Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang
melimpah. Sehingga menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara agraris, Faktanya adalah
bahwa sebagian besar mata pencarian penduduk Indonesia berasal dari sektor pertanian dan
menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu pilar besar perekonomian Indonesia, itulah
mengapa negara kita disebut sebagai negara agraris. Karena memang memiliki wilayah yang
sangat potensial untuk mengembangkan usaha di sektor pertanian. Salah satunya adalah bahwa
Indonesia terletak di garis khatulistiwa dan merupakan salah satu negara yang berada di wilayah
tropis, oleh sebab itulah Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat baik dengan
didukung kelimpahan sumber daya alam dan kondisi lingkungan Indonesia yang mendukung
pertanian tropika. Sektor pertanian mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan
perekonomian nasional. Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan signifikan bagi
perekonomian Indonesia. Sektor pertanian menyerap 35.9% dari total angkatan kerja di
Indonesia dan menyumbang 14.7% bagi GNP Indonesia (BPS, 2012). Fakta-fakta tersebut
menguatkan pertanian sebagai megasektor yang sangat vital bagi perekonomian Indonesia.
Lahan yang subur juga merupakan modal yang sangat potensial untuk menjadikan pertanian
Indonesia sebagai sumber penghasilan masyarakatnya dan juga penopang perekonomian
bangsa.
Namun sayangnya sektor ini masih kurang mendapatkan perhatian secara serius dari
pemerintah dalam pembangunan bangsa. Hal tersebut dapat dilihat mulai dari proteksi, kredit
hingga kebijakan lain yang tidak menguntungkan bagi sektor ini. Banyaknya program
pembangunan pertanian yang tidak terarah juga semakin menjerumuskan sektor ini pada
kehancuran. Banyak alih fungsi lahan menjadi pemukiman, pertokoan, perindustrian, jalan tol
atau fasilitas-fasilitas lainnya yang mengakibatkan semakin sempitnya lahan untuk usahatani.
Meski demikian sektor pertanian masih tetap menjadi mata pencaharian sebagian besar warga
Indonesia, banyak tenaga kerja yang kemudian menggeluti usahatani untuk memenuhi
kebutuhannya. Apabila dilihat dari potensi-potensi yang ada, seharusnya Indonesia sangat
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan bangsa Indonesia sendiri dan bahkan juga mampu
untuk mengekspor ke negara lain sehingga dapat membuat negara kita lebih maju jika
dimanfaatkan dengan baik. Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar

1
dan belum dimanfaatkan secara optimal. Data dari kajian akademis yang dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian pada tahun 2006
memperlihatkan bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192 juta ha, terbagi atas 123
juta ha (64,6 persen) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha sisanya (35,4 persen)
merupakan kawasan lindung. Dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal
pertanian seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah seluas 25,6 juta ha, lahan kering tanaman
semusim 25,3 juta ha dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Sampai saat ini, dari areal
yang berpotensi untuk pertanian tersebut, yang sudah dibudidayakan menjadi areal pertanian
sebesar 47 juta ha, sehingga masih tersisa 54 juta ha yang berpotensi untuk perluasan areal
pertanian. Jumlah luasan dan sebaran hutan, sungai, rawa dan danau serta curah hujan yang
cukup tinggi dan merata sepanjang tahun sesungguhnya merupakan potensi alamiah untuk
memenuhi kebutuhan air pertanian. Sebenarnya di Indonesia ada beberapa daerah yang sedang
mengembangkian sistem pertanian dengan berbagai program pemberdayaannya yaitu di Daerah
Karawang Jawa Barat saat ini dikenal sebagai daerah lumbung Padi di Jawa Barat, di dalam
makalah ini akan dibahas mengenai Pemberdayaan sektor Pertanian di Daerah tersebut Salah
satunya sekarang ini adanya Gerakan Tanam Serempak di Kecamatan Kutawaluya. Kabupaten
Karawang dikenal masyarakat sebagai kota lumbung padi. Predikat ini masih disandang
kabupaten yang juga dikenal sebagai kota pangkal perjuangan hingga saat ini. Dengan luas areal
pertanian lahan basah mencapai 97.000 hektare, Kabupaten Karawang mampu memproduksi
padi sekitar 1,4 juta ton GKP per tahun. Dengan jumlah produksi padi sebesar itu, Karawang
memberikan kontribusi beras hingga 9% dari produksi beras yang dihasilkan Provinsi Jawa
Barat. Sebagian besar penduduk Karawang yang berjumlah 2,2 juta lebih penduduknya
memang berprofesi sebagai petani. Itu sebabnya Pemerintah Kabupaten Karawang dalam setiap
program pembangunan yang dijalankan tidak pernah melepaskan kepentingan para petani.
Dalam banyak hal Pemerintah Kabupaten Karawang kerap mengaitkan program pembangunan
lainnya yang sebangun dengan kepentingan petani. Seperti pembangunan jalan atau jembatan,
yang salah satunya adalah dalam rangka memudahkan jalur distribusi bagi para petani.
Pemerintah menyadari Kabupaten Karawang saat ini mulai memasuki era industrialisasi. Ini
sulit untuk dihindari ketika sektor industri benar-benar menjadi booming di Karawang.
Kebanyakan pelaku industri melirik Karawang sebagai kota yang strategis untuk menjalankan
usahanya. Itu sebabnya Karawang segera membangun zona industri yang diperuntukkan bagi
pelaku industri. Ini dimaksudkan agar ada pemisahan kawasan yang tegas antara zona industri
dan zona pertanian. Pemisahan kawasan ini untuk melindungi area pertanian dari alih fungsi
lahan. Dalam perkembangannya pembangunan kawasan zona industri memiliki dampak
domino yang juga tak kalah pesatnya.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara Pemerintah Kabupaten Karawang mewujudkan Pemberdayaan
Masyarakat di sektor Pertanian ?
2. Apa saja hambatan dan solusi untuk mengatasi permasalahan saat program pemberdayaan
berjalan ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan Rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuan dari penelitian ini adalah sbb
1. Untuk mengetahui cara Pemerintah Kabupaten Karawang dalam mewujudkan
Pemberdayaan masyarakat di sektor Pertanian.
2. Untuk mengetahui apa saja hambatan dan solusi untuk mengatasi permasalahan saat
program Pemberdayaan masyarakat Kabupaten Karawang berjalan.

1.4 Manfaat Penelitian


Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang pentingnya sektor Pertanian
untuk di perhatikan, dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuham bangsa Indonesia yang
membutuhkan suatu swasembada pangan, dengan memberdayakan masyarakat Tani dari
buruh tani sampai tingkat pemilik lahan pertanian. Selain itu mengingatkan kembali bahwa
Indonesia adalah negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bertani dan kita harus
mengembangkan sektor tersebut, karena Indonesia memiliki banyak potensi di bidang
pertanian yang selama ini kurang termanfaatkan.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemberdayaan


Pemberdayaan berasal dari kata daya yang mendapat awalan ber- yang menjadi kata
berdaya artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, Perdaya artinya
memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai
daya atau mempunyai kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan
dari empowerment dalam bahasa inggris. Pemberdayaan sebagai terjemahan dari empowerment
menurut Merrian Webster dalam Oxford English Dicteonary mengandung dua pengertian :
a. To give ability or enable to, yang diterjemagkan sebagai member
b. kecakapan/kemampuan atau memungkinkan
c. Togive power of authority to, yang berarti member kekuasaan.
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata
power (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan
dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita
untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat
mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan
kontrol. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak berubah
atau tidak dapat dirubah. Kekuasaan sesungguhnya tidak terbatas pada pengertian di atas.
Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial
antar manusia. Kekuasaan tercipta dalam relasi sosial. Karena itu, kekuasaan dan hubungan
kekuasaan dapat berubah. Dengan pemahaman kekuasaan seperti ini, pemberdayaan sebagai
sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna. Dengan kata lain,
kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal yaitu:
Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah, pemberdayaan
tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.
Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan
yang tidak statis, melainkan dinamis.
Berikut akan disampaikan beberapa pengertian tentang pemberdayaan yaitu :
Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau
tidak beruntung (Ife, 1995: 56).
Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui
pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin (1987: xiii).

4
Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas
diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya (Rappaport, 1984:
3).
Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk
berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-
kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan
menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang
cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya (Parsons, et al., 1994:106).

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan


lemah, untuk (a) memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-baran dan jasa-jasa yang
mereka perlukan; dan (b) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan
yang mempengaruhi mereka.
Beragam definisi pemberdayaan menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah sebuah
proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagi tujuan, maka pemberdayaan
menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu
masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun
sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator
keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.

2.2 Pemberdayaan masyarakat


Menurut Sumaryadi (2005:11) pemberdayaan masyarakat adalah "upaya mempersiapkan
masyarakat seiring dengan langkah upaya memperkuat kelembagaan masyarakat agar mereka
mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial
yang berkelanjutan". Selain itu pemberdayaan masyarakat menurut Sumaryadi juga pada
dasarnya sebagai berikut:
a. Membantu pengembangan manusiawi yang autentik dan integral dari masyarakat lemah,
rentan, miskin perkantoran, masyarakat adat yang terbelakang, kaum muda pencari kerja,
kaum cacat dan kelompok wanita yang didiskriminasikan/dikesampingkan.
5
b. Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosial ekonomis
sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka,
namun sanggup berperan serta dalam pengembangan masyarakat.Dari pendapat
tersebut maka, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri
dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Sedangkan menurut Prijono dan Pranaka (1996:105-106) mengemukakan
bahwa pemberdayaan masyarakat harus dilakukan melalui tiga cara, yaitu :
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk
berkembang kondisi ini berdasarkan asumsi bahwa setiap individu dan masyarakat
memiliki potensi untuk mengorganisasi dirinya sendiri dan potensi kemandirian tiap
individu perlu diberdayakan. Proses pemberdayaan masyarakat berakar kuat pada
proses kemandirian tiap individu, yang kemudian meluas ke keluarga, serta kelompok
masyarakat baik di tingkat lokal maupun nasional.
b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat dengan menerapkan
langkah-langkah nyata, menampung berbagai masukan, menyediakan prasarana baik
fisik (irigasi,jalan,dan listrik) maupun sosial (sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan)
yang dapat diakses oleh masyarakat lapisan paling bawah. Terbentuknya akses pada
berbagai peluang akan membuat masyarakat semakin berdaya, seperti tersedianya
lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di pedesaan, dalam upaya
memberdayakan masyarakat ini yang penting antara lain adalah peningkatan mutu dan
perbaikan sarana pendidikan dan kesehatan serta akses pada sumber-sumber kemajuan
ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar.
c. Memberdayakan masyarakat dalam arti melindungi dan membela kepentingan
masyarakat lemah. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah jangan sampai yang
lemah bertambah lemah atau makin terpinggirkan dalam menghadapi yang kuat. Oleh
karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya
dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi dan membela harus dilihat
sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan
eksploitasi atas yang lemah.

Berdasarkan pada beberapa konsep diatas, maka dapat


disimpulkan pemberdayaan adalah upaya membangun daya itu untuk mendorong
(Encourage), memotivasi dan membangkitkan kesadaran dan dapat dijelaskan bahwa
pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan atau meningkatkan

6
kemandirian masyarakat dari yang kurang berdaya menjadi lebih berdaya, bukan
membuat masyarakatnya menjadi tergantung pada berbagai program pembangunan
yang ada, tetapi yang harus dihasilkan dan dinikmati atas hasil usaha sendiri. Selain
itu upaya memberdayakan masyarakat dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu yang
memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Memperkuat potensi atau daya
yang dimiliki, dan memberdayakan masyarakat dalam arti melindungi dan membela
kepentingan masyarakat lemah. Pemberdayaan bukan hanya meliputi individu-individu
dalam masyarakat saja, tetapi juga unsur-unsur pranata penduduknya.

2.2.1 Pemberdayaan Masyarakat dalam Sektor Pertanian di Indonesia


Pemberdayaan petani menurut Kepala Badan SDMP dilakukan dengan 5 (lima) jurus
yakni: (1) Kegiatan agrisbisnis harus berorientasi pasar (kuantitas, kualitas, dan kontinuitas);
(2) Usaha agribisnis harus menguntungkan dan comparable dengan usaha lainnya; (3)
Agribisnis merupakan kepercayaan jangka panjang; (4) Kemandirian dan daya saing usaha; (5)
Komitmen terhadap kontrak usaha. Pemberdayaan kelembagaan petani meliputi : (1) Petani sub
sisten tradisional yang telah berubah menjadi petani moderen berwawasan agribisnis difasilitasi
untuk membentuk kelembagaan petani melalui proses partisipatif dan bottom-up; (2) Untuk
membentuk kelembagaan petani yang kokoh, perlu disusun suatu instrumen pemberdayaan
kelompok tani. (3) Instrumen pemberdayaan kelompok tani yang perlu dipertimbangkan antara
lain : (a) Adanya interest/kepentingan yang sama di antara petani dalam kelompok; (b) Adanya
jiwa kepemimpinan dari salah satu petani di dalam kelompok; (c) Adanya kemampuan
manajerial dari petani di dalam kelompok; (d) Adanya komitmen dari petani untuk membentuk
kelembagaan petani; (e) Adanya saling kepercayaan di antara petani di dalam kelompok.
Pemberdayaan usahatani meliputi kegiatan: (1) Fasilitasi kelompok usaha tani yang tidak
feasible dan tidak bankable melalui bantuan langsung masyarakat untuk mengembangkan usaha
agribisnis; (2) Mendorong kelompok usaha tani yang tidak feasible dan tidak bankable menjadi
usaha yang feasible tetapi belum bankable; (3) Fasilitasi kelompok usaha tani yang feasible
tetapi belum bankable dengan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dan Kredit Usaha
Rakyat untuk mengembangkan usaha agribisnis; (4) Mendorong kelompok usaha tani yang
feasible tetapi belum bankable menjadi usaha yang feasible dan bankable; (5) Untuk
mendukung kelompok usaha tani yang feasible dan bankable, Pemerintah perlu menciptakan
iklim usaha yang kondusif agar investasi domestik dan investasi asing masuk ke sektor
agribisnis. Konsep pemberdayaan masyarakat secara mendasar berarti menempatkan
masyarakat beserta institusi-institusinya sebagai kekuatan dasar bagi pengembangan konomi,
politik, sosial, dan budaya menghidupkan kembali berbagai pranata ekonomi masyarakat untuk

7
dihimpun dan diperkuat sehingga dapat berperan sebagai lokomotif bagi kemajuan ekonomi
merupakan keharusan untuk dilakukan ekonomi rakyat akan terbangun bila hubungan sinergis
dari berbagai pranata sosial dan ekonomi yang ada didalam masyarakat dikembangkan kearah
terbentuknya jaringan ekonomi rakyat.

2.2.2 Tantangan Di Era Globalisasi


Menurut Saragih (1998), makna terdalam era globalisasi dalam strukturperekonomian
adalah perdagangan bebas. Dalam perdagangan bebas berarti ada persaingan. Dalam globalisasi
tersebut yang akan bersaing adalah barang sekunder, yaitu produk agroindustri di
Indonesia bahan baku untuk industri tersedia, tetapi yang menjadi kendala adalah penggunaan
dan penguasaan teknologi modern yang memperkuat agribisnis, atau penekanan masalah yang
dihadapi dalam era globalisasi adalah pada peningkatan SDM ( termasuk bagi para petani dan
nelayan kecil).
Mendasarkan hal di atas, maka arah pengembangan pertanian dan perikanan kedepan
adalah agribisnis, yaitu mengembangkan pertanian dan agroindustri atau industri yang
mengolah hasil pertanian/ perikanan dan jasa-jasa yang menunjangnya. Termasuk di dalam
perikanan, misalnya di Indonesia ini dari sisi penawaran, kita memiliki perairan laut seluas 5,8
juta km2 dan garis pantai sepanjang 90 ribu km, adalah merupakan basis kegiatan ekonomi
perikanan yang sangat besar. Hal ini tentu belum termasuk potensi perikanan air tawar, baik
perairan umum (sungai dan danau), budidaya kolam, budidaya ikan karamba/jarring apung,
budidaya ikan rawa dan budidaya ikan sawah yang juga masih terbuka luas. Khusus tentang
arah pembangunan perikanan dengan pendekatan agribisnis adalah dengan membangun dan
mengembangkan subsistim industri hulu perikanan ( pembenihan, industri peralatan tangkap
ikan, industri pakan ikan), subsistim budidaya pasca panen/tangkap, subsistim pengolahan hasil
perikanan dan perdagangan, dan subsistim jasa penunjang ( R and D) dalam suatu sistim yang
terintegrasi. Masih menurut Saragih (1998) pengembangan agribisnis di Indonesia merupakan
tuntutan perkembangan yang logis dan harus dilanjutkan sebagai wujud kesinambungan,
penganekaragaman dan pendalaman pembangunan pertanian selama ini. Pengembangan
agribisnis akan tetap relevan walau telah tercapai setinggi apapun kemajuan suatu negara
Bahkan agribisnis akan menjadi andalan utama bagi suatu negara yang masih sulit melepaskan
ketergantungan pembangunan nasionalnya dari sektor pertanian dan pedesaan seperti Indonesia
ini. Beberapa alasan lain untuk memperkuat pilihan pada agribisnis, adalah: (1) tersedianya
bahan baku yang tersedia, (2) akan memperluas daya tampung tenaga kerja di sektor pertanian
dan pedesaan, dan (3) pengembangan agrobisnis dalam skala kecil lebih mudah diarahkan
untuk lebih bersahabat dengan lingkungan (daripada industri besar), sehingga dapat menekan

8
kerusakan lingkungan. Dengan memperhatikan arah tantangan pertanian dan perikanan yaitu
seharusnya dikembangkan ke arah agribisnis, maka perlu mendapat penekanan bahwa sasaran
strategis pemberdayaan masyarakat bukanlah sekedar peningkatan pendapatan semata,
malainkan juga sebagai upaya membangun basis-basis ekonomi yang bertumpu pada kebutuhan
masyarakat dan sumberdaya lokal yang handal. Dalam kerangka tersebut, keberhasilan upaya
pemberdayaan masyarakat tidak hanya dapat dilihat dari meningkatnya pendapatan
masayarakat melainkan juga aspek-aspek penting dan mendasar lainnya.
3 Beberapa aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemberdayaan
masyarakat petani, antara lain :
1. Pengembangan organisasi/kelompok masyarakat yang dikembangkan dan berfungsi
dalam mendinamisir kegiatan produktif masyarakat, misalnya berfungsinya HKTI,
HNSI , dan organisasi lokal lainya .
2. Pengembangan jaringan strategis antar kelompok/organisasi masyarakat yang terbentuk
dan berperan dalam pengembangan masyarakat tani asosiasi dari organisasi petani, baik
dalam skala nasional, wilayah, maupun lokal.
3. Kemampuan kelompok petani dan dalam mengakses sumber-sumber luar yang dapat
mendukung pengembangan mereka, baik dalam bidang informasi pasar, permodalan,
serta teknologi dan manajemen, termasuk didalamnya kemampuan lobi ekonomi. Di
sinilah maka perlunya ekonomi jaringan dipembangkan. ekonomi jaringan adalah suatu
perekonomian yang menghimpun para pelaku ekomomi, baik dari produsen, konsumen,
service provider, equipment provider, cargo, dan sebagainya di dalam jaringan yang
terhubung baik secara elektronik maupun melalui berbagai forum usaha yang aktif dan
dinamis. Ekonomi jaringan ini harus didukung oleh jaringan telekomunikasi, jaringan
pembiayaan, jaringan usaha dan perdagangan, jaringan advokasi usaha, jaringan saling
belajar, serta jaringan lainnya seperti hasil temuan riset dan teknologi/inovasi baru,
jaringan pasar, infomasi kebijakan dan pendukung lainnya yang dapat diakses oleh
semua dan tidak dimonopoli oleh kelompok tertentu ( Sasono, 2000).

Pengembangan kemampuan-kemampuan teknis dan manajerial kelompok-kelompok


masyarakat, sehingga berbagai masalah teknis dan organisasi dapat dipecahkan dengan baik.
Di sini, selain masyarakat sasaran (petani), juga para petugas penyuluh/pendamping
pemberdayaan masyarakat harus meningkatkan kompetensi diri sebagai petugas yang mampu
memberdayakan , karena banyak diantara mereka justru ketinggalan kemampuannya dengan
kelompok sasarannya.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Strategi yang Digunakan Pemerintah Kabupaten Karawang untuk


Mewujudkan Swasembada Pangan Melalui Sektor Pertanian
3.1.1 Program Gerakan Tanam Serempak di Kecamatan Kutawaluya
Dengan turunnya dua orang konsultan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai
tenaga pendamping dari program Menteri Pertanian yang mencanangkan Gerakan
Pemberdayaan Petani Terpadu (GPPT) melalui kegiatan tanam serempak, bertempat di
kelompok tani di Kecamatan Kutawaluya. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) senior di
BP3K Kecamatan Kutawaluya, Ayat mengatakan, kegiatan ini dilakukan guna menekan
cadangan impor beras yang dilakukan Perusahaan Umum Badan Logistik (Perum Bulog)
agar tidak keluar, untuk tenaga pendamping GPPT itu hanya 2 orang untuk tingkat
kecamatan dan diberikan pengawasan kesetiap kelompok yang ada di desa hanya satu
kelompok saja yang mendapatkan program GPPT seluas 25 Ha dengan bantuan subsidi
dari pemerintah taplakan dan benih serta obat tersebut. Ayat menjelaskan, melalui kegiatan
gerakan tanam serempak yang dilakukan dari Sabang sampai Merauke maka akan ada
tambahan 3,5 juta hektare luas tanam padi di luar sanding crops yang telah dilakukan pada
Oktober sebanyak 3,78 juta hektar luas tanam padi. Artinya akan terjadi puncak panen.
Dengan jumlah itu, tidak mungkin cadangan impor akan keluar. Di mana hasil panen ini
akan penuhi kebutuhan beras masyarakat Indonesia, ujarnya. Dia berharap, kegiatan
Gerakan Pemberdayaan Petani Terpadu (GPPT) melalui kegiatan tanam happy wheels
serempak diharapkan target Kementerian Pertanian untuk tahun 2016 diharapkan luas
tanam padi bisa mencapai 9 juta hektare pada Oktober 2016. Tujuannnya guna untuk
peningkatan kualitas serta produkifitas padi pertanian serta peningkatan pendapatan petani
dan kesejahteraan masyarakat.

3.1.2 Dukungan dari Pemerintah Pusat


Untuk mewujudkan kembali kejayaan sektor pertanian Indonesia menuju kedaulatan dan
kemandirian pangan, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian
(BPPSDMP) Kementerian Pertanian melaksanakan program Gerakan Pemberdayaan Pertanian
Terpadu (GPPT) dan Penumbuhan Generasi Muda di Bidang Pertanian diupayakan dengan
memadukan kegiatan penyuluhan, pelatihan, dan pendidikan pertanian. Kepala BPPSDMP
Kementan, Pending Dadih Permana mengatakan kegiatan GPPT dilaksanakan mulai tahun ini
untuk meningkatkan kualitas dan peran serta sumber daya manusia (SDM) pertanian khususnya

10
penyuluh dan para petani dalam mendukung pencapaian sasaran Upaya Khusus (Upsus)
peningkatan produksi dan produktivitas tujuh komoditas prioritas: padi, jagung, kedelai,
bawang merah, cabai, gula, dan daging sapi dengan melibatkan banyak pihak.
"Dengan dukungan dari penyuluh pertanian, mahasiswa, perguruan tinggi, prajurit TNI
AD, dan pemangku kepentingan lainnya diharapkan mampu menggerakkan petani dalam
meningkatkan martabat, dan kesejahteraan petani sebagai pelaku utama dalam mewujudkan
kedaulatan pangan," kata Pending kepada pers di Jakarta pada Kamis (19/5).Dia menambahkan,
sasaran akhir GPPT melalui pemberdayaan SDM pertanian secara terpadu mampu
menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan petani anggota kelompok tani (Poktan) dan
gabungan kelompok tani (Gapoktan) menjadi kelembagaan ekonomi petani yang berbadan
hukum seperti badan usaha milik petani, commmanditaire vennootschaap (CV), perusahaan
terbatas (PT) dan koperasi pertanian. "Kementan berharap melalui GPPT ini, petani menjadi
pelaku utama yang andal dalam penerapan teknologi yang terekomendasi sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan petani," kata Pending.

a. Kegiatan Utama
Terdapat empat kegiatan utama yang menjadi arah dan kebijakan BPPSDMP dalam
menjalankan GPPT yang memadukan kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pendidikan melalui
optimalisasi peran penyuluhan dalam pendampingan program swasembada pangan di tingkat
Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) dan Wilayah Kerja Penyuluh
Pertanian (WKPP).
Kegiatan kedua meningkatkan daya saing balai diklat dan sertifikasi profesi pertanian,
diikuti revitalisasi Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) dan Sekolah Menengah
Kejuruan Pembangunan Pertanian (SMK-PP) dan pemantapan sistem administrasi dan
manajemen yang transparan dan akuntabel. Pending menambahkan, untuk mensukseskan
GPPT, pihaknya menerapkan strategi pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan SDM pertanian
melalui training of trainers (TOT), pendidikan dan latihan teknis maupun tematik di BP3K,
peningkatan kinerja penyuluh pertanian, peningkatan kapasitas BP3K sebagai kelembagaan
penyuluhan pertanian dan Pos Simpul Koordinasi (Posko) pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan pertanian di tingkat kecamatan.

b. Sosialisasi GPPT
Arah dan kebijakan BPPSDMP dalam mendukung Gerakan Pemberdayaan Petani
Terpadu melalui Penyuluhan, Pelatihan, dan Pendidikan adalah : (1) Optimalisasi peran
penyuluhan dalam pendampingan program swasembada pangan di tingkat BP3K dan WKPP;

11
(2) Peningkatan daya saing dan kinerja balai diklat, serta sertifikasi profesi pertanian; (3)
Revitalisasi STPP dan SMK-PP; dan (4) Pemantapan sistem administrasi dan manajemen yang
transparan dan akuntabel. Arah kebijakan ini dirancang secara sistematis dan komprehensif dari
aspek pelatihan, pendidikan, dan penyuluhan, yang bermuara pada pemberdayaan petani, agar
mampu menjadi pelaku utama yang handal dalam menerapkan teknologi yang terekomendasi
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Sumberdaya manusia yang berperan dalam ketiga tersebut yaitu widyaiswara, dosen dan
penyuluh pertanian. Oleh karena itu Kegiatan Sosialisasi Gerakan Pemberdayaan Petani
Terpadu ini ditujukan untuk widyaiswara, dosen dan penyuluh pertanian. Hal ini dimaksudkan
untuk meningkatkan efektivitas, efesiensi, dan kesamaan pemahaman dalam pelaksanaan
gerakan pemberdayaan ini. Adapun tujuan kegiatan ini di antaranya : (1) mensosialisasikan
Pedoman Pelaksanaan Gerakan Pemberdayaan Petani Terpadu (GPTT); (2) menyamakan
persepsi dan pemahaman widyaiswara, dosen, penyuluh pertanian dan petugas lainnya terhadap
kegiatan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan pertanian dalam rangka GPPT TA. 2016; (3)
membahas rencana kegiatan supervisi dan pembinaan Gerakan Pemberdayaan Petani Terpadu
(GPTT) TA. 2016; dan (4) membahas mekanisme monitoring, evaluasi, dan pelaporan GPPT
TA. 2016. Kepala Badan PPSDMP, mengharapkan kepada semua yang hadir dalam sosialisasi
ini agar mampu memahami dengan baik aspek filosofis dari gerakan pemberdayaan terpadu dan
dapat menularkan kepada seluruh stakeholder di daerah sehingga seluruh elemen yang
diharapkan sebagai pendukung gerakan ini bisa bergerak bersama-sama di tingkat lapang. Hal
tersebut disampaikan beliau saat diwawancarai usai kegiatan Sosialisasi Gerakan
Pemberdayaan Petani Terpadu bagi widyaiswara, dosen dan penyuluh pertanian.
Sosialisasi ini adalah bagian upaya Badan PPSDMP untuk memperkuat basis
pemahaman terhadap rekan-rekan pelaksana di tingkat daerah dari seluruh stakeholder yang
terkait dengan konsep pembangunan pertanian khususnya penyuluhan yang melalui payung
program Gerakan Pemberdayaan Petani Terpadu Melalui Penyuluhan Pendidikan dan Pelatihan
Pertanian. Badan PPSDMP memiliki tiga pilar, pilar pertama penyuluhan, penyuluhan
membutuhkan pelatihan. Pendidikan adalah merupakan bagian dari upaya penyuluhan.
Penyuluhan adalah pendidikan non formal, sehingga melalui lembaga-lembaga pendidikan kita
mempersiapkan betul SDM kita. STTP salah satu jurusan penyuluhan yang dipersiapkan.
Kurikulumnya harus mendekati dan sejatinya dilaksanakan sebagai seorang penyuluh
pertanian, di mana pendidikan dan pelatihan merupakan dua pilar penunjang untuk bisa
memperkuat penyelenggaraan penyuluhan pertanian di Indonesia. Demikian jawaban Kepala
Badan terkait alasan keterlibatan sektor pendidikan dalam Gerakan Pemberdayaan Petani
Terpadu ini. HUmas BPPSDM Pertanian

12
3.2 Hambatan dan Solusi untuk Mengatasi Permasalahan saat Program pemberdayaan
Berjalan
a. Hambatan
Kita Menyadari bahwa salah satu tantangan pembangunan pertanian adalah bagaimana
mencapai pemenuhan kebutuhan komoditas unggulan tanaman pangan, hortikultura,
peternakan, perkebunan serta peningkatan ekspor produk pertanian. Untuk itu perencanaan
pembangunan pertanian ke depan harus dilandasi optimalisasi sumber daya yang sifatnya
terpadu. Menghadapi 2015-2019, sektor pertanian masih dihadapkan pada berbagai kendala,
antara lain berupa (1) alih fungsi dan fragmentasi lahan pertanian; (2) rusaknya
infrastruktur/jaringan irigasi; (3) makin berkurang dan mahalnya upah tenaga kerja pertanian;
(4) masih tingginya susut hasil (losses), dan (5) belum terpenuhinya kebutuhan pupuk dan benih
sesuai rekomendasi spesifik lokasi. Ditambah lagi dengan tantangan perekonomian di era
globalisasi ini yang masih sama dengan era sebelumnya, yaitu bagaimana mewujudkan subjek
dari perekonomian Indonesia yaitu penduduk Indonesia menjadi sejahtera, Selama ini petani
seakan berjalan dalam kesendirian dan merasa terpinggirkan.
GPPTT merupakan program yang bertujuan untuk membina petani agar mengelola
tanaman dan pangan dengan baik dan benar. Hal tersebut dilakukan dengan cara memberikan
penyuluhan terhadap petani mengenai cara pengendalian hama dan juga mengenai seputar
dunia pertanian lainnya. Selain itu, GPPT juga merupakan kegiatan seperti sekolah lapangan
bagi para petani tentunya. Dimana sekolah tersebut para petani akan diajarkan bagaimana cara
memupuk tanaman, pengendalian hama, pengendalian hama tanaman dan lainnya. Para
penyuluh tidak hanya terpaku pada kegiatan yang sudah ada di dalam program GPTT saja.
Apabila dalam kegiatan tersebut tidak ada dana alokasi maka kegiatan akan tetap dilaksanakan
sebagaimana mestinya seperti yang telah disepakati bersama.
Kegiatan tersebut hingga saat ini tetap jalan. Hanya saja daya serap anggaran Dinas
Pertanian Kabupaten Karawang sedang melemah. Selain itu, program yang ada di kota
umumnya dilaksanakan di kabupaten/kota sehingga perlu adanya koordinasi antara kabupaten
dengan provinsi, dan terkadang Koordinasi dari Provinsi dan Kabupaten tidak sejalan,
terkadang Kabupaten sudah siap, namun pihak provinsi belum siap, begitu pula sebaliknya.
Namun meskipun terkendala dana program tersebut tetap berjalan karena mereka tidak ingin
waktunya terbuang sia-sia dan tidak sesuai perencanaan awal sehingga program tersebut
menggunakan dana yang seadanya terlebih dahulu.

13
b. Solusi
Gerakan Pemberdayaan Petani Terpadu melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan
merupakan salah satu solusi yang tepat untuk menggugah kembali semangat semua pihak agar
peduli dan bekerja bahu membahu dalam meningkatkan martabat petani sebagai pelaku utama
mewujudkan kedaulatan pangan. Dengan didukung oleh seluruh unsur penting yaitu penyuluh
pertanian, mahasiswa dan bintara pembina desa (babinsa) diharapkan mampu menggerakkan
para petani dalam mencapai keberhasilan program.
Gerakan Pemberdayaan Petani Terpadu dilaksanakan melalui penumbuhan dan
pengembangan kelembagaan petani baik poktan dan gapoktan, kelembagaan ekonomi petani
atau badan usaha milik petani dalam bentuk koperasi pertanian yang didampingi dan dikawal
oleh penyuluh secara teratur, sistematis dan berkelanjutan serta dibantu mahasiswa melalui
sistem kerja latihan-kunjungan dan supervisi yang berbasis di BP3K sebagai rumah para petani
untuk meningkatkan adopsi petani dalam memanfaatkan teknologi unggulan dan modern untuk
peningkatan produksi, produktivitas dan pendapatan petani. Gerakan Pemberdayaan Petani
Terpadu melalui Pendidikan, Pelatihan dan penyuluhan ini merupakan milestone atau tonggak
untuk mewujudkan kembali kejayaan sektor pertanian menuju kedaulatan pangan yang tidak
berhenti sampai disini saja tetapi akan terus bergulir sejalan dengan semangat gerak dan etos
para petani di Indonesia.
Intinya solusi dari hambatan-hambatan yang ada adalah sebuah kekompakkan dari
berbagai lapisan atau stake holder dari berbagai pihak, dari masyarakat maupun pemerintah
setempat, koordinasi lebih dibangun lagi, dan perencanaan lebih matang serta siapkan analisis
apa yang akan terjadi dan resiko-resiko yang akan dihadapi, pastikan untuk menyiapkan solusi
dari segala hambatan, selain itu perlu adanya kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk
melaksanakan program ini. Siapkan dana yang mumpuni agar program terus berjalan dengan
lancar, selain mempersiapkan dana, tata anggaran pengeluaran harus dibuat dengan sangat rinci
sehingga kita bisa mengukur pengeluaran yang akan kita pakai dengan terencana. Persiapkan
semuanya dengan matang dan jangan ragu untuk melangkah, karena kesuksesan dari
pemberdayaan para petani akan berdampak positif terhadap swasembada pangan.

14
BAB VI
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menurut Sumaryadi (2005:11) pemberdayaan masyarakat adalah "upaya
mempersiapkan masyarakat seiring dengan langkah upaya memperkuat kelembagaan
masyarakat agar mereka mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan dalam
suasana keadilan sosial yang berkelanjutan. untuk memajukan salah satu sektor yang selama ini
kurang diperhatikan pemerintah membuat program Gerakan Pemberdayaan Petani.
Gerakan pemberdayaan petani terpadu merupakan rangkaian pelaksanaan kegiatan
peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian dalam mendukung pencapaian sasaran
Upaya Khusus (UPSUS) peningkatan produksi dan produktivitas tujuh komoditas prioritas
yang dirancang secara sistematis dan komprehensif dari aspek pelatihan, pendidikan dan
penyuluhan yang kesemuanya bermuara pada pemberdayaan petani agar mampu menjadi
pelaku utama yang handal dalam menerapkan teknologi yang terekomendasi guna
meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas prioritas dalam satuan kawasan berbasis
kelembagaan petani.
Gerakan Pemberdayaan Petani Terpadu (GPPT) melalui kegiatan tanam serempak,
bertempat di kelompok tani di Kecamatan Kutawaluya. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
senior di BP3K Kecamatan Kutawaluya, Ayat mengatakan, kegiatan ini dilakukan guna
menekan cadangan impor beras yang dilakukan Perusahaan Umum Badan Logistik (Perum
Bulog) agar tidak keluar.Gerakan Pemberdayaan Petani Terpadu dilaksanakan melalui
penumbuhan dan pengembangan kelembagaan petani baik poktan dan gapoktan, kelembagaan
ekonomi petani atau badan usaha milik petani dalam bentuk koperasi pertanian yang
didampingi dan dikawal oleh penyuluh secara teratur, sistematis dan berkelanjutan serta dibantu
mahasiswa melalui sistem kerja latihan-kunjungan dan supervisi yang berbasis di BP3K sebagai
rumah para petani untuk meningkatkan adopsi petani dalam memanfaatkan teknologi unggulan
dan modern untuk peningkatan produksi, produktivitas dan pendapatan petani.

Gerakan Pemberdayaan Petani Terpadu melalui Pendidikan, Pelatihan dan penyuluhan


ini merupakan milestone atau tonggak untuk mewujudkan kembali kejayaan sektor pertanian
menuju kedaulatan pangan yang tidak berhenti sampai disini saja tetapi akan terus bergulir
sejalan dengan semangat gerak dan etos para petani di Indonesia

15
4.2 Saran
Selama ini program GPPT sudah digalakkan oleh pemerintah namun pelaksanaan yang
paling gencar adalah Kabupaten Karawang, dikarenakan di daerah tersebut yang dianggap
sebagai daerah yang memusatkan pengembangan sistem pertanian, sehingga daerah tersebut
disebut sebagai lumbung padi Jawa Barat, bahkan dalam skala nasional, sebaiknya semua
daerah di Indonesia juga lebih memperhatikan sistem Pertaniannya karena semua daerah di
Indonesia subur, dan memiliki potensi kekayaan alam, alangkah baiknya apabila kita orang
Indonesia secara bersama mengembangkan sistem tersebut, dengan melakukan program-
program yang menunjang sistem pertanian. Karena Identitas Indonesia sebagai negara agraris
selama ini sudah pudar karena tidak dapat mewujudkan swasembada pangan. Sehingga sudah
saatnya kita merubah pola pikir kita untuk lebih memperhatikan sektor Pertanian.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dra. Risyanti Riza, Drs.H. Roesmidi, M.M.2006. Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang :


ALQAPRINT JATINANGOR)
Kartasasmita, Ginjar 1995. Pemberdayaan Masyarakat Sebuah Tinjauan Administrasi Pidato
Pengakuan Jabatan Guru Besar Dalam Ilmu Administrasi Pada Fakultas Ilmu
Administrasi. Malang: Universitas Brawijaya
Melalui : http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2016/03/12/497595/tiga-strategi-gerakan-
pemberdayaan-petani-terpadu [diakses pada 14/04/2017]
Melalui : http://tabloidsinartani.com/content/read/sosialisasi-gerakan-pemberdayaan-petani-
terpadu-2016/ [diakses pada 14/04/2017]
Melalui :mhttp://karawangbekasiekspres.com/news/4320/Program-GPTT-Tingkatkan-Hasil-
Pertanian-Karawang.html [diakses pada 13/04/2017]
Suhendra, 2006. Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Alfabeta.
Sumaryadi, I Nyoman, 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan
Masyarakat. CV. Citra Utama, Jakarta
Widjaja, HAW. 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Asli Bulat dan Utuh. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

17

Anda mungkin juga menyukai