Anda di halaman 1dari 7

KONSEP PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS KERAKYATAN

DAN BERWAWASAN AGRIBISNIS

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah : Ekonomi Kerakyatan

Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Dahlan, M.S.I.

Disusun oleh :

Kelompok 5

1. Hafsrah Afrianti (214110201153)


2. Hendra Prayoga (214110201063)
3. Herlin Purnami (214110201234)
4. Hana Aulia Maysani (224110201019)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN PROF K. H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2023
A. Peluang dan Tantangan atau Persoalan Pembangunan Pertanian di Indonesia
Peluang pembangunan pertanian ada beberapa yaitu :
1. Kondisi Sumber Daya Alam
Sumber daya alam yang sangat mendukung sektor pertanian adalah lahan dan
perairan. Sebaran dari potensi lahan tersebut mencakup 8,6 persen di Jawa, Madura
dan Bali, sedangkan sisanya di luar Jawa. Tingkat penggunaan lahan ditinjau dari segi
luas penggunaannya pulau Jawa 84% telah dimanfaatkan untuk budidaya pertanian,
sedangkan diluar Jawa pemanfaatan lahan untuk pertanian baru mencapai 22% dari
potensi yang tersedia. Sumber daya perairan umum yang sesuai saat ini adalah kurang
lebih 14 juta hektar, yang terdiri atas 11,95 juta hektar sungai dan rawa 1,78 hektar
danau alam dan 0,03 hektar waduk. Pemanfaatan perairan umum dilakukan dengan
cara penangkapan ikan, budidaya dan irigasi.
2. Kondisi Sumber Daya Manusia
Dengan proporsi penduduk yang bermata pencaharian utama sebagai petani yang
cukup besar, Indonesia termasuk ke dalam kelompok negara yang pada tahap awal
pembangunan perekonomian nasionalnya tertumpu pada sektor pertanian. Petani
sebagai bagian terbesar penduduk pedesaan merupakan faktor penentu dan ujung
tombak dalam mensukseskan pembangunan, karena merekalah yang pada akhirnya
harus menetapkan keputusan dalam kegiatan usaha-taninya.
3. Kondisi Kelembagaan Petani
Kelembagaan tani sebagai salah satu wadah pembangunan pertanian peranannya
sangat strategis baik sebagai alur penghubung antara lembaga di atasnya dengan
petani maupun sebagai media di dalam mempercepat proses transfer teknologi dan
informasi.

Tantangan yang harus di hadapi :

a. Kepadatan dan Penyebaran Penduduk


Penyebaran penduduk masih tetap merupakan masalah yang perlu mendapat
perhatian. Data tahun 1990 menunjukkan bahwa kepadatan tertinggi masih terdapat
di Jawa dengan tingkat kepadatan sebesar 826 jiwa per Km. Tingkat kepadatan ini
jauh di atas tingkat kepadatan diwilayah lainnya, seperti Sumatera dengan tingkat
kepadatan 80 jiwa per Km, Sulawesi 67 jiwa per Km, Kalimantan 17 jiwa per Km,
dan wilayah lainnya sebesar 24 jiwa per Km.
b. Pengelolaan Somber Daya Alam
Walaupun secara riil Indonesia masih merupakan negara dengan pendapatan
perkapita yang rendah di Asia Tenggara, namun secara potensial Indonesia adalah
negara yang paling kayaakan sumber daya alam. Masalah yang dihadapi adalah
bagaimana mempertahankan kelestarian sumber daya tersebut, termasuk ke dalamnya
memperluas resource base dari sumber daya alam dimaksud dan pemanfaatannya
secara optimal. Dalam kaitannya dengan hal ini, pemanfaatan sumber daya alam
didasarkan atas beberapa faktor, seperti kemampuan/kesesuaian alami dari sumber
daya (tanah, iklim, dsb.), kemampuan wilayah mengadaptasi teknologi secara tepat
guna, dan ketersediaan sarana dan prasarana.
c. Rekayasa Teknologi dan Peningkatan Effisiensi.
Perkembangan teknologi dunia di segala bidang termasuk pertanian di dalamnya
sangat pesat. Sementara itu, apabila negara kita ingin dapat bersaing dalam bidang
industri dan ekspor Pertanian di pasar intenasional, maka kita harus mampu
menciptakan paket teknologi yang memungkinkan terciptanya "sustained
comparative advantage". Paket teknologi seperti ini perlu pula dikembangkan untuk
mengakomodasi permintaan domestik akan produk-produk pertanian yang terus
meningkat sebagai akibat peningkatan penduduk dan daya beli masyarakat.
Sedangkan tantangan dari Peningkatan effisiensi produksi kaitannya dengan
pemanfaatan asas skala usaha. Pada saat ini proses produksi pertanian dinilai kurang
effisien karena diusahakan pada skala kecil.
d. Pembinaan Pembangunan dan Investasi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa penanaman modal di bidang pertanian jauh
ketinggalan dibandingkan dengan penanaman modal di sektor manufaktur dan jasa.
Hal ini disebabkan investasi di sektor pertanian pada umumnya mempunyai resiko
yang lebih besar bila dibandingkan dengan resiko penanaman modal di bidang
industri dan jasa.
e. Pemerataan dan Kesenjangan Sosial.
Secara umum, pembangunan yang selama ini dilaksanakan telah menunjukkan hasil
yang cukup menggembirakan. Namun hal ini bukan berarti bahwa berbagai
kesenjangan telah dapat diatasi. Beberapa hal yang terkait dengan kesenjangan
seperti rendahnya pendapatan penduduk pedesaan, terutama yang bekerja di sektor
pertanian adalah pola produksi yang masih terkekang oleh skala usaha sangat sempit,
kurangnya investasi, dan prasarana fisik dan non fisik yang masih belum memadai.
B. Konsep Pembangunan Pertanian Berbasis Kerakyatan
Ekonomi kerakyatan merupakan sistem ekonomi yang mengutamakan pada asas
kekeluargaan, masyarakat yang berdaulat dan berkepribadian sesuai Pancasila. Beberapa
prinsip ekonomi kerakyatan antara lain Intervensi yang besar oleh pemerintah.
Perekonomian yang dijalankan secara efisien, adil, sustainable dan memberdayakan.
Sedangkan menurut Natalia et al., (2016) sasaran ekonomi kerakyatan meliputi hal
berikut : 1.) Tersedianya peluang kerja dan penghidupan yang layak bagi seluruh anggota
masyarakat, 2.) Terselenggaranya sistem jaminan sosial bagi anggota masyarakat yang
membutuhkan, terutama fakir miskin dan anak-anak terlantar, 3.) Terdistribusikannya
kepemilikan modal material secara relatif merata di antara anggota masyarakat, 4.)
Terselenggaranya pendidikan nasional secara gratis bagi setiap anggota masyarakat, dan
5.) Terjaminnya kemerdekaan setiap anggota masyarakat untuk mendirikan dan menjadi
anggota serikat-serikat ekonomi. Beberapa prinsip ekonomi kerakyatan dapat
dibandingkan dengan kebijakan pemerintah di sektor pertanian. Pengujian ini dilakukan
melalui praktik sistem ekonomi kerakyatan. Masing-masing kriteria akan dikaitkan
dengan proses apa yang sudah dicapai di sektor pertanian. Kemudian proses pembelajaran
dan evaluasi apa yang dapat diambil dari uji praktik sistem ekonomi kerakyatan ini.
Ada beberapa peranan pertanian yang dianggap penting sebagai berikut.
Pertama, sektor pertanian membuka lapangan pekerjaan sehingga membuka kesempatan
kerja dan sumber pendapatan. Meski ada penurunan penawaran tenaga kerja, namun
jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor ini masih besar. Di desa, sebagian besar
penduduk bekerja sebagai petani. Kedua, komoditas pertanian menjadi kebutuhan primer
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apalagi jumlah penduduk semakin meningkat
sehingga komoditas pangan menjadi kebutuhan yang diprioritaskan dalam pemenuhan
dasar. Ketiga, sektor pertanian berkontribusi terhadap devisa negara. Komoditas pertanian
menjadi salah satu produk orientasi ekspor yang dapat diandalkan dan dibutuhkan pasar
dunia. Ekspor komoditas pangan menyumbang devisa negara sehingga real value of
money dapat meningkat. Keempat, alih fungsi lahan sangat besar. Saat ini pertumbuhan
penduduk Indonesia meningkat lebih tinggi dibandingkan kenaikan luas lahan untuk
bertani. Tercatat ada 87% petani dari total angkatan kerja atau 23 juta petani hanya
memiliki lahan tidak sampai 2 hektare. Sisanya hanya memiliki kurang dari 0,5 hektare
(Ananda, 2021).
Dapat disimpulkan bahwa saat ini sektor pertanian dianggap penting karena mampu
membuka lapangan pekerjaan, kebutuhan primer yang dibutuhkan masyarakat, pendorong
industrialisasi dan berkontribusi terhadap devisa negara. Saat ini sektor pertanian menjadi
sektor terbesar nomor dua sebagai penyumbang terhadap PDB. Namun sayangnya saat ini
jumlah tenaga kerja pertanian mengalami penurunan. Padahal secara geografis, iklim dan
sumber daya di Indonesia mendukung dalam rangka peningkatan produktivitas sektor ini.
Namun saat ini jumlah sawah di Indonesia turun akibat alih fungsi lahan yang ada setiap
tahun. Produktivitas sektor pangan dapat dijaga apabila kualitas sumber daya manusia dan
teknologi ditingkatkan. Produktivitas sektor pertanian mampu menjaga tingkat ketahanan
pangan suatu negara sehingga tidak bergantung pada impor.
C. Pembangunan Ekonomi Pertanian Kerakyatan Berwawasan Agribisnis
Pembangunan ekonomi pertanian kerakyatan berwawasan agribisnis sudah terasa
pentingnya bagi Indonesia semenjak dunia memasuki era global yakni di awal tahun
1995. Namun sektor pertanian, yang merupakan basis ekonomi rakyat pedesaan,
menguasai hajat hidup sebagian besar penduduk dan menyerap lebih separoh total tenaga
kerja dan menjadi katup pengaman krisis ekonomi masih tetap terpinggirkan, Sementara
di lain pihak, sebagian besar masyarakat berharap banyak terhadap sektor pertanian
sebagai penghela atau landasan pemulihan ekonomi. Oleh karena sumber daya alam harus
dimanfaatkan sebesar-besamya untuk mendukung usaha ekonomi rakyat, dalam bentuk
pembangunan yang berwawasan agribisnis. Wawasarn adalah cara pandang yang
mengandung persepsi jatidiri dari perspektif waktu dari ruang gerak yang sekaligus juga
mengandung konsepsi tentang norma, kondisi dari arah drui ruang gerak dan ruarng hidup
yang menjadi acuan. Wawasan swasembada dan wawasan agribisnis adalah dua wawasan
yang sekaligus harus diamalkan dalam pen1bangunan pertanian. Wawasan agribinsis
adalah cara pandang te'rhadap pertanian. Sebagai lapangan usaha dan lapangan kera yang
menghasilkan barang dan jasa, untuk memenuhi pennilltaan pasar, dengan tujuan untuk
memperoleh nilai tarnbah yang maksimal secara kompetitif. Dalam meraih nilai tarnbah
tersebut, agribisnis memandang ruang gerak dan ruang hidupnya tidak terbatas kepada
budidaya, tapi juga usaha pada penyediaan. Bahan, sarana, alsin dan jasa disektor hulu
usahatani, serta pasca panen, pengolahan, penanganan hasil pemasaran, dan lain-lainnya,
di sektor hilirnya. Prinsipnya adalah lapangan usaha pada usahatani maupun sektor
pendukung dan penunjangnya, baik yang di hulu maupun di hilir. Ditinjau. dari sudut
perilaku, wawasan agribisnis tersebut diharapkan menimbulkan sikap dan motivasi yang
"pas" atau sesu.ai dari subyek pelaku pembangunan pertanian dalam menanggapi era
industrialisasi dan globalisasi yang semalcin gencar.
Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir sektor pangan (food supply chain).
Dengan kata lain, Agribisnis adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan
pangan. Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola
aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap
pemasaran. Dalam konteks manajemen agribisnis, setiap elemen dalam produksi dan
distribusi pertanian adalah sebagai aktivitas agribisnis. Istilah "agribisnis atau
agribusiness (Inggris), yang merupakan gabungan dari agriculture (pertanian) dan
business (bisnis). Dalam bahasa Indonesia dikenal pula Agrobisnis. Objek agribisnis
dapat berupa tumbuhan, hewan, ataupun organisme lainnya
Secara konsepsional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktivitas, mulai
dari pengadaan dan penyeluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produk-produk
yang dihasilkan oleh usahatani dan agroindustri, yang saling terkait satu sama lain.
Dengan demik:ian sistern agribisnis merupakan suatu sistern yang terdiri dari berbagai
subsistern, yaitu (a) subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produks teknologi dan
pengernbangan sumberdaya pertanian; (b) subsistem budidaya atau usahatani, (c)
subsistern pengolahan hasil pertanian atau agroindustri, dan (d) subsistern pemasaran
hasil pertanian, (e) subsistem prasarana, dan (f) subsistem pembinaan.
Subsistem penyediaan dan penyaluran sarana produksi mencakup semua kegiatan
perencanaan, pengelolaan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi untuk
mernungkinkan terlaksananya penerapan teknologi usahatani dan pemanfaatan
sumberdaya pertanian secara optimal. Dengan demikian dalam subsistem pengadaan dan
penyaluran sarana produksi ini aspek-aspek yang ditangani tidak semata-mata
menyangkut penyediaan dan penyaluran sarana produksi seperti benihlbibit, pupuk,
pestisida, serta ala! dan mesin pertanian, tetapi juga penyediaan infonnasi pertanian yang
dibutuhkan petani, berbagai altematif teknologi baru.
Dalam subsistem usahatani, kegiatan yang elitangani mencakup pembinaan dan
pengembangan usahatani dalam rangka peningkatan produksi pertanian, baik usahatani
rakyat maupun usahatani berskala besar. Termasuk dalam kegiatan subsistem ini adalah
perencanaan mengenai lokas~ komoelitas, teknologi, pola usahatani dan skala usahanya
untuk mencapai tingkat produksi yang optimal.
Dalam subsistem pengolahan hasil atau agroindustri mencakup aktivitas pengolahan
sederhana eli tingkat petani, serta • mencakup keseluruhan kegiatan mulai dari
penanganan pasca panen komoelitas pertanian yang dihasilkan sampai pada tingkat
pengolahan lanju~ selama pengolahan a tau agroindustri terse but berada eli pedesaan ..
Dengan demikian pemeraman, pengupasan, pembersihan, pengeringan, pengawaetan,
pengekstrasian, penggilingan, pembekuan, dehidrasi, fermentasi peningkatan mutu dan
pengepakan/ pengemasan masuk dalam lingkup sistem pengolahan hasil, sebagai
komponen dari sistem agribisnis di pedesaan.
Sementara itu, subsistem pemasaran hasil kegiatan mencakup kegiatan elistribusi dan
pemasaran hasil-hasil usahatani ataupun hasil olahannya, baik untuk pasar dalam negeri
maupun luar negeri. Untuk memungkinkan berkembangnya subsistem pemasaran hasil
ini, maka berbagai kegiatan seperti pemantauan dan pengembangan informasi pasar
(market development, market promotion, dan market intelligence) sangat penting untuk
dilaksanakan.
Keernpat subsistern di atas hanya rnenjalankan fungsi dan peranannya apabila berada
dalarn lingkungan yang rnenyediakan berbagai sarana dan fasilitas yang diperlukannya
Swnberdaya dan fasilitas yang harus tersedia dan siap pakai di lokalita sistem agribisnis
itu, diantaranya ada yang bersifat prasarana publik yang keberadaannya harus ditangani
oleh aparatur birokrasi pernerintahan. Prasarana jalan., perhubungan, pengairan.,
pengendalian., pengarnanan dan konservasi menjadi syarat bagi lancamya proses
transformasi produktif yang diselenggarakan dtmia usaha dan masyarakat pedesaan

DAFTAR PUSTAKA
Menteri, O., & Pertania, M. (1992). PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN AGRO-
INDUSTRI DI INDONESIA.
Haryono, D., Ismono, H., Aring Hepiana Lestari, D., & Pengajar Agribisnis Politeknik
Negeri Lampung, S. P. (2017). Pertanian Perdesaan Lampung: Peluang dan
Tantangan Lampung Rural Agriculture; Opportunities And Challenges. 1(2), 43–52.
FAZA, Rayhan Effendy. STUDI SEKTOR PERTANIAN BERBASIS EKONOMI
KERAKYATAN. Journal of Development Economic and Social Studies, 2022, 1.3.
Cut, G. (2015). Strategi Pembangunan Pertanian Dan Perekonomian Pedesaan Melalui
Kemitraan Usaha Berwawasan Agribisnis, Agrisamudra, 71-80.
UMAR, Zainal Abidin. PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERPADU DI SEKTOR
PERIKANAN (Suatu Tinjauan Evaluasi dan Strategi Kebijakan). Jurnal Inovasi, 2011,
8.04.

Anda mungkin juga menyukai