OLEH
BAIQ YULI HANDAYANI
NIM : 11.6.1.005
FAKULTAS PETERNAAN
UNIVERSITAS NAHDATUL WATHAN MATRAM
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya sehingga penulisan makalah tentang Ilmu ekonomi industri peternakan.ini dapat
terselesaikan sebagaimana mestinya.
Tidak dipungkiri bahwa makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak,
dan kami menyadari sepenuhnya tanpa adanya bantuan dan dukungan tersebut makalah ini
mungkin tidak akan dapat diselesaikan tepat waktu. Terkait dengan semua itu pada kesempatan
yang sangat berbahagia ini kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada dosen yang telah mendidik kami, semoga jerih payah dosen akan tercatat
sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT Amin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mempunyai rumusan masalah antara lain sebagai
berikut :
1. Apa fungsi ekonomi bagi peternakan ?
2. Apa saja kelemahan peternakan unggas dan ruminansia di Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mempunyai tujuan antara lain sebagai berikut :
1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Ikonomi Industri Peternakan.
2. Untuk mengetahui pengertian dan fungsi Ilmu Ekonomi bagi peternakan
3. Untuk mengetahui kelemahan industri peternakan di Indonesia
D. Sistematika
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami makalah ini, penulis menyajikan
sistematika yang menjelaskan secara garis besarnya yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika.
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian dan Fungsi Ekonomi Peternakan, Peternakan dalam perekonomian Indonesia, CarutMarut Ekonomi Peternakan Di Indonesia, Kelemahan peternakan di Indonesia
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
Ekonomi peternakan bukan hanya sekadar gabungan antara ilmu ekonomi dengan
ilmu peternakan, tetapi secara sendiri ia mempunyai arti yang sangat penting bagi peternakan
dan juga bagi ekonomi. Dalam ilmu ekonomi peternakan dipelajari mengenai faktor sumber
daya atau faktor produksi dilengkapi dengan permasalahan, potensi dan kebijakan serta
kemitraan, kelembagaan, dan faktor pendukung lainnya. Sebelum proses produksi atau usaha
tani dijalankan (baik dalam subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor
perkebunan, subsektor peternakan, maupun subsektor perikanan) perlu dilakukan
perencanaan yang matang. Perhitungan yang mendetail harus dilakukan sesuai dengan
potensi dan sumber daya serta kemampuan yang ada. Luas lahan usaha atau skala usaha yang
akan dilakukan disesuaikan dengan kemampuan biaya yang ada, tenaga yang tersedia serta
keahlian yang dikausai. Bila ini dilakukan berarti satu langkah ilmu ekonomi peternakan
sudah berada di depan.Semua ini membutuhkan perhitungan dan pertimbangan yang matang.
Untuk itu dibutuhkan ilmu yang dapat mengantar kita untuk mengatasi masalah pascapanen
dan terutama pemasaran serta harga. Dalam ekonomi peternakan, semua itu akan
diperhitungkan dan dipelajari secara mendalam.
4. Ilmu dan Sifat Ekonomi Peternakan
Ilmu ekonomi peternakan dapatlah diberi definisi sebagai bagian dari ilmu ekonomi
umum yang mempelajari fenomena-fenomena dan persoalan-persoalan yang berhubungan
dengan peternakan, baik mikro maupun makro.
2. EKONOMI PETERNAKAN INDONESIA
a. Banyaknya jumlah bahan pakan yang harus diimpor baik sebagai sumber energy maupun
untuk sumber protein, yaitu jagung, bungkil kedelai dan tepung hewani. Kebutuhan
ketiga bahan tersebut dengan populasi yang ada sekarang sekitar 3 juta ton.
b. Mungkinkah kebutuhan tersebut yang merupakan pasar bahan baku pakan dipenuhi oleh
pasokan dari dalam negeri sendiri, dengan catatan tetap dapat meningkatkan efisiensi
produksi dari produk unggas tersebut.
c. Ayam kampung yang merupakan sumber uang tunai bagi masyarakat pedesaan belum
diketahui kearah mana pengembangannya (apakah untuk entertainment ataukah untuk
produksi).
Peternakan Ruminansia
a. Untuk sapi potong, kelemahannya adalah ketergantungan pada supply sapi bakalan dan
daging dalam jumlah besar ( setara 600 ribu ekor /tahun) dan selalu meningkat dari
tahun ke tahun (PPSKI, 2007).
b. Untuk sapi perah, ketergantungan terhadap susu impor dalam jumlah banyak dan juga
selalu meningkat dari tahunke tahun.
c. Peternakan sapi potong, untuk sumber bibit/bakalan sapi impor jumlahnya masih sangat
terbatas, sedangkan untuk sapi perah dan sapi lokal belum ada. Sebagai dampaknya,
pengadaan bakalan sapi calon induk sapi perah dari dalam negeri dalam jumlah besar
menjadi tidak ekonomis, karena harus berasal dari berbagai tempat yang membutuhkan
biaya cukup besar. Dalam hal ini pengadaan sapi impor menjadi lebih ekonomis.
d. Akses modal melalui perbankan cukup sulit
e. Keterbatasan SDM yang dalam hal ini adalah tenaga kerja dalam keluarga sebagai
pencari pakan hijauan yang membatasi jumlah kepemilikan ternak.
BAB III
PENUTUP
Masalah-masdalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan manusia terutama
kebutuhan akan protein hewani disebabkan karena terdaptnya kesenjangan antara jumlah
populasi pinduduk dan tersedianya factor-faktor produksi untuk memenuhinya. Oleh karena itu
diperlukan beberapa alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan ilmu
ekonomi dalam pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA