Anda di halaman 1dari 17

KEBIJAKAN PEMBANGUNA PERTANIAN DALAM MEREVITALISASI

KELEMBAGAAN UNTUK PERCEPATAN PEMBANGUNAN


PERTANIAN DI ERA OTONOMI DAERAH

Luthfi Sigit Wibisono, Nur Briyan Dany Amanda

Fakultas Ekonomi Menejemen, Prodi Ekonomi islam


Universitas Darussalam

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai sebuah negara agraris atau pertanian yang memiliki
lahan yang begitu luas yang bisa dimanfaatkan oleh penduduknya sebagai mata
pencaharian, dengan demikian Sebagian besar penduduk menggantungkan
hidupnya pada sektor pertanian. Namun sektor agraris atau pertanian di Indonesia
tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai mata pencaharian penduduk saja, akan
tetapi juga dapat digunakan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia.
Pembangunan di sector pertnian diarahkan untuk meningkatkan produksi
pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industry dalam negeri,
meningkatkan ekspor dan pendapatan petani serta memperluas kesempatan kerja.1

Daya saing komoditas pertanian Indonesia menempati posisi yang cukup


tinggi di pasar internasional. Menurut buku yang dituliskan oleh Yustika
mengenai “Konsep Ekonomi Kelembagaan Perdesaan, Pertanian & Kedaulatan

1
Siswono Yudohusodo. 1999. Modernisasi Pertanian Merupakan Harga Mati. Kompas
Edisi 22 Maret 1999.
Pangan” dalam laporan yang diterbitkan oleh The Economist, tercatat ada 11
produk pertanian Indonesia yang memiliki peringkat sangat baik di dunia. Produk
lada putih dan pala menempati peringkat satu dunia. Sedangkan, komoditas
minyak sawit dan karet menempati peringkat nomor dua dunia. Selanjutnya beras,
cokelat, dan lada hitam berada di peringkat tiga. Kopi dan total karet masing-
masing duduk di peringkat empat, kemudian teh dan biji-bijian masing-masingdi
peringkat enam dunia2. Hal tersebut merupakan salah satu bukti bahwa sektor
pertanian di Indonesia memiliki peluang yang besar dalam pentas ekonomi dunia,
dan ini nantinya akan menjadi penunjang peningkatan perekonomian Indonesia
jika dimanfaatkan dengan baik Ini adalah tantangan yang besar untuk pemerintah
agar dapat memanfaatkan sektor pertanian dengan baik untuk meningkatkan
perekonomian Indonesia.3

Sektor pertanian, khususnya usaha tani lahan sawah, memiliki nilai


multifungsi yang besar dalam peningkatan ketahanan pangan, kesejahteraan
petani, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.4 Pertanian dengan program
lahan pertanian abadi dapat diwujudkan apabila sektor pertanian dengan nilai
multifungsinya dapat berperan dengan baik dalam pertumbuhan perekonomian
Indonesia. Pembangunan Pertanian di Indonesia masih dianggap terpenting dari
keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini
menjadi penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya
meningkat, sementara sektor lain pertumbuhannya negatif.

Berdasarkan latar belakang tersebut, dengan adanya tambahan dari


kenyataan justru kuatnya aksesibilitas pada investor asing /swasta besar
2
S I Kusumaningrum, ‘Pemanfaatan Sektor Pertanian Sebagai Penunjang Pertumbuhan
Perekonomian Indonesia’, Transaksi, 2019 hal. 80.
3
Johan Iskandar 2006. Metodologi Memahami Petani dan Pertanian dalam Jurnal
Analisis Sosial Vol 11 No.1 April 2006, Yayasan AKATIGA-Pusat Analisis Sosial.
Bandung.
4
Lincolin, Arsyad. 2004. Ekonomi Pembangunan. Edisi Ketiga. Jakarta : Graha
Media.
dibandingkan dengan petani kecil dalam pemanfaatan sumber daya pertanian di
Indonesia, maka perlu adanya pembangunan pertanian yang di mulai
pemberdayaan petani-petani kecil. Dari hal tersebut, diharapkan dapat membantu
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang ada di Indonesia.5 Sehingga
tujuan-tujuan untuk pertanian Indonesia akan tercapai seperti apa yang di
inginkan, dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduk Indonesia, petani akan
mendapatkan penghasilan dan dapat memenuhi kebutuhannya sehingga akan
semakin sejahtera, dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian melalui
devisa negara berkurangnya kemiskinan, dan dapat membuka lapangan pekerjaan
bagi penduduk di Indonesia.6

PEMBAHASAN

A. Pembangunan Pertanian

pembangunan pertanian memiliki arti yang sangat strategis, tidak hanya bagi
negara-negara berkembang, bagi negara maju pun pertanian tetap mendapat
perhatian dan perlindungan yang sangat serius. Membahas pertanian adalah
membahas tentang “kelangsungan hidup”7, pertanian adalah penyedian bahan
pangan, bahan sandang dan bahkan bahan papan. Selama manusia di dunia masih
memerlukan bahan pangan untuk menjamin kelangsungan hidupnya maka
pertanian tetap akan memegang peran yang sangat penting. Meskipun dalam
kenyataanya, arti penting pertanian kadang-kadang dilupakan oleh banyak orang.

5
Ahmad Erani Yustika. 2003. Tragedi Petani dan Involuasi Kebijakan Pertanian. Suara
Pembaharuan Daily Edisi 10 Oktober 2003.
6
Ropingi. 2002. Identifikasi Komponen Pertumbuhan Sektor Pertanian. Surakarta:
Pradya Paramitha.
7
I.W. Suryadi Rusasta 2004. Ekonomi Tenaga Kerja Pertanian dan Implikasinya dalam
Peningkatan Produksi dan Kesejahteraan Buruh Tani. Jurnal Litbang Pertanian,
23(3), 2004.
Secara garis besar, Pertanian memberikan kontribusi yang penting bagi negara
antara lain melalui perananya dalam berbagai hal8 :
1. Menyediakan bahan pangan,
2. Menyediakan lapangan kerja,
3. Menyediakan bahan baku bagi industri,
4. Sumber devisa,
5. Penjaga kelestarian lingkungan (konservasi lahan, mencegah banjir,
penyedia udara yang sehat).

Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai proses yang ditujukan untuk


selalu menambah produk pertanian untuk tiap konsumen sekaligus mempertinggi
pendapatan dan produktivitas usaha petani dengan jalan menambah modal dan
keterampilan untuk memperbesar campur tangan manusia di dalam
perkembangbiakan tumbuhan dan hewan, Penambahan produksi, pendapatan
maupun produktivitas ini berlangsung terus, sebab apabila tidak, berarti
pembangunan terhenti.9

Menurut Budi Kolonjono, beberapa alasan yang mendasari pentingnya


pertanian di Indonesia adalah10:
1) Potensi sumberdayanya yang besar dan beragam.
2) Pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar.
3) Besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian.
4) Menjadi basis pertumbuhan di pedesaan.

8
Kaniasari, N. 2012. Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Pertanian.
Buku. IPB Press.
9
L Muta’ali, Dinamika Peran Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Di Indonesia
(books.google.com, 2019).
10
S I Kusumaningrum,‘Pemanfaatan Sektor Pertanian Sebagai Penunjang Pertumbuhan
Perekonomian Indonesia’, Transaksi, 2019 hal. 82.
Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dari pembangunan
nasional, karenanya visi dan misi pembangunan pertanian dirumuskan dalam
kerangka dan mengacu pada pencapaian visi dan misi pembangunan nasional. Visi
pembangunan pertanian adalah terwujudnya pertanian yang modern, tangguh dan
efisien menuju masyarakat Indonesia yang sejahtera.
Misi pembangunan adalah:
a) Menggerakkan berbagai upaya untuk memanfaatkan sumber daya
pertanian secara optimal dan menerapkan teknologi modern dalam rangka
membangun pertanian yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan,
b) Memberdayakan masyarakat pertanian menuju wiraswasta agribisnis yang
mandiri, maju, dan sejahtera.11

Keberhasilan suatu usaha pembangunan dipengaruhi oleh beberapa faktor.


Dari pengalaman pembangunan Negara-negara yang sekarang sudah maju,
keberhasilan pembangunan pada dasarnya dipengaruhi oleh dua unsur pokok yaitu
unsur ekonomi (sumber daya alam, sumber daya manusia, pembentukan modal
dan teknologi) dan non ekonomik (politik, sosial, budaya dan kebiasaan).12

Pada umumnya pembangunan itu ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan


masyarakat kearah yang lebih baik dan merata, sehingga dapat meningkatkan
taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat yang bersangkutan dengan kesenjangan
pendapatan dan kesejahteraan yang relatif kecil. Akan tetapi kenyataannya
berbeda dengan apa yang diinginkan dimana pemerataan dan kesenjangan tersebut
berbeda-beda.13 Tiga tujuan pembangunan yang secara universal diterima sebagai
prioritas dan mutlak untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar manusia di
negara-negara yang mulai berkembang khususnya yaitu ketahanan pangan,
penghapusan kemiskinan/peningkatan kualitas hidup manusia, dan pembangunan
desa berkelanjutan. Ketiga prioritas tujuan pembangunan tersebut saling
11
Sudaryanto.T dan Erizal Jamal, Intensifikasi Pertanian. Jakarta: Swadaya. 2002.
12
Muta’ali.
13
Ropingi. Identifikasi  Komponen Pertumbuhan Sektor Pertanian. Surakarta:  Pradya
Paramitha. 2002..
berkaitan. Ketahanan pangan saling pengaruh dan mempengaruhi dengan
kemiskinan maupun dengan membangun desa.14

B. Kebijakan Pembangunan Pertanian Pada Era Otonomi Daerah

Menurut Ealau dan Prewitt dalam Suharto (1997), kebijakan adalah sebuah
ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang,
baik dari yang membuatnya maupun yang mentaatinya (yang terkena kebijakan
itu).15 Sedangkan kamus Webster memberi pengertian kebijakan sebagai prinsip
atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan.
Sedangkan Titmuss mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang
mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu. Kebijakan,
menurut Titmuss, senantiasa berorientasi kepada masalah (problem-oriented) dan
berorientasi kepada tindakan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk
mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten
dalam mencapai tujuan tertentu.16

Sektor pertanian masih diharapkan berperan dalam perekonomian nasional,


karena pengaruhnya dalam pembentukan PDB, penyediaan lapangan kerja dan
sumber pendapatan masyarakat, terutama di perdesaan, pengentasan kemiskinan,
14
Saptana, R. Elizabeth, dkk. 2004. Transformasi Kelembagaan Guna Memperkuat
Ekonomi Rakyat di Pedesaan. Journal on Socio-Economics of Agricultural and
Agribussines. (Jurnal SOCA). Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas Udayana.
Bali
15
Khorami, A.R. and S. Pierof. 2013. The Role of Agriculture in Iran’s Economic
Development. Research Journal of Applied Sciences, Engineering and Technology 6(11):
1928-1939.
16
Sarwoto, 1998, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, Cetakan Pertama, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
perolehan devisa melalui ekspor produ-produk unggulan dan menciptakan
ketahanan pngan nasional. Penanggung jawab sekaligus simpul koordinasi dalam
pembangunan sector pertanian adalah kementrian pertanian. Dalam penerapan
disentralisasi, pembangunan pertanian dilaksanakan sesuai dengan kewenangan
yang diatur dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan peratiran pemerintah
No. 2 Tahun 2000.17

Terkait dengan hal tersebut, berpendapat bahwa dengan adanya otonomi


daerah, telah diberikan kebebasan kepada regional agricultural services untuk
mengambil inisiatif dalam mendesain kebi-jakan spesifik lokal, sementara itu
pemerintah pusat melalui Menteri Pertanian bertanggung jawab hanya pada
penyusunan dan manajemen strategi, kebijakan nasional dan standar-standar.18
Dengan dukungan anggaran yang besar, diharapkan pemerintah daerah memiliki
lebih banyak sumber daya serta kebebasan yang lebih besar untuk me-
ngembangkan kebijakan spesifik lokal dan teknologi lokal melalui
kajian/penelitian di lembaga penelitian lokalnya. Dengan otonomi daerah ini,
tanggungjawab pembangunan pertanian dalam kendali-kepala daerah bukan lagi
pegawai/dinas pertanian.

Sesuai dengan tugas dan fungsinya dikaitkan dengan undang-undang dan Per-
aturan Pemerintah tersebut diatas, Kementerian Pertanian berperan dalam
menetapkan program-program dan kebijakan-kebijakan, pengaturan, standar, dan
norma yang terkäit dengan program nasional pembangunan pertanian. Program
pembangunan pertanian yang didukung anggaran APBN sektor per-tanian lebih
dari 80 persen telah dialokasikan ke daerah, yang secara operasional program

17
Kunarjo, 2002, Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan, Universitas
Indonesia UI Press, Jakarta.
18
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, 2008, Pengantar Manajemen. Kencana
Prenada Media Group. Jakarta.
pembangunan pertanian sebagian besar menjadi tanggung jawab Pemerintah
Daerah.19
Dalam kebijakan disentralisasi, kebijakan diarahkan pada pembangunan yang
berbasis pada pendayagunaan keragaman sumberdaya lokal, berkembangnya
pelaku ekonomi lokal, memberikan kemampuan pemerintah daerah sebagai
pengelola utama pembangunan agribisnis dan meningkatnya bagian nilai tambah
yang dinikmati rakyat local.20

Kecenderungan penurunan aktivitas pembangunan pertanian antara lain


disebab-kan:
1. perbedaan persepsi antara daerah dan pusat seta antara eksekutif dan
legislatif lokal tentang peranan pembangunan pertanian yang memperbesar
variasi yang mencolok dalam kebijakan pertanian;
2. rendahnya prioritas dan alokasi anggaran untuk pembangunan pertanian;
3. keterse-diaan informasi pertanian sangat terbatas;
4. penurunan kapasitas dan kemampuan mana-ierial dari penyuluh
pertanian.21
5. penyu-luh pertanian kurang aktif untuk mengunjungi petani, kunjungan
lebih banyak dikaitkan dengan keproyekan.

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sejalan dengan adanya
Undang-Undang Otonomi Daerah tersebut maka sudah menjadi kewajiban

19
Susanti, Elis, 2017, Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Way Kanan Tahun 2010-2019
Perspektif Ekonomi Islam, skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas
Negeri Raden Intan Lampung, Lampung.
20
George R Terry, 2003, Prinsip-Prinsip Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta.
21
Mayrowani, H. (2012). Pembangunan pertanian pada era otonomi daerah: Kebijakan
dan implementasi.
pemerintah daerah untuk menangani potensi wilayah yang berada dalam ruang
lingkup pemerintahannya Pelaksanaan otonomi daerah menuntut tiap daerah agar
terbiasa melakukan optimalisasi semua sumber dayanya.22 Oleh karena itu, tiap
daerah harus bisa cermat dalam memberdayakan potensi alam daerah setempat
supaya lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka meningkatkan
pendapatan daerah. Daerah memiliki keunggulan tertentu yang berbeda dengan
daerah lain sehingga daerah perlu melakukan antisipasi dengan menentukan apa
yang menjadi basis ekonomi dan kemungkinan bisa dikembangkan pada masa
yang akan dating.

Otonomi daerah berarti memindahkan sebagian besar kewenangan yang


tadinya berada di pemerintah pusat diserahkan kepada daerah otonom, sehingga
pemerintah daerah otonom dapat lebih cepat dalam merespon tuntutan masyarakat
daerah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.23 Karena kewenangan membuat
kebijakan (PERDA) sepenuhnya menjadi wewenang daerah otonom, maka
dengan otonomi daerah pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan akan dapat berjalan lebih cepat dan lebih berkualitas.
Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah sangat tergantung pada kemampuan
keuangan daerah (PAD), sumber daya manusia yang dimiliki daerah, serta
kemampuan daerah untuk mengembangkan segenap potensi yang ada di daerah
otonom. Terpusatnya SDM berkualitas di kota-kota besar dapat didistribusikan ke
daerah seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, karena kegiatan
pembangunan akan bergeser dari pusat ke daerah.24

C. Revitalisasi Pertanian
22
Bratakusumah, Deddy Supriady & Riyadi, 2005, Perencanaan Pembangunan Daerah,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
23
ERAWATI, V. E. (2020). IMPLEMENTASI PROGRAM PAKET HEMAT (PAHE)
PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA
SURABAYA (Doctoral dissertation, UPN" VETERAN" JATIM).
24
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Revitalisasi pertanian ditempuh dengan empat langkah pokok yaitu
peningkatan kemampuan petani dan penguatan lembaga pendukungnya,
pengamanan ketahanan pangan, peningkatan produktivitas, produksi, daya saing
dan nilai tambah produk pertanian dan perikanan serta pemanfaatan hutan untuk
diversifikasi usaha dan mendukung produksi pangan dengan tetap memperhatikan
kesetaraan gender dan kepentingan pembangunan berkelanjutan25

Kebijakan dalam peningkatan kemampuan petani dan nelayan serta pelaku


pertanian dan perikanan lain serta penguatan lembaga pendukungnya, diarahkan
untuk26:
a) Revitalisasi penyuluhan dan pendampingan petani, termasuk peternak,
nelayan, dan pembudidaya ikan.
b) Menghidupkan dan memperkuat lembaga pertanian dan perdesaan untuk
meningkatkan akses petani dan nelayan terhadap sarana produktif,
membangun delivery system dukungan pemerintah untuk sektor pertanian,
dan meningkatkan skala pengusahaan yang dapat meningkatkan posisi
tawar petani dan nelayan.
c) Peningkatan kemampuan/kualitas SDM pertanian

Kebijakan yang ada dalam pengamanan ketahanan pangan diarahkan untuk:


a) Mempertahankan tingkat produksi beras dalam negeri dengan ketersediaan
minimal 90 persen dari kebutuhan domestik, agar kemandirian pangan
nasional dapat diamankan.
b) Meningkatkan ketersediaan pangan ternak dan ikan dari dalam negeri.
Kebijakan pengembangan peternakan diarahkan untuk meningkatkan

25
Lukman Hakim. 2015. Pertanian di Era Globalisasi, (Online), (http://el-
judge.blogspot.com/2015/04/pertanian-di-era-globalisasi.html), diakses 27 April 2015.
26
Tribawono, I. H. D. (2018). Hukum Perikanan Indonesia. PT Citra Aditya Bakti.
populasi hewan dan produksi pangan hewani dari produksi dalam negeri
agar ketersediaan dan keamanan pangan hewani dapat lebih terjamin untuk
mendukung peningkatan kualitas SDM.
c) Melakukan diversifikasi pangan untuk menurunkan ketergantungan pada
beras dengan melakukan rekayasa sosial terhadap pola konsumsi
masyarakat melalui kerjasama dengan industri pangan, untuk
meningkatkan minat dan kemudahan konsumsi pangan alternatif.

Kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam program ini meliputi:


a) Pengembangan diversifikasi usahatani, melalui pengembangan usahatani
dengan komoditas bernilai tinggi dan pengembangan kegiatan off-farm
untuk meningkatkan pendapatan dan nilai tambah;
b) Peningkatan nilai tambah produk pertanian dan perikanan melalui
peningkatan penanganan pasca panen, mutu, pengolahan hasil dan
pemasaran dan pengembangan agroindustri di perdesaan;
c) Pengembangan dan rehabilitasi infrastruktur pertanian dan perdesaan,
melalui perbaikan jaringan irigasi dan jalan usahatani, serta infrastruktur
perdesaan lainnya;
d) Peningkatan akses terhadap sumberdaya produktif, dan permodalan;
e) Pengurangan hambatan perdagangan antar wilayah dan perlindungan dari
sistem perdagangan dunia yang tidak adil;
f) Peningkatan iptek pertanian dan pengembangan riset pertanian melalui
pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat dan spesifik lokasi yang
ramah lingkungan;
g) Pengembangan lembaga keuangan perdesaan dan sistem pendanaan yang
layak bagi usaha pertanian, antara lain melalui pengembangan dan
penguatan lembaga keuangan mikro/perdesaan, insentif permodalan dan
pengembangan pola-pola pembiayaan yang layak dan sesuai bagi usaha
pertanian.27

27
Diakses melalui : http://hukum.unsrat.ac.id>pres
Pengembangan dan peningkatan produksi, produktivitas, kapasitas, kualitas
dan nilai tambah komoditas pertanian (terutama bahan pangan) di pedesaan
salah satunya dapat dicapai dengan pemberdayaan, pengembangan dan penguatan
jaringan kelembagaan yang menangani pemberdayaan masyarakat tani.
Pemerintah hendaknya secara serius dan berkesinambungan melaksanakan
program pemberdayaan kelembagaan pertanian untuk mendampingi berbagai
program kebijaka pembangunan pertanian. Terutama untuk tercapainya SDM
petani yang berteknologi inovatif mulai dari usaha tani hingga pasca panen mutlak
diperlukan.28 Program pemberdayaan dan pengembangan kelembagaan pertanian
usahatani merupakan upaya pemberdayaan dan pengembangan kapasitas dan
kemampuan (kompetensi) petani, melalui: pemberdayaan dan pengembangan
kelompok tani/Gapoktan dan petugas penyuluhan (PPL dan POPT).

Peran Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi Kedudukan sektor


pertanian dalam tatanan perekonomian nasional kembali memegang peranan
cukup penting. Pada sektor perekonomian lainnya mengalami penurunan akibat
krisis ekonomi dan moneter yang terjadi selama beberapa tahun terakhir. Kondisi
seperti ini memberikan kenyataan bahwa sektor pertanian masih merupakan
bagian dari sumber daya pembangunan yang potensial untuk dijadikan sebagai
sektor strategis perencanaan pembangunan nasional maupun perencanaan
pembangunan ditingkat regional atau daerah saat inibdan kedepan, melalui
program pembangunan jangka pendek, menengah, maupun dalam program
pembangunan jangka Panjang.29

28
R Elizabeth, ‘Revitalisasi Implementasi Pemberdayaan Kelembagaan Pertanian
Berkesinambungan Mendukung Pencapaian Dayasaing Produk Olahan’, UNES Journal
of Scientech Research, 2019 <https://ojs.ekasakti.org/index.php/UJSR/article/view/178>.
29
Pajar Pamuji. 2014. Peran Sektor Pertanian Dalam Membangun Perekonomian Bangsa
dan Peran Sumber Daya Dalam Sektor Pertanian, (Online) ,
(https://shpashter.wordpress.com/2014/12/07/peran-sektor-pertanian-dalammembangun-
perekonomian-bangsa-dan-peran-sumber-daya-dalam-sektorpertanian/), diakses 7
Desember 2014
Konsep dasar dari pentingnya pertanian sebagai sektor pemimpin di dalam
pembangunan ekonomi dapat dilihat dalam pernyataan. sebagai berikut: Sektor
andalan perekonomian adalah yang memiliki ketangguhan dan ketangguhan
tinggi. Sektor andalan merupakan tulang punggung (backbone) dan mesin
penggerak perekonomian (engine of growth) sehingga dapat pula disebut sebagai
sektor kunci atau sektor pemimpin (leading sector) perekonomian nasional.
Menurut mereka, ada lima syarat yang harus dilihat sebagai Kriteria dalam
mengevaluasi pertanian sebagai sektor kunci dalam perekonomian nasional.
Kelima syarat tersebut adalah strategis, tangguh, artikulatif, progresif, dan
responsif.30

Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting


karena sebagian besar anggota masyarakat di negara-negara miskin
menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Jika para perencana dengan
sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya, maka satu-
satunya cara adalah dengan meningkatkan kesejahteraan sebagian besar anggota
masyarakatnya yang hidup di sektor pertanian.

PENUTUP

A. Kesimpulan
pertanian adalah penyedian bahan pangan, bahan sandang dan bahkan
bahan papan. Selama manusia di dunia masih memerlukan bahan pangan untuk
menjamin kelangsungan hidupnya maka pertanian tetap akan memegang peran
yang sangat penting.

30
Kedi Suradista. 2017. Revitalisasi Kelembagaan Untuk Percepatan Pembangunan
Sektor Pertanian Dalam Otonomi Daerah. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 4 No.
4, Desember 2006 : 281-314.
Pertanian memberikan kontribusi yang penting bagi negara antara lain melalui
perananya dalam berbagai hal :
1. Menyediakan bahan pangan,
2. Menyediakan lapangan kerja,
3. Menyediakan bahan baku bagi industri,
4. Sumber devisa,
5. Penjaga kelestarian lingkungan (konservasi lahan, mencegah banjir,
penyedia udara yang sehat).

kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh


perilaku yang konsisten dan berulang, baik dari yang membuatnya maupun yang
mentaatinya (yang terkena kebijakan itu).

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Edisi Ketiga. Jakarta : Graha


Media.
Elizabeth, R, ‘Revitalisasi Implementasi Pemberdayaan Kelembagaan Pertanian
Berkesinambungan Mendukung Pencapaian Dayasaing Produk Olahan’,
UNES Journal of Scientech Research, 2019
<https://ojs.ekasakti.org/index.php/UJSR/article/view/178>
Kusumaningrum, S I, ‘Pemanfaatan Sektor Pertanian Sebagai Penunjang
Pertumbuhan Perekonomian Indonesia’, Transaksi, 2019
<http://ejournal.atmajaya.ac.id/index.php/transaksi/article/view/477>
Muta’ali, L, Dinamika Peran Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Di
Indonesia (books.google.com, 2019) <https://books.google.com/books?hl=en
%5C&lr=%5C&id=4WenDwAAQBAJ%5C&oi=fnd
%5C&pg=PA109%5C&dq=perencanaan+sektor+pertanian
%5C&ots=G7NyV96rf-%5C&sig=fjB8vlDapZzqVfnrNg8onf1_B8o>
Yudohusodo, Siswono. 1999. Modernisasi Pertanian Merupakan Harga Mati.
Kompas Edisi 22 Maret 1999.
Iskandar, Johan. 2006. Metodologi Memahami Petani dan Pertanian dalam Jurnal
Analisis Sosial Vol 11 No.1 April 2006, Yayasan AKATIGA-Pusat Analisis
Sosial. Bandung.
Yustika, Ahmad Erani. 2003. Tragedi Petani dan Involuasi Kebijakan Pertanian.
Suara Pembaharuan Daily Edisi 10 Oktober 2003.
Ropingi. 2002. Identifikasi Komponen Pertumbuhan Sektor Pertanian.
Surakarta: Pradya Paramitha.
I.W. Suryadi Rusasta 2004. Ekonomi Tenaga Kerja Pertanian dan Implikasinya
dalam Peningkatan Produksi dan Kesejahteraan Buruh Tani. Jurnal Litbang
Pertanian, 23(3), 2004.
Kaniasari, N. 2012. Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk
Pertanian. Buku. IPB Press.
Saptana, R. Elizabeth, dkk. 2004. Transformasi Kelembagaan Guna Memperkuat
Ekonomi Rakyat di Pedesaan. Journal on Socio-Economics of Agricultural and
Agribussines. (Jurnal SOCA). Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas
Udayana. Bali.
Khorami, A.R. and S. Pierof. 2013. The Role of Agriculture in Iran’s Economic
Development. Research Journal of Applied Sciences, Engineering and
Technology 6(11): 1928-1939.
Sarwoto, 1998, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, Cetakan Pertama, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Kunarjo, 2002, Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan,
Universitas Indonesia UI Press, Jakarta.
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, 2008, Pengantar Manajemen.
Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Susanti, Elis, 2017, Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Way Kanan Tahun 2010-
2019 Perspektif Ekonomi Islam, skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,
Universitas Negeri Raden Intan Lampung, Lampung.
Terry, George R, 2003, Prinsip-Prinsip Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta.
Bratakusumah, Deddy Supriady & Riyadi, 2005, Perencanaan Pembangunan
Daerah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Hakim, Lukman. 2015. Pertanian di Era Globalisasi, (Online),
(http://eljudge.blogspot.com/2015/04/pertanian-di-era-globalisasi.html), diakses
27 April 2015.
Pamuji, Pajar. 2014. Peran Sektor Pertanian Dalam Membangun Perekonomian
Bangsa dan Peran Sumber Daya Dalam Sektor Pertanian, (Online) ,
(https://shpashter.wordpress.com/2014/12/07/peran-sektor-pertanian-
dalammembangun-perekonomian-bangsa-dan-peran-sumber-daya-dalam-
sektorpertanian/), diakses 7 Desember 2014.
Suradisastra, Kedi. 2017. Revitalisasi Kelembagaan Untuk Percepatan
Pembangunan Sektor Pertanian Dalam Otonomi Daerah. Analisis Kebijakan
Pertanian. Volume 4 No. 4, Desember 2006: 281-314.
ERAWATI, V. E. (2020). IMPLEMENTASI PROGRAM PAKET HEMAT (PAHE) PADA
DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SURABAYA (Doctoral
dissertation, UPN" VETERAN" JATIM).
Mayrowani, H. (2012). Pembangunan pertanian pada era otonomi daerah: Kebijakan dan
implementasi.
Tribawono, I. H. D. (2018). Hukum Perikanan Indonesia. PT Citra Aditya Bakti.

Anda mungkin juga menyukai