Anda di halaman 1dari 28

MANAJEMEN KESEHATAN PADA DOMBA

DI PT. KTHR INDONESIA KECAMATAN WAGIR KABUPATEN MALANG

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANG

Oleh: 
MUHAMAD WILDAN HABIBI
NPM.190406030039

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTA PETERNAKAN
UNIVERSITAS PGRI KANJURUHAN MALANG
2022
MANAJEMEN KESEHATAN PADA DOMBA
DI PT. KTHR INDONESIA KECAMATAN WAGIR KABUPATEN MALANG

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANG

Oleh: 
MUHAMAD WILDAN HABIBI
NPM.190406030039

Proposal yang disusun merupakan syarat dalam pelaksanaan kegiatan 


praktik kerja lapang (PKL)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PGRI KANJURUHAN MALANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN 
MANAJEMEN KESEHATAN PADA TERNAK DOMBA 
DI PT. KTHR KECAMATAN WAGIR KABUPATEN MALANG

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANG

Oleh: 
MUHAMAD WILDAN HABIBI
NPM.190406030039

Menyetujui, 
Pembimbing Praktik Kerja Lapang

TRI IDA WAHYU KUSTYORINI, S.Pt.,MP


NIDN : 0729108301
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Proposal Praktek Kerja Lapang yang berjudul
“Manajemen Kesehatan Pada Ternak Domba di PT KTHR Indonesia, Kecamatan Wagir,
Malang, Jawa Timur”. Proposal Praktek Kerja Lapang ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan Universitas PGRI Kanjuruhan
Malang.

Penyusunan Proposal Praktek Kerja Lapang ini mendapatkan banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima
kasih kepada :

1. Ibu Dekan Dr. Ir. Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih, M.P., IPM dan selaku Ketua
Program Studi S1 Fakultas Peternakan Universitas PGRI Knjuruhan Malang yang
telah memfasilitasi kami selama menjalankan kuliah di Fakultas Peternakan
Universitas PGRI Kanjuruhan Malang Ibu Tri Ida Wahyu Kustyorini, S.Pt.,M.P.

2. Ibu Tri Ida Wahyu Kustyorini, S.Pt.,M.P. selaku pembimbing yang dengan kesabaran
dan kebijaksanaannya telah membimbing serta mengarahkan sehingga proposal
Praktek Kerja Lapang ini terselesaikan dengan sebaik mungkin.
3. Bapak Mansyur Arief selaku Direktur PT. Kelompok Ternak Hutan Rakyat (KTHR)
Indonesia yang telah memberikan kami kesempatan untuk melaksanakan Praktek
Kerja Lapang.
4. Saudara dan teman-teman yang merelakan waktu dan membantu menyelesaikan
proposal Praktek Kerja Lapang ini.
5. Serta orang tua yang selalu memberikan dukungan baik materi maupun doa sehingga
segala proses dapat berjalan dengan baik dan seluruh pihak yang telah membantu.

Penyusun menyadari masih terdapat kekurangan dari penyusunan proposal Praktek


Kerja Lapang ini, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan proposal Praktek Kerja Lapang ini.
Penyusun berharap proposal Praktek Kerja Lapang ini nantinya banyak membantu dan
berguna bagi penyusun pada khususnya dan semua pembaca pada umumnya.

Malang, 14 Juli 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

DAFTAR TABEL....................................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Keadaan Umum Lokasi...................................................................................................1


1.2 Latar Belakang................................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah...........................................................................................................3
1.4 Tujuan Kegiatan Praktek Kerja Lapang..........................................................................3
1.5 Manfaat Kegiatan Praktek Kerja Lapang........................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis Penyakit Yang Sering Diderita Ternak Domba......................................................5


2.2 Gejala Penyakit...............................................................................................................6
2.3 Penyebab Dan Cara Penularan........................................................................................7
2.4 Cara Pengobatan..............................................................................................................8
2.5 Cara Pencegahan.............................................................................................................9
2.6 Sanitasi..........................................................................................................................10
2.7 Biosecurity....................................................................................................................11
2.8 Mortalitas......................................................................................................................12

BAB III METODE KEGIATAN

3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan..........................................................................................16


3.2 Materi Kegiatan.............................................................................................................16
3.3 Khalayak Sarana............................................................................................................16
3.4 Metode Kegiatan...........................................................................................................16
3.5 Variabel Pengamatan.....................................................................................................17
3.6 Jadwal Kegiataan...........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Jadwal Kegiatan...........................................................................................................18

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Peta Kecamatan Wagir..............................................................................................2

v
DAFTAR LAMPIRAN

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Keadaan Umum Lokasi

Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang merupakan salah satu wilayah yang sedang
berkembang dengan potensi besar di bidang ternak kambing dan domba di Jawa Timur.
Malang juga memiliki Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI). Untuk
populasi kambing sebanyak 3.592, sedangkan populasi untuk domba sebanyak 72.

Kecamatan Wagir merupakan kecamatan yang masuk dalam wilayah Kabupaten


Malang. Berdasarkan laman resminya, Kecamatan Wagir memiliki luas wilayah 75,43 km2
atau sekitar 2,53 persen dari total luas Kabupaten Malang. Posisi koordinat Kecamatan Wagir
terletak antara 112,5406 Bujur Timur dan 112,6112 Bujur Timur dan antara 8,0301 Lintang
selatan dan 1,9702 Lintang Selatan.

Kecamatan ini berada di antara lereng Gunung Kawi dengan ketinggian 474 meter di
atas permukaan laut, sehingga disana suhunya cukup berfluktuasi, rata-rata antara 17,0 C
sampai dengan 29,8 C, sedangkan suhu terendah terjadi pada bulan Agustus dengan suhu
sekitar 17,0 C. Kecamatan Wagir mengikuti perubahan putaran 2 iklim, musim hujan dan
musim kemarau. Dari pengukuran curah hujan selama tahun 2011 rata-rata curah hujan
mengalami puncaknya di bulan November – Desember 2011. Rata-rata curah hujan di
Kecamatan Wagir pada tahun 2011 per bulan adalah 138,83 mm dengan curah hujan tertinggi
sebesar 339 mm yang terjadi pada bulan Maret.

Kecepatan angin di Kecamatan Wagir pada tahun 2011 bekisar 2,1 km/jam hingga
8,3 km/jam. Kecepatan angin tertinggi pada bulan September yang mencapai 8,3 km/jam,
Pada beberapa bulan berikutnya kecepatan angin stabil hingga bulan Desember masih
mencapai kecepatan 2,1 km/jam. Tekanan udara di Kecamatan Wagir selama tahun 2011
berada pada kondisi yang relatif stabil. Rata-rata tekanan udara yang terjadi sebesar 945,84
milibar atau bekisar antara 941,60 milibar sampai dengan 949,60 milibar.

1
Gambar 1. Peta Kecamatan Wagir

1.2 Latar Belakang

Domba merupakan jenis ternak yang mempunyai prospek yang cukup baik di masa-
masa mendatang, baik sebagai ternak potong atau ternak bibit. Hal ini dikarenakan setiap
tahun jumlah penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan. Seiring dengan hal
tersebut maka kebutuhan pangan juga mengalami peningkatan termasuk kebutuhan protein
hewani.

Usaha penggemukan domba sangat prospek dijalankan. Sebagai salah satu hewan
yang dimanfaatkan dagingnya untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat sehari-
hari, permintaan terhadap domba terbilang sangat tinggi. Terlebih, pada saat momen khusus
seperti pada hari raya kurban, jumlah permintaan dan harga jual domba naik berlipat. Dalam
potensi ini membuka calon pengusaha baru yang tertarik terhadap usaha ternak domba.

Produksi daging domba di wilayah Jawa Timur pada tahun 2019 sebanyak 7.609,74.
ekor mengalami penurunan pada tahun 2020 sebesar 6.555,16 ekor. Tetapi pada tahun 2021
mengalami kenaikan produksi sebanyak 6.719,04 ekor (Badan Pusat Statistik, 2022). Populasi
domba di Provinsi Jawa Timur mengalami kenaikan secara bertahap pada tahun 2019
sebanyak 1.382.418 ekor, sedangkan pada tahun 2021 sebanyak 1.459.420. (Badan Pusat
Statistik, 2022)

Pengembangan usaha ternak domba telah banyak dilakukan terutama oleh peternak
rakyat desa Sukodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Domba memiliki sifat yang
mudah beradaptasi dengan lingkungan, tidak membutuhkan perawatan khusus, serta tidak
membutuhkan modal sebesar ternak ruminansia lain. Hasil utama dari usaha penggemukan
ternak domba di Indonesia adalah daging dan pupuk kandang sebagai hasil ikutan. Produksi
ternak domba dapat tercermin dari bobot karkas yang dihasilkan ternak tersebut. Pertumbuhan
domba selalu berubah-ubah seiring perubahan lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

2
pertumbuhan domba diantaranya adalah bangsa domba, umur, jenis kelamin, mutu genetik,
dan faktor lingkungan.

PT. KTHR (Kelompok Ternak Hutan Rakyat) Indonesia merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dalam bidang peternakan domba yang memiliki beberapa bangsa
domba, yaitu bangsa domba ekor tipis (DET), bangsa Domba Ekor Tipis (DET), bangsa
domba garut dan lainnya. PT. KTHR INDONESIA berlokasi di Dusun Jamuran, RT 05 RW
02, Desa Sukodadi , Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Pada akhir tahun 2020, PT.
KTHR pun meluncurkan program kavling ternak dan bibit ternak. Dengan program ini,
KTHR membuka seluas-luasnya kepada seluruh masyarakat untuk dapat terlibat aktif dan
berpartisipasi dengan kegiatan peternakan bersama PT. KTHR INDONESIA. Kegiatan PKL
ini dilakukan untuk lebih mendalami usaha pemeliharaan Domba Ekor Tipis pada PT. KTHR
INDONESIA.

Dalam kegiatan PKL ini, diharapkan menjadi sarana belajar mahasiswa tentang
semua hal yang belum dipelajari di perkuliahan. Karena dalam kegiatan PKL mahasiswa akan
memperoleh pengetahuan serta pengalaman kerja di lingkungan yang baru dan bagaimana
berinteraksi dan beradaptasi dengan masyarakat perusahaan. Sehingga dapat menambah
keterampilan sebagai lulusan dari perguruan tinggi yang akan berkompetisi di dunia kerja.

1.3 Rumusan Masalah


Kecamatan Wagir terletak di antara lereng Gunung Kawi. Berada di wilayah
perbukitan menjadikan kecamatan Wagir cocok dijadikan tempat untuk memulai usaha
peternakan domba. Iklim serta kondisi lingkungan (yang merupakan salah satu faktor penting
dalam keberahasilan usaha peternakan) disana terbilang ideal sehingga diharapkan akan
membawa keuntungan bagi peternak. PT. KTHR INDONESIA berlokasi di Kecamatan Wagir
yang apabila dilihat dari fakor lingkungan maka akan memiliki keunggulan yang tidak
dimiliki oleh peternak yang berlokasi di luar Kecamatan Wagir. Tujuan utama dari
dilaksanakannya PKL ini adalah untuk mengetahui fakto-faktor penting yang mendukung
keberhasilan pemeliharaan ternak domba di PT. KTHR INDONESIA serta bagaimana pola
kemitraannya dalam mengelola usaha peternakan domba untuk selanjutnya dibandingkan
dengan literatur yang sudah ada.

1.4 Tujuan Kegiatan Praktek Kerja Lapang

Praktek Kerja Lapang ini memiliki tujuan yaitu untuk mendapatkan gambaran dan
informasi mengenai faktor-faktor yang menjadi kunci dalam mengelola usaha peternakan
domba serta mengetahui pola kemitraan yang diterapkan di PT. KTHR INDONESIA.

3
1.5 Manfaat Kegiatan Praktek Kerja Lapang

Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. KTHR INDONESIA diharapkan


mampu memberikan manfaat untuk berbagai pihak, diantaranya sebagai berkut:

1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat memahami sistem manajemen pemeliharaan di PT. KTHR
INDONESIA sesuai dengan pencapaian pembelajaran Praktek Kerja Lapang (PKL)
dari Fakultas Peternakan
b. Mahasiswa mendapatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan tentang manajemen
pemeliharaan .
c. Mahasiswa dapat melakukan studi banding antara ilmu pengetahuan dan teknologi
yang diterima pada perkuliahan dengan teknologi dan ilmu yang diterapkan pada
PT. KTHR Indonesia.
d. Mahasiswa dapat merumuskan dan memecahkan masalah yang ada dalam
manajemen pemeliharaan .
2. Bagi Perguruan Tinggi
a. Membantu Universitas PGRI Kanjuruhan Malang untuk mencetak mahasiswa yang
siap terjun kedunia kerja.
b. Dosen mendapatkan berbagai kasus dilapang sehingga dapat digunakan sebagai
contoh dalam proses pembelajaran.
c. Meningkatkan kerjasama dalam hubungan antar perguruan tinggi sebagai pusat
ilmu dan teknologi dengan perusahaan yang terkait
3. Bagi Perusahaan
a. Sarana pembelajaran secara terjun langsung kelapang derta dapat transfer ilmu
kepada mahasiswa.
b. Ikut dalam membantu pengembangan sector pendidikan melalui praktek kerja
lapang mahasiswa.
c. Memperkuat kerjasama antar perguruan tinggi dengan perusaan yang terkait.
d. Membantu menyelesaikan kegiatan sehari- hari yang ada di perusahaan tersebut
dalam kegiatan kerja lapang mahasiswa.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis Penyakit Domba

5
Domba diklasifikasikan sebagai hewan herbivora ( pemakan Hijauan ) karena pakan
utamanya adalah hijauan. Domba lebih menyukai rumput dibandingkan dengan jenis hijauan
lainnya. Ada tiga jenis domba yang dikenal di Indonesia yaitu domba ekor tipis, Domba Ekor
Tipis dan domba Priangan.

Klasifikasi ternak domba yaitu:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata (hewan bertulang

belakang) Kelas : Mamalia (hewan menyusui)

Ordo : Artiodactyla (hewan berkuku

genap) Famili: Bovidae (hewan memamah biak)

Genus : Ovis

Spesies : Ovis aries

Masalah penanganan penyakit ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi


kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan vaksinasi. Penyakit yang sering menyerang
Domba adalah : cacingan, kudis (scabies), kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf
dan koksidiosis.

2.2 Gejala Penyakit

Nafsu makan berkurang, Nafsu makan tidak ada sama sekali, malas bergerak, pincang, tidak
mampu berdiri, Bulu kotor, berdiri, ada keropeng, ada yang rontok, Cuping hidung kering dan
hangat, Kelopak mata berwarna putih atau merah tua, Dehidrasi, Mata “cowong”, Ada leleran
lendir, darah atau nanah di lubang telinga , mata, anus, dan vagina, Kotoran kambing lunak, keras,
atau encer, Teracak bengkak, diangkat sebelah atau jalan terpincang-pincang., Berapa ekor yang
terkena penyakit, Perubahan status fisiologis ternak (suhu, pulsus, frekuensi gerak rumen dan lain
sebagainya.)

2.3 Penyebab Dan Cara Penularan

Penyakit orf merupakan penyakit viral (yang disebabkan oleh virus) utama yang menyerang ternak
kambing dan dapat menular ke manusia (bersifat zoonosis). Penyakit orf mempunyai nama lain di
berbagai daerah di Indonesia antara lain ;

6
1. Dakangan (Bali),
2. Muncung (Sumatera Barat)  
3. Bintumen (Jawa Barat)
4. Memrengen/berengen (Jawa Tengah)

Di Indonesia, Kejadian penyakit orf pertama kali dilaporkan oleh Van Der Laan tahun 1914 yang
menyerang pada kambing di Medan. Penyakit orf telah menyebar ke Jawa, Sumatra Utara, Sumatra
Barat, Sulawesi Selatan, Bali, dan Papua. Data lain menyebutkan bahwa sebanyak 20 propinsi
merupakan daerah tertular sampai tahun 1988 (ADJID, 1992). Agen penyebab penyakit orf adalah
virus yang termasuk dalam kelompok parapoks dari keluarga virus poks. Virus ini sangat tahan
terhadap kondisi lingkungan, di padang penggembalaan dan mampu bertahan hingga tahunan.

Virus penyebab penyakit orf tahan terhadap pemanasan 50oC selama 30 menit dan juga tahan
terhadap pembekuan dan pencairan tetapi tidak tahan terhadap kloroform. Penyakit orf ini menular
dengan cepat dari ternak terinfeksi ke ternak yang sehat melalui kontak langsung. Penularan dapat
juga terjadi akibat hewan yang peka mengkonsumsi pakan yang tercemar oleh keropeng bungkul
prnyakit orf. Tingkat penularannya dapat mencapai 100%, sedangkan angka mortalitasnya relatif
rendah, yaitu sekitar 2- 5,4%.

Angka mortalitas pada kambing dapat mencapai 9,23% yang terjadi diakhir dan awal tahun. Lebih
lanjut juga dijelaskan bahwa kejadian penyakit orf cenderung meningkat pada musim hujan
dibandingkan dengan musim kemarau. Pada kasus yang berat, mortalitas penyakit orf dapat
mencapai 93% terutama pada ternak yang muda. Kelembaban udara yang tinggi dan kondisi stress
juga dilaporkan sebagai pemicu timbulnya penyakit orf pada ternak.

Gejala klinis yang menonjol adalah lesi yang berbentuk keropeng pada bibir. Awal infeksi akan
terjadi bintik-bintik merah yang kemudian berubah menjadi vesikel dan pustula (pernanahan).
Akhirnya lesi-lesi ini terlihat sebagai tonjolan berkerak (keropeng). Selain menyerang kulit sekitar
mulut, lesi-lesi ini dapat juga menyebar ke seluruh muka seperti hidung dan gusi serta bagian tubuh
lainnya yang tidak berambut atau berambut sedikit seperti ambing, sekitar mata, hidung, telinga,
skrotum atau sekitar kaki.

Pada kambing dan domba, gejala klinis penyakit orf akan muncul 1-3 hari pasca infeksi. Penyakit
orf dapat berlangsung antara 3-4 minggu tergantung pada kondisi ternak. Kondisi ini akan menjadi
lebih parah dan lebih lama apabila diikuti oleh infeksi sekunder. Beberapa bakteri yang berperan
sebagai infeksi sekunder, yaitu Staphylococcus aureus, S. epidermis dan Corynebacterium
pyogenes. Kekebalan pada induk yang terinfeksi penyakit orf relatif rendah sehingga anak yang
dilahirkan masih memungkinkan untuk terjangkit penyakit orf. Ternak dengan gangguan kekebalan
dilaporkan dapat menderita penyakit orf hingga berbulan-bulan. Ternak yang sembuh biasanya
memiliki kekebalan selama setahun.

Diagnosis penyakit orf dapat dilakukan secara klinis karena sangat menciri. Diagnosis secara
laboratoris dengan Presipitasi Agar Gel (PAG) dan Tehnik Antibodi Flouresen (TAF). Jika terdapat
lesi dibagian tubuh selain bibir, maka diagnosisnya perlu ditambah dengan pemeriksaan
laboratorium karena penyakit lain seperti cacar kambing, radang mulut dan lidah biru juga
menunjukkan gejala yang relatif sama. Pada pemeriksaan pasca mati, lesi mungkin dapat ditemukan
pada mukosa mulut sepanjang gusi, lidah, langit-langit dan saluran pencernaan. BALITVET telah
berhasil mengisolasi virus penyakit orf patogenik dari domba di daerah Cimanggu (isolat B7) dan
Cigudeg (isolat Sp 108).  Selanjutnya, ADJID (1993) berhasil menumbuhkan virus-virus ini pada
biakan sel lestari Bovine turbinate (BT). Penelitian diteruskan untuk mengevaluasi immunogenitas
virus penyakit orf tersebut. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa isolat virus penyakit orf B7
7
lebih immunogenik dibandingakan dengan isolat Sp 108 sehingga dapat dijadikan sebagai kandidat
vaksin.

Otovaksin dapat diproduksi di BALITVET untuk mengendalikan penyakit ini. Penanggulangan


penyakit orf biasanya dengan pencegahan melalui vaksinasi terutama pada daerah endemis dan
dilaksanakan secara regular. Pemberian salep pelunak dapat membantu agar kambing tetap dapat
makan dan minum. Pakan yang bergizi tinggi sangat diperlukan untuk mempercepat terjadinya
kesembuhan. Apabila keropeng terkelupas menjadi luka baru maka perlu diolesi dengan obat lokal,
seperti salep penisilin yang dicampur dengan minyak kelapa. Pemberian antibiotika secara suntik
dibutuhkan jika suhu tubuh ternak menjadi tinggi. Tindakan ini juga ditujukan untuk
menghilangkan infeksi sekunder oleh bakteri. Ternak-ternak di daerah tertular seharusnya
divaksinasi tetapi vaksinasi ternak di daerah bebas tidak dianjurkan. Ternak yang akan didatangkan
ke daerah belum tertular harus telahdi vaksinasi orf. Pengobatan hanya ditujukan untuk mencegah
infeksi sekunder dengan memberikan salep antibiotika seperti eritromisin dan oksitetrasiklin.

2.4 Cara Pengobatan

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada saat pengobatan ternak adalah pertama yang
pasti pemberian obat cacing, dimana obat ini berfungsi untuk membasmi cacing yang ada pada
ternak kita, sehingga dalam pemberian pakan dapat maksimal dan terserap penuh oleh tubuh. Kedua
adalah pemberian vitamin dan Adenosin Triphosphat, obat ini berfungsi untuk mengurangi stres
pada domba, baik karena perjalanan maupun karena hal lain. Sehingga domba ketika masuk
kandang segera berada pada kondisi fit dan benar benar siap di gemukan. Ketiga yaitu pemberian
anti parasit,anti parasit ini berfungsi untuk membunuh parasit pada tubuh.

Bekerja sama dengan Polbangtan (Politeknik Pembangunan Pertanian) Magelang Jogja, peternak
mustahik BAZNAS selalu melakukan proses Treatment ini ketika domba datang. Sehingga domba
yang mereka gemukan dapat dipertanggung jawabkan kesehatan dan kebersihan dari parasitnya.

2.5 Cara Pencegahan

Masalah penanganan penyakit ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi


kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan vaksinasi. Penyakit yang sering menyerang
kambing adalah : cacingan, kudis (scabies), kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia),
orf dan koksidiosis.

1. Cacing kudis (scabies)


Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada semua usia.
Akibat dari penyakit ini produksi domba merosot, kulit menjadi jelek dan mengurangi
nilai jual ternak domba menurut Fahmi, dkk (2015). Tanda-tanda gelisah karena gatal,
bulu rontok kulit merah dan menebal. Tempat yang sering diserang muka, telinga,
pangkal ekor, leher. Untuk pecegahannya dilakukan kebersihan dan pemisahan ternak
sakit.
2. Cacingan
Pada sektor peternakan penyakit kecacingan ini merupakan salah satu
permasalahan yang sangat sering terjadi, terutama pada ternak domba. Salah satu jenis
cacing yang sering menginfeksi ternak domba merupakan jenis cacing Haemonchus
Contortus yang mempunyai kebiasaan menghisap darah dan merupakan cacing yang
8
dominan dan patogenik menurut Widiarso, dkk (2020). Tanda-tanda domba semakin
kurus, bulu berdiri dan kusam, nafsu makan berkurang, kambing terlihat pucat,
kotoran lembek sampai mencret. Untuk pencegahannya Jagalah kandang tetap bersih
dan kering, uanglah kotoran, sampah dan sisa pakan jauh dari lokasi kandang atau
dibuat Kompos, Jangan menggembalakan kambing pada pagi hari dan pada satu area
(usahakan berpindah-pindah), Jangan berikan rumput yang masih berembun, Sabitlah
rumput 2-3 cm di atas permukaan tanah.
3. Kembung perut (bloat)
Penyebab gas yang timbul oleh makanan (rumput muda). Gas tersebut adalah gas
karbondioksida dan gas metana. Gas ini membentuk buih atau busa yang sulit
dikeluarkan menurut Orisa, dkk (2014). Tanda-tanda perut sebelah kiri membesar,

9
napas pendek dan cepat, tidak mau makan. Untuk pencegahan jangan diberi rumput
muda.
4. Diare
Penyebab pakan berjemur atau terlal muda, baktari, virus dan protozoa. Untuk
tanda-tandanya kotoran encer dan warnanya hijau terang/ hijau gelap sampai hijau
kekuningan, kambing lemas, bila dibiarkan dapat menyebabkan kematian, bulu-bulu
sekitar dubur kotor akibat kotoran. Untuk pencegahannya hindari pemberian pakan
yang menyebabkan diare dan jagalah kandang tetap bersih.
5. Keracunan
Penyebabnya pakan hijauan yang beracun atau tanaman yang tercemar pestisida.
Untuk tanda tandanya mulut berbusa, kejang-kejang, muka kemerahan dan bengkak,
diare berdarah, dan kematian mendadak. Untuk pencegahannya angan
menggembalakan domba di tempat yang banyak tanaman beracun dan jauhkan domba
dari sawah atau ladang yang sedang dipupukan atau disemprot pestisida. Selain itu,
keracunan dapat disebabkan dari tembaga, tembaga merupakan logam esensial, logam
tersebut berpeluang besar menimbulkan keracunan pada ternak ruminansia terutama
domba karena ternak tersebut paling peka terhadap keracunan tembaga (Arifin, 2008).

2.6 Sanitasi
Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai langkah pencegahan penyakit dalam usaha
peternakan domba, diantaranya :

1. Sanitasi/Kebersihan Kandang
Sanitasi didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara
menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai
perpindahan penyakit tersebut (Pranoto,dkk. 2016). Kandang yang kotor dan becek
sangat memudahkan timbulnya penyakit. Jika air bercampur dengan kotoran dan
jarang dibersihkan akan menyebabkan gangguan pada ternak kambing, seperti
gangguan pernafasan oleh gas ammonia, dan bau yang timbul dari kondisi kotoran
seperti itu mengundang kedatangan lalat. Lingkungan yang kotor dan tidak terurus
merupakan tempat yang baik bagi bebagai jenis serangga penyebar penyakit. Kutu dan
caplak pengisap darah dapat bersarang dicelah – celah kandang sehingga merupakan
sasaran utama dalam tindakan sanitasi. Untuk ternak yang sakit, disarankan agar
dipisahkan dari ternak yang sehat. Akan lebih baik jika ternak yang sedang sakit
ditempatkan dalam kandang khusus agar pengobatan dapat dilakukan secara optimal
dan penyakit tidak dapat menular padaternak yang sehat.
2. Ventilasi Kandang (Pertukaran Udara dan Sinar Matahari)
Sinar matahari pagi mengandung ultra violet yang berperan sebagai energi dan
mencegah gangguan radang sendi (rakhitis), terutama bagi ternak yang dikandang
terus – menerus. Sinar ultra violet secara alami akan membunuh kuman – kuman
penyakit setiap saat. Jadi sinar matahari dapat berperan sebagai pengendali yang
efektif. Masuknya sinar matahari ke dalam kandang akan membuat kandang lebih
kering, tidak lembab, dan selalu berudara segar. Semakin besar luas bukaan ventilasi
10
maka akan semakin besar laju ventilasi dan dapat menurunkan suhu di dalam suatu
bangunan (Widyarti dan Oktavia, 2011).
3. Pemberian Pakan yang Baik dalam Jumlah yang Cukup
Domba merupakan hewan pemamah biak yang memerlukan pakan utama berserat
tinggi. Salah satu sumber pakan hijauan berserat tinggi dan secara umum banyak
digunakan oleh para peternak adalah rumput menurut Aslimah (2014). Pakan
merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan suatu peternakan. Pakan yang

11
baik selain dapat meningkatkan produktivitas ternak (misalnya pertumbuhan,
perkembangbiakan atau reproduksi), juga akan meningkatkan daya tahan ternak
terhadap serangan penyakit maupun pengaruh lingkungan yang buruk. Khusus untuk
ternak yang sedang stress, menderita sakit, atau baru sembuh dari sakit, perlu
memperoleh perawatan dan pakan yang khusus. Manajemen pemberian pakan dalam
pemeliharaan domba sangat strategis, karena dapat menentukan produktivitas
(Setyono, 2006).
4. Penggembalaan Ternak
Melepaskan ternak domba di lapangan atau padang penggembalaan merupakan
hal yang sangat penting agar ternak dapat berolah raga, sekalipun mengendorkan otot
– otot. Uahakan saat menggembalakan ternak domba jangan terlalu pagi, karena
rumput masih berembun yang dapat menyebabkan penyakit bagi ternak (misalnya
cacing dan kembung). Namun perlu juga dihindarkan menggembalakan ternak domba
ditengah terik matahari tinggi. Ternak ini digembalakan secara terus menerus pada
suatu tempat ke tempat lain secara bergiliran (Batubara, 2004).

2.7 Biosecurity

Dalam budidaya ternak domba, biosekuriti merupakan serangkaian kegiatan yang


dirancang untuk mencegah penyakit masuk ke dalam peternakan ataupun menyebar keluar
peternakan. Biosekuriti merupakan konsep integral yang mempengaruhi suksesnya sistem
produksi ternak domba khususnya dalam mengurangi resiko dan konsekuensi masuknya
penyakit menular dan tidak menular. Jika kegiatan biosekuriti dilaksanakan secara baik dan
benar maka produktivitas ternak domba, efisiensi ekonomi dan produksi akan tercapai.
Menurut Fitriyana dan Sunarti (2016) Penerapan biosecurity pada seluruh sektor peternakan,
baik di industri perunggasan atau peternakan lainnya akan mengurangi resiko penyebaran
mikroorganisme penyebab penyakit yang mengancam sektor tersebut. Sebagai bagian dari
sistem manajemen maka biosekuriti sangat penting khususnya untuk mencegah penyakit.
Semua komponen biosekuriti, sistem yang diterapkan (vaksinasi, pengobatan, kontrol hewan
liar dan lain-lainnya) dan sarana serta prasarana yang ada memiliki arti tinggi terhadap
keberhasilan program sekuriti.

Biosecurity menganut tiga prinsip yaitu: isolasi, pengendalian lalu lintas dan
sanitasi. Isolasi atau pemisahan merupakan tindakan untuk menciptakan lingkungan dimana
ternak terlindungi dari pembawa penyakit (carrier) seperti manusia, unggas tertular, udara, air
dan hewan-hewan lain. Tindakan isolasi meliputi:
a. Menjaga jarak minimum antara peternakan unggas sekitar 400-1000 meter.
b. Pengandangan ternak di dalam lingkungan yang terkendali,
c. Pembuatan kasa pemisah untuk menjaga agar ternak yang dipelihara tetap di dalam
kandang dan hewan yang lain tetap di luar kandang (unggas liar, anjing, kucing, tikus
dll),
d. Pembuatan pagar di sekeliling peternakan untuk mengendalikan lalu lintas manusia
dan hewan lain.
12
Pengendalian lalu lintas, meliputi pengendalian lalu lintas manusia, hewan, peralatan dan
kendaraan masuk dan keluar peternakan dan di dalam area peternakan serta tidak mengijinkan
orang dan kendaraan yang tidak berkepentingan memasuki daerah peternakan. Sanitasi adalah
tindakan yang dapat dilakukan adalah pembersihan dan desinfeksi secara teratur kandang,
peralatan dan kendaraan serta menjaga kebersihan pekerja (mencuci tangan dan alas kaki
sebelum dan setelah menangani ternak). Menjaga kesehatan hewan ternak domba merupakan
salah satu faktor penting yang mempengaruhi produktivitasnya. Manajamen pemeliharaan
yang sesuai diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ternak domba menurut Santos,dkk
(2019) pemeliharaan domba cukup relative mudah, akan tetapi perlu diperhatikan tentang
pemilihan ternak. Pola pemeliharaan yang demikian merupakan salah satu penyebab
rendahnya persentase pertambahan populasi domba menurut sari,dkk (2007).

2.8 Mortalitas

Mortalitas sangat erat hubungannya dengan produktivitas. Kematian setelah kelahiran anak
kambing sangat mempengaruhi produktivitas ternak. Mortalitas prasapih secara umum akan
semakin tinggi apabila jumlah anak kembar dalam satu kelahiran (litter size) semakin banyak.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2019 di peternakan rakyat Desa
Argoyuwono Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui mengetahui mortalitas anak Domba prasapih yang optimum di Kecamatan
Ampelgading Kabupaten Malang.

13
BAB III

METODE KEGIATAN

3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan

Praktek Kerja Lapang (PKL) ini akan dilaksanakan selama 1bulan, dimana 2 minggu
pertama digunakan untuk bimbingan dan persiapan proposal, sedangkan pelaksanan praktik
kerja lapang akan dilakukan selama 1 bulan dimulai pada tanggal 2022 sampai dengan 2022,
di PT. KTHR INDONESIA, Jl. Raya Gondowangi, RT. 13 RW. 3, Jamuran, Gondowangi,
Kec. Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

3.2 Materi Kegiatan

Materi yang akan digunakan dalam PKL ini adalah aspek mengenai manajemen
pemeliharaan domba di PT. KTHR INDONESIA, Kecamata Wagir, Malang, Jawa Timur.
Seperti :

1. Manajemen Kesehatan Ternak Domba


a. Jenis Penyakit Yang Sering Diderita Ternak
b. Gejala Penyakit
c. Penyebab Dan Cara Penularan
d. Cara Pengobatan
e. Cara Pencegahan
f. Sanitasi
g. Biosecuriti
h. Mortalitas

3.3 Khalayak Sasaran

Sasaran dari kegiatan PKL ini adalah unit pemeliharaan domba di PT. KTHR
INDONESIA, Kecamata Wagir, Malang, Jawa Timur.

3.4 Metode Kegiatan

Metode yang akan dilakukan di kegiatan PKL ini adalah:

1. Studi kepustakaan, merupakan pengumpulan informasi dan data dengan bantuan


berbagai macam material yang ada seperti buku, literatur, catatan, serta berbagai
laporan yang berkaitan dengan objek permasalahan yang akan ditelaah.

2. Observasi, adalah suatu metode untuk meneliti masalah untuk memperoleh fakta-fakta
14
yang diperlukan untuk data pengamatan berupa manajemen penggemukan domba.

15
3. Partisipasi aktif, merupakan metode pengembangan data dengan terjun secara
langsung maupun tidak langsung terhadap semua kegiatan yang ada di tempat kegiatan
PKL.
4. Wawancara, merupakan upaya yang dilakukan peserta mendapatkan informasi,
keterangan yang diperlukan untuk data laporan dengan cara tanya jawab langsung
dengan pembimbing (supervisor dan staf karyawan) yang ada. dilakukan secara
sistematis.
4. Dokumentasi, merupakan pengumpulan dokumen-dokumen dan data sesuai dengan
objek pembahasan.

3.5 Variabel Pengamatan

Variabel yang akan diamati dalam pelaksanaan PKL ini adalah aspek mengenai
manajemen pemeliharaan domba di PT. KTHR Indonesia :

1. Keadaan Umum Lokasi


a. Profil dan struktur perusahaan
b. Lokasi perusahaan
c. Sejarah perusahaan
d. SOP perusahaan, tenaga kerja, dan sistem manajemen organisasi.
2. Manajemen Kesehatan Ternak Domba
a. Jenis Penyakit Yang Sering Diderita Ternak
b. Gejala Penyakit
c. Penyebab Dan Cara Penularan
d. Cara Pengobatan
e. Cara Pencegahan
f. Sanitasi
g. Biosecuriti
h. Mortalitas

16
3.6 Jadwal Kegiatan

Bulan Bulan

No Kegiatan Minggu ke Minggu ke

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Konsultasi dan pembimbingan

2 Penyusunan proposal

3 Pengiriman proposal ke PT. KTHR Indonesia

4 Praktik Kerja Lapang

Tabel 1. Jadwal Kegiatan

17
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. 2008. Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi Dan Metode
Analisisnya. Jurnal Litbang Pertanian. 27(3) : 99-105.

Ashari, M., R. A. Suhardiani dan R. Andriati. 2018. Analisis Efisiensi Reproduksi Domba Ekor
Gemuk Di Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia
Volume, 4(1) : 207-213.

Nurdayati, N., A. Y. Ramadhan, dan P. Hartati. 2019. Respons Peternak Terhadap


Penggunaan Aplikasi Recording Untuk Menghindari Inbreeding Ternak Domba.
Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian, 16(30) : 58-68.

Orisa, M., Santoso, P. B., dan Setyawati, O. 2014. Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kambing
Berbasis Web Menggunakan Metode Certainty Factor. Jurnal Eeccis, 8(2): 151-156.

Polbang https://peternakan.polbangtanyoma.ac.id/penyakit-penyakit-pada-kambingdomba-
dan-pengendaliannya/

https://dkp.kulonprogokab.go.id/detil/30/penyakit-orf-pada-kambing-dan-domba

https://baznas.go.id/pendistribusian/ekonomi/pemberdayaan-peternak/713-pengobatan-ternak-
untuk-kesehatan-domba-di-balai-ternak-baznas-magelang
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/175706/

18

Anda mungkin juga menyukai