revolusi Hijau

Meskipun pembangunan pertanian di berbagai negara polanya berbeda –


beda namun ada persamaannya, yakni kesemuanya diawali atau diiringi dengan
reformasi agraris dan penataan penguasaan tanah ( land reform). Pada umumnya,
ciri – ciri pembangunan pertanian di berbagai negara selalu diawali dengan
reformasi agraris (land reform). Ciri – ciri pembangunan pertanian di Indonesia
ternyata tanpa didahului oleh reformasi agraris, tetapi dengan Revolusi Hijau
(Green Revolution) yang digulirkan pada akhir tahun 1960-an. Tujuan utama
revolusi hijau adalah untuk menghasilkan bahan pangan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Revolusi hijau
ditandai dengan pengenalan varietas unggul padi (padi hibrida) yang responsif
terhadap pemupukan dan irigasi.

Peningkatan produksi susbsektor tanaman pangan ditingkatkan melalui


pendekatan atau argumentasi tekno-agronomis, yakni perluasan areal
(ekstensifikasi) dan peningkatan produktivitas (intensifikasi). Intensifikasi
(terpaksa) diterapkan dikalangan petani – petani kecil yang mayoritas memiliki
lahan kurang dari 0,5 hektar ( di Jawa rata – rata 0,3 hektar). Pengendalian hama
dan penyakut tanaman diupayakan dengan aplikasi pestisida. Produksi padi
nasional meningkat dari 18 juta ton pada tahun 1970 menjadi 54 juta ton pada
thaun 2004, atau meningkat tiga kali lipat. Dalam periode yang sama,
produktivitas padi meningkta dari 2,25 ton/ha menjadi 4,58 ton/ha, atau
meningkat dua kali lipat.

Revolusi hijau dapat dikatakan berhasil karena terbukti mampu


meningkatkan produksi pangan nasional hingga mencapai swasembada beras
pada tahun 1984. Namun kebrhasilan revolusi hijau ternyata membawa dampak
yang merugikan bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Dampak yang
merugikan tersebut antara lain beberapa inovasi teknologi muatan dari revolusi
hijau berpotensi merusak atau mengganggu lingkungan sehingga muncul
permasalahan lingkungan sebagai akibat dari kesalahan aplikasi pupuk dan
pestisida kimia. Revolusi hijau juga berlangsung di tengah – tengah fragmentasi
tanah, dimana luas lahan usaha tani dari waktu ke waktu semakin menciut.

Pengelolaan dan penggunaan lahan meliputi pembukaan lahan ( land


clearing ), penebangan hutan(deforestation), lonversi untuk non-pertanian, dan
irigasi. Revolusi hijau juga telah mendorong terjadinya degradasi lahan yang
diakibatkan oleh kesalahan dalam pengelolaan dan pengguanaan lahan. Degradasi
lahan ditandai oleh penurunan atau hilangnya produtivitas lahan, baik secara
fisik,kimia, biologi, dan ekonomi. Kesalahan dalam pengelolaan dan penggunaan
lahan akan menimbulkan :

 Polusi
 Erosi
 Kehilangan unsur hara
 Pemasaman
 Penggaraman
 Sodifikasi dan alkalinasi
 Pemadatan
 Hilangnya bhan organik
 Penurunan permukaan
 Kerusakan struktur tanah
 Penggurunan
 Kehilangan vegetasi alami dalam jangka panjang

2.3. Modernisasi Pertanian

Pada prinsipnya, modernisasi didasarkan pada perubahan sosial dalam


perspektif yang ideal. Modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial yang
biasanya terarah dan didasarkan pada perencanaan. Pertanian modern adalah
pertanian yang sangat dinamis dan sangat fleksibel serta terus mengalami
peningkatan produktivitasnya. Untuk menciptakan pertanian modern dibutuhkan
syarat-syarat seperti :

1. Teknologi dan efisiensi usahatani terus menerus diperbaiki

2. Hasil produksi terus berubah sesuai perubahan permintaan konsumen dan


perubahan biaya produksi karena adanya perubahan teknologi

3. Perbandingan antara penggunaan tanah, tenaga kerja, dan modal pada

perusahaan terus berubah sesuai perubahan penduduk, alternatif

kesempatan kerja dan teknologi usahatani.

Pengenalan teknologi di bidang pertanian seringkali diawali dengan


gerakan mekanisasi pertanian untuk memacu produksi pangan dengan
penggunaan traktor, sehingga teknologi pertanian sering dipandang sebagai
traktorisasi. Secara umum, mekanisasi pertanian diartikan sebagai penerapan ilmu
teknik untuk mengembangkan, mengorganisasikan, dan mengendalikan operasi di
dalam produksi pertanian.

Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan


produktivitas tenaga kerja, produktivitas lahan, dan menurunkan biaya produksi.
Penggunaan dan alat dan mesin pertanian dalam proses produksi dimaksudkan
untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, produktivitas, kualitas hasil dan
mengurangi beban kerja petani. Yang menjadi masalah adalah mekanisasi
pertanian tidak bisa diterapkan secara efektif pada lahan sawah yang berpetak-
petak kecil di bawah 0,5 hektar. Pada kenyataannya, para petani di Indonesia
kebanyakan memiliki lahan yang relatif sempit antara 0,05 - 0,30 hektar. Bukan
itu saja, lahan-lahannya juga memiliki tingkat kemiringan permukaan yang cukup
mencolok.

Jawaban yang paling tepat untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
membentuk suatu perusahaan pertanian dengan sistem Corporate Farming (CF).
Perusahaan pertanian merupakan sistem konsolidasi lahan yang menata hamparan
sawah yang terdiri atas banyak petak sawah berukuran kecil lalu dibuat menjadi
suatu hamparan luas dan utuh sehingga pengolahan tanahnya bisa dikerjakan
dengan mekanisasi secara penuh. Konsolidasi ini bisa berjalan secara alami tetapi
bisa juga atas anjuran pemerintah. Wilayah pengembangan CF yang paling ideal
adalah daerah transmigrasi. Jika 100 transmigran memiliki lahan 2 hektar per KK
dan dikelola dengan sistem CF, maka akan diperoleh lahan seluas 200 hektar.
Kegiatan mulai dari pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, penanganan
pascapanen, hingga pemasaran hasil, merupakan mata rantai yang memerlukan
mekanisasi pertanian yang tepat guna dan manajemen usahatani yang baik.

2.4. Kebijakan Pembangunan Pertanian di Indonesia

Setidaknya ada tiga program pokok pembangunan pertanian di Indonesia

(2005), yakni :

1. Peningkatan ketahanan pangan

2. Peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian

3. Peningkatan kesejahteraan petani

Menurut UU No.7 Tahun 1996 tentang Pangan, yang dimaksud pangan


adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baju pangan, dan
bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau
pembuatan makanan dan minuman.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.68 tahun 2002 tentang Ketahanan


Pangan, yang dimaksud ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan
bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Masalah pangan adalah keadaan kelebihan, kekurangan, dan atau


ketidakmampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan, misalnya
gizi buruk / gizi kurang, dan kurang darah (anemia). Paradoks kelaparan (hunger
paradox) adalah suatu fenomena mantapnya ketahanan pangan nasional, yang
dicerminkan dari ketersediaan kalori dan protein di atas angka kebutuhan gizi,
namun di sisi lain kelaparan atau kekurangan gizi masih terjadi dimana-mana.

2.5. Kebijakan Padi/Beras

Beras merupakan makanan pokok bgai masyarakat Indonesia. Menurut Hal Hill,

2002 :
1. Beras merupakan bahan makanan utama
2. Padi merupakan tanaman utama yang diusahakan petani sebagai mayoritas
penduduk
3. Beras merupakan salah satu komoditas pengendali inflasi
4. Dalam hal-hal tertentu, beras merupakan barometer kesuksesan rezim baru

Karena perannya ini, beras memerlukan perhatian khusus. Berikut beberapa


bentuk kebijakan padi/beras di Indonesia :

1. Pemberian subsidi atas harga sarana produksi


2. Penyediaan kredit bagi para petani
3. Penetapan harga dasar gabah
4. Mekanisme kelembagaan (menajemen BULOG)

Badan Urusan Logistik (BULOG) dibentuk pada tanggal 10 Mei 1967. Sejak
2003, BULOG menjadi BUMN. BULOG merupakan lembaga pemerintah
nondepartemen yang berkedudukan di bawah dan tanggung jawab langsung
kepada Presiden, yang dalam pelaksanaan tugas operasionalnya dikoordinasikan
oleh Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri.

Tugas utama BULOG adalah :

1. Menjaga harga dasar pembelian pemerintah untuk gabah (HPP)


2. Stabilisasi harga khususnya pangan pokok bila diperlukan
3. Menyalurkan beras untuk kelompok masyarakat tertentu
4. Mengelola cadangan/stok pangan nasional

Sedangkan kegiatan utama BULOG adalah sebagai berikut :

a. Pengadaan cadangan beras pemerintah


b. Pengadaan gabah dan beras dalam negeri
c. Distribusi beras pada masyarakat miskin (raskin)

2.6. Good Agricultural Practices (GAP)

Bidang pertanian saat ini sedang menghadapi tantangan. Organisasi Pangan Dunia
(FAO) yang bernaung di bawah PBB, pada 2003 menyatakan tiga tantangan
utama pertanian dunia saat ini :
1. Peningkatan ketahanan pangan, mata pencaharian, dan pendapatan
penduduk pedesaan
2. Memenuhi peningkatan kebutuhan akan berbagai macam produk pangan
yang aman
3. Pelestarian sumber daya alam dan lingkungan

Dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, pemerintah telah menyusun


Program Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (PRPPK), yang
berfungsi dalam hal :

1. Membangun ketahanan pangan, yang terkait dengan aspek pasokan


produk, pendapatan, dan keterjangkauan, serta kemandirian.
2. Sumber perolehan devisa, terutama yang terkait dengan keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif di pasar internasional.
3. Penciptaan lapangan usaha dan pertumbuhan baru, terutama yang terkait
dengan peluang pengembangan kegiatan usaha baru dan pemanfaatan
pasar domestik.
4. Pengembangan produk-produk baru terkait dengan beragam isu dan
kecenderungan pasar global

Kebijakan dan strategi umum yang diambil dalam pelaksaan PRPPK adalah
pengurangan kemiskinan, peningkatan daya saing dan pelestarian pemanfaatan
lingkungan hidup dan sumber daya alam berkelanjutan.

Peningkatan daya saing, produktivitas, nilai tambah, dan kemandirian dilakukan


antara lain dengan “Praktik usaha pertanian yang baik” atau Good Agricultural
Practices (GAP)

GAP adalah sekumpulan prinsip-prinsip yang diterapkan pada produksi usaha tani
dan proses pascaproduksi, agar dapat menghasilkan produk-produkmakanan dan
nonmakananyang sehat dan aman, dengan mempertimbangkan perhitungna
ekonomis, sosial, dan kelestarian lingkungan (FAO, 2003).

GAP diterapkan berdasarkan empat prinsip sebagai berikut :

1. Terpenuhinya produk-produk pertanian secara efisien dan ekonomis


2. Mendukung dan mempertinggi pemanfaatan sumber daya alam
3. Menjaga perusahaan pertanian yang aktif dan memberikan sumbangan
bagi mata pencaharian pnduduk secara bekelanjutan
4. Memenuhi permintaan masyarakat akan budaya dan sosial.

Seluruh kegiatan GAP didukung dengan adanya jejak audit yang jelas, dengan
penyelenggaraan dokumentasi yang komprehensif untuk seluruh tahapan.

Salah satu penyebab belum diterapkannya GAP di berbagai negara adalah karena
mahalnya biaya untuk penerapan, khususnya di Indonesia yang mayoritas masih
berkutat dengan masalah kemiskinan dan lemahnya SDM.

2.7. Pertanian Organik

Memasuki abad ke-21, gaya hidup sehat dengan slogan back to nature
telah menjadi trend baru masyarakat dunia. Orang semakin menyadari bahwa
penggunaan bahan-bahan kimia non-alami, seperti pupuk dan pestisida kimia
dalam produksi pertanian ternyata menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan. Gaya hidup yang demikian ini telah mengalami
pelembagaan secara internasional yang diwujudkan melalui regulasi perdagangan
global yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus mempunyai
atribut aman dikonsumsi, mempunyai kandungan nutrisi tinggi, dan ramah
lingkungan.

Dewasa ini, konsep pertanian tidak lagi hanya menitikberatkan pada


produksi yang tinggi dalam waktu yang singkat, tetapi lebih berorientasi pada
peningkatan produksi secara berkesinambungan dengan tetap mempertahankan
kualitas lahan dan kelestarian lingkungan (sedapat mungkin meningkatkan
kualitas lahan dan kualitas lingkungan) yang dikenal dengan istilah pertanian
organik.

Pertanian organik adalah suatu sistem pertanian yang mengusahakan


keseimbangan lingkungan, yakni dengan memelihara kesuburan tanah dengan
prinsip daur-ulang hara secara hayati, mengurangi atau meniadakan pupuk buatan
dan pestisida kimia, serta melakukan pengendalian hama penyakit melalui
perbaikan alam sekitar sehingga memberikan hasil yang optimal. Pertanian
organik adalah praktik bertani alternatif secara alami. Dalam konsep ini, upaya
untuk meningkatkan dan mempertahankan produktivitas lahan lebih
menitikberatkan pemanfaatan teknologi pupuk organik (kompos, pupuk kandang,
pendaurulangan limbah pertanian), serta pengendaiian hama penyakit terpadu
(PHT) dan hayati.

2.8. Prinsip-Prinsip Pertanian Organik

Prinsip-prinsip pertanian organik merupakan dasar bagi pertumbuhan dan


perkembangan pertanian organik. Prinsip-prinsip ini berisi tentang umbangan
yang dapat diberikan pertanian organik bagi dunia dan merupakan sebuah visi
untuk meningkatkan seluruh aspek pertanian secara global. Setiap prinsip
dinyatakan melalui suatu pernyataan yang disertai penjelasan di mana prinsip-
prinsip ini harus digurakan secara menyeluruh dan dibuat sebagai prinsip-prinsip
etis yang mengilhami tindakan. Adapun prinsip-prinsip pertanian organik adalah
sebagai berikut:

1. Prinsip Kesehatan Pertanian organik harus melestarikan dan


meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia, dan bumi
sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan.

2. Prinsip Ekologi Pertanian brganik harus didasarkan pada sistem dan


siklus ekologi kehidupan serta bekerja, meniru dan berusaha memelihara
sistem dan siklus ekologi kehidupan.

3. Prinsip Keadilan Pertanian organik harus membangun hubungan yang


mampu menjamin keadilan terkait lingkungan dan kesempatan idup
bersama.

4. Prinsip Perlindungan Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati


dan bertanggung jawab untuk melindungi keschatan dan kesejahteraan
generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.

Prinsip-prinsip tersebut mengilhami gerakan pertanian organik dengan segala


keberagamannya. Prinsip-prinsip ini menjadi panduan bagi pengembangan posisi,
program dan standar International Federation of Organic Agriculture Movement
(IFOAM) yang bermarkas di Bonn, Jerman.

2.9. Nagrak Organik SRI Center (NOSC)


NOSC adalah pusat pelatihan pertanian System of Rice Intensification
(SRI) Organik di Nagrak, Sukabumi yang didirikan pada iahun 2007 atas dasar
pemikiran kondisi sumber daya alam saat ini di antaranya sumber air mulai terasa
berkurang, hilangnya keragaman hayati di agro-ekosistem yang semestinya
menjadi daya dukung dalam usahatani, sebagian besar tanah pertanian di
Indonesia telah mengalami degradasi kesuburan (fisika, kimia dan biologi) akibat
pengelolaan lahan dan air yang kurang tepat, serta penggunaan pupuk dan
pestisida kimia yang terus-menerus. Di sisi lain pendapatan petani padi
konvensional semakin rendah akibat biaya usahatani yang semakin tinggi dan
harga gabah kering panen / gabah kering giling (GKP/GKG) di saat panen raya
rendah, petani akan terus tergantung pada pihak luar.

Visi NOSC adalah mengembangkan usahatani padi sawah organik metode


SRI dalam upaya peningkatan produksi padi dalam negeri yang sehat, ramah
lingkungan dan berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan petani. Misi
NOSC adalah menyelenggarakan penelitian, menyediakan jasa konsultasi
agribisnis, pelatihan, dan pendampingan dalam pengembangan usahatani nadi
organik metode SRI sehingga tercipta petan mandiri dan perluasan areal usahatani
padi organik metode SRI untuk penyediaan pangan yang cukup dan menyehatkan.
Adapun Paket Pelatihan SRIOrganik terdiri dari:

1. Pelatihan dasar

2. Pelatihan Training of Trainer (TOT)

3. Pendampingan produksi selama 1 (satu) musim tanam

4. Konsultasi agribisnis

5. Lokakarya

Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen yang mayoritas


penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian (sebanyak 90,55 persen
dari total penduduknya) adalah desa yang telah menerapkan usahatani padi
organik. Desa Sukorejo mempunyai produksi padi yang besar yaitu lebih kurang
3.759 ton per tahun. Sesuai dengan Renstra Kabupaten 2007 pengembangan
pertanian padi organik telah Sragen tahun 2002 diperluas menjadi 10.000 hektar.
Namun surplus beras yang terjadi di Kabupaten Sragen sejak tahun 2001
ternyata belum mampu meningkatkan pendapatan petani, hal ini disebabkan oleh
harga sarana produksi terutama pupuk anorganik dan pestisida kimia yang
semakin mahal di tingkat petani karena mengikuti pola pasar bebas. Dalam rangka
melestarikan lahan pertanian sebagai faktor produksi, mengurangi ketergantungan
pupuk anorganik dan pestisida kimia pabrik, menekan biaya usahatani, dan
menjaga kesehatan akibat residu bahan kimia pupuk dan pestisida, maka dalam
jangka panjang Kabupaten Sragen diusahakan menjadi pusat penghasil tanaman
padi organik.

2.10. Indikator Kesejahteraan Petani: Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (farmer term of trade) adalah perbandingan indeks harga yang
diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani.

Kegunaan Nilai Tukar Petani(NTP) adalah:

1. NTP menunjukkan perbedaan antara harga output pertanian dengan


harga input pertanian.
Input pertanian terdiri dari bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan
luas lahan sedangkan output pertanian terutama adalah padi, palawija,
hortikultura.
2. NTP menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian
dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya
produksi petani.
3. NTP dapat digunakan sebagai salah satu indicator tingkat
kesejahteraan petani.
Semakin tingi NTP berarti secara relative semakin sejahtera tingkat kehidupan
petani.

Rumus NTP adalah sebagai berikut:

NTP = (IT/IB) X 100

Keterangan:

NTP = Nilai Tukar Petani


IT = indeks harga yang diterima petani

IB = indeks harga yang dibayar petani

100 = Tahun Dasar

Indeks yang diterima petani (IT) dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Tanaman Bahan Makanan, terdiri dari: padi, palawija, sayur-sayuran, dan


buah-buahan;
2. Tanaman Perkebunan Rakyat.

Indeks yang dibayar petani (IB) dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Konsumsi Rumah Tangga, terdiri dari: makanan, perumahan, pakaian, dan


aneka barang dan jasa;
2. Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal, terdiri dari: bibit, pupuk,
dan sewa tenaga,upah,lainnya, serta penambahan barang modal.

Untuk menafsirkan NTP cukup mudah.

Jika NTP<100 maka IT<IB artinya petani mengalami kerugian (losses).

Jika NTP=100 maka IT=IB artinya petani mengalami titik impas (BEP).

Jika NTP>100 maka IT>IB artinya petani mengalami keuntungan


(profits).

2.11. Perbedaan NTP

Menurut Tulus Tambunan (2006), NTP berbeda-beda berdasarkan wilayah


provinsi di Indonesia, hal ini disebabkan oleh:

 Perbedaan inflasi atau laju pertumbuhan Indeks Harga Konsumen (IHK).


 Sitem distribusi pupuk dan input pertanian lainnya.
 Perbedaan titik ekuilibrium pasar untuk komoditas pertanian.

Ekuilibrium pasar ini sangat dipengaruhi oleh kondisi penawaran dan


permintaan di wilayah tersebut. Dari sisi penawaran, factor penentu utama
adalah volume atau kapasitas produksi di sector pertanian. Selanjutnya, dari
sisi permintaan, ditentukan oleh jumlah penduduk dan komposisinya menurut
umur dan jenis kelamin serta tingkat pendapatan riil masyarakat rata-rata per
kapita.
BAB III

KESIMPULAN

Dalam perkembangan pertanian terhadap tiga tahap yaitu tahap pertanian


tradisional, tahap transisi dari pertanian tradisional ke pertanian modern , dan
yang terakhir adalah tahap pertanian modern. Perkembangan pertanian di
Indonesia diawali dengan sebuah gerakan perubahan dalam bidang pertanian yang
cepat dan dikenal dengan Revolusi Hijau. Revolusi Hijau digulirkan pada akhir
tahun 1960-an dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat
Indonesia karena jumlah penduduk yang semakin meningkat, revolusi hijau
berhasil dan mampu menjadikan Indonesia sebagai negara swasembada beras
pada tahun 1984, namun dibalik keberhasilan ternyata revolusi hijau membawa
dampak yang tidak baik terhadap lingkungan.

Pertanian modern adalah pertanian yang sangat dinamis dan sangat


fleksibel serta terus mengalami peningkatan produktivitasnya. BULOG
merupakan lembaga pemerintah nondepartemen yang berkedudukan di bawah dan
tanggung jawab langsung kepada Presiden, yang dalam pelaksanaan tugas
operasionalnya dikoordinasikan oleh Menteri Negara Koordinator Bidang
Ekonomi, Keuangan, dan Industri. NOSC adalah pusat pelatihan pertanian System
of Rice Intensification (SRI) Organik di Nagrak, Sukabumi yang didirikan pada
iahun 2007 atas dasar pemikiran kondisi sumber daya alam saat ini di antaranya
sumber air mulai terasa berkurang, hilangnya keragaman hayati di agro-ekosistem
yang semestinya menjadi daya dukung dalam usahatani, sebagian besar tanah
pertanian di Indonesia telah mengalami degradasi kesuburan (fisika, kimia dan
biologi) akibat pengelolaan lahan dan air yang kurang tepat, serta penggunaan
pupuk dan pestisida kimia yang terus-menerus. Nilai Tukar Petani (farmer term
of trade) adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks
harga yang dibayar petani.

Anda mungkin juga menyukai